Up Emooy
Up Emooy
1. PENDAHULUAN
Susu merupakan salah satu bahan pangan yang tersusun oleh zat-zat makanan
dengan proporsi yang seimbang, dapat dipandang sebagai bahan pangan yang
mengandung sumber zat-zat makanan yang penting. Susu juga merupakan bahan
pangan asal ternak yang mempunyai sifat mudah rusak dan memerlukan penanganan
secara khusus. Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha untuk mencegah kerusakan
tersebut menjadi bentuk olahan untuk memperpanjang masa simpannya yang salah
satunya dibuat susu bubuk. Susu bubuk atau milk powder merupakan bentuk
pengolahan susu dengan pengeringan misalnya spraying atau drum putar dan kadar
air dikurangi hingga di bawah 5% dan sebaiknya harus kurang dari 2%.
Kedelai diketahui mengandung banyak komponen gizi dan senyawa fungsional
yang bermanfaat bagi manusia. Kedelai bebas dari laktosa dan diperkaya oleh L-
methionine, taurin, karnitin dan zat besi untuk kebutuhan nutrisi tubuh. Kedelai
mengandung isoflavon aglikon yaitu genestein dan kaya dengan protein. Genestein
diketahui mempunyai aktivitas antitumor/antikancer, antivirus, antialergi dan
berperan dalam respon imun. Kedelai diketahui sebagai salah satu dari tidak
banyaknya sumber makanan dari tumbuhan yang paling mendekati dalam memenuhi
sebagai penyusun asam amino protein. Salah satu pemanfaatan kedelai adalah dibuat
tepung kedelai. Tepung kedelai adalah tepung yang dibuat dari kedelai dengan cara
dikeringkan kemudian dihaluskan dan diayak sampai didapatkan tepung kedelai yang
halus.
Berdasarkan hal tersebut, latar belakang penelitian ini adalah pemanfaatan
tepung kedelai sebagai bahan yang ditambahkan dalam pembuatan susu bubuk untuk
meningkatkan nilai gizi susu setelah ditambah tepung kedelai dan membantu
penderita lactose intolerance dalam mengkonsumsi susu mengingat bahwa banyak
kandungan gizi kedelai yang rendah laktosa dan bermanfaat bagi tubuh. Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung kedelai terhadap
tingkat kelarutan susu bubuk dalam air, bahan kering dan mutu hedonik susu bubuk.
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
tentang manfaat kedelai yang kandungan gizinya kaya akan asam amino protein bagi
tubuh.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Susu merupakan bahan pangan yang dihasilkan selama periode laktasi oleh
hewan menyusui dengan tujuan utama sebagai sumber nutrisi dan memberikan sistem
kekebalan bagi anak yang baru dilahirkannya. Dari sudut lain, susu juga dapat
dipandang sebagai bahan mentah yang mengandung sumber-sumber makanan yang
penting (Widodo, 2003). Susu mengandung rata-rata 3,60% lemak, 3,20% protein,
4,7% laktosa, 0,65% abu, 87,25% air dan 12,75% bahan kering (Soeparno, 1992).
Tepung kedelai adalah tepung yang dibuat dari kedelai dengan cara
dikeringkan kemudian dihaluskan dan diayak sampai didapatkan tepung kedelai yang
halus. Tepung kedelai mempunyai keistimewaan, antara lain kandungan zat-zatnya
hampir sama besarnya dengan kedelai kering, karena belum mengalami proses-proses
metabolik yang berarti seperti pada tempe, yang telah melalui proses fermentasi.
Komposisi dari kedelai terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi,
vitamin A, B, C, dan air. Protein dari kedelai terdiri atas asam-asam amino yang
sebagian besar terbentuk dari purin (Khotimah, 2003). Tepung kedelai adalah tepung
yang dibuat dari kedelai dengan cara dikeringkan kemudian dihaluskan dan diayak
sampai didapatkan tepung kedelai yang halus (Sutrisno, 1995).
Susu bubuk atau milk powder merupakan bentuk pengolahan susu dengan
pengeringan misalnya spraying atau drum putar dan kadar air dikurangi hingga di
bawah 5% dan sebaiknya harus kurang dari 2%
(Buckle et al., 1987). Menurut Legowo (2005), susu bubuk adalah produk yang
dihasilkan dari pengeringan susu.
Proses pembuatan susu bubuk merupakan salah satu contoh pengolahan dan
pengawetan susu dengan tujuan menurunkan kadar air susu dari 87% (susu segar) ke
3% (susu bubuk) dengan cara pengeringan semprot (spray drying). Namun pada
penelitian ini digunakan proses pembuatan susu bubuk sederhana dimana proses
pengolahannya hampir sama dengan pembuatan karamel. Perbedaaannya pada
pembuatan susu bubuk disertai dengan proses pengeringan dan penggilingan.
Proses pembuatan susu bubuk sederhana ada beberapa tahap. Tahap- tahap
pengolahan susu tersebut meliputi pemanasan, pengentalan, penurunan suhu,
pengeringan, dan penggilingan. Pemanasan dilakukan di atas kompor gas
menggunakan wajan terbuka hingga mendidih. Van Den Berg (1988) menyatakan
bahwa pembuatan susu bubuk dilakukan di atas wajan terbuka dimaksudkan untuk
menghindari pecahnya lemak akibat pemanasan dengan suhu tinggi. Selama
pemanasan perlu dilakukan pengadukan secara terus menerus dan dengan kecepatan
sedang. Moeljanto dan Wiryanta (2002) menyatakan bahwa selama proses
pemanasan susu senantiasa diaduk secara terus menerus agar pemanasan merata dan
mencegah agar adonan tidak gosong dan tidak lengket pada wajan.
Proses pengentalan terjadi setelah penambahan gula sewaktu memanaskan susu.
Proses pemanasan hingga pengentalan ini dilakukan 1-2 jam. Proses pengentalan
terjadi karena pengurangan kadar air akibat pemanasan susu. Trihendrokesowo et al.
(1987) menyatakan bahwa pengentalan dapat dilakukan dengan cara mengurangi
kadar air. Pengurangan kadar air ini dilakukan dengan cara pemanasan atau
penguapan.
Susu yang sudah mengalami pengentalan menjadi butiran-butiran kemudian
didinginkan pada nampan dengan cara diangin-anginkan kemudian dilanjutkan
dengan proses pengeringan dan penggilingan. Moeljanto dan Wiryanta (2002)
menyatakan bahwa pada proses pembuatan susu bubuk sederhana setelah susu
berbentuk butiran, susu didiamkan dan diangin- anginkan pada suhu kamar. Setelah
susu dingin, dimasukkan dalam mesin penggiling agar kristal yang terbentuk dapat
hancur sehingga teksturnya lebih halus.
2.4. Kelarutan
Susu bubuk harus larut dalam air merupakan hal yang semestinya. Namun, tidak
semua komponen dalam bubuk larut ketika dilarutkan dalam air dapat larut 100%.
Kelarutan merupakan kemampuan bahan untuk terabsorbsi dalam air sehingga tidak
terbentuk emulsi (Hartomo dan Widiatmoko, 1993).
Bahan kering susu biasanya disebut total solids. Total bahan padat merupakan
bahan-bahan selain air yang terdapat dalam susu. Protein, gula dan abu disebut
padatan tanpa lemak, sedangkan keseluruhan bahan padat yang terdapat dalam susu
disebut total bahan padat. Susu mengandung rata-rata 3,60% lemak, 3,20% protein,
4,7% laktosa, 0,65% abu, 87,25% air dan 12,75% bahan kering (Soeparno, 1992).
Bahan kering merupakan komponen selain air yang terdapat dalam suatu bahan yang
dapat diketahui melalui pengeringan sejumlah bahan dan menimbang sisa
pengeringan (Van den Berg, 1988).
2.6. Mutu Hedonik
3.1. Materi
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6 liter susu sapi segar, 500
gr kedelai, gula, dan air panas. Peralatan yang digunakan adalah kompor gas, wajan,
pengaduk kayu, baskom, panci, timbangan elektrik, penggiling batu, kain saring. Uji
kelarutan menggunakan gelas, stopwatch, sendok pengaduk. Uji bahan kering
menggunkan oven, cawan porselin, desikator, timbangan elektrik, penjepit, kertas
label. Uji mutu hedonik (warna dan rasa) diperlukan 25 panelis , form kuisioner, dan
alat tulis.
3.2. Metode
Pelaksanaan penelitian meliputi empat tahap yaitu tahap pertama persiapan alat
dan bahan, tahap kedua pembuatan tepung kedelai, tahap ketiga penambahan tepung
kedelai dengan susu sapi dan pembuatan susu bubuk dan tahap keempat/ terakhir
adalah pengujian parameter yang meliputi beberapa variabel yaitu kelarutan, kadar
bahan kering,dan mutu hedonik. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November
2010 di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Diponegoro Semarang dengan tahapan sebagai berikut :
Penggilingan
Pengayakan
Tepung kedelai
Penyaringan
Pemanasan
Penghalusan
Pengeringan
Pendinginan
Penggilingan
Susu
Bubuk
Kelarutan
Susu bubuk harus larut dalam air merupakan hal yang semestinya. Namun,
tidak semua komponen dalam bubuk larut ketika dilarutkan dalam air dapat larut
100%. Pengujian dilakukan dengan melarutkan 10 g susu bubuk dalam 100 ml air
suhu 24 °C, kemudian dicatat berapa lama waktu sampai susu benar-benar terlarut
penuh dalam air (Hartomo dan Widiatmoko, 1993).
Penentuan bahan kering susu bubuk dilakukan dengan metode pengeringan oven
yaitu dengan menyiapkan cawan porselen kemudian diberi label sesuai kode sample,
memasukkannya ke dalam oven dengan suhu 100°C – 105°C selama kurang lebih 1
jam. Mengambil cawan kemudian memasukkannya ke dalam desikator selama 15
menit kemudian menimbangnnya. Menimbang sample sebanyak 1-2 g dalam cawan
porselin yang telah diketaui beratnya kemudian memasukkanya ke dalam cawan
porselin dan selanjutnya mengeringkannya dalam oven selama 4-6 jam pada suhu
100°C – 110°C. Untuk produk-produk tertentu pengeringan bisa mencapai 16 jam
tergantung bahannnya, pengeringan dilakukan sampai diperoleh berat konstan (selisih
maksimal 0,02 mg). Kemudian sampel diambil dan didinginkan dalam desikator
selama 15 menit, lalu menimbangnya. Analisis dilakukan secara duplo. Menghitung
kadar air (Legowo et al. 2005) dapat dilakukan dengan rumus :
(berat sampel awal +cawan) - ( berat sampel akhir+cawan )
x 100% ......(1)
Kadar Air = berat sampel
Bahan kering = 100 % - Kadar Air ....................................................................(2)
Pengujian Mutu Hedonik Susu Bubuk
Rancangan Penelitian
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang digunakan dalam pengujian bahan kering, kelarutan dan mutu
hedonik seperti tersaji di bawah ini :
Analisis Data
Data hasil pengujian bahan kering, uji kelarutan, dan mutu hedonik dianalisis
dengan sidik ragam pada taraf 5%. Jika terdapat pengaruh nyata dari perlakuan maka
dilanjutkan dengan uji Wilayah Ganda Duncan untuk variable bahan kering,
sedangkan untuk uji kelarutan dan mutu hedonik dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata
Jujur (Kartika et al., 1988).
JADWAL PENELITIAN
Persiapan ♦ ♦ ♦ ♦
Penelitian pendahuluan ♦ ♦
Penelitian utama ♦ ♦
Pengujian hasil ♦ ♦
penelitian
Pengolahan data ♦ ♦ ♦ ♦ ♦
Penyusunan laporan ♦ ♦ ♦ ♦ ♦ ♦ ♦ ♦ ♦
Konsultasi ♦ ♦ ♦ ♦ ♦ ♦ ♦ ♦ ♦ ♦ ♦ ♦ ♦ ♦ ♦
Ujian ♦
Keterangan :
1, 2, 3, 4 : minggu ke-1, 2, 3, 4
DAFTAR PUSTAKA
Hartomo, A. J, M.C. Widiatmoko. 1993. Emulsi dan Pangan Instant Berlesitin. Andi
Offset, Yogyakarta.
Hidayat, N., W. A. P. Dania, dan I. Nurika. 2006. Membuat Minuman Prebiotik dan
Probiotik. Trubus Agrisarana, Surabaya.
Kartika, B., P. Hastuti dan W. Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan
Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Legowo, A. M., Nurwantoro dan Sutaryo. 2005. Analisis Pangan. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.
Moeljanto, R.D. dan B. T.W. Wiryanta. 2002. Khasiat dan Manfaat Susu Kambing
Susu Terbaik dari Hewan Ruminansia. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Soeparno. 1992. Prinsip Kimia dan Teknologi Susu. Pusat Antar Universitas (PAU)
Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta.
Van den Berg, J. C. T. 1988. Dairy Technology in the Tropics and Sub Tropics.
Pudoc, Wageningen.
Widodo. 2003. Boiteknologi Industri Susu. Lacticia Press, Yogyakarta.
PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG KEDELAI TERHADAP
KELARUTAN, KADAR BAHAN KERING, DAN MUTU
HEDONIK SUSU BUBUK
USULAN PENELITIAN
Oleh
EMY PURWOTOSARI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2010
PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG KEDELAI TERHADAP
KELARUTAN, KADAR BAHAN KERING, DAN MUTU
HEDONIK SUSU BUBUK
Oleh
EMY PURWOTOSARI
H2E 007 020
Disetujui oleh :
Prof. Dr. Ir. Anang M.Legowo. MSc Prof. Dr. Ir. Anang M Legowo. MSc
Dosen Wali Pembimbing Utama