Anda di halaman 1dari 13

Pembuatan kurva beban pencemaran Kali Surabaya untuk

menentukan lokasi UPL Komunal


Development of Kali Surabaya pollution load graphs to determine centralized wastewater treatment plant
Elida Novita* dan Indarto*
*Lab.Teknik Pengendalian dan Konservasi Lingkungan, Fak.Teknologi Pertanian-Universitas Jember,
Jl. Kalimantan I, Jember 68121

Abstrak
Persentase terbesar pencemar Kali Surabaya berasal dari limbah cair industri. Sekitar 70 buah industri berlokasi
di daerah aliran Kali Surabaya mulai daerah Mojokerto, Sidoarjo, hingga Surabaya. Empat puluh industri diantaranya
dianggap potensial sebagai sumber pencemaran. Salah satu usulan teknis untuk mengurangi beban pencemaran Kali
Surabaya dan meningkatkan kualitas air sehingga memenuhi baku mutu peruntukan sungai golongan B adalah
pembuatan UPL (Unit Pengelolaan Limbah) komunal. Penentuan titik atau lokasi kritis yang mengalami beban
pencemaran terbesar di sepanjang Kali Surabaya dibutuhkan untuk menentukan lokasi UPL komunal yang terbaik.
Studi ini merupakan penelitian pendahuluan dari penelitian utama mengenai pembuatan UPL Komunal di daerah
Kali Surabaya dalam rangka menurunkan beban pencemaran Kali Surabaya dan meningkatkan kualitas air baku
PDAM Karangpilang.
Penelitian yang dilakukan menggunakan data yang berasal dari data efluen air limbah industri yang berada di
sepanjang Kali Surabaya, yaitu industri yang berada di antara Jembatan Jrebeng hingga Dam Gunungsari serta data
Prokasih Kali Surabaya. Data-data yang digunakan adalah data bulanan parameter BOD, COD dan debit tahun
1994-1998. Data bulanan diuji secara statistik deskriptif dan uji Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S) menggunakan
software Minitab versi 10 dan Statgraph untuk mendapatkan nilai modus parameter pencemaran
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 41 industri yang dapat diinventarisasi di sepanjang Kali Surabaya. Tetapi
hanya 22 industri yang menjadi pemantauan Prokasih. Melalui analisa distribusi frekuensi diperoleh 3 pola distribusi
data pencemaran yaitu distribusi Weibull, distribusi lognormal dan distribusi normal. Perhitungan modus untuk
masing-masing pola distribusi frekuensi dilakukan untuk membuat kurva konsentrasi pencemaran dan kurva beban
pencemaran. Titik-titik kritis pencemaran dapat ditentukan dengan (1) membandingkan kurva konsentrasi
pencemaran efluen limbah industri dan kurva konsentrasi pencemaran Kali Surabaya serta (2) membandingkan kurva
beban pencemaran efluen limbah industri dan kurva beban pencemaran Kali Surabaya. Empat alternatif lokasi yang
diperoleh berdasarkan titik-titik kritis pencemaran adalah : (1) 3 UPLK yang berada di Km 2.30, Km 8.80 dan Km
14.50 dari Dam Gunungsari, (2) 2 UPLK yang berlokasi di Km2.30 dan Km 8.80 dari Dam Gunungsari, (3) 2 UPLK
yang berlokasi di Km 2.30 dan Km 14.50 dari Dam Gunungsari dan alternatif (4) 1 UPLK yang melayani seluruh
industri berlokasi di Km 2.30.

Keywords: Kualitas air, Kali Surabaya, UPL Komunal.

PENDAHULUAN
Sebagai salah satu sumber air minum, Kali Persentase terbesar pencemar berasal dari limbah
Surabaya diharapkan memenuhi standar mutu kualitas cair industri. Sekitar 70 buah industri berlokasi di
air baku kelas B. Padatnya industri di sepanjang daerah aliran Kali Surabaya mulai dari daerah
sungai yang membuang air limbahnya ke Kali Mojokerto, Sidoarjo, sekitar Surabaya dan sekitar 40
Surabaya, pemukiman penduduk, serta rendahnya buah diantaranya dianggap potensial sebagai sumber
kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan pencemaran. Besarnya persentase beban pencemaran
sungai menyebabkan kualitas air baku melebihi dari sektor industri yang masuk ke Kali Surabaya
ambang batas yang telah ditentukan. Terutama di bervariasi dari 20.3% hingga 58.9%(1992-1993) atau
musim kemarau, debit air bendungan di hulu hanya dari 34.56% hingga 77.92% (1993-1994).
mampu menyediakan debit rata-rata 20 m 3/detik Berdasarkan data rata-rata penggunaan air di DPS
selama 3 bulan pertahun. Kondisi ini menyebabkan Kali Brantas (Suprapto dan Indahyani, 1995), sekitar
semakin menurunnya kapasitas purifikasi dan 7.5 % air digunakan untuk penggelontoran maupun
pengenceran Kali Surabaya. pengenceran, yang selama ini terutama dilaksanakan
di Kali Surabaya. Apabila beban pencemar dapat
dikurangi maka penggunaan air untuk keperluan seperti kemiringan data, dan sebagainya (Kececioglu
pengenceran maupun penggelontoran dapat ditekan 1991).
dan penggunaannya dapat dialokasikan bagi Pengukuran ketiga dari tendensi sentral suatu
pemanfaat lain. Perincian penggunaan air dapat distribusi frekuensi adalah modus. Modus pada
dilihat pada tabel 1. sekumpulan data atau distribusi yang terdiri dari
variabel deskrit adalah variat yang terjadi pada
Tabel 1. Rincian penggunaan air Kali Brantas
frekuensi yang paling banyak. Sedangkan pada suatu
No Uraian Volume distribusi yang terdiri dari variabel kontinyu, modus
(m3x1000) adalah variat yang mempunyai kerapatan peluang
1 Irigasi 2 373 000 maksimum.
2 Air minum 128 170 Menurut Soewarno (1995), untuk menentukan
3 Industri 131 655 kecocokan (the goodness of fit test) distribusi
4 Penggelontoran 233 000 frekuensi dari data terhadap fungsi distribusi peluang
5 Lain-lain 144 185 yang diperkirakan dapat mewakili distribusi frekuensi
Total 3 109 910 tersebut diperlukan pengujian kecocokan. Ada dua
Sumber: Suprapto dan Indahyani (1995)
cara pengujian distribusi yang biasa digunakan yaitu
SK Gubernur No.136 Tahun 1994 mengenai baku
uji chi-kuadrat (chi-square) dan uji Kolmogorov-
mutu limbah cair industri belum sepenuhnya mampu
Smirnov (Uji K-S). Kedua uji tersebut dimaksudkan
memecahkan persoalan. Karena tinjauan peraturan
untuk menentukan apakah persamaan distribusi
adalah berdasarkan kemampuan industri untuk
peluang yang telah dipilih dapat mewakili distribusi
menurunkan konsentrasi limbahnya, sehingga apabila
statistik data yang dianalisis. Uji K-S mempunyai
industri yang ada di sepanjang sungai cukup padat,
ketelitian yang lebih tinggi dibanding uji chi-kuadrat.
jaraknya berdekatan, maka beban pencemar yang
Menurut Sprent (1989), pengujian kecocokan
diterima oleh sungai masih besar. Salah satu usulan
distribusi didasarkan pada asumsi normalitas dengan
teknis untuk mengurangi beban pencemaran Kali
data diasumsikan berdistribusi normal. Uji K-S tidak
Surabaya dan meningkatkan kualitas air sehingga
menggunakan fungsi densitas peluang tetapi
memenuhi baku mutu peruntukan sungai golongan B
berdasarkan fungsi distribusi kumulatif. Pada studi
adalah pembuatan UPL (Unit Pengelolaan Limbah)
ini, pengambilan keputusan pada uji K-S
komunal.
menggunakan p-value dari output komputer.
Penentuan titik atau lokasi kritis yang mengalami
beban pencemaran terbesar di sepanjang Kali Tahapan Penelitian
Surabaya dibutuhkan untuk menentukan lokasi UPL Penelitian yang dilakukan menggunakan data
komunal yang terbaik. Studi ini merupakan yang berasal dari data efluen air limbah industri yang
penelitian pendahuluan dari penelitian utama berada di sepanjang Kali Surabaya, yaitu industri
mengenai pembuatan UPL Komunal di daerah Kali yang berada di antara Jembatan Jrebeng hingga Dam
Surabaya dalam rangka menurunkan beban Gunungsari serta data Prokasih Kali Surabaya. Data-
pencemaran Kali Surabaya dan meningkatkan data yang digunakan adalah data bulanan tahun 1994-
kualitas air baku PDAM Karangpilang. 1998 yaitu data BOD, COD dan debit.
Data bulanan tingkat pencemaran Kali Surabaya
METODOLOGI dan karakteristik efluen air limbah industri diuji
dengan metode statistik (Uji K-S dan perhitungan
Pendekatan Teori modus) menggunakan software Statgraph dan
Menurut Gilbert (1987), jika suatu studi dilakukan Minitab versi 10. Menurut Haan (1982), Ho untuk uji
untuk mendapatkan informasi dalam rangka kecocokan distribusi adalah : distribusi peluang yang
menurunkan dan mengontrol polusi lingkungan, maka dipilih sesuai dengan data. Pada uji K-S, p-value
studi tersebut haruslah efektif dari segi biaya dan data yang lebih besar dari taraf nyata menunjukkan Ho
dianalisis secara statistik sehingga sebanyak mungkin diterima.
informasi dapat diperoleh. Informasi dari sejumlah Nilai modus tingkat pencemaran Kali Surabaya
data diperoleh dengan mengubah data-data tersebut dan efluen air limbah industri digunakan untuk
menjadi suatu pernyataan yang lebih berarti seperti membuat kurva beban pencemaran sehingga dapat
nilai rata-rata (mean), nilai tengah (median), nilai diketahui titik-titik kritis pencemaran yang terjadi di
yang sering muncul (modus), standar deviasi, Kali Surabaya.
distribusi frekuensi, parameter distribusi frekuensi Diagram alir penelitian dapat dilihat pada
gambar 1.
Data bulanan konsentrasi pencemar Kali Surabaya

Analisa Distribusi

Nilai Informatif

Data bulanan efluen air limbah industri

Analisa Distribusi

Nilai Informatif

A Kurva Beban dan Tingkat Pencemaran Di Kali Surabaya B

Penentuan titik-titik kritis

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Industri Dan Polutan Yang Dihasilkan


Berdasarkan survei lapang dan data PU (1989), jumlah industri yang dapat didata sekitar 41 industri, dengan 22
buah industri masuk Prokasih (Program Kali Bersih). Empat puluh satu industri ini terdiri dari industri kecil,
menengah hingga industri besar. Industri utama yang diperkirakan menyumbang beban polusi terbesar ke Kali
Surabaya adalah industri kertas seperti PT. Surya Agung Kertas, PT. Surabaya Mekabox, PT. Suparma serta PT.
Miwon yang memproduksi MSG penyedap makanan. Pada tahun 1997 berdiri satu industri kertas lagi yaitu PT.
Adiprima Suraprinta yang berlokasi di daerah Sidoarjo sekitar 21.6 km dari Dam Gunungsari.
Penggunaan air di suatu industri merupakan hal yang utama. Besar kecilnya penggunaan air tergantung pada
bahan baku yang digunakan dan tingkat teknologinya. Pada beberapa industri yang menghasilkan produk serupa,
kebutuhan air belum tentu sama. Tetapi secara umum, konsumsi air terbesar oleh industri adalah untuk pencucian
dan pembersihan bahan baku, pelarutan pada proses tertentu, dan terakhir sebagai medium penghantar untuk
menghilangkan pencemaran produksi.
Industri dan jenis produk dari 41 industri yang didata dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Nama Industri dan Jenis Produknya
a)
No. Nama Industri (Kode) Produk Jarak dari
D.Gnsari(km)
1. Pers. Tahu Kedurus (SRB 447) Tahu 2.30
2. Pers. Tahu Gunungsari (SRB 312) Tahu 2.31
3. Pers. Tahu Halim Jaya (SRB 449) Tahu 2.34
4. PT Rejeki Baru (SRB 451) Capoc seed oil 2.51
5. Pabrik Karet Asean (SRB 336) Ring Rubber 2.53
6. PD. Pemotongan Hewan KMS (SRB 450) Sapi Potong 3.23
7. UD Jawa Jaya (SRB 331) Coconut Oil 3.36
8. PT Bintang Apollo (SRB 047) # Spinning Mill 3.35
9. PT Sumber Sarih (SRB 446) Coconut Oil 3.64
10. PT Gawerejo (SRB 314) Tshirt & Singlet 3.70
11. Pabrik Karet Sriwijaya (SRB 324) Rubber bands 3.79
12. Pabrik Mie TLH (SRB 456) Vermicelli 3.84
13. FA Cemara Agung (SRB 278) Coconut Oil 3.94
14. PT. Pakabaya Jaya (SRB # Korek Api 5.34
15. PT. Jayabaya Raya (SRB 249) # Domestic Detergent 5.49
16. Pers. Tahu Purnomo (SRB 315) # Tahu 5.64
17. CV. Bangun (SRB 317) Tiles 5.70
18. Pers. Tegel Jombang (SRB 317) Tiles 5.72
19. Pers. Tahu H. So'ud (SRB 453) Tahu 6.22
20. UD Sumber Agung (SDR 131) # Plastic wares 6.79
21. Pers. Susu Farida (SDR 133) # Fresh Milk 6.80
22. CV. Sumber Baru (SDR 130) # Confection 7.05
23. PT IKI Mutiara (SRB 264) Ceramic/Glazed Tiles 7.05
24. PT Asia Victory (SRB 251) Glazed Ceramic Tiles 7.40
25. PT Sarimas Permai Coconut Oil 7.70
26. PT Suparma (SRB 054) Paper mill 8.80
27. PT Spindo (SRB 250) Galvanized water pipe 9.00
28. PT Kedawung Setia (SRB 297) Enamel 9.10
29. PT Surabaya Wire (GRS 012) Steel Wire 9.30
30. PT Surabaya Mekabox (GRS 017) Paper mill 10.60
31. PT Priscolin (GRS 048) Minyak goreng 10.65
32. PT Wijaya Indah Makmur Bycycle Industry Bycycle 12.10
33. PT Sinar Surya Sosro Kencono (GRS 037) Bottle tea & Cardboard tea 13.05
34. PT Timur Megah Steel (GRS 009) Mur baut 14.50
35. PT Haka Surabaya Leather Kulit 15.95
36. PT Miwon Indonesia(GRS 022) MSG 16.60
37. PT Surya Agung Kertas (GRS 023) Paper mill 17.20
38. PT. Hueychyi (GRS 013) Tekstil 17.60
39. PT. Sidomulyo (SDR 132) Ternak Babi 21.05
40. Pers. Tahu Sidomakmur (SDR 128) Tahu 21.15
41. PT. Adiprima Suraprinta (SDR 135) Paper mill 21.60
Catatan : Bergaris miring termasuk prioritas Prokasih
# : Industri berada di sisi sungai yang berbeda
Sumber : a) PJT (1994-1998) dan PU (1989)

Berdasarkan jenis produk serta limbah yang dihasilkan oleh 41 industri di atas, dapat dibagi menjadi 12
katagori, yaitu perusahaan tahu, industri minyak nabati, pembuatan produk karet, produk hewani, tekstil dan
penyamakan kulit, mie, deterjen dan korek api, tegel dan keramik, plastik, kertas, produk-produk logam serta
minuman dan MSG. Pembagian 12 macam industri serta polutan yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jenis Industri Dan Polutan Yang Dihasilkan
No Jenis Industri Polutan Dominan
1. Perusahaan tahu  Padatan tersuspensi
 Padatan terlarut
 Bahan organik yang membutuhkan oksigen
2. Industri minyak nabati  Padatan tersuspensi dan koloid
 Minyak
 Bahan organik yang membutuhkan oksigen
3. Karet  Koloid
 Zink
4. Produk hewani  Padatan terendap
 Padatan tersuspensi
 Padatan terlarut
 Bahan organik yang membutuhkan oksigen
5. Tekstil dan penyamakan  Padatan tersuspensi
kulit  Padatan terlarut
 Bahan organik yang membutuhkan oksigen
 Kromium
6. Mie  Padatan tersuspensi
 Padatan terlarut
7. Deterjen dan korek api  Padatan tersuspensi
 Padatan terlarut
 Bahan organik yang membutuhkan oksigen
8. Tegel dan keramik  Padatan terendap
 Padatan tersuspensi
 Logam timbal dan zink
9. Plastik  Padatan tersuspensi
 Padatan terlarut
10. Kertas  Padatan tersuspensi dan koloid
 Padatan terlarut
 Bahan organik yang membutuhkan oksigen
 Merkuri (diduga)
11. Produk-produk logam  Padatan tersuspensi
 Padatan terlarut
 Kromium, timbal, merkuri, tembaga dan sianida
12. Minuman dan MSG  Padatan tersuspensi
 Padatan terlarut
 Bahan organik yang membutuhkan oksigen

Pemantauan pencemaran yang terjadi di Kali Surabaya dilakukan dengan mengambil sampel air Kali Surabaya
di beberapa titik di sepanjang Kali Surabaya (KS3 hingga KS 8) serta mengambil sampel buangan limbah cair di
lokasi pembuangan limbah cair industri.
Lokasi 41 industri dan lokasi titik pengambilan sampel air di sepanjang Kali Surabaya dapat dilihat pada
gambar 2.

1. UD Jawa Jaya
1. PT Sosro
2. Potong Hewan KMS
2. PT WIM Cycle
3. PT Priscolin 1. PT Sarimas Permai 1. FA Cemara Agung 3. Karet Asean
2. Pabrik Mie TLH 4. PT Rejeki Baru
1. PT Hueychyi 4. PT Mekabox 2. PT Asia Victory
1. PT Adiprima Suraprinta 3. Karet Sriwijaya 5. Tahu Halim Jaya
2. PT SAK 5. PT Surabaya Wire 3. PT IKI Mutiara
2. Tahu Sidomakmur 1. Tegel Jombang 4. PT Gawerejo 6. Tahu Gunungsari
3. PT Miwon 1. PT Haka 6. PT Kedawung Setia 4. Tahu H. So'ud
3. PT Sidomulyo
2. PT Timur Megah Steel 7. PT Spindo 2. CV Bangun 5. PT Sumber Sarih 7. Tahu Kedurus
1. PT Suparma

Industri Industri Industri Industri Industri Industri Industri Industri Industri


KS 8
KS 3 KS 5 KS 6 KS 7
KS 4

Industri Industri Industri


1. CV Sumber Baru 1. Tahu Purnomo 1. PT Bintang Apollo
2. Pers. Susu Farida 2. PT Jayabaya Raya
3. UD. Sumber Agung 3. PT Pakabaya Raya

= 1 km

Gambar 2. Lokasi industri dan titik pengambilan sampel di Kali Surabaya


Hasil Analisa Statistik Data Kali Surabaya
Pada studi ini dilakukan uji distribusi terhadap data kualitas air Kali Surabaya. Berdasarkan perhitungan statistika
deskriptif diperoleh nilai-nilai mean, media dan kemencengan kurva. Nilai-nilai tersebut akan membantu penentuan
jenis distribusi yang sesuai dengan data kualitas air Kali Surabaya melalui uji K-S. Perhitungan statistika deskriptif
dan uji K-S dilakukan dengan software statistik Statgraf dan Minitab. Berdasarkan uji K-S dengan significance level
(s.l) 0.05 diketahui ada empat jenis distribusi yang dapat mewakili data-data yang telah diperoleh. Pada tingkat
signifikan 0.05 berarti hasil perhitungan dari suatu distribusi teoritis dengan nilai s.l lebih besar atau sama dengan
0.05 yang dapat diterima. Semakin besar nilai s.l hasil perhitungan semakin sesuai pola data dengan jenis distribusi
tersebut. Berdasarkan hasil analisa statistik maka dapat dilihat s.l untuk empat distribusi yang telah ditentukan pada
tabel 4
Tabel 4. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Pada Data Pencemaran Kali Surabaya
Lokasi Parameter Tingkat Signifikan (s.l)
D. Weibull D. Lognormal D. Eksponensial D. Normal
J. Jrebeng BOD 0.1671 0.5742 1.75E-04 0.0233
KS3 COD 0.2847 0.9011 8.15E-04 0.0279
Debit 0.2230 0.2500 9.84E-05 0.0573
Cangkir BOD 0.7609 0.5566 0.0034 0.4097
KS4 COD 0.9055 0.5440 0.0060 0.4478
Debit 0.2540 0.2468 6.45E-04 0.0920
Bambe BOD 0.4112 0.9336 2.51E-05 0.0841
Tambangan COD 0.2128 0.7531 0.0002 0.0217
KS5 Debit 0.1942 0.2488 2.87E-04 0.0561
Karangpilang BOD 0.4845 0.9424 1.32E-07 0.3207
KS6 COD 0.0958 0.6139 1.00E-06 0.0419
Debit 0.0834 0.1176 8.33E-04 0.0229
J. Sepanjang BOD 0.5143 0.9247 2.04E-06 0.3154
KS7 COD 0.3921 0.9659 6.29E-05 0.1467
Debit 0.1394 0.2782 1.18E-03 0.0404
Dam Gunungsari BOD 0.0897 0.6113 1.55E-07 0.0279
KS8 COD 0.1629 0.5030 1.80E-05 0.0270
Debit 0.0674 0.0664 1.02E-03 0.0294
* Yang bergaris bawah menjadi pilihan untuk pengukuran selanjutnya
Berdasarkan hasil uji K-S di atas dapat ditentukan nilai data yang paling sering muncul dalam pengamatan
(modus) berdasarkan jenis distribusi yang paling sesuai. Penentuan modus dalam perhitungan ini dilakukan karena
berkaitan dengan penentuan kapasitas yang akan dilakukan dalam pembuatan UPL komunal. Pertimbangan lain
yang digunakan dalam pemilihan jenis distribusi selain syarat tingkat ketelitiannya melebihi batas tingkat signifikan
(α) = 0.05 adalah pertimbangan sesuai tidaknya nilai yang dihasilkan dari distribusi tertentu dengan kondisi lapang.
Kasus ini dapat dilihat pada penentuan modus untuk debit dari pengamatan di Kali Surabaya. Berdasarkan analisa
maka diperoleh hasil seperti pada gambar 3.
Kurva Pengukuran Debit Kali Surabaya

60

50

40
Debit (m /det)
3

30
28.1573
20

10

0
25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0
Jarak dari Dam Gunungsari

Gambar 3. Hasil Analisa Modus Debit Berdasarkan Tingkat Signifikan


Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa pada titik pengamatan KS 4 daerah Cangkir terjadi penurunan debit,
untuk kemudian meningkat kembali. Berdasarkan pengamatan di lapangan, kondisi hilangnya debit yang cukup
besar ini tidak mungkin terjadi karena tidak ada aktifitas ataupun kegiatan pengambilan air sungai yang cukup besar
(mencapai 20 m3/det) di daerah ini. Kondisi penurunan debit yang begitu besar juga tidak mungkin terjadi di daerah
Dam Gunungsari (KS 8). Karena selain ada masukan dari Kali Tengah dan Kali Kedurus, aktifitas masyarakat dan
industri di daerah ini cukup padat sehingga kondisi perubahan debit seharusnya tidak menyebabkan penurunan debit
yang besar.
Analisa modus dilakukan kembali pada s.l. yang lebih rendah dan masih memenuhi syarat di atas tingkat
keyakinan 0.05. Jenis distribusi yang diperoleh berdasarkan analisa pada s.l yang kedua ini adalah distribusi
lognormal yang berlaku di seluruh titik lokasi pengamatan di Kali Surabaya. Hasil penentuan modus berdasarkan
distribusi lognormal pada dasarnya sesuai dengan kenyataan di lapangan dapat dilihat pada gambar 4.

Kurva Penentuan Debit Di Kali Surabaya

60
50
Debit (m 3/det)

40
30
20
10
0
25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0

Jarak dari Dam Gunungsari

Gambar 4. Kurva Hasil Penentuan Debit Berdasarkan Distribusi Lognormal


Hasil Analisa Statistik Data Efluen Limbah Industri
Uji distribusi untuk parameter BOD dan COD pada efluen limbah industri dengan s.l = 0.05, distribusi yang
memiliki s.l tertinggi tidak selalu menjadi dasar untuk menentukan modus. Karena pada dasarnya terdapat tiga
pertimbangan yang akan menentukan suatu distribusi digunakan dalam perhitungan kapasitas, yaitu tingkat ketelitian
yang tinggi, kesesuaian hasil dengan fakta di lapang dan pertimbangan biaya. Pada studi ini, penentuan modus
disesuaikan dengan fakta dan kondisi di lapang. Hasil penentuan jenis distribusi efluen limbah cair industri dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Penentuan Jenis Distribusi Pada Data Efluen Limbah Cair Industri
No. Industri Parameter Tingkat Ketelitian
D. Weibull D. Lognormal D. Eksponensial D. Normal
1. PT. Adiprima Suraprinta BOD 0.2653 0.8631 0.3495 0.0052
COD 0.6205 0.3643 0.0289 4.73E-04
2. PT. Sidomakmur BOD 0.6659 0.0570 1.18E-06 0.6455
COD 0.9582 0.0689 7.00E-06 0.9999
3. PT. Sidomulyo BOD 0.4424 0.8044 0.0719 0.0402
COD 0.4319 0.7587 0.0696 0.0503
4. PT. Hueychyi BOD 0.5381 0.9806 0.4304 0.0026
COD 0.6206 0.9505 0.2776 7.66E-04
5. PT. Surya Agung Kertas BOD 0.9969 0.3056 0.0225 0.3242
COD 0.9963 0.4510 0.1074 0.1674
6. PT. Miwon Indonesia BOD 0.1301 0.4072 0.0512 0.1703
COD 0.0755 0.1775 0.0925 1.40E-04
7. PT. Timur Megah Steel BOD 0.1517 0.5209 9.80E-04 3.35E-04
COD 0.2321 0.2991 1.64E-05 9.31E-06
8. PT. Sinar Surya Sosro Kencono BOD 0.4609 0.2593 1.49E-04 5.33E-04
COD 0.5171 0.3075 3.29E-04 9.00E-04
9. PT. Wim Bycycle Industry BOD 0.9369 0.6393 0.0508 0.0294
COD 0.8501 0.4072 0.2842 0.0123
10. PT. Priscolin BOD 0.8713 0.9037 0.1795 0.1901
COD 0.8115 0.9746 0.1655 0.1817
11. PT. Surabaya Mekabox BOD 0.2947 0.6574 3.30E-03 3.94E-05
COD 0.4463 0.5917 0.0030 1.03E-05
12. PT. Kedawung Setia BOD 0.3145 0.7345 0.1205 0.0296
COD 0.3550 0.9230 0.1097 0.0245
13. PT. Spindo BOD 0.7238 0.6444 0.1845 0.1928
COD 0.3761 0.8667 3.41E-06 5.37E-04
14. PT. Suparma BOD 0.1185 0.6907 0.0015 0.0014
COD 0.1962 0.4862 8.32E-04 0.0026
15. UD. Sumber Agung BOD 0.4031 0.4067 0.3805 0.0330
COD 0.8416 0.3180 0.2864 0.3786
16. Pers. Tahu Purnomo BOD 0.4343 0.0491 0.0818 0.8149
COD 0.5580 0.1008 0.1806 0.7977
17. PT. Gawerejo BOD 0.4515 0.7299 0.1913 0.0405
COD 0.7843 0.9475 0.0196 0.2079
18. PT. Bintang Apollo BOD 0.2881 0.6371 0.0701 0.0181
COD 0.3750 0.9374 0.0157 0.7978
19. PD. Pemotongan Hewan BOD 0.9758 0.4284 0.2982 0.1466
COD 0.9499 0.4604 0.2324 0.1928
20. Pers. Tahu Halim Jaya BOD 0.9809 0.2951 0.6250 0.6502
COD 0.9916 0.7125 0.3039 0.3523
21. Pers. Tahu Gunungsari BOD 0.0230 0.0053 0.0061 0.0300
COD 0.0497 0.0107 0.0073 0.0596
22. Pers. Tahu Kedurus BOD 0.6621 0.8994 0.0263 0.0439
COD 0.7050 0.7732 0.0824 0.0304
* Yang bergaris bawah menjadi pilihan untuk pengukuran selanjutnya

Berdasarkan hasil uji K-S, ada beberapa industri yang belum memenuhi syarat kesesuaian distribusi untuk
keseluruhan nilai parameter. Sehingga tidak menggunakan nilai s.l tertinggi. Enam industri tersebut dapat dilihat
pada tabel 8.
Tabel 8. Pertimbangan Yang Digunakan Dalam Penentuan Distribusi
Nama Industri Parameter Pertimbangan
PT. Adiprima Suraprinta COD Distribusi Weibull tidak bisa digunakan karena α <1
PT. Sosro BOD,COD Distribusi Weibull tidak bisa digunakan karena α <1
PT. Wim Cycle BOD,COD Distribusi Weibull tidak bisa digunakan karena α <1
PT. Spindo BOD Distribusi Weibull tidak bisa digunakan karena α <1
UD. Sumber Agung COD Nilai COD dari distribusi Weibull lebih kecil
(216.52) dari nilai BOD (219.73) sehingga
mengambil nilai COD dari distribusi lognormal
(495.38)
Pers. Tahu Gunungsari BOD Nilai s.l yang memenuhi hanya pada distribusi
normal pada parameter COD, sehingga penentuan
modus BOD juga menggunakan distribusi normal

Analisa Penentuan Titik Kritis


Penentuan titik kritis di Kali Surabaya berdasarkan besarnya tingkat pencemaran (BOD dan COD) dari efluen
limbah cair industri dan tingkat pencemaran yang dialami Kali Surabaya. Titik kritis adalah lokasi yang mengalami
pencemaran dominan. Berdasarkan titik kritis ini dapat ditentukan lokasi UPL komunal dan teknologi yang akan
digunakan pada penelitian utama. Sehingga diharapkan dengan UPL komunal ini dapat mengembalikan kualitas air
buangan industri serta membantu meningkatkan kualitas air PDAM Karangpilang yang mengambil air Kali Surabaya
sebagai baku air minum Kota Surabaya.
Berdasarkan penentuan modus dari analisa distribusi diperoleh nilai-nilai parameter BOD, COD dan debit yang
akan digunakan untuk penentuan titik-titik kritis pencemaran. Perhitungan beban pencemaran berdasarkan
kebutuhan oksigen dapat diketahui dari nilai-nilai parameter tersebut. Pada dasarnya penentuan titik-titik kritis dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) dengan membandingkan kurva konsentrasi pencemar di Kali Surabaya dengan
kurva konsentrasi pencemar efluen industri serta (2) membandingkan kurva beban pencemaran di Kali Surabaya
dengan kurva beban pencemaran efluen industri. Kedua cara ini akan dilakukan pada pembahasan selanjutnya.
Berdasarkan titik-titik kritis pencemaran tersebut, dapat ditentukan jumlah UPL yang dibutuhkan berdasarkan lokasi
industri dan debit limbah cair industri yang dihasilkan. Penentuan titik-titik kritis dengan membandingkan kurva
konsentrasi pencemaran dapat dilihat pada gambar 5.
Kurva Konsentrasi Pencemar Industri Di Kali Surabaya

5000
4500
4000

3000 3500

2000
2500

Tingkat BOD
Tingkat COD

1000

0 1500

-1000
500
-2000

-3000 -500
25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0

Jarak Dari Dam Gunungsari (km) BOD (mg/l) COD (mg/l)

Kurva Tingkat Pencemaran Di Kali Surabaya

35.0

30.0

25.0
Tingkat Pencemaran

20.0

15.0

10.0

5.0

0.0
25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0

Jarak Dari Dam Gunungsari (km )


BOD (mg/l) COD (mg/l)

Gambar 5. Kurva Konsentrasi Pencemar Industri dan Kali Surabaya


Dengan menghubungkan titik tertinggi antara kedua kurva di atas dapat diketahui lokasi titik kritis yang
mengalami pencemaran terberat. Pada kurva konsentrasi pencemar industri terlihat tingkat pencemaran cukup
fluktuatif. Konsentrasi polutan industri tertinggi terdapat di titik-titik berikut; lokasi industri 2 (2.31km), 7 (5.64km),
15 (13.05km) dan 21 (21.15km). Titik kritis Kali Surabaya di KS 6 (7.8km) dan KS 4 (13.6km). Berdasarkan titik-
titik tersebut ditentukan dua lokasi UPL komunal, yaitu UPL untuk industri 1-8 dan UPL untuk industri 9-22.
Kemudian akan dihitung beban pencemaran industri dan Kali Surabaya untuk cara kedua. Kurva beban pencemaran
dapat dilihat pada gambar 6.
Kurva Beban Pencemaran Industri Di Kali Surabaya

20000
17000
15000 15000

10000 13000
11000
Beban COD

5000

Beban BOD
9000
0 7000

-5000 5000
3000
-10000
1000
-15000 -1000
25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0
Jarak Dari Dam Gunungsari (km )
Beban BOD (kg/hari) Beban COD (kg/hari)

Kurva Beban Pencemaran Di Kali Surabaya

100000
90000
80000
70000
Beban Pencemar

60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0

Jarak Dari Dam Gunungsari (km )


Beban BOD (kg/hari) Beban COD (kg/hari)

Gambar 6. Kurva Beban Pencemaran Industri dan Kali Surabaya


Pada penentuan titik kritis berdasarkan beban pencemaran BOD dan COD industri terlihat bahwa beban tertinggi
terjadi pada industri 9 (8.80km), 12 (10.6 km) dan industri 18 (17.2 km). Titik-titik beban pencemaran industri tidak
fluktuatif tetapi pada titik-titik tertentu terlihat perbedaan yang cukup tinggi akibat perbedaan debit yang
dikeluarkan. Titik-titik tertinggi ini berasal dari industri kertas yaitu PT. Suparma, PT. Surabaya Mekabox dan PT.
Surya Agung Kertas. Industri kertas termasuk prioritas Prokasih, sebagai penyumbang beban pencemaran terbesar
selama ini. Selain itu jenis polutan limbah cairnya cukup kompleks dan membutuhkan penanganan serius.
Kenaikan beban pencemaran di Kali Surabaya terjadi mulai daerah Cangkir (KS4) dengan masuknya polutan
dari industri-industri besar yang ada di daerah ini seperti PT. Surya Agung Kertas dan PT.Miwon Indonesia. Titik
kritis terjadi dengan kenaikan yang cukup tajam pada KS6. Lokasi ini berada di instalasi PDAM Karangpilang.
Tingginya beban pencemaran diperkirakan berasal dari pencemaran di Kali Tengah yang berdekatan dengan intake
PDAM dan industri-industri sebelum lokasi PDAM.
Perhitungan beban pencemaran memperhitungkan debit yang dihasilkan. Oleh karena itu industri yang
menghasilkan konsentrasi pencemar yang tinggi pada gambar 5 belum tentu memiliki beban pencemaran yang tinggi.
Kurva konsentrasi pencemaran dan beban pencemaran di Kali Surabaya tidak menunjukkan perbedaan yang besar
karena debit sungai pada lokasi pemantauan tidak berfluktuatif seperti debit industri.
Berdasarkan titik kritis pada kurva konsentrasi pencemaran dan kurva beban pencemaran maka dapat ditentukan
alternatif lokasi UPL Komunal. Pertimbangan lain dalam penentuan lokasi adalah laju alir limbah cair yang akan
ditangani serta keberadaan PDAM di Karangpilang. Berdasarkan pertimbang tersebut dapat ditentukan 4 alternatif
lokasi UPL Komunal yang diharapkan mampu menangani efluen limbah cair industri.
Alternatip pertama :
 UPLK 1 yang menangani efluen dari industri 1-8 (Km 2.30 - 6.79),
 UPLK 2 yang menangani industri 9-15 (Km 8.80-13.05),
 UPLK 3 yang menangani industri 16-22 (Km 14.50-21.60).
Alternatif kedua :
 UPLK l yang menangani efluen dari industri 1-8 (Km 2.30 – 6.79),
 UPLK 2 yang menangani industri 9-22 (Km 8.80 – 21.60).
Alternatif ketiga :
 UPLK l yang menangani efluen dari industri 1-15 (Km 2.30 – 13.05),
 UPLK 2 yang menangani industri 16-22 (Km 14.50 – 21.60).
Alternatif keempat:
 UPLK yang melayani seluruh industri 1-22 (Km 2.30 – 21.60).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 41 industri yang dapat diinventarisasi di sepanjang Kali Surabaya. Tetapi
hanya 22 industri yang menjadi pemantauan Prokasih. Melalui analisa distribusi frekuensi diperoleh 3 pola distribusi
data pencemaran yaitu distribusi Weibull, distribusi lognormal dan distribusi normal. Perhitungan modus untuk
masing-masing pola distribusi frekuensi dilakukan untuk membuat kurva konsentrasi pencemaran dan kurva beban
pencemaran. Titik-titik kritis pencemaran dapat ditentukan dengan (1) membandingkan kurva konsentrasi
pencemaran efluen limbah industri dan kurva konsentrasi pencemaran Kali Surabaya serta (2) membandingkan kurva
beban pencemaran efluen limbah industri dan kurva beban pencemaran Kali Surabaya. Empat alternatif lokasi yang
diperoleh berdasarkan titik-titik kritis pencemaran adalah : (1) 3 UPLK yang berada di Km 2.30, Km 8.80 dan Km
14.50 dari Dam Gunungsari, (2) 2 UPLK yang berlokasi di Km2.30 dan Km 8.80 dari Dam Gunungsari, (3) 2 UPLK
yang berlokasi di Km 2.30 dan Km 14.50 dari Dam Gunungsari dan alternatif (4) 1 UPLK yang melayani seluruh
industri berlokasi di Km 2.30.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum. (1989) Industrial Study Based on A Water Quality Monitoring and Pollution Control
Program for Brantas River Basin Master Plan, Volume 6, PU, Indonesia.

Departemen Pekerjaan Umum. (1989) Industrial Questionaires Based on A Water Quality Monitoring and
Pollution Control Program for Brantas River Basin Master Plan, Volume 6, PU, Indonesia.

Gilbert, Richard O. (1987) Statistical Methods For Environmental Pollution Monitoring. Van Nostrand Reinhold,
New York.

Haan, Charles, T. (1982) Statistical Methods in Hidrology. The Iowa State University Press, Iowa.

Kececioglu, Dimitri. (1991) Reliability Engineering Handbook. Volume 1. Prentice Hall, New Jersey.

Soewarno. (1995) Hidrologi, Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data. Nova, Bandung.

Sprent, P. (1989) Applied Nonparametric Statistical Methods. Chapman and Hall, London.

Suprapto, S dan T. Indahyani. (1995) Instrumen Ekonomi Sebagai Pendukung Upaya Hemat Air (Studi Kasus di
DSP Brantas). Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan XII HATHI (Surabaya), Nopember 21-23, pp 448-457.

Anda mungkin juga menyukai