Anda di halaman 1dari 16

1.

PASAR UKAZ

Pasar Ukaz, sebuah tempat yang tidak bisa lepas dari sejarah dakwah nabi pada masa awal kerasulan
beliau. Beliau mengunjunginya sering mengunjunginya untuk menyampaikan dakwah Islam kepada
orang-orang dari berbagai penjuru yang akan pergi haji. Berikut ini merupakan profil singkat Pasar Ukaz.

Pasar Ukaz merupakan pasar kuno yang paling terkenal di Semenanjung Arabia. Nama tersebut diambil
dari apa yang dikerjakan orang Arab di tempat tersebut, mereka memamerkan prestasi dan nenek
moyang mereka. Pasar tersebut tercatat untuk pertama kalinya pada 500 Sebelum Masehi. Pasar
tersebut terletak diantara Thaif dan Mekah, tepatnya di kota Al-Athdia. Pasar terkenal diadakan
bersamaan dengan pasar di Hadramaut. Pasar ini melebihi pasar lainnya, dalam kemegahan, hubungan
dagang, manifestasi syair, kesukuan dan dikunjungi oleh suku Quraisy, Hawazin, Ghatafan, Aslam,
Ahabish, Adl, ad-Dish, al-Haya dan al-Mustaliq.

Diadakan pada 15-30 Dzu al-Qa’dah. Para pedagang membawa barang menggunakan onta atau keledai
menuju pasar Ukaz. Barang dagangan yang dijual pedagang Badui antara lain permadani, tenda, bulu
domba, tembikar, peralatan, perhiasan, parfum, hasil bumi dan rempah-rempah. Di pasar Ukaz juga
diadakan berbagai pertunjukan baik syair maupun nyanyian. Para penyair dan penyanyi datang ke Ukaz
untuk berpartisipasi dalam lomba syair dan nyanyian tersebut. Menurut arkeolog Saudi yang telah
mempelajari daerah ini, memperkirakan pasar Ukaz berakhir sampai 760 Sesudah Masehi. .

Quraisy merupakan suku Arab yang terkenal, yang di dalamnya termasuk Nabi Muhammad s.a.w.
mempunyai gagasan untuk mempunyai sebuah tempat orang Arab dapat berkumpul dan bersatu untuk
melawan musuh. Mereka memilih tempat tersebut adalah Ukaz. Tempat tersebut merupakan pasar
ketika para calon haji tiba di Mekah dan pergi selama empat bulan ke tempat tersebut. Orang Arab
mempunyai bulan khusus yang selama itu disepakati oleh mereka untuk tidak menggunakan senjata
atau memulai berperang. Terhadap mereka diberikan jaminan atas keselamatan di lingkungan kota
tersebut untuk melakukan aktivitas dan berdagang. .

Sebagai perbandingan terhadap mal yang modern, Ukaz tidak hanya menawarkan barang untuk dijual,
tetapi pengunjung mempunyai banyak hal untuk dikerjakan disamping berbelanja. Mereka masing-
masing memperoleh tantangan untuk membuktikan siapa yang terbaik sebagai pembuat syair di Arab.
Mereka membanggakan prestasi sukunya dan mereka juga mencoba menyelesaikan perselisihan dan
pertentangan antar suku. Sejak pasar dibuka, banyak aktivitas budaya di pasar tersebut membantu
memelihara dan melindungi bahasa Arab, membantu menghasilkan syair-syair yang baik dan
mendorong para penyair untuk menghasilkan syair lebih banyak. Nabi Muhammad s.a.w. mengunjungi
pasar sebanyak tujuh kali dan mencoba untuk menjelaskan kepada orang Arab tentang Islam dipasar
tersebut. King Faisal ibn Abdul Aziz meminta kepada para ahli dan ilmuwan untuk mengidentifikasi lokasi
dari Ukaz, dengan mencari kembali catatan kuno dan dokumen sejarah yang akhirnya diputuskan
lokasinya di dekat Taif ditempat yang dikenal Al-Athdia. Setelah 1300 tahun, pasar tersebut dioperasikan
kembali dan diresmikan oleh Gubernur Mekah, Pangeran Khalid Al-Faisal, putra Raja Faisal. Peristiwa
tersebut berlangsung selama 7 hari, terjadi penjualan bermacam-macam barang dan bahan, baik
tradisional maupun modern. Di tempat tersebut juga terdapat tulisan syair Arab kuna dalam emas dan
diperuntukkan untuk pengunjung untuk melihatnya dan diramaikan oleh penyanyi Arab terkenal.
[sumber : m.suyanto].

2. Bangun Ketahanan Ekonomi Umat Dengan Dinar , (Author: Abul Hidayat)


 Uang dalam berbagai bentuknya sebagai alat tukar perdagangan telah dikenal ribuan tahun yang lalu
seperti dalam sejarah Mesir kuno sekitar 4000 SM-2000 SM. Dalam bentuknya yang lebih standar uang
emas dan perak telah diperkenalkan oleh Julius Caesar dari Rumawi sekitar tahun 46 SM.

Di Dunia Islam uang emas dan perak dikenal dengan Dinar dan Dirham yang digunakan sejak awal Islam
hingga masa tumbangnya ke khilafahan Turki Usmani pada tahun 1924. Islam sebagai agama yang
bersifat rahmatan lil ‘alamin selalu terbuka menerima tradisi atau budaya yang telah ada sebelumnya
jika hal itu memberi manfaat dan maslahat dan tidak berakibat kemudharatan bagi kehidupan umat
manusia.Karena Dinar dan dirham sebagai mata uang Hakiki yang memiliki nilai intrinsic (memiliki nilai
sama dengan nilai nominalnya),Rasulullah Saw. Menggunakan dan bahkan menjadikan ketetapan
(taqririyah) sebagai mata uang dalam bermu’amalah, menetapkan ukuran nishab Zakat dan pembayaran
Diyat. Ternyata dalam perjalaan waktu ketetapan Rasulullah saw.itu terbukti dan dibuktikan oleh
kenyataan sejarah bahwa uang Dinar dan Dirham mampu bertahan dari rongrongan inflasi dan gonjang
ganjingnya moneter dunia karena ulah permainan cukong dan para spekulan kapitalis.

DINAR DAN DIRHAM SEBAGAI UANG HAKIKI YANG BEBAS INFLASI

Sebuah riwayat di jaman Nabi ; “Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan
kepada kami ,Syahib bin Gharqadah menceritakan kepada kami, ia berkata ; “ Saya mendengar
penduduk bercerita tentang Urwah, bahwa Nabi saw. memberikan uang satu dinar kepadanya agar
dibelikan seekor kambing untuk Beliau. Lalu dengan uang tersebut ia membeli dua ekor kambing,
kemudian ia jual satu ekor dengan harga satu dinar. Ia pulang dengan membawa satu dinar dan satu
ekor kambing. Nabi saw. Mendoakannya dengan keberkatan dalam jual belinya. Seandainya ‘Urwah
membeli debupun ia pasti beruntung”. (HR.Bukhari).

Riwayat tersebut diatas menunjukkan dengan jelas bahwa empat belas abad yang lalu harga seekor
kambing adalah satu dinar. Sampai dengan abad melanium ke tiga ini ( 16 Dz.Hijah 1430 H \ 3 Desember
2009 M ) satu dinar (uang emas 22 krt yang beratnya 4,25 gr) kurs rupiyahnya Rp1.588.000,- (satu juta
lima ratus delapan puluh delapan ribu rupiah) masih dapat untuk membeli seekor kambing yang super
besar, bahkan bisa membeli dua ekor kambing yang ukurannya sedang. Hal ini menunjukkan bahwa
Dinar dan Dirham memiliki nilai yang tidak berubah, bahkan jika dikurs dengan rupiah nilai nominalnya
akan semakin naik mengikuti harga emas dunia.
Coba bandingkan dengan uang rupiah. Pada zaman Bung Karno dimasa Orde lama
Tahun 1965. Terjadi inflasi besar sehingga Pemerintah memotong uang rupiah dengan menghilangkan
tiga nol dibelakang, sehingga uang Rp 1.000 menjadi Rp 1, (satu rupiah)
Pada tahun 1970 harga seekor kambing Rp 8.000,-(delapan ribu rupiah) 39 tahun kemudian harga
seekor kambing telah naik menjadi Rp1.200.000,- (satu juta dua ratus ribu rupiah).Masih tahun yang
sama anak SMA yang kos biaya hidup untuk makan satu bulan cukup dengan uang Rp 10.000,-tetapi
pada tahun 2009 uang Rp 10.000 hanya cukup untuk makan minum sederhana sekali saja.
Masih tentang uang kertas. Karena dahsyatnya inflasi Zimbabwe Negeri yang berdaulat, pada tanggal 31
Desember 2008 terpaksa mengeluarkan uang kertas Dollar Zimbabwe (Z$) yang nominal selembarnya
Z$100.000.000.000.- seratus milyar.Aneh dan dahsyatnya lagi uang Z$100.000.000.000.- itu hanya cukup
untuk membeli empat butir jeruk atau setangkup roti. Hal ini mengingatkan kita pada paristiwa yang
pernah terjadi di Jerman pada tahun 1923 seorang bapak mendorong uang dalam gerobak hanya untuk
untuk membeli sebungkus roti.
Lebih tragis lagi seorang ibu di Jerman lebih suka membakar uang kertasnya untuk memanaskan
ruangan dari pada membeli kayu bakar karena harga kayu bakar sama banyaknya dengan uang yang
harus dibelanjakan.
Jadi jelas sekali rupiah dalam hitungan tiga puluhan tahun saja sudah amat sangat jauh perbedaan nilai
bahkan amat sangat jauh merosot nilai daya belinya, demikian pula dengan uang kertas lainnya yang
tidak memiliki nilai intrinsik semakin lama akan mengalami kemerosatan nilai dan daya belinya yang
sangat jauh dibandingkan dengan dinar dan dirham.
DINAR UANG MASA LALU DAN MASA DEPAN.
Gold; The once and Future Money, Emas ; Sebagai Mata Uang Masa Lampau dan Akan Datang. Demikian
judul sebuah buku yang ditulis oleh Nathan Lewis (John Wiley & Son,2007). Seorang senior economist
pada sebuah perusahaan Asset Management di New York. Dalam salah satu kesimpulannya dia menulis :

“ Mungkin perlu waktu beberapa tahun atau beberapa puluh tahun, tetapi era uang kertas perlahan-
lahan akan berakhir. Dunia tidak memiliki pilihan lain kecuali kembali ke hard currency. Manfaat dari
hard currency sungguh luar biasa. System hard currency masa depan akan berdasarkan emas (baca
Dinar.pen) sama persis dengan yang terjadi dimasa lampau”.
Johan Nais Bitt seorang futurolog masa kini yang dianggap ‘Dewa’ nya ekonomi modern di dunia
Barat,menurut dia;
“Monopoli uang kertas yang akan segera ditinggalkan oleh umat manusia adalah monopoli uang kertas
yang dikeluarkan oleh satu Negara”.
Bahkan Spekulan masa kini George Soros juga meyakini bahwa “Dominasi uang kertas akan berakhir”**
Masyarakat tidak akan lagi mempercayai mata uang kertas dan akan pindah ke mata uang privat. Yaitu
benda-benda ( mata uang ) riil yang memang memiliki nilai intrinsik.
RUNTUHNYA KE KHILAFAHAN DUNIA ISLAM TERHAPUSNYA DINAR DAN DIRHAM.
Upaya Barat untuk dapat mengalahkan dan menguasai dunia Islam mereka menggunakan tiga konsep
strategis yang di rumuskan oleh seorang Pendeta DR. Samuel Zwemer seorang Theolog bangsa inggris
dan tokoh Oreintalis pada akhir abad 19.tiga konsep itu ialah ;
- Jauhkan Umat Islam dari agamanya.
- Tumbangkan ke Khilafahan Dunia Islam.
- Westernisasi.
Konsep strategis ini dilanjutkan oleh Mustafa Kemal Attatruk seorang Agen Inggris Yahudi Dunamah
yang disusupkan ke Turki untuk menghancurkan Khilafah Turki Usmany.Dengan medirikan Gerakan
Politik Nasionalis sekuler
Al Ittihad wa Al Taraki dengan tiga target utamanya yaitu;
- Berdaya upaya agar umat Islam tidak bersatu.
- Tumbangkan ke Khalifahan Turki Usmany
- Menjadikan Turki sebagai Negara sekuler
Upaya mereka berhasil tepatnya 3 Maret 1924 M ke Khilafahan Turki resmi dibubarkan.Turki menjadi
Negara sekuler, atribut dan simbul Islam dihapus, undang-undang berdasar syareat diganti undang-
undang sekuler,penggunaan bahasa arab dan pakaian jilbab dilarang. Inilah Musibah terbesar bagi dunia
Islam yang dilupakan oleh sebagian besar Umat Islam. Setelah tumbangnya ke Khilafahan itu maka
Kekuatan Umat Islam tercabik-cabik, Negeri-negeri Islam diperebutkan menjadi daerah Kolonial (jajahan
Imperialis Barat), dirampok kekayaannya ,
dihancurkan budaya dan Agamanya.Termasuk didalamnya adalah dihilangkannya mata uang Dinar dan
Dirham di ganti dengan uang kertas. Dikemudian hari ternyata uang kertas sebagai alat tukar berubah
menjadi alat untuk menguasai ekonomi umat Islam dengan permainan moneter, hegemoni dan
monopoli penggunaan alat tukar oleh Negara Adidaya dengan mata uang yang tidak memiliki nilai
intrinsik. Berapa triliyun sudah asset umat dunia Islam hilang dan menjadi korban spekulasi dan
permainan moneter dunia yang dikuasai Kaum Kapitalis.
BANGUN KETAHANAN EKONOMI KELUARGA DENGAN DINAR DAN DINAR.
Prediksi Kevin Philips seorang White Hause Senior Strategist di Zaman Presiden Amirika Nexon, dalam
buku Amirican Theocracy 2006 dan buku Bad money 2008 dia menyimpulkan tentang ekonomi
kapitalisme antara lain ;
- Kekacauan finansial akan terjadi di Amirika Serikat bisa terjadi dalam waktu
1 -2 tahun atau dekade mendatang, dengan akibat sangat menyakitkan.
- Banyak Negara meninggalkan mata uang dolar ($) sebagai dominasi sektor keuangan.
- Pertumbuhan pesat pada Instrument Investasi Islam dan keunggulan baru (ekonomi syariah) di Negeri-
negeri Islam dan Negeri non Islam seperti Hongkong, Singapura, Jepang dan Inggris.
- Dominasi Capitalisme Amirika akan tenggelam menyusul tenggelamnya dua kekuatan besar dunia pada
3 abad sebelumnya, Spanyol pada abad 17. Belanda pada abad 18. Inggris pada abad 19 dan Amirika
pada abad 20 atau awal abad 21. **
Sudah menjadi sunatullah bahwa setiap ideologi manusia yang berlawanan dengan kebenaran Allah
pasti akan musnah, sesuai dengan sifatnya yang rapuh tidak akan mampu melewati masa. Firman Allah :
“Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu
adalah sesuatu yang pasti lenyap”. QS.Al-Israa’ ;81.
Karenanya Umat Islam sudah seharusnya membangun ketahanan ekonomi keluarga dan umat dengan
Dinar dan Dirham.
Karena Dinar dan Dirham bukan semata- mata uang sebagai alat tukar, tetapi mengembalikan kepada
kemurnian ber mu’amalah yang adil, bebas dari manipulasi dan exploitasi terhadap sesama.
Menghidupkan kembali Dinar dan Dirham berarti menghidupkan kembali Sunnah Rasulullahi saw.dan
membebaskan serta menyelamatkan ekonomi umat dan Dunia dari cengkeraman neo Kapitalisme dan
melindungi Aset umat dari riba dan hegemoni ekonomi Kapitalisme.
Pondok Pesantren Al-Fatah wilayah Jawa Barat bekerja sama dengan Pusdai Jabar menggelar Pameran
Dagang Syari’ah bertajuk ”Pasar Ukaz” di Kompleks Pusdai Jabar Jln. Diponegoro Bandung, tanggal 21-25
Juli 2010.

Pameran ini merupakan ”napak tilas” jejak bisnis Nabi Saw dan upaya penerapan model pasar Islami.
Seluruh transaksi di stand-stand pameran menggunakan dinar dan dirham sebagai alat tukar.

Pameran akan dimeriahkan dengan berbagai acara, seperti simulasi transaksi dinar-dirham, seminar
bisnis syari’ah, bedah buku ekonomi Islam, dan bazar produk unggulan.

Ada juga games anak muslim, muslim fashion show, pentas seni-budaya, job and career expo,
eduacation expo, dan tablig akbar.

Pameran dan acara-acara tersebut terbuka untuk umum.

Pasar ukaz (ukadz) sediri merupakan pasar kuno yang terpopuler di jazirah Arab sejak zaman pra-Islam.
Lokasinnya di antara Thaif dan Mekah. Pasar ini menjadi pusat perdagangan (trade center), pasar
budaya, ajang pameran, termasuk pertunjukan seni-budaya saat itu. Diriwayatka, Nabi Saw mengunjungi
pasar ukaz sebanyak tujuh kali dalam mendakwahkan Islam.

Mata uang dinar (terbuat dari emas) dan dirham (perak) merupakan alat tukar atau sarana pembayaran
yang terjamin nilainya. Hingga kini, dinar-dirham terbukti stabil dan anti-krisis.

2. KEUNGGULAN DIRHAM

Hudzaifah.org - Emas dan perak adalah mata uang paling stabil yang pernah dikenal. Sejak masa awal
Islam hingga hari ini, nilai mata uang Islam dwilogam itu secara mengejutkan tetap stabil dalam
hubungannya dengan barang-barang konsumtif. Seekor ayam pada zaman Nabi Muhammad SAW
harganya satu dirham. Hari ini, 1400 tahun kemudiaan, harganya kurang lebih satu dirham. Dengan
demikian, selama 1400 tahun, inflasi adalah nol.

Dapatkah kita mengatakan hal yang sama untuk dolar AS atau uang kertas lainnya dalam 25 tahun
terakhir? Dalam jangka panjang, mata uang dwilogam telah terbukti menjadi mata uang dunia paling
stabil yang pernah dikenal. Mata uang tersebut telah dapat bertahan meskipun terdapat berbagai upaya
untuk mentransformasi dinar dan dirham menjadi mata uang simbolik dengan cara menetapkan suatu
nilai nominal yang berbeda dengan beratnya.

Bahkan lebih dari itu, dinar dan dirham berpeluang menjadi mata uang dunia. Sebab, dolar AS bukan lagi
mata uang yang kuat seperti sebelumnya. Fakta-fakta belakangan ini mengenai nilainya dalam
pertukaran internasional secara dramatis telah menunjukkan kelemahan inheren dari mata uang ini.
Lihatlah, Amerika Serikat, yang dulu merupakan negara kreditor utama, sekarang telah menjadi negara
debitor utama, disamping Brazil, Mexico, Argentina dan Venezuela.

Umar Ibrahim Vadillo (1998) bahkan membuktikan,dolar AS sebenarnya tak bernilai. Mengapa? Karena
dunia kini dibanjiri terlalu banyak dolar. Dalam pasar-pasar uang saja terdapat gelembung-gelembung
dolar AS yang berjumlah 80 trilyun dolar AS pertahun. Jumlah ini 20 kali lipat melebihi perdagangan
dunia yang jumlahnya sekitar 4 trilyun dolar AS pertahun. Gelembung ini akan terus membesar dan
membesar hingga suatu saat akan meledak dan pecah dan terjadilah keruntuhan ekonomi global yang
luar biasa.

Sebagai perbandingan yang kontras, emas adalah logam yang berharga. Nilainya tak bergantung pada
negara manapun, bahkan tak bergantung pada sistem ekonomi manapun. Maka dari itu, tak heran bila
Vadillo (1998) menyatakan bahwa emas adalah satu-satunya mata uang yang dapat menjamin
kestabilan ekonomi dunia.

Emas dan perak merupakan satuan mata uang standar �yang telah ditetapkan berdasarkan taqrir
(pengakuan atau persetujuan) Rasulullah SAW � untuk menilai berbagai uang dan jasa.

Dinar dan dirham telah dan sedang dicetak di bawah pengawasan dan standar World Islamic Trading
Organization (Organisasi Perdagangan Islam Dunia) dan disirkulasikan di Spanyol, Jerman serta Afrika
Selatan. Dalam waktu dekat meluas ke Switzerland, Inggris dan negara-negara muslim lainnya. Saat
mata uang bangsa-bangsa ditetapkan sebagai berat emas,mereka siap membeli dan menjual emas bagi
mata uang mereka. Ini menyebabkan stabilnya (fixed) nilai tukar di antara mata uang. Dengan standar
emas, tidak ada inflasi dan tingkat bunga.

Mata uang zakat adalah Dinar dan Dirham Islam,ini adalah tandanya sebagai mata uang kaum Muslimin.
Dinar dan Dirham dapat juga menjadi mata uang dunia bagi seluruh masyarakat yang bebas/mandiri.
Inilah uang jujur warisan kaum muslimin.

3. MENYAMBUT DINAR DIRHAM

Sesungguhnya, ide untuk menjadikan dinar emas sebagai mata uang bersama negara Islam yang
digunakan sebagai alternatif alat pembayaran dalam transaksi perdagangan, telah diajukan dalam
persidangan Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Kuala Lumpur, Malaysia, 10 Oktober 2003 lalu. Ide
tersebut dilontarkan Perdana Menteri Malaysia saat itu, Dr Mahathir Mohamad. Usulan tersebut kembali
menggema pada Konferensi ke-12 mata uang ASEAN di Jakarta pada 19 September 2005. Kali ini
penggagasnya adalah Menteri Negara BUMN, Sugiharto. Beliau menilai bahwa dengan kondisi keuangan
yang diliputi oleh ancaman inflasi setiap saat dan serangan spekulan yang unpredicted, maka
penggunaan dinar-dirham perlu menjadi pertimbangan kita semua (Republika, 21 September 2005).
Irfan Syauqi Beik

Dosen FEM IPB dan Mahasiswa Program Doktor Ekonomi Syariah IIU Malaysia

Handi Risza Idris


Dosen STIE SEBI

Sesungguhnya, ide untuk menjadikan dinar emas sebagai mata uang bersama negara Islam yang
digunakan sebagai alternatif alat pembayaran dalam transaksi perdagangan, telah diajukan dalam
persidangan Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Kuala Lumpur, Malaysia, 10 Oktober 2003 lalu. Ide
tersebut dilontarkan Perdana Menteri Malaysia saat itu, Dr Mahathir Mohamad. Usulan tersebut kembali
menggema pada Konferensi ke-12 mata uang ASEAN di Jakarta pada 19 September 2005. Kali ini
penggagasnya adalah Menteri Negara BUMN, Sugiharto. Beliau menilai bahwa dengan kondisi keuangan
yang diliputi oleh ancaman inflasi setiap saat dan serangan spekulan yang unpredicted, maka
penggunaan dinar-dirham perlu menjadi pertimbangan kita semua (Republika, 21 September 2005).

Sejarah emas

Emas, dalam sejarah perkembangan sistem ekonomi dunia, sudah dikenal sejak 40 ribu tahun sebelum
Masehi. Hal itu ditandai penemuan emas dalam bentuk kepingan di Spanyol, yang saat itu digunakan
oleh paleiothic man. Dalam sejarah lain disebutkan bahwa emas ditemukan oleh masyarakat Mesir kuno
(circa) 3000 tahun sebelum masehi. Sedangkan sebagai mata uang, emas mulai digunakan pada zaman
Raja Lydia (Turki) sejak 700 tahun sebelum Masehi. Sejarah penemuan emas sebagai alat transaksi dan
perhiasan tersebut kemudian dikenal sebagai barbarous relic (JM Keynes).

Lahirnya Islam sebagai sebuah peradaban dunia yang dibawa dan disebarkan Rasulullah Muhammad
SAW telah memberikan perubahan yang cukup signifikan terhadap penggunaan emas sebagai mata uang
(dinar) yang digunakan dalam aktivitas ekonomi dan perdagangan. Pada masa Rasulullah, ditetapkan
berat standar dinar diukur dengan 22 karat emas, atau setara dengan 4,25 gram (diameter 23 milimeter).
Standar ini kemudian dibakukan oleh World Islamic Trading Organization (WITO), dan berlaku hingga
sekarang.

Saat ini, fakta menunjukkan bahwa ada ketidakseimbangan aktivitas perdagangan internasional, yang
terjadi akibat tidak berimbangnya penguasaan mata uang dunia, dan ditandai semakin merajalelanya
dolar AS. Kondisi tersebut kemudian diperparah dengan kemunculan Euro sebagai mata uang bersama
negara-negara Eropa. Fakta pun menunjukkan bahwa negara-negara Islam memiliki ketergantungan
sangat tinggi terhadap kedua mata uang tersebut, terutama dolar AS. Bahkan, dalam transaksi
perdagangan international saat ini, dolar AS menguasai hampir 70 persen sebagai alat transaksi dunia
(AZM Zahid, 2003).

Dengan didirikannya World Trade Organization (WTO) pada 1 January 1995 sebagai implementasi dari
pelaksanaan General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan putaran Uruguay, maka liberalisasi
perdagangan menjadi konsekuensi yang tidak dapat dielakkan. Tentu saja, semua negara harus siap
terlibat dalam skenario global ini, termasuk negara berkembang yang notabene mayoritas Muslim.
Pertanyaan besar yang kemudian harus dijawab adalah seberapa besar dampak dan keuntungan yang
akan diraih negara-negara Islam dalam pasar internasional.

Penulis berpendapat bahwa ide pemunculan emas sebagi alat transaksi dalam perdagangan internasional
ini sesungguhnya merupakan jawaban untuk mengurangi ketergantungan negara-negara Islam terhadap
dominasi dua mata uang dunia tersebut (dolar AS dan Euro). Selain itu, ide ini juga dapat digunakan
sebagai alat untuk meminimalisasi praktik-praktik spekulasi, ketidakpastian, hutang, dan riba. Terutama
yang selama ini terjadi pada aktivitas di pasar uang, di mana hal tersebut terjadi sebagai akibat dari
penggunaan uang kertas (fiat money), sehingga menjadi dilema tersendiri bagi negara-negara Islam.
Penulis percaya, komitmen untuk menggunakan mata uang bersama dengan memulainya dari transaksi
perdagangan, akan banyak memberikan manfaat signifikan.

Mekanisme
Penggunaan emas sebagai alat transaksi perdagangan internasional dapat dilakukan melalui perjanjian
pembayaran bilateral (bilateral payment arrangement) maupun perjanjian pembayaran multilateral
(multilateral payment arrangement). Perjanjian pembayaran produk yang diperdagangkan akan melalui
tahapan dan mekanisme yang melibatkan bank umum, bank sentral, dan custodian emas (penyimpan
emas).

Ada empat tahapan yang dilalui dalam mekanisme transaksi perdagangan tersebut. Pertama, adanya
perjanjian dagang antara importir dan eksportir yang berada di dua negara yang berbeda, dengan
kejelasan kondisi barang dan jumlah barang yang akan ditransaksikan. Tentu saja, sesuai dengan syariat
Islam, akad yang terjadi harus bebas dari unsur-unsur gharar, maysir, dan riba.

Kedua, setelah melakukan perjanjian dagang, kemudian pihak importir akan mengeluarkan letter of
credit (LC) untuk melakukan pembayaran melalui bank yang sudah ditunjuknya. Selanjutnya, pihak
eksportir akan menerima letter of credit (LC) dari bank tersebut. Ketiga, pihak bank yang ditunjuk oleh
importir akan segera melakukan pembayaran kepada bank sentral dengan menggunakan mata uang lokal
yang kemudian akan mengakumulasikan transaksi kedua negara dengan standar emas hingga masa
kliring.

Keempat, setelah masa kliring selesai, bank sentral negara importir akan mentransfer emas senilai
dengan transaksi perdagangan kedua negara kepada pihak custodian emas yang telah ditunjuk, untuk
selanjutya diserahkan kepada bank sentral negara eksportir. Bank sentral negara eksportir ini selanjutnya
akan melakukan pembayaran dalam mata uang lokal kepada bank yang telah ditunjuk oleh eksportir.
Kemudian bank tersebut akan menyerahkannya kepada pihak eksportir.

Mekanisme di atas jelas memiliki kelebihan dibandingkan dengan menggunakan mata uang asing lainnya.
Kedua negara tidak akan mengalami fluktuasi nilai mata uang, yang seringkali menjadi hambatan dalam
transaksi perdagangan. Bahkan, telah banyak fakta yang menunjukkan bahwa fluktuasi mata uang dapat
mengakibatkan kehancuran perekonomian sebuah negara. Dengan mekanisme tersebut pula, stabilitas
perekonomian akan lebih mudah dicapai, mengingat nilai emas yang relatif lebih stabil. Sehingga
diharapkan, volume perdagangan antarnegara Islam dapat berkembang. Di sinilah dituntut peran OKI
dan Islamic Development Bank (IDB) untuk dapat merumuskan konsep yang lebih matang terhadap
gagasan ini. Keuntungan secara politis akan dirasakan oleh negara-negara Islam, karena nilai tawar yang
dimilikinya terhadap Barat dan kekuatan lainnya menjadi semakin tinggi. Meskipun demikian, harus
diakui bahwa mekanisme tersebut juga memiliki kelemahan-kelemahan. Kelemahan pertama,
ketersedian emas yang tidak merata di antara negara-negara Islam, sehingga dapat menimbulkan
ketimpangan dan kesenjangan.

Kelemahan kedua, masih tingginya ketergantungan dunia Islam terhadap produk yang dihasilkan oleh
negara-negara non-Muslim (baca: Barat), terutama terhadap produk-produk industri dengan teknologi
tinggi. Kelemahan ketiga, nilai transaksi perdagangan yang masih sangat kecil sesama anggota OKI, yang
menyebabkan signifikansi emas menjadi tidak terlalu substantif. Untuk itu, komitmen dan kesungguhan
para pemimpin dunia Islam beserta pemerintahannya sangat dibutuhkan. Sebagai negara Muslim
terbesar di dunia, sudah sepantasnya jika Indonesia diharapkan dapat memainkan peran yang lebih aktif,
konstruktif, dan produktif. Indonesia memiliki peluang untuk mendorong terealisasinya blok
perdagangan OKI, meskipun tantangan dan hambatannya tidak sedikit, terutama dari negara-negara
Barat melalui kaki tangan mereka (IMF dan Bank Dunia).

Jika saja blok perdagangan ini dapat terwujud, maka bisa dibayangkan bahwa dunia Islam akan menjadi
salah satu center of power yang strategis dan diperhitungkan, sehingga kondisi unipolar akan kembali
berganti menjadi multipolar. Namun demikian, hal tersebut kembali berpulang pada Presiden SBY
beserta tim ekonominya, maukah mereka menjadi inisiator proses tersebut? Wallahu a'lam.

5. Mengenal dinar dirham..

Uang dalam berbagai bentuknya sebagai alat tukar perdagangan telah dikenal ribuan tahun yang lalu
seperti dalam sejarah Mesir kuno sekitar 4000 SM – 2000 SM. Dalam bentuknya yang lebih standar uang
emas dan perak diperkenalkan oleh Julius Caesar dari Romawi sekitar tahun 46 SM. Julius Caesar ini pula
yang memperkenalkan standar konversi dari uang emas ke uang perak dan sebaliknya dengan
perbandingan 12 : 1 untuk perak terhadap emas. Standar Julius Caesar ini berlaku di belahan dunia
Eropa selama sekitar 1250 tahun yaitu sampai tahun 1204.

Di belahan dunia lainnya di Dunia Islam, uang emas dan perak yang dikenal dengan Dinar dan Dirham
juga digunakan sejak awal Islam baik untuk kegiatan muamalah maupun ibadah seperti zakat dan diyat
sampai berakhirnya Kekhalifahan Usmaniah Turki tahun 1924.

Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW, ”Timbangan adalah
timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud).

Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang
Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu
berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.

Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran
sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang
dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang
diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat
mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.

Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium
ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .

Sampai pertengahan abad ke 13 baik di negeri Islam maupun di negeri non Islam sejarah menunjukan
bahwa mata uang emas yang relatif standar tersebut secara luas digunakan. Hal ini tidak mengherankan
karena sejak awal perkembangannya-pun kaum muslimin banyak melakukan perjalanan perdagangan ke
negeri yang jauh. Keaneka ragaman mata uang di Eropa kemudian dimulai ketika Republik Florence di
Italy pada tahun 1252 mencetak uangnya sendiri yang disebut emas Florin, kemudian diikuti oleh
Republik Venesia dengan uangnya yang disebut Ducat.

Pada akhir abad ke 13 tersebut Islam mulai merambah Eropa dengan berdirinya kekalifahan Usmaniyah
dan tonggak sejarahnya tercapai pada tahun 1453 ketika Muhammad Al Fatih menaklukkan
Konstantinopel dan terjadilah penyatuan dari seluruh kekuasan Kekhalifahan Usmaniyah.

Selama tujuh abad dari abad ke 13 sampai awal abad 20, Dinar dan Dirham adalah mata uang yang
paling luas digunakan. Penggunaan Dinar dan Dirham meliputi seluruh wilayah kekuasaan Usmaniyah
yang meliputi tiga benua yaitu Eropa bagian selatan dan timur, Afrika bagian utara dan sebagian Asia.

Pada puncak kejayaannya kekuasaan Usmaniyah pada abad 16 dan 17 membentang mulai dari Selat
Gibraltar di bagian barat (pada tahun 1553 mencapai pantai Atlantik di Afrika Utara ) sampai sebagian
kepulauan nusantara di bagian timur, kemudian dari sebagian Austria, Slovakia dan Ukraine dibagian
utara sampai Sudan dan Yemen di bagian selatan. Apabila ditambah dengan masa kejayaan Islam
sebelumnya yaitu mulai dari awal kenabian Rasululullah SAW (610) maka secara keseluruhan Dinar dan
Dirham adalah mata uang modern yang dipakai paling lama (14 abad) dalam sejarah manusia.

Selain emas dan perak, baik di negeri Islam maupun non Islam juga dikenal uang logam yang dibuat dari
tembaga atau perunggu. Dalam fiqih Islam, uang emas dan perak dikenal sebagai alat tukar yang hakiki
(thaman haqiqi atau thaman khalqi) sedangkan uang dari tembaga atau perunggu dikenal sebagai fulus
dan menjadi alat tukar berdasar kesepakatan atau thaman istilahi. Dari sisi sifatnya yang tidak memiliki
nilai intrinsik sebesar nilai tukarnya, fulus ini lebih dekat kepada sifat uang kertas yang kita kenal sampai
sekarang .

Dinar dan Dirham memang sudah ada sejak sebelum Islam lahir, karena Dinar (Dinarium) sudah dipakai
di Romawi sebelumnya dan Dirham sudah dipakai di Persia. Kita ketahui bahwa apa-apa yang ada
sebelum Islam namun setelah turunnya Islam tidak dilarang atau bahkan juga digunakan oleh Rasulullah
SAW– maka hal itu menjadi ketetapan (Taqrir) Rasulullah SAW yang berarti menjadi bagian dari ajaran
Islam itu sendiri, Dinar dan Dirham masuk kategori ini.

Islamic Dinar & Dirham Produced by Logam Mulia Indonesia - With The Weight & Purity Certification By
KAN (Indonesia) an LBMA (UK -London) Di Indonesia di masa ini, Dinar dan Dirham hanya diproduksi
oleh Logam Mulia - PT. Aneka Tambang TBK. Saat ini Logam Mulia-lah yang secara teknologi dan
penguasaan bahan mampu memproduksi Dinar dan Dirham dengan Kadar dan Berat sesuai dengan
Standar Dinar dan Dirham di masa awal-awal Islam.

Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional
(KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London
Bullion Market Association (LBMA).

Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan
atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar
perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut
sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.

Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan adalah produksi langsung dari Logam Mulia
- PT. Aneka Tambang, Tbk.. (Komunitas Dinar dan Dirham)

Uang dalam berbagai bentuknya sebagai alat tukar perdagangan telah dikenal ribuan tahun yang lalu
seperti dalam sejarah Mesir kuno sekitar 4000 SM – 2000 SM. Dalam bentuknya yang lebih standar uang
emas dan perak diperkenalkan oleh Julius Caesar dari Romawi sekitar tahun 46 SM. Julius Caesar ini pula
yang memperkenalkan standar konversi dari uang emas ke uang perak dan sebaliknya dengan
perbandingan 12 : 1 untuk perak terhadap emas. Standar Julius Caesar ini berlaku di belahan dunia
Eropa selama sekitar 1250 tahun yaitu sampai tahun 1204.

Di belahan dunia lainnya di Dunia Islam, uang emas dan perak yang dikenal dengan Dinar dan Dirham
juga digunakan sejak awal Islam baik untuk kegiatan muamalah maupun ibadah seperti zakat dan diyat
sampai berakhirnya Kekhalifahan Usmaniah Turki tahun 1924.

Standarisasi berat uang Dinar dan Dirham mengikuti Hadits Rasulullah SAW, ”Timbangan adalah
timbangan penduduk Makkah, dan takaran adalah takaran penduduk Madinah” (HR. Abu Daud).

Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 642 Masehi bersamaan dengan pencetakan uang
Dirham pertama di Kekhalifahan, standar hubungan berat antara uang emas dan perak dibakukan yaitu
berat 7 Dinar sama dengan berat 10 Dirham.

Berat 1 Dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran
sedang yang dipotong kedua ujungnya . Dari Dinar-Dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang
dengan timbangan yang akurat maka di ketahui bahwa timbangan berat uang 1 Dinar Islam yang
diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat
mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma.
Atas dasar rumusan hubungan berat antara Dinar dan Dirham dan hasil penimbangan Dinar di musium
ini, maka dapat pula dihitung berat 1 Dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram .

Sampai pertengahan abad ke 13 baik di negeri Islam maupun di negeri non Islam sejarah menunjukan
bahwa mata uang emas yang relatif standar tersebut secara luas digunakan. Hal ini tidak mengherankan
karena sejak awal perkembangannya-pun kaum muslimin banyak melakukan perjalanan perdagangan ke
negeri yang jauh. Keaneka ragaman mata uang di Eropa kemudian dimulai ketika Republik Florence di
Italy pada tahun 1252 mencetak uangnya sendiri yang disebut emas Florin, kemudian diikuti oleh
Republik Venesia dengan uangnya yang disebut Ducat.

Pada akhir abad ke 13 tersebut Islam mulai merambah Eropa dengan berdirinya kekalifahan Usmaniyah
dan tonggak sejarahnya tercapai pada tahun 1453 ketika Muhammad Al Fatih menaklukkan
Konstantinopel dan terjadilah penyatuan dari seluruh kekuasan Kekhalifahan Usmaniyah.

Selama tujuh abad dari abad ke 13 sampai awal abad 20, Dinar dan Dirham adalah mata uang yang
paling luas digunakan. Penggunaan Dinar dan Dirham meliputi seluruh wilayah kekuasaan Usmaniyah
yang meliputi tiga benua yaitu Eropa bagian selatan dan timur, Afrika bagian utara dan sebagian Asia.

Pada puncak kejayaannya kekuasaan Usmaniyah pada abad 16 dan 17 membentang mulai dari Selat
Gibraltar di bagian barat (pada tahun 1553 mencapai pantai Atlantik di Afrika Utara ) sampai sebagian
kepulauan nusantara di bagian timur, kemudian dari sebagian Austria, Slovakia dan Ukraine dibagian
utara sampai Sudan dan Yemen di bagian selatan. Apabila ditambah dengan masa kejayaan Islam
sebelumnya yaitu mulai dari awal kenabian Rasululullah SAW (610) maka secara keseluruhan Dinar dan
Dirham adalah mata uang modern yang dipakai paling lama (14 abad) dalam sejarah manusia.

Selain emas dan perak, baik di negeri Islam maupun non Islam juga dikenal uang logam yang dibuat dari
tembaga atau perunggu. Dalam fiqih Islam, uang emas dan perak dikenal sebagai alat tukar yang hakiki
(thaman haqiqi atau thaman khalqi) sedangkan uang dari tembaga atau perunggu dikenal sebagai fulus
dan menjadi alat tukar berdasar kesepakatan atau thaman istilahi. Dari sisi sifatnya yang tidak memiliki
nilai intrinsik sebesar nilai tukarnya, fulus ini lebih dekat kepada sifat uang kertas yang kita kenal sampai
sekarang .

Dinar dan Dirham memang sudah ada sejak sebelum Islam lahir, karena Dinar (Dinarium) sudah dipakai
di Romawi sebelumnya dan Dirham sudah dipakai di Persia. Kita ketahui bahwa apa-apa yang ada
sebelum Islam namun setelah turunnya Islam tidak dilarang atau bahkan juga digunakan oleh Rasulullah
SAW– maka hal itu menjadi ketetapan (Taqrir) Rasulullah SAW yang berarti menjadi bagian dari ajaran
Islam itu sendiri, Dinar dan Dirham masuk kategori ini.

Islamic Dinar & Dirham Produced by Logam Mulia Indonesia - With The Weight & Purity Certification By
KAN (Indonesia) an LBMA (UK -London) Di Indonesia di masa ini, Dinar dan Dirham hanya diproduksi
oleh Logam Mulia - PT. Aneka Tambang TBK. Saat ini Logam Mulia-lah yang secara teknologi dan
penguasaan bahan mampu memproduksi Dinar dan Dirham dengan Kadar dan Berat sesuai dengan
Standar Dinar dan Dirham di masa awal-awal Islam.

Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional
(KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London
Bullion Market Association (LBMA).

Seperti di awal Islam yang menekankan Dinar dan Dirham pada berat dan kadarnya - bukan pada tulisan
atau jumlah/ukuran/bentuk keping - maka berat dan kadar emas untuk Dinar serta berat dan kadar
perak untuk Dirham produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk kita sebut
sebagai Dinar dan Dirham Islam zaman sekarang.

Seluruh Dinar dan Dirham yang diperkenalkan & dipasarkan adalah produksi langsung dari Logam Mulia
- PT. Aneka Tambang, Tbk.. (Komunitas Dinar dan Dirham)

Jerman meresmikan Mesin Penjaja Emas Batangan. Hal ini menarik jika kita menerapkan konsepnya
dengan Dinar dan Dirham

Salah satu hal yang acap dipertanyakan masyarakat berkaitan dengan pemakaian Dirham perak dan
Dinar emas adalah kepraktisan dan keamanannya. Pertanyaan ini tentu saja terkait dengan kabiasaan
kita sekarang, dalam berurusan dengan uang kertas, dibantu oleh berbagai sarana elektronik. Salah satu
yang sudah menjadi kelaziman adalah pemakaian mesin ATM (Anjungan Tunai Mandiri), hingga kita tak
perlu setiap saat membawa-bawa uang kertas dalam kantong atau dompet.

Secara teknis tentu saja mesin ATM pun, dengan modifikasi tertentu, bisa digunakan untuk menyimpan
dan menggelontorkan koin-koin Dirham dan Dinar. Dan ini bukan lagi teori. Sebuah jaringan pemasar
emas di Jerman, TG-Gold-Super-Markt, sejak pertengahan 2009 lalu, telah mengoperasikan sejenis ATM
ini. Cuma saja fungsinya belum sepenuhnya seperti ATM yang dikaitkan dengan tabungan nasabah,
tetapi baru sebatas sebagai mesin vendor, tempat orang untuk membeli emas. Bentuknya pun bukan
koin tapi batangan dengan tiga jenis berat, yaitu 1 gr, 5 gr dan 10 gr.

TG-Gold menyebut mesin penjaja emasnya ini dengan istilah Gold-to-Go. Di situ diinformasikan harga
emas yang di up date setiap dua menit. Saat ini perusahaan ini telah menyiapkan 500 unit mesin, salah
satunya bisa ditemukan di Bandara Internasional Frankfurt. Krisis finansial yang melanda Eropa dan
dunia belakangan ini menjadi pendorong semakin populernya emas dan perdagangan emas di sana.

Secara fisik mesin vendor Gold-to-Go ini pun tak berbeda jauh ukurannya dengan ATM. Tetapi, bila kelak
ATM Dirham dan Dinar ini menjadi kenyataan, justru isu keamanan akan muncul secara riil. Coba
renungkan mana yang lebih menarik para penjahat kotak mesin berisi kertas atau emas? Mana lebih
aman menyimpan kertas atau emas di ATM?

Sebaliknya, kurang praktis dan kurang aman kah kita menyimpan koin-koin Dirham atau Dinar, secara
fisik di tempat-tempat yang hanya kita yang mengetahuinya? Termasuk dalam dompet dan kantong
pakaian kita?

Dalam kenyatannya, untuk keperluan sehari-hari, kita akan memerlukan lebih banyak Dirham - artinya
dalam satuan kecil. Sedangkan saat ini saja kita acap mengantongi berlembar-lembar fulus bernilai Rp 50
ribu dan Rp 100 ribu?

Dengan kata lain, masalah kepraktisan dan keamanan yang dipertanyakan, sebenarnya lebih merupakan
masalah psikologis (ilusi) daripada kenyataan. Sebaliknya, uang kertas kita yang di ATM dan di brankas
bank, bukankah setiap detik justru terus dicuri nilai tukar dan daya belinya? Mereka yang telah memiliki,
menyimpan, dan membelanjakan Dirham atau Dinar, akan merasakan kenyataan ini.

6. Ekonomi islam menjadi solusi krisis dunia

Dr. Muhammad Abdul HalimUmar,

Pakar ekonomi Universitas Al-Azhar

“ Dewasa ini, Barat sedang membahas perlunya berpaling pada ekonomi Islam sebagai alternative dari
system ekonomi kapitalis ribawi,“

tegas Dr. Muhammad Abdul Halim Umar, seorang pakar ekonomi Universitas Al-Azhar

“Sesungguhnya saat ini Barat tengah berada dalam kondisi yang sangat dilematis dan sedang mencari
jalan keluar yang aman. Para pakar ekonomi di sana menyarankan untuk berpaling pada ekonomi Islam
dan menjauhi praktik ribawi dan spekulasi. Karena, praktik tersebut satu-satunya penyebab di balik
meletusnya krisis ekonomi global akhir-akhir ini yang meruntuhkan sejumlah Bank besar dunia,
terutama Bank Amerika Leman Bradz, bank terbesar keempat di dunia“, papar penasehat Kelompok
Ekonomi Islam Shâlih Kâmil.

Intisari Wawancara :

Benarkah anggapan orang bahwa ekonomi Islam tetap menjadi alternatif dari sistem ekonomi
kapitalis Barat, sebagai usaha untuk keluar dari krisis ekonomi global yang Barat alami dewasa ini?

Benar, jawabannya sudah pasti. Saat ini Barat sedang mencoba berpaling kepada ekonomi Islam

sebagai usaha untuk keluar dari krisis ekonomi yang cukup ‘menggilas’. Anda perlu tahu, para pakar
ekonomi kapitalis telah mengakui bahwa seharusnya kapitalisme diatur dengan benteng (siyâj) moral
dan campur tangan pemerintah. Benteng tersebut tiada lain ekonomi Islam Islam itu sendiri. Seperti
diketahui, sistem ekonomi Islam mengharamkan berbagai praktik yang merugikan perekonomian dalam
bentuk yang umum, seperti menipu, berspekulasi, dan interaksi yang sarat riba.

Bunga yang diperoleh dari praktik ekonomi ribawi terus bertambah dalam bentuk sirkulasi (hutang) dan
tanpa terkandung rasa kasih sayang terhadap para muwarridin. Sikap tersebut menyebabkan rusaknya
sirkulasi ekonomi, karena bisa jadi saat jatuh tempo pembayaran, peminjam belum mampu
melunasinya. Akibatnya, pemberi hutang terpaksa memperkarakannya. Dengan demikian, proses jual
beli terhenti. Inilah hal yang merugikan proses perdagangan secara umum di antara keduanya.

Tidakkah ini merupakan gejala transformasi dalam pemikiran Barat?

Memang hal tersebut merupakan bentuk transformasi pemikiran. Namun kondisi tersebut

menuntut mereka melakukannya. Mereka sekarang telah mengetahui sejauhmana urgensi agama Islam.
Padahal, dahulu mereka menyatakan bahwa antara ekonomi dan agama tiada kaitannya sedikitpun, dan
tidak terdapat pondasi dan aturan agama yang berhak mengatur ekonomi. Barat hanya berkonsentrasi
pada ekonomi yang bersifat uang (aliqtishâd

al-mâlî), bukan ekonomi yang sebenarnya, dimana ekonomi yang sebenarnya bersifat

membangun dan memajukan negara. Tentu saja, ekonomi yang hanya bersifat uang ini sepenuhnya
ditolak oleh Islam. Islam memberikan syarat, bahwa dalam setiap mobilitas keuangan harta, mesti
dibayar (berbanding lurus) dengan jasa (khidmah) yang nyata. Sedangkan, Dunia Barat hanya
memfokuskan dan memperluas mobilitas keuangan saja, tanpa ada pelayanan dan perpindahan
komoditi nyata. Oleh karena itu, system kapitalis adalah sistem ekonomi hutang (iqtishâd madîn), sebab
setiap orang yang terlibat di sana dianggap menanam hutang.

Apa langkah-langkah ekonomi yang ditempuh oleh Barat yang tampak dianggap sebagai langkah yang
menunjukkan mereka berpaling pada ekonomi Islam?

Terdapat sejumlah pakar kapitalis yang telah menyarankan pentingnya melirik dan berpaling pada
ekonomi Islam. Saya pernah membaca sebuah artikel Rolan Laskin, pemimpin redaksi majalah Le`
Journal de` Finance Perancis. Dia menyatakan, telah tiba saatnya wall street (maksudnya pasar uang)
menyandarkan aktifitasnya pada syariat Islam dalam aspek keuangan dan ekonomi, untuk meletakkan
penangkal krisis yang cukup menggoncangkan pasar uang dunia akibat proses permainan sistem
interaksi

keuangan dan spekulasi keuangan yang melampaui batas dan tidak syar’i.

Dalam artikel yang lain, saya pernah membaca tulisan Bovis Fansun, pemimpin redaksi Majalah
Challenge. Disebutkan, semestinya kita membaca Al-Quran, menghayati kandungan ayat per-ayat,
supaya kita dapat keluar dari krisis ekonomi ini dan menerapkan sejumlah prinsip hukum Islam,
terutama aspek ekonomi. Sebab, seandainya para Bankir menjunjung tinggi sejumlah ajaran dah hukum
di dalam Al-Quran, lalu mengaplikasikannya, dipastikan kita akan memperoleh solusi atas sejumlah krisis
dan kita akan sampai pada kondisi al-wadh’ al-muzrî. Kita tahu, bahwa uang tidak akan ‘melahirkan’
uang.
Di media lain, saya pernah membaca tulisan Maurice Ali, peraih penghargaan Nobel bidang ekonomi
dalam bukunya yang ditulis beberapa tahun yang lalu, ia membidik persoalan krisis ekonomi yang
kemungkinan akan dihadapi dunia, yang saat ini ternyata krisis tersebut dialami.

Ia menyodorkan sejumlah perbaikan yang seluruh konsepnya diambil dari sumber syariat Islam. Untuk
keluar dari krisis dan mengembalikan kestabilan ekonomi, ia menyarankan dua syarat, pertama,
modifikasi (perubahan) nilai rata-rata bunga sampai titik nol; kedua, merevisi nilai rata-rata pajak sampai

nilai minimal 2 %. Anda perhatikan, ternyata keduasyarat tersebut sepenuhnya sesuai dengan
aturanIslam, yaitu sebagai upaya menghilangkan riba, danukuran zakat yang telah ditetapkan oleh
aturan Islam.

Apa peran Negara Arab dan Islam dalam upaya mempublikasikan ekonomi Islam dewasa ini?

Pertama, sebelum diadopsi oleh Barat, terlebih dahulu aplikasikan syariat Islam di negara masingmasing.
Karena, Barat tidak mengetahui ekonomi Islam, tapi mereka ingin mempelajarinya. Upaya mereka
mempelajari ekonomi Islam tidak akan

tercapai dengan baik, kecuali jika sistem tersebut diaplikasikan terlebih dahulu di negara-negara Islam.

Apa saja solusi yang ditawarkan oleh Barat untuk keluar dari krisis ekonomi dewasa ini?

Barat telah mencanangkan setidaknya 3 skenario untuk mengakhiri krisis ekonomi global saat ini,
pertama, disebutkan bahwa krisis akan segera pulih dalam enam bulan ke depan; kedua, krisis segera
pulih satu tahun ke depan; ketiga, diperkirakan hingga dua tahun ke depan. Ada pula yang
berpendapat,bahwa krisis tidak akan pernah berakhir selama Barat tidak berpaling pada sistem ekonomi
Islam. Dengan demikian, agar krisis pulih dengan segera, seharusnya

Barat berpaling pada ekonomi Islam dan bersandar pada ekonomi yang menganut aturan, dasar, dan
undang-undangan ekonomi yang bebas riba dan spekulasi (mudhârabah) keuangan. Karena saat ini telah
terungkap, bahwa ekonomi tersebut (riba dan spekulatif) menimbulkan banyak merusak ekonomi
internasional.

Anda mungkin juga menyukai