PENDAHULUAN
terikat oleh hubungan hukum tersebut, yaitu pihak kreditor dan debitor. Masing-
masing pihak mempunyai hak dan kewajiban yang lahir dari hubungan hukum itu,
yaitu prestasi dan kontra prestasi, memberi, berbuat dan tidak berbuat sesuatu,
object, sedangkan di dalam buku Anglo Saxon, prestasi dikenal dengan istilah
“consideration”.1
Dalam dunia perniagaan, apabila debitor tidak mampu ataupun tidak dapat
membayar utangnya kepada kreditor, maka telah dipersiapkan suatu jalan keluar
atau lebih kreditor dan tidak dapat membayar lunas sedikitnya satu utang yang
1
Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan penundaan Pembayaran Indonesia. (Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2001), Hal. 23.
1
2
telah jatuh tempo dapat dinyatakan dalam keadaan pailit, apabila telah dinyatakan
creditorium dan prinsip pari passu prorata parte dalam resmi hukum harta
kekayaan debitor baik yang berupa barang yang bergerak maupun harta yang
sekarang telah dipunyai debitor dan barang-barang dikemudian hari akan dimiliki
debitor terikat kepada penyelesaian kewajiban debitor. Prinsip pari passu prorata
parte berarti bahwa harta kekayaan tersebut merupakan jaminan bersama untuk
para kreditor dan hasilnya harus dibagikan secara proporsional diantara mereka,
kecuali apabila antara para kreditor itu ada yang menuntut undang-undang harus
Indonesia. Hal ini termuat dalam Pasal 1131 KUHPerdata yang menyatakan
bahwa segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari,
prorata perte termasuk dalam Pasal 1132 KUHPerdata yang menyatakan bahwa
2
M. Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan, Norma, dan Praktek di Peradilan, (Jakarta: Prenada
Madia Group, 2008), Hal. 3.
3
apabila diantara diantara para berpiutang itu ada alasan yang sah untuk
dari ketentuan yang ada dalam Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata.3 Jika dikaji
secara normatif maka prinsip paritas ccreditorium dan prinsip pari passu prorata
(Pasal 8 Ayat (5). Dalam Pasal 8 Ayat (6) Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili; dan
2. Pertimbangan hukum dan pendapat yang berbeda dari hakim anggota atau ketua
majelis.
disampaikan oleh juru sita dengan surat kilat tercatat kepada Debitor, pihak yang
(tiga) hari setelah tanggal putusan atas permohonan pernyataan pailit diucapkan.
Semarang, maka proses eksekusinya diambil alih oleh kurator dan seorang Hakim
3
Ibid., Hal. 4.
4
(3), (4), atau (5) UUKPKPU, bila tidak mengajukan usul pengangkatan Kurator
benturan kepentingan dengan Debitor atau Kreditor, dan tidak sedang menangani
perkara kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang lebih dari 3 (tiga)
perkara. Dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) hari setelah tanggal putusan
(dua) surat kabar harian yang ditetapkan oleh Hakim Pengawas, mengenai ikhtisar
d. Nama, alamat, dan pekerjaan anggota panitia Kreditor sementara, apabila telah
ditunjuk;
kepada debitor, maka mempunyai pengaruh bagi debitor dan harta bendanya. Bagi
pelaksanaan terhadap suatu putusan yang sudah berkekuatan hukum tetap yang
eksekusi adalah:
Melaksanakan putusan yang sudah tidak dapat diubah lagi itu, ditaati
secara sukarela oleh pihak yang bersengketa. Jadi di dalam makna perkataan
eksekusi sudah mengandung arti pihak yang kalah mau tidak mau harus
mentaati putusan itu secara sukarela, sehingga putusan itu harus dipaksakan
kepadanya dengan bantuan kekuatan umum, dimana kekuatan umum ini
berarti polisi.5
dan pengampuan atas seluruh harta Debitor dilakukan oleh Kurator, disamping itu
4
Zainal Asikin, Op. Cit, Hal. 34.
5
R. Subekti, Hukum Acara Perdata, Cet. 3, (Jakarta: Binacipta, 1989), Hal. 130.
6
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta : Liberty, 1988), Hal.
201.
6
meningkatkan nilai harta pailit tersebut dengan demikian, kurator dituntut untuk
keharusan untuk menaati standar profesi dan etika. Hal ini untuk menghindari
kinerja kurator menjadi terhambat oleh permasalahan seperti debitor pailit tidak
dalam hal debitor tersebut menolak memberikan informasi dan dokumen, menolak
untuk menjalankan tugas secara efektif dan efisien oleh undang-undang kepailitan
meliputi:
diucapkan.
4. Tindakan kurator tetap sah walaupun tanpa adanya izin dari hakim pengawas.
7
Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Hukum Acara Perdata sebagai
disiplin Ilmu Pengetahuan. Supaya penelitian dapat dilakukan lebih terarah dan
Adapun tujuan dari penelitian tentang “Tugas dan Wewenang Kurator BHP
sebagai berikut :
Semarang.
tersebut.
sebagai berikut :
9
1. Kegunaan teoritis
Niaga Semarang.
2. Kegunaan praktis
terarah dan sistematis. Di dalam skripsi ini, sistematika penulisan mengacu pada
buku Pedoman Karya Ilmiah (Skripsi) Program S1 Ilmu Hukum yang diterbitkan
oleh Fakultas Hukum Undip Tahun 2006. Skripsi ini terbagi dalam 5 (lima) bab,
dimana masing-masing bab ada keterkaitannya antara satu dengan yang lain.
Adapun mengenai sistematika dalam skripsi ini akan diuraikan sebagai berikut :
BAB I Tentang Pendahuluan, bab ini terdiri dari alasan pemilihan judul,
Penulisan.
BAB II Mengenai Tinjauan Pustaka. Pada bab ini berisi tentang kepailitan
dan akibat hukum yang ditimbulkan, tugas dan wewenang kurator Balai Harta
Peninggalan (BHP), eksekusi dalam perkara perdata dan tinjauan umum tentang
Pengadilan Niaga.
BAB III Berisi tentang Metode Penelitian, bab ini menjelaskan lebih rinci
penelitian, bahan penelitian yang berupa studi kepustakaan dan survei lapangan,
dalam pembahasan lebih lanjut, agar diperoleh gambaran tentang tugas dan
Semarang.
BAB V yakni Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil
Dalam skripsi ini juga dilengkapi dengan halaman motto dan persembahan,
kata pengantar, daftar isi, ringkasan skripsi(Abstrak), daftar pustaka dan lampiran-