Lap. Fistumb PA

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 12

Difusi dan osmosis

(PENENTUAN POTENSIAL AIR JARINGAN TUMBUHAN)

Oleh:

Irma Nur Ainun (083244024)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

2010

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan


pengeluaran zat-zat ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan
tingkat rendah (misal ganggang) penyerapan air dan zat hara yang terlarut
di dalamnya dilakukan melalui seluruh bagian tubuh. Pada tumbuhan
tingkat tinggi (misal spermatophyta) proses pengangkutan dilakukan
pembuluh pengangkut yang terdiri dari xylem dan phloem. Tumbuhan
memperoleh bahan dari lingkungan untuk hidup berupa O2, CO2, air dan
unsur hara. Kecuali gas O2 dan CO2 zat diserap dalam bentuk larutan ion.

Air merupakan 85 – 95 % berat tumbuhan herba yang hidup di air.


Dalam sel, air diperlukan sebagai pelarut unsur hara sehingga dapat
digunakan untuk mengangkutnya; selain itu air diperlukan juga sebagai
substrat atau reaktan untuk berbagai reaksi biokimia misalnya proses
fotosintesis; dan air dapat menyebabkan terbentuknya enzim dalam tiga
dimensi sehingga dapat digunakan untuk aktivitas katalisnya. Tanaman
yang kekurangan air akan menjadi layu, dan apabila tidak diberikan air
secepatnya akan terjadi layu permanen yang dapat menyebabkan
kematian. Terdapat lima mekanisme utama yang menggerakkan air dari
suatu tempat ke tempat lain, yaitu melalui proses: difusi, osmosis, tekanan
kapiler, tekanan hidrostatik, dan gravitasi.

B. Rumusan masalah

• Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap


perubahan panjang potongan jaringan tumbuhan?
• Berapa konsentrasi larutan sukrosa yang tidak menyebabkan
perubahan panjang irisan jaringan ubi jalar?
• Berapa nilai potensial air jaringan tumbuhan pada ubi jalar?
C. Tujuan praktikum
• Menjelaskan pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap
perubahan panjang potongan jaringan tumbuhan
• Mengidentifikasi konsentrasi larutan sukrosa yang tidak
menyebabkan perubahan panjang irisan jaringan umbi
• Menghitung nilai potensial air jaringan tumbuhan
BAB II

KAJIAN TEORI

Difusi adalah peristiwa perpindahan molekul larutan berkonsentrasi


tinggi menuju larutan berkonsentrasi rendah tanpa melalui selaput membran.
Proses difusi sering terjadi pada tubuh kita. Tanpa kita sadari, tubuh kita selalu
melakukan proses ini, yaitu pada saat kita menghirup udara. Ketika menghirup
udara, di dalam tubuh akan terjadi pertukaran gas antarsel melalui proses
difusi. Contoh yang sederhana adalah saat kita membuat minuman sirup. Sirup
yang kita larutkan dengan air akan bergerak dari larutan yang konsentrasinya
tinggi ke larutan yang konsentrasinya rendah. Pada masing-masing zat, kecepatan
difusi berbeda-beda.

Laju difusi antara lain tergantung pada suhu dan densitas (kepadatan)
medium. Gas berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan zat cair, sedangkan zat
padat berdifusi lebih lambat dibandingkan dengan zat cair. Molekul berukuran
besar lebih lambat pergerakannya dibanding dengan molekul yang lebih kecil.
Pertukaran udara melalui stomata juga merupakan proses difusi. Pada siang hari
terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan O2 sehingga konsentrasi O2
meningkat. Peningkatan konsentrasi O2 ini akan menyebabkan difusi O2 dari daun
ke udara luar melalui stomata. Sebaliknya konsentrasi CO2 di dalam jaringan
menurun (karena digunakan untuk fotosintesis) sehingga CO2 dari udara luar
masuk melalui stomata. Penguapan air melalui stomata (transpirasi) juga
merupakan contoh proses difusi. Di alam, angin, dan aliran air menyebarkan
molekul lebih cepat disbanding dengan proses difusi.
Difusi ada 2, yaitu;

1. Difusi dipermudah dengan saluran protein Substansi seperti asam amino,


gula, dan substansi bermuatan tidak dapat berdifusi melalui membrane
plasma. Substansi-substansi tersebut melewati membran plasma melalui
saluran yang di bentuk oleh protein. Protein yang membentuk saluran ini
merupakan protein integral.
2. Difusi dipermudah dengan protein pembawa proses difusi ini melibatkan
protein yang membentuk suatu salauran dan mengikat substansi yang
ditranspor. Protein ini disebut protein pembawa. Protein pembawa biasanya
mengangkut molekul polar, misalnya asam amino dan glukosa.

Difusi sederhana melalui membrane berlangsung karena molekul -molekul


yang berpindah atau bergerak melalui membran bersifat larut dalam lemak (lipid)
sehingga dapat menembus lipid bilayer pada membran secara langsung. Membran
sel permeabel terhadap molekul larut lemak seperti hormon steroid, vitamin A, D,
E, dan K serta bahan-bahan organik yang larut dalam lemak, Selain itu,
memmbran sel juga sangat permeabel terhadap molekul anorganik seperti O,CO2,
HO, dan H2O. Beberapa molekul kecil khusus yang terlarut dalam serta ion-ion
tertentu, dapat menembus membran melalui saluran atau chanel. Saluran ini
terbentuk dari protein transmembran, semacam pori dengan diameter tertentu
yang memungkinkan molekul dengan diameter lebih kecil dari diameter pori
tersebut dapat melaluinya. Sementara itu, molekul – molekul berukuran besar
seperti asam amino, glukosa, dan beberapa garam – garam mineral , tidak dapat
menembus membrane secara langsung, tetapi memerlukan protein pembawa atau
transporter untuk dapat menembus membrane.

Difusi difasiltasi (facilitated diffusion) adalah pelaluan zat melalui


rnembran plasrna yang melibatkan protein pembawa atau protein transforter.
Protein transporter tergolong protein transmembran yang memliki tempat
perlekatan terhadap ion atau molekul vang akan ditransfer ke dalam sel. Setiap
molekul atau ion memiliki protein transforter yang khusus, misalnya untuk
pelaluan suatu molekul glukosa diperlukan protein transforter yang khusus untuk
mentransfer glukosa ke dalam sel.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Jenis Praktikum

Praktikum yang kami lakukan ini merupakan praktikum


eksperimental karena praktikum ini menggunakan variabel kontrol,
variabel manipulasi, dan variabel respon.

B. Variabel Praktikum

 Variabel kontrol : Panjang awal, waktu, jumlah potongan, volume


larutan, jenis penggaris
 Variabel manipulasi : Konsentrasi larutan sukrosa
 Variabel respon : Pertambahan panjang potongan irisan jaringan
umbi
C. Alat dan Bahan

- Ubi jalar
- Larutan sukrosa 0 M; 0,2 M; 0,4 M; 0,6 M; 0,8 M dan 1 M
- Gelas kimia 100 mL, 1 buah
- Gelas ukur 50 mL, 1 buah
- Alat pengebor gabus
- Penggaris, pisau talam, pinset plastic, dan kater gelang atau tali
D. Prosedur Kerja

 Mengukur dan mengidentifikasi. Mengisi gelas kikia ke-1


dengan larutan sukrosa 0 M, gelas kimia ke-2 dengan larutan sukrosa
0,2 M dan seterusnya sampai gelas kimia ke-6, masing-masing 25 ml.
Diberi label pada masing-masing gelas kimia tersebut.
 Mengerjakan praktikum. Memilih ubi jalar yang cukup besar
dan baik, memebuat silinder ubi dengan alat pengebor gabus.
Memotong silinder ubi tersebut sepanjang 2 cm.
 Memasukkan potongan ubi tersebut ke dalam gelas kimia yang
telah diisi dengan larutan sukrosa pada berbagai konsentrasi, masing-
masing 4 potongan. Dicatat waktu pada saat memasukkan potongan
ubi ke dalam gelas kimia. Diusahakan bekerja dengan cepat untuk
mengurangi penguapan, dan menutup rapat gelas kimia selama
percobaab dilakukan.
 Mengamati dan mengukur. Setelah 1,5 jam, setiap potongan ubi
tersebut dikeluarkan dan diukur kembali panjangnya.
 Menghitung. Menghitung nilai rata-rata pertambahan panjang ubi
untuk setiap konsentrasi larutan sukrosa.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap pertambahan panjang


potongan pada ubi jalar

Konsentrasi Panjang Panjang Pertambahan Rata-rata


larutan sukrosa awal (cm) akhir (cm) panjang (cm) pertambahan
(M) panjang (cm)

2 2,2 0,2
0 2 2,1 0,1 0,175

2 2,2 0.2

2 2,2 0,2

2 2,0 0,0

2 2,1 0,1
0,2 0,075
2 2,1 0,1

2 2,1 0,1

2 2,2 0,2

2 2,1 0,1
0,4 0,150
2 2,2 0,2

2 2,1 0,1

2 2,1 0,1

2 2,2 0,2
0,6 0,125
2 2,1 0,1

2 2,1 0,1

2 1,9 -0,1

2 2,0 0,0
0,8 -0,050
2 1,9 -0,1

2 2,0 0,0

2 1,9 -0,1

2 2,0 0,0
1 -0,075
2 1,9 -01

2 1,9 -0,1
B. Analisis Data

1. Grafik
Grafik pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap pertambahan
panjang potongan pada ubi jalar

2. Menganalisis data
Berdasarkan grafik yang sudah dibuat, dapat diketahui bahwa
pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap perubahan panjang
potongan jaringan menunjukkan penurunan dari konsentrasi rendah
yaitu 0 M sampai konsentrasi yang paling tinggi yaitu 1 M. Semakin
tinggi konsentrasi larutan sukrosa, pertambahan panjang potongan
jaringan semakin menurun.

3. Menghitung
PA = PO + PT

PA = - TO + 0

PA = - TO

PA = - 22,4 x M x T

273

= - 22,4 x 0,667 x (273 + 280)

273

= - 22,4 x 0,667 x 301

273

= - 14,9408 x 301

273

= - 4497,1808

273

= - 16,47

4. Pembahasan
BAB V

KESIMPULAN

LAMPIRAN

DISKUSI

1. Mengapa perlu dicari nilai konsentrasi larutan sukrosa yang tidak


menyebabkan pertambahan panjang potongan silinder ubi dalam
menentukan nilai potensial air?
Jawab:

2. Mengapa nilai potensial air sel ubi yang tidak berubah panjangnya sama
dengan nilai potensial osmosis larutan sokrosa yang tidak menyebabkan
pertambahan panjang ubi tersebut?
Jawab:

Anda mungkin juga menyukai