Anda di halaman 1dari 12

Posted: 30 September 2009 by ahmadsopyan in TUGAS MAKALAH

Tag:ekonomi, SOSIOLOGI, SOSIOLOGI EKONOMI


0

BAB I

PENDAHULUAN

Seorang manusia akan memiliki perilaku yang berbeda dengan manusia lainnya walaupun orang
tersebut kembar siam. Ada yang baik hati suka menolong serta rajin menabung dan ada pula
yang prilakunya jahat yang suka berbuat kriminal menyakitkan hati. Manusia juga saling
berhubungan satu sama lainnya dengan melakukan interaksi dan membuat kelompok dalam
masyarakat.Terlebihjika dikaitkan dalam hal kegiatan ekonomi. Banyak hal yang dapat dikaji
dalam kaitannya antara sosiologi dan kegiatan ekonomi. Dalam hal ini penulis mamaparkan
gambaran umum dari sosiologi ekonomi itu sendiri.

BAB II

PEMBAHASAN

1. A. GambaranUmum Sosiologi Ekonomi

Sosiologi berasal dari bahasa yunani yaitu kata socius dan logos, di mana socius memiliki arti
kawan / teman dan logos berarti kata atau berbicara. Menurut Bapak Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses
sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Menurut ahli sosiologi lain yakni Emile Durkheim,
sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung
cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut
memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.

Objek dari sosiologi adalah masyarakat dalam berhubungan dan juga proses yang dihasilkan dari
hubungan tersebut. Tujuan dari ilmu sosiologi adalah untuk meningkatkan kemampuan
seseorang untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan sosialnya.[1]

Pokok bahasan dari ilmu sosiologi adalah seperti kenyataan atau fakta sosial, tindakan sosial,
khayalan sosiologis serta pengungkapan realitas sosial.

Tokoh utama dalam sosiologi adalah Auguste Comte (1798-1857) berasal dari perancis yang
merupakan manusia pertama yang memperkenalkan istilah sosiologi kepada masyarakat luas.
Auguste Comte disebut sebagai Bapak Sosiologi di dunia internasional. Di Indonesia juga
memiliki tokoh utama dalam ilmu sosiologi yang disebut sebagai Bapak Sosiologi Indonesia
yaitu Selo Soemardjan / Selo Sumarjan / Selo Sumardjan.[2]

Jadi  jika dikaitkan dengan ekonomi, maka sosiologi ekonomi mempelajari berbagai macam
kegiatan yang sifatnya kompleks dan melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumen
barang dan jasa yang bersifat langka dalam masyarakat.
Jadi, fokus analisis untuk sosiologi ekonomi adalah pada kegiatan ekonomi, dan mengenai
hubungan antara variabel-variabel sosiologi yang terlihat dalam konteks non-ekonomis.[3]

Pola dan sistem yang berlaku dalam mekanisme pasar (interaksi ekonomi yang dilakukan antar
individu dan masyarakat) sebenarnya berawal dari hubungan yang sederhana antara individu dan
masyarakat (interaksi sosial) dalam rangka mengatasi kelangkaan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa,
ekonomi tidak dapat dipisahkan dari aspek sosial. Bahkan aktivitas ekonomi selalu melekat
dalam sosialitas tempat kejadian ekonomi itu berlangsung. Begitupun sebaliknya.

Sebagai contoh mari kita ulas sejenak pandangan sosiologi terhadap fenomena proses produksi
dan proses distribusi. Proses produksi dan proses distribusi dengan berbagai analisa yang
digunakan disiplin ekonomi ternyata masih mempunyai sisa untuk dipandang dari segi lain oleh
disiplin ilmu lain: sosiologi.

Proses produksi dalam pandangan sosiologis ternyata memiliki peran yang cukup vital dalam
rangka mempertahankan eksistensi (keberadaan) sebuah masyarakat. Proses produksi dilihat
sebagai institusi ekonomi berperan untuk mengadakan kebutuhan-kebutuhan ekonomis sebuah
masyarakat. Oleh karena itu, proses produksi tidak hanya dilihat dari segi ekoomis tetapi juga
sosiologis yang mempunyai peran subsistem dalam sebuah struktur masyarakat.

Dalam proses distribusi atau pertukaran terlihat proses relasi antara rumah tangga produksi dan
rumah tangga konsumsi. Sebenarnya bukan dalam hal distribusi barang hasil produksi saja
proses ini terlihat tetapi ketika rumah tangga konsumsi menyediakan faktor-faktor produksi pun
proses ini sudah terlihat yaitu distribusi faktor-faktor produksi yang meliputi: sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan modal. Dengan mencermati proses distribusi kita bisa melihat secara
sosiologis bagaimana kegiatan masyarakat berkegiatan dalam bidang ekonomi. Dalam proses
inilah yang merupakan relasi antara permintaan dan penawaran kita semakin melihat manusia
sebagai makhluk ekonomis dan juga makhluk sosial.

1. B. Sejarah Perkembangan Sosiologi Ekonomi

Secara historis perkembangan pemikiran Sosiologi Ekonomi antara lain disebabkan oleh
berkembangnya paham-paham, pemikiran-pemikiran dan teori-teori tentang ekonomi yang
melihat cara kerja sistem ekonomi dengan menekankan pula pada aspek-aspek non-ekonomi.

Salah satu dari paham-paham, teori-teori, pemikiran-pemikiran yang mendukung perkembangan


Sosiologi Ekonomi tersebut adalah Paham Merkantilisme, yang berpandangan, bahwa kekayaan
dianggap sama dengan jumlah uang yang dimiliki oleh suatu negara dan cara untuk
meningkatkan kekuasaan adalah dengan meningkatkan kekayaan Negara.

Didalam kehidupan masyarakat sebagai satu system maka bidang ekonomi hanya sebagai salah
satu bagian atau subsistem saja. Oleh karena itu, didalam memahami aspek kehidupan ekonomi
masyarakat maka perlu dihubungkan antara factor ekonomi dengan factor lain dalam kehidupan
masyarakat tersebut. Factor-faktor tersebut antara lain: faktor agama dan nilai-nilai tradisional,
ikatan kekeluargaan, etnisitas, dan stratifikasi sosial.
Faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh yang langsung terhadap perkembangan ekonomi.
Faktor agama dan nilai-nilai tradisional: ada nilai-nilai yang mendorong perkembangan ekonomi,
akan tetapi ada pula nilai-nilai yang menghambat perkembangan ekonomi. Demikian pula
dengan kelompok solidaritas, dalam hal ini yakni keluarga dan kelompok etnis, yang terkadang
mendorong pertumbuhan dan terkadang pula menghambat pertumbuhan ekonomi.[4]

Keberadaan Tradisi sosiologi ekonomi yang besar dan kaya, yang mana dengan kekerasan
dimulai berdekatan abad ke-XX. Tradisi ini telah membangkitkan kedua konsep penting ,ide-ide
dan hasil penelitian berarti, yang mana kita ketahui saat ini dan terkumpul didalam prespektif.
Sosiologi ekonomi mencapai puncakya dua kali sejak kemunculannya: di 1890-1920 dengan
teoritis sosiologi klasik (kesemuanya menarik dan menulis mengenai ekonomi), dan saat ini ,
semenjak 1980an terus berlangsung.

Sosiologi ekonomi klasik dan pendahulunya Yang pertama menggunakan istilah sosiologi
ekonomi muncul pada tahun 1879, ketika muncul karya oleh ekonom Inggris W. Stanley Jevons
1879-1965. Istilah itu lebih digunakan oleh ahli sosiologi dan muncul, sebagai contoh, karya
Durkheim dan Weber selama tahun 1890-1920 (sociologie economique, Wirtschaftssoziologie).
Juga selama beberapa dekade itu sosiologi ekonomi klasik lahir, memberikan contoh bagi karya
serupa seperti The Division of Labor in Society(1893) oleh Durkheim, the Philosophy of
money(1900) oleh Simmel, dan Economy and Society(dihasilkan antara 1908-20) oleh Weber.

Sosiologi ekonomi klasik mengalami kemajuan untuk mengikuti beberapa karateristik. Pertama,
Weber dan yang lain berbagi pengertian itu mereka sebagai pelopor, membangun tipe analisis
yang belum ada sebelumnya. Kedua, mereka memfokuskan pada pertanyaan-pertanyaan pokok
yang mendasari: apa aturan dari ekonomi di masyarakat?bagaimana analisa sosiologi terhadap
ekonomi berbeda dengan para ahli ekonomi? Apa itu tindakan ekonomi? Untuk ini harus
ditambahkan tokoh klasik yang mengasyikan dengan pemahaman kapitalisme dan berpengaruh
di masyarakat-“perubahan besar” kira-kira membawa hal itu. Melihat beberapa karya bebas
kebelakang yang ada sebelum periode 1890-1920 dalam satu aliran atau lainnya menggambarkan
terlebih dahulu beberapa pengertian sosiologi ekonomi. Dalam bayangan penting, contoh, Laws
oleh Montesquieu sebagai pelopor analisis comperatif kedalam bermacam fenomena ekonomi di
negara republik, monarki dan lalim (montesquieu[1748]1989). Menekankan Aturan kerja di
masyarakat karya dari Simon (1760-1825), yang juga membantu mempopulerkan istilah
indusrtialisme(cf. Saint-Simon 1964). Karya dari Alexis de Tocqueville (1805-1859) yang penuh
akan kelebihan, pemikiran sosiologi adalah beberapa dari banyak ahli sosiologi yang setuju. Hal
itu juga memberikan kontribusi terhadap sosiologi ekonomi betapapun
kecilnya(tocqueville[1835-40]1945,[1856]1955;cf. Swedberg 2003,6-8). Dari beberapa pelopor
ini kita hanya akan berkonsentrasi pada Karl Marx, tokoh dengan gagasan terbesar pada abad 19,
ide-idenya tetap aktif sebelum lahirnya sosiologi modern.
Karl Marx

Karl Marx (1818-1883) masuk dengan aturan sosiologi ekonomi di masyarakat dan
mengembangkan teori menurut ketekunan perkembangan ekonomi secara umum dimasyarakat.
Apa yang orang lakukan di kehidupannya, Marx juga berargumen, ada ketertarikan material, dan
juga metenaokan struktur dan proses dimasyarakat. Ketika Marx ingin membangun pendekatan
secara ilmiah di masyarakat, ia juga memasukan paham politik untuk merubah dunia. Hasilnya
kita ketahui sebagai “Marxisme”-campuran dari ilmu sosial dan pernytaan politik, masuk dalam
satu ajaran. Untuk bermacam sebab Marxisme salah atau tidak relevan dengan sosiologi
ekonomi. Telalu jauh berpihak dan fanatik untuk mengambil seluruhnya. Tugas yang sulit
menghadang sosiologi ekonomi saat ini untuk mengintisari aspek-aspek Marxisme yang berguna
Pendapat Marx dimulai dari unsur buruh dan produksi. Seseorang bekerja untuk tuntutan hidup.
Perhatian ekonomi/material selalu dihubungkan secara umum. Buruh sosial lebih baik dari sifat
dasar individual, sejak orang bekerja sama untuk tuntutan hasil. Marx mengkritik ahli ekonomi
untuk penggunaan individu yang terisolir; dirinya sendiri terkadang mengatakan “ individu
sosial”. Hal terpenting perhatian ini juga pada sifat dasar bersama, istilah Marx “Perhatian
Kelas”. Perhatian hal ini, bagaimanapun, hanya akan efektif jika seseorang sadar seharusnya
datang ke kelas yang dapat dipercaya. Marx mengkritik pemikiran Adam smith’s mengenai
gabungan perhatian individu dan lebih lanjut pada perhatian umum masyarakat(“tangan gaib”).
Menurut Marx secara khas kelas menindas dan bertarung sesamanya dengan begitu buas, kisah
sejarah ini sama jika ditulis menggunakan “ surat darah dan api” ([1867]1906,786). Kalangan
borjuis tidak terkecuali dinalam nilai ini sejak menganjurkan “kekerasan dan keinginan sangat
jahat dari hati manusia, kemarahan atas perhatian pribadi” . didalam beberapa karya Marx
mengusut sejarah perjuangan kelas, dari masa awal hingga masa mendatang. Rumusan terkenal
dari era 1850an, negara berada dipanggung yang benar “hubungan produksi” masuk pada konflik
dengan kekuatan produksi dengan revolusi dan jalan pintas ke hal baru “Mode of Production”
sebagai hasilnya. Marx menulis Modal bagai meletakan hal kosong “ hukum ekonomi dari
gerakan masyarakat modern”. Dan hukum ini bekerja “dengan besi kebutuhan yang tidak dapat
dihindari hasilnya” dari perubahan revolusioner. Ciri-ciri positif pendekatan Marx adalah
pengertian yang luas kepada orang yang rela untuk berjuang untuk perhatian materi. Ia juga
berkontribusi untuk pemahaman bagaimana kelompok besar dari seseorang. Serupa dengan
ketertarikan ekonomi, dibawah keadaan yang baik mereka dapat bersatu dan menyadari perhatian
bersama. Sisi negatifnya Marx jelas sekali meremehkan aturan di kehidupan ekonomi orang lain
dengan lainnya. Dugaannya, ketertarikan ekonomi berada di tangan terakhir dari masyarakat juga
tidak mungkin dipertahankan. “ struktur sosial, tipe dan sikap menciptakan ketidaksiapan” untuk
memuji kutipan dari Schumpeter.
Marx Weber

Diantara sosiologi ekonomi klasik Marx Weber menempati tempat unik. Ia mengalami proses
paling jauh kearah membangun sosiologi ekonomi., dasar teori dan berdasarkan studi
empiris(swedberg 1998). Faktanya Ia berkerja mirip profesor ekonomi, tidak ragu-ragu untuk
usaha membangun jembatan antaran ekonomi dan sosiologi. Marx weber Juga telah membantu
menempati pertanyaan penelitian utama disepanjang karirnya, berupa kesamaan sifat dasar
ekonomi dan sosial: untuk memahami asal-usul kapitalisme modern. Weber menggambarkan
peranan jahat di pekerjaan teoritisnya terhadap perhatian waktu dan memperluas garis itu dalam
membuat pekerjaan dengan pemikiran sosiologi. Pelatihan akademi Weber pada dasarnya
menekankan hukum sebagai hal utama, dengan latar belakangnya sebagai spesialis hukum. Dua
disertasi- satu dalam perusahaan perdagangan menengah (Lex mercatoria) dan lainnya dalam
perdagangan tanah di permulaan Roma- topik yang relevan untuk memahami munculnya
kapitalisme: timbulnya pemilikan pribadi terhadap tanah dan pemilikan di perusahaan
(menentang pemilikan pribadi). Karya ini mengkombinasikan studi tentang jabatan pekerja desa,
berdasarkan pendapatannya dalam posisi ekonomi(“politik ekonomi dan finansial”) di awal
1890an.
Dalam kapasitasnya ia mengajarkan ekonomi namun sebagian besar menerbitkan sejarah
ekonomi dan dalam pertanyaan politik. Weber menulis, sebagai contoh, sangat besar
menggantikan perundangan. Kearah akhir 1890an Weber jatuh sakit, dan untuk 20 th selanjutnya
dia bekerja pada sekolah pribadi. Di tahun ini Ia memproduksi studi terbaik, Etika Protestan dan
semangat kapitalisme (1904-05) karya mengenai etika ekonomi didalam dunia religi. Di 1903
Weber menerima posisi kepala redaktur giant hand book of economics. Dari mulai kumpulan
pendapat “ekonomi dan masyarakat”yang berasal dari dirinya sendiri. Perkerjaannya saat itu
diketahui sebagai “ekonomi dan masyarakat” terdiri atas gabungan karyanya yang telah
dipublikasi dan penemuan scrip yang ditemukan setelah kematiannya. Di 1919-20 Weber juga
mengajar kursus di sejarah ekonomi, yang mana merupakan bagian catatan bersama selama
beberapa tahun di pendidikan dasar, lebih dulu dipublikasikan sebagai sejarah ekonomi umum,
mengandung banyak perhatian materi sosiologi ekonomi. Lebih jauh Weber menulis tentang
sosiologi ekonomi dapat ditemukan dalam Collected Essays in the Sociology of Religion (1920-
21) dan Economy and Society (1922). Yang pertama berisi revisi dari The Protestant Ethic “The
Protestant Sects and The Spirit of Capitalism” (1904-05; revisi 1920) dan banyak menulis etika
ekonomi Cina, Indian, dan Yahudi. Menurut Weber, bahan dalam Collected Essays, sebagian
besar perhatian sosiologi agama juga kepentingan sosilogi ekonomi.

Penelitian yang paling berpengaruh adalah The Protestant Ethic. Berpusat sekitar keasyikan
Weber dengan artikulasi dari ideal dan kepentingan material dan ide-ide. Penganut petapa aliran
protestan merangsang dengan hasrat untuk menyelamatkan (perhatian religi) dan tindakan yang
sesuai. Untuk berbagai alasan yang berlawanan asas akhirnya individu percaya bahwa pekerjaan
sekuler (duniawi). Membawanya ke cara metodis, menggambarkan alat keselamatan – kapan ini
terjadi, kepentingan agama dikombinasikan dengan kepentingan ekonomi. Hasil kombinasi ini
adalah pembebasan dari kekuatan yang besar, yang mana menghancurkan tradisi dan anti
ekonomi berpegang pada agama diatas orang dan memeperkenalkan mentalitas baik dalam
aktifitas kapitalis. Tesis dalam The Protestant Ethic sudah membawa debat besar, dengan banyak
pelajar yang membantah Weber. Sementara ia menulis The Protestant Ethic, Weber menerbitkan
sebuat esai, “ ‘Objectivity’ in Social Science and Social Policy” yang menerangkan teoritisnya
melihat sosiologi ekonomi. Ia berpendapat ilmu ekonomi harus luas dan seperti paying. Tak
hanya memasukkan teori ekonomi tapi juga memasukkan sejarah ekonomi dan sosilogi ekonomi.
Weber juga beralasan bahwa analisis ekonomi harus mencakup tak hanya “fenomena ekonomi”
tapi juga “fenomena yang berkaitan dengan ekonomi”. Fenomena ekonomi terdiri dari bank-bank
dan bursa. Fenomena yang berhubungan dengan ekonomi adalah fenomena non-ekonomi
keadaan yang kurang pasti harus mempunyai pengaruh terhadap fenomena ekonomi., seperti
pada kasus petapa Protestan. Secara ekonomi fenomena mengkondisikan lebih luas dipengaruhi
oleh fenomena ekonomi. Tipe agama yang berkelompok ada rasa persamaan, contoh sebagian
bergantung dalam semacam kerja yang anggota lakukan. Sementara teri ekonomi hanya dapat
mengatasi fenomena ekonomi murni (dalam versi rasional meraka), sejarah ekonomi dan
sosiologi ekonomi bisa menyetujui dengan tiga kategori fenomena.

Sebuah pendekatan yang agak berbeda, keduanya untuk sosiologi ekonomi dan kepentingan, bisa
ditemukan dalam Economy and Society. Bagian pertama berisi analisis secara umum. Dua
konsep penting adalah “tindakan sosial” dan “permintaan”. Dalam “tindakan” ditegaskan sebagai
kebiasaan berinvestasi dengan ‘maksud’, adalah memenuhi syarat sebagai “sosial” jika
diorientasikan kepada actor lainnya. “Permintaan” melewati masa, dipandang objektif dan
dikelilingi bermacam persetujuan. Ekonomi yang mempelajari tindakan ekonomi murni, adalah
semata-mata tindakan oleh kepentingan ekonomi. Bagaimanapun sosiologi ekonomi mempelajari
tindakan sosial ekonomi, yang mendorong bukan saja oleh kepentingan ekonomi tapi juga oleh
tradisi dan emosi; lagipula selalu berorientasi pada satu aktor. Jika mengabaikan satu tindakan,
menurut Weber, malahan focus dalam keseragaman empiris, ada kemungkinan untuk
membedakan tiga tipe berbeda : diinspirasikan oleh “pengakuan” oleh “adat” (termasuk
“kebiasaan”) dan “kepentingan”. Tipe tindakan yang paling seragam mungkin terdiri dari
perpaduan ketiganya. Tindakan yang “ditentukan oleh kepentingan” ditegaskan oleh Weber
sebagai instrumen dalam sifat dasar dan mengorientasikan ke dugaan identik. Contoh, pasar
modern, dimana setiap aktor rasional secara instrumental dan menganggap semua orang baik.

Weber menegaskan bahwa kepentingan selalu subjektif, kepentingan “objektif” tak ada melebihi
aktor. Dalam kalimat khas Weber berbicara “kepentingan aktor sebagai dirinya sendiri adalah
sadar akan mereka”. Dia juga mencatat dimana saat beberapa orang berkelakuan dalam sikap
instrumental dalam hubungan untuk kepentingan individualis mereka, hasil yang khas adalah
motif kebiasaan bersama sangat stabil daripada memaksakan norma dengan wibawa. Contoh,
susah untuk membuat seseorang melakukan kegiatan ekonomi untuk melawan kepentingan
pribadi.

Uraian sosiologi ekonomi Weber dalam Economy and Society menghasilkan poin-poin pokok.
Tindakan ekonomi dua aktor yang berorientasi satu sama lain merupakan hubungan ekonomi.
Hubungan ini dapat membawa berbagai ungkapan, termasuk konflik, kompetisi dan kekuatan.
Jika dua atau lebih actor atau lebih bersama-sama oleh rasa memiliki, hubungan ekonomi bisa
terbuka dan tertutup. Kepemilikan menggambarkan bentuk khusus dari ekonomi tertutup.
Organisasi politik merupakan bentuk penting lainnya dari hubungan ekonomi tertutup. Beberapa
organisasi ini murni ekonomi, sementara lainnya memiliki sasaran ekonomi yang lebih rendah
atau memiliki tugas pokok urusan ekonominya sendiri. Contoh, serikat buruh, Weber
melampirkan pentingnya peran kapitalisme dalam perusahaan. Dilihat sebagai tempat aktifitas
pengusaha dan sebagai kekuatan revolusioner. Pasar, seperti banyak fenomena ekonomi,
berpusat sekitar konflik kepentingan, dalam kasus ini antara penjual dan pembeli. Pasar
melibatkan pertukaran keduanya dan kompetisi. Kompetitor harus bertarung habis-habisan siapa
yang akan menjadi penjual dan pembeli terakhir, dan hanya bila perjuangan ini sudah mantap
adalah tempat untuk pertukaran itu sendiri (perebutan pertukaran). Hanya kapitasime rasional lah
pusat tipe pasar modern. Yang disebut kapitalisme politik itu kunci untuk membuat keuntungan
adalah cukup negara atau kekuatan politik yang memberi kemurahan, perlindungan, atau
semacamnya. Iklan kapitalisme tradisional terdiri dari perdagangan skala kecil, dalam bentuk
uang atau barang dagangan. Kapitalisme rasional hanya muncul di Barat.

1. C. Paradigma Dalam Perkembangan  Sosiologi Ekonomi

Paradigma sosiologi, atau ilmu sosial itu Pembagian sendiri, oleh George Ritzer menjadi tiga
golongan[5] :

1. Paradigma Fakta Sosial


Fakta sosial merupakan terminologi yang digunakan oleh Emile Durkheim, seorang
perintissosiologi modern berkebangsaan Perancis. Fakta sosial diartikan Durkheim sebagaicara
berfikir, bertindak dan merasa yang berada diluar
kesadaran manusia yang bersifat memaksa. Fakta sosial muncul dalam bentuk
nilai-nilai kultural, institusi sosial, sistem ekonomi juga politik. (Doyle
Jhonson,1997 : 23). Dengan bersifat eksternal dan memaksa, maka fakta sosial
merupakan sesuatu yang bekerja secara obyektif. Artinya fakta sosial ada dan
berada di luar kehendak manusia itu sendiri. Sebagaimana diulas oleh Peter
Berger, keberadaan fakta sosial ini menunjukkan sisi obyektivasi dari kenyataan
sosial (Peter Berger, 1993).Konsepsi Durkheim mengenai fakta sosial merupakan terobosan
intelektual yang sangat radikal dizamannya. Hal ini terutama dikarenakan status sosiologi yang
berada di antara pengaruh ilmu psikologi dan filsafat sosial. Di jaman itu
sosiologi dipandang belum memiliki status sebagai ilmu pengetahuan yang memiliki
bidang penyelidikan (obyek masalah/subject matters) sebagai salah satu ukuran
agar memperoleh status itu. Lewat karyanya yang berjudul “The Rule Of Sosiological Methodâ”.
Durkheim mengembangkan penggunaan ilmu statistik sebagai salah satu instrument metodologi
dalam ilmu sosial, khususnya sosiologi. Dalam karyanya tentang bunuh diri (Suicide), teknik
statistik sosial itu coba diterapkan. Dengan perkataan lain,
Durkheim adalah peletak dasar dari perkembangan awal paradigma fakta sosial.
Dalam rumpun paradigma fakta sosial, obyek masalah utama yang sering diselidiki
adalah struktur sosial dan proses sosial. Struktur sosial adalah pola hubungan
sosial (relasi dan interaksi) yang terbentuk di antara individu dengan individu,
individu dengan institusi maupun institusi dengan institusi. Sementara proses
sosial adalah sisi dinamika dari bekerjanya struktur social Teori-teori utama yang terkenal dari
paradigma fakta sosial antara lain adalah teori struktural – fungsional, teori konflik sosial serta
teori sistem.

1. Paradigma Definisi Sosial

Paradigma definisi sosial dibangun fondasinya oleh Max Weber, seorang sosiolog
berkebanggaan Jerman. Berbeda dengan batasan sosiologi yang dikembangkan
Durkheim, bagi Weber, sosiologi adalah ilmu sosial yang bersifat interpretative Sosiologi bagi
Max Weber adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki makna-makna
subyektif dari sebuah proses interaksi sosial timbal balik untuk memahami
implikasi-implikasi yang dilahirkannya. Karena itu, ilmu sosiologi yang
dimaksudkan oleh Weber dikenal juga sebagai sosiologi subyektif.

Dalam pandangan Peter Berger, ilmu sosiologi yang dimaksudkan oleh Weber,
menunjukkan obyek penyelidikan yang berhubungan dengan konstruksi makna-makna
sosial sebagai sebuah kenyataan sosial tersendiri. Makna-makna subyektif yang
lahir sebagai hasil dialektika antara diri dan kenyataan eksternal inilah yang
disebut sebagai sisi subyektif dari kenyataan social. Dengan perkataan lain, kenyataan sosial tak
semata berada di luar kesadaran manusia. Akan tetapi kenyataan sosial itu mengendap dalam
struktur kesadaran subyektif manusia dan mempengaruhi dirinya dalam berperilaku. Endapan
kognitif dari kenyataan sosial pada diri individu juga turut membentuk peta kognitif uang
membuat dirinya mampu menafsirkan perubahan situasi sosial. Definisi diri atas situasi menjadi
sesuatu yang sangat penting untuk diselidiki
dalam kasus interaksi sosial yang bersifat dualistic. Beberapa aliran teoritik penting yang
tergolong dalam rumpun paradigma definisi sosial adalah teori interaksionisme simbolik dan
teori fenomenologi.Teori interaksionisme-simnolik misalnya berpandangan bahwa kenyataan
social sesungguhnya merupakan susunan lambang-lambang yang menyembunyikan makna-
makna dibaliknya. Interaksi sosial antara manusia di mediasi oleh lambang-lambang atau sistem
lambang (simbol), seperti bahasa, mode berpakaian, kitab hukum, dan lainnya. Tanggung jawab
sosiolog untuk menafsirkan dan memahami lambing-lambang itu. Beberapa tokoh penting
definisi sosial, selain Max Weber, adalah Alfred Shcuzt, Peter Berger, George Herbet. Mead.

1. Paradigma Perilaku Sosial

Paradigma perilaku sosial memahami kenyataan sosial berada dalam hubungan


stimulus-respon yang dialami individu ketika berhadapan dengan lingkungan
sosialnya. Individu pada dasarnya memberi tanggapan (respons) sosial karena
mendapatkan stimulus (rangsangan) yang datang dari luar dirinya. Rangsangan ini
bisa datang dari individu atau dari lingkungan sosial yang lebih besar, seperi
keluarga atau institusi politik. Paradigma ini memang sangat kuat dipengaruh
oleh B.F Skinner, seorang psikolog yang mengembang teori
Stimulus-Organizer-Respon. Dalam pemahaman paradigma perilaku sosial, perilaku sosial yang
muncul sebagai hasil dari proses stimulus-respon inilah yang menjadi obyek penyelidikan
sosiologi. Kenyataan sosial tersusun dalam konteks perilaku sosial yang
demikian. Menurut penganut paradigma ini, masalah pokok sosiologi adalah
perilaku individu yang tak terpikirkan. Perhatian utama paradigma ini pada
hadiah (rewards) yang menimbulkan perilaku yang diinginkan dan hukuman
(punishment) yang mencegah perilaku yang tak diinginkan. Paradigma ini juga
dikenal sebagai aliran behaviorisme sosial. Salah satu teori yang terkenal dari aliran perilaku
sosial adalah teori pertukaran sosial yang dikembangkan oleh Herbert Blumer. Bagi Lumer,
interaksi sosial sesungguhnya adalah sebuah proses pertukaran sosial yang berisikan makna,
kepentingan, juga tujuan-tujuan di antara individu yang berlangsung secara timbal
balik.pertukaran sosial yang berlangsung diantara individu itulah yang
menjadi penegas bahwa hukum stimulasi-respon memang benar terjadi.
Stimulasi-respon adalah hukum menggerakkan bekerjanya interaksi sosial yang
menjadi inti dari terbentuknya kenyataan sosial. Dalam perkembangannya kemudian, setiap
paradigma makin memperkuat dirinya agar bisa terus menjawab masalah-masalah baru yang
muncul di masyarakat. Bahkan tak jarang diantara masing-masing saling meminjam gagasan
untuk mempertajam penafsiran. George Ritzer, yang memberi pembagian paradigma ilmu
sosiologi sebagaimana telah diulas diatas, mengusulkan untuk menggabungkan tiga paradigma
utama dalam satu kerangka paradigma besar. Kerangka paradigma besar itulah yang
membuatnya menyebut sosiologi sebagai ilmu pengetahuan berparadigma multi(multiple
paradigm). Status berparadigma multi inilah yang membuat sosiologi begitu menarik untuk
dipelajari. Dengan memiliki paradigma yang demikian kompleks, sosiologi sesungguhnya
memberikan banyak pilihan pendekatan, kerangka berpikir teoritis dan perangkat metodologi
yang bisa digunakan tergantung kebutuhan dan situasi sosial empiris. Karena itu, bukan sedikit
pemikir sosial yang menyebut sosiologi sebagai induk dari ilmu sosial. Seorang Auguste Comte,
yang juga merupakanperintis sosiologi Prancis sebelum Durkheim, di akhir hidupnya bahkan
hendakmenjadikan sosiologi sebagai ilmu sosial positifistis untuk menggantikan
pemikiran teologis dan pemikiran metafisis. Dengan berstatus paradigma multi, sesungguhnya
ilmu sosiologi dalam pandangan George Ritzer mesti di integrasikan. Kunci bagi paradigma
yang terintegrasi adalah gagasan mengenai tingkat-tingkat analisa sosial. Realitas sosial paling
cepat dilihat sebagai fenomena sosial yang paling beraneka ragam yang meliputi interaksi dan
perubahan terus menerus. Karena itu menganalisis kenyataan social tak bisa sepenuhnya
sempurna dan dibutuhkan tingkatan analisa untuk penyelidikan sosiologis yang lebih taja, valid
dan proporsional.

1. E. Ekonomi dan Faktor – Faktor Sosial

Beberapa aspek sosial yang bisa dijadikan acuan dalam melakukan analisis yang mempengaruhi
perilaku ekonom oleh individu adalah agama dan nilai-nilai tradisional, ikatan kekeluargaan, dan
etnisitas.

Dalam perkembangan dunia menuju modern yang semakin menjauh dari “nilai”, aspek-aspek
sosial tersebut mendapat serangan yang begitu dahsyat dari para teoritisi modernis. Aspek-aspek
tersebut dituding sebagai faktor yang menghambat pertumbuhan industrialisasi. Tetapi,
kenyataannya serangan tersebut tidak sepenuhnya terbukti.

Beberapa penelitian tentang agama dan nilai-nilai tradisional dan budaya local memperlihatkan
betapa kedua hal tersebut menjadi pendorong bagi kemunculan kapitalisme. Dalam sekte
Calvinis Agama Kristen terbukti bahwa agama tersebut selalu menekankan pada para
pengikutnya dengan menekankan untuk bekerja keras dan hidup hemat, dan itu merupakan
bagian dari etika Sekte Calvinis tersebut. Kemudian di Jepang dan di Indonesia pun terdapat
kenyataan bahwa kaum agamawanlah yang pada kenyataannya memiliki semangat berlebih
dalam melakukan interaksi ekonomi. Ikatan kekeluargaan dan etnisitaspun tak terlepas dari
kecaman kaum modernis tersebut. Disebutkan bahwa keduanya merupakan faktor yang juga
menghambat pertumbuhan ekonomi. Namun statemen tersebut masih saja menemukan
kejanggalan.

Familiisme atau sumberdaya keluarga memililki kontribusi terhadap perkembangan ekonomi


seperti kelahiran kapitalisme Cina. Meskipun dalam kaca mata ekonomi, ikatan kekeluargaan
juga memberikan efek negative terhadap kemajuan ekonomi. Sebab, akan menempatkan antar
individunya dalam “lingkaran setan” loyalitas yang pada hokum kalkulasi rasional ekonomi.
‘Embeddedness’ Ekonomi Dan Perilaku Sosial
Inti dari pendekatan sosial terhadap transaksi ekonomi adalah tindakan-tindakan ekonomi dilihat
sebagai fenomena yang melekat dan tidak dapat dilepaskan begitu saja dengan aspek sosial yang
melingkupinya. Dengan demikian ekonomi tidak dapat dianalisis berdiri sendiri sebagai suatu hal
yuang otonom, tanpa melihat aspek lain yang mempengaruhinya. Untuk selanjutnya perspektif
ini disebut sebagai teori embeddedness (kemelekatan).

Adanya kelangkaan suatu barang yang menjadi kebutuhan manusia,membuat manusia semakin
berhati-hati dalam menentukan pilihan tindakan. Manusia semakin bergerak ke tindakan yang
semakin efesien dan efektif dengan penuh pertimbangan rasional. Dialektika (pergulatan
menemukan sintesa) perjalanan manusia dalam hubungannya dengan suatu situasi yang
menuntut pertimbangan matang, merupakan proses konstruksi sosial terhadap kasus ekonomi..

1. G. Tokoh – Tokoh DalamSosiologi Ekonomi[6]

 Karl Marx

Karl Marx lahir dalam keluarga Yahudi progresif di Trier, Prusia, (sekarang di Jerman). Ayahnya
bernama Herschel, keturunan para rabi, meskipun cenderung seorang deis, yang kemudian
meninggalkan agama Yahudi dan beralih ke agama resmi Prusia, Protestan aliran Lutheran yang
relatif liberal, untuk menjadi pengacara. Herschel pun mengganti namanya menjadi Heinrich.
Saudara Herschel, Samuel — seperti juga leluhurnya— adalah rabi kepala di Trier. Keluarga
Marx amat liberal dan rumah Marx sering dikunjungi oleh cendekiawan dan artis masa-masa
awal Karl.

Marx terkenal karena analisis nya di bidang sejarah yang dikemukakan nya di kalimat pembuka
pada buku ‘Communist Manifesto’ (1848) :” Sejarah dari berbagai masyarakat hingga saat ini
pada dasarnya adalah sejarah tentang pertentangan kelas.” Marx percaya bahwa kapitalisme yang
ada akan digantikan dengan komunisme, masyarakat tanpa kelas setelah beberapa periode dari
sosialisme radikal yang menjadikan negara sebagai revolusi keditaktoran proletariat(kaum paling
bawah di negara Romawi).

Marx sering dijuluki sebagai bapak dari komunisme, Marx merupakan kaum terpelajar dan
politikus. Ia memperdebatkan bahwa analisis tentang kapitalisme miliknya membuktikan bahwa
kontradiksi dari kapitalisme akan berakhir dan memberikan jalan untuk komunisme. Di lain
tangan, Marx menulis bahwa kapitalisme akan berakhir karena aksi yang terorganisasi dari kelas
kerja internasional. “Komunisme untuk kita bukanlah hubungan yang diciptakan oleh negara,
tetapi merupakan cara ideal untuk keadaan negara pada saat ini. Hasil dari pergerakan ini kita
yang akan mengatur dirinya sendiri secara otomatis. Komunisme adalah pergerakan yang akan
menghilangkan keadaan yang ada pada saat ini. Dan hasil dari pergerakan ini menciptakan hasil
dari yang lingkungan yang ada dari saat ini. – Ideologi Jerman- Dalam hidupnya,Marx terkenal
sebagai orang yang sukar dimengerti, ide-ide nya mulai menunjukkan pengaruh yang besar
dalam perkembangan pekerja segera setelah ia meninggal. Pengaruh ini berkembang karena
didorong oleh kemenangan dari Marxist Bolsheviks dalam Revolusi Oktober Rusia. Namun,
masih ada beberapa bagian kecil dari dunia ini yang belum mengenal ide Marxian ini sampai
pada abad ke-20. Hubungan antara Marx dan Marxism adalah titik kontroversi. Marxism tetap
berpengaruh dan kontroversial dalam bidang akademi dan politik sampai saat ini. Dalam
bukunya Marx, Das Kapital (2006), penulis biografi Francis Wheen mengulangi penelitian David
McLellan yang menyatakan bahwa sejak Marxisme tidak berhasil di Barat, hal tersebut tidak
menjadikan Marxisme sebagai ideologi formal, namun hal tersebut tidak dihalangi oleh kontrol
pemerintah untuk dipelajari.

 Emile Durkheim

Durkheim dilahirkan di Épinal, Prancis yang terletak di Lorraine. Ia berasal dari keluarga Yahudi
Prancis yang saleh – ayah dan kakeknya adalah Rabi. Hidup Durkheim sendiri sama sekali
sekular. Malah kebanyakan dari karyanya dimaksudkan untuk membuktikan bahwa fenomena
keagamaan berasal dari faktor-faktor sosial dan bukan ilahi. Namun demikian, latar belakang
Yahudinya membentuk sosiologinya – banyak mahasiswa dan rekan kerjanya adalah sesama
Yahudi, dan seringkali masih berhubungan darah dengannya.

Durkheim adalah mahasiswa yang cepat matang. Ia masuk ke École NormaleSupérieure pada
1879. Angkatannya adalah salah satu yang paling cemerlang pada abad ke-19dan banyak teman
sekelasnya, seperti Jean Jaurès dan Henri Bergson kemudian menjadi tokoh besar dalam
kehidupan intelektual Prancis. Di ENS Durkheim belajar di bawah Fustel de Coulanges, seorang
pakar ilmu klasik, yang berpandangan ilmiah sosial. Pada saat yang sama, ia membaca karya-
karya Auguste Comte dan Herbert Spencer. Jadi, Durkheim tertarik dengan pendekatan ilmiah
terhadap masyarakat sejak awal kariernya. Ini adalah konflik pertama dari banyak konflik
lainnya dengan sistem akademik Prancis, yang tidak mempunyai kurikulum ilmu sosial pada saat
itu. Durkheim merasa ilmu-ilmu kemanusiaan tidak menarik. Ia lulus dengan peringkat kedua
terakhir dalam angkatannya ketika ia menempuh ujian agrégation – syarat untuk posisi mengajar
dalam pengajaran umum – dalam ilmu filsafat pada 1882.

Minat Durkheim dalam fenomena sosial juga didorong oleh politik. Kekalahan Prancis dalam
Perang Prancis-Prusia telah memberikan pukulan terhadap pemerintahan republikan yang
sekular. Banyak orang menganggap pendekatan Katolik, dan sangat nasionalistik sebagai jalan
satu-satunya untuk menghidupkan kembali kekuasaan Prancis yang memudar di daratan Eropa.
Durkheim, seorang Yahudi dan sosialis berada dalam posisi minoritas secara politik, suatu situasi
yang membakarnya secara politik. Peristiwa Dreyfus pada 1894 hanya memperkuat sikapnya
sebagai seorang aktivis.

Seseorang yang berpandangan seperti Durkheim tidak mungkin memperoleh pengangkatan


akademik yang penting di Paris, dan karena itu setelah belajar sosiologi selama setahun di
Jerman, ia pergi ke Bordeaux pada 1887, yang saat itu baru saja membuka pusat pendidikan guru
yang pertama di Prancis. Di sana ia mengajar pedagogi dan ilmu-ilmu sosial (suatu posisi baru di
Prancis). Dari posisi ini Durkheim memperbarui sistem sekolah Prancis dan memperkenalkan
studi ilmu-ilmu sosial dalam kurikulumnya. Kembali, kecenderungannya untuk mereduksi
moralitas dan agama ke dalam fakta sosial semata-mata membuat ia banyak dikritik.

Tahun 1890-an adalah masa kreatif Durkheim. Pada 1893 ia menerbitkan “Pembagian Kerja
dalam Masyarakat”, pernyataan dasariahnya tentang hakikat masyarakat manusia dan
perkembangannya. Pada 1895 ia menerbitkan “Aturan-aturan Metode Sosiologissebuah
manifesto yang menyatakan apakah sosiologi itu dan bagaimana ia harus dilakukan. Ia pun
mendirikan Jurusan Sosiologi pertama di Eropa di Universitas Bourdeaux Pada 1896 ia
menerbitkan jurnal L’Année Sociologique untuk menerbitkan dan mempublikasikan tulisan-
tulisan dari kelompok yang kian bertambah dari mahasiswa dan rekan (ini adalah sebutan yang
digunakan untuk kelompok mahasiswa yang mengembangkan program sosiologinya). Dan
akhirnya, pada 1897, ia menerbitkan “Bunuh Diri”, sebuah studi kasus yang memberikan contoh
tentang bagaimana bentuk sebuah monograf sosiologi.

Pada 1902 Durkheim akhirnya mencapai tujuannya untuk memperoleh kedudukan terhormat di
Paris ketika ia menjadi profesordi Sorbonne. Karena universitas-universitas Prancis secara teknis
adalah lembaga-lembaga untuk mendidik guru-guru untuk sekolah menengah, posisi ini
memberikan Durkheim pengaruh yang cukup besar – kuliah-kuliahnya wajib diambil oleh
seluruh mahasiswa. Apapun pendapat orang, pada masa setelah Peristiwa Dreyfus, untuk
mendapatkan pengangkatan politik, Durkheim memperkuat kekuasaan kelembagaannya pada
1912 ketika ia secara permanen diberikan kursi dan mengubah namanya menjadi kursi
pendidikan dan sosiologi. Pada tahun itu pula ia menerbitkan karya besarnya yang terakhir
“Bentuk-bentuk Elementer dari Kehidupan Keagamaan.

Perang Dunia I mengakibatkan pengaruh yang tragis terhadap hidup Durkheim. Pandangan kiri
Durkheim selalu patriotik dan bukan internasionalis – ia mengusahakan bentuk kehidupan
Prancis yang sekular, rasional. Tetapi datangnya perang dan propaganda nasionalis yang tidak
terhindari yang muncul sesudah itu membuatnya sulit untuk mempertahankan posisinya.
Sementara Durkheim giat mendukung negarainya dalam perang, rasa enggannya untuk tunduk
kepada semangat nasionalis yang sederhana (ditambah dengan latar belakang Yahudinya)
membuat ia sasaran yang wajar dari golongan kanan Prancis yang kini berkembang. Yang lebih
parah lagi, generasi mahasiswa yang telah dididik Durkheim kini dikenai wajib militer, dan
banyak dari mereka yang tewas ketika Prancis bertahan mati-matian. Akhirnya, René, anak laki-
laki Durkheim sendiri tewas dalam perang – sebuah pukulan mental yang tidak pernah teratasi
oleh Durkheim. Selain sangat terpukul emosinya, Durkheim juga terlalu lelah bekerja, sehingga
akhirnya ia terkena serangan lumpuh dan meninggal pada 1917.

 Max Weber

Maximilian Weber (lahir di Erfurt Jerman 21 April 1864 – meninggal di München Jerman 14


Juni1920 pada umur 56 tahun) adalah seorang ahli ekonomi politik dan sosiolog dari Jerman
yang dianggap sebagai salah satu pendiri ilmu sosiologi dan administrasi negara modern. Karya
utamanya berhubungan dengan rasionalisasi dalam sosiologi agama dan pemerintahan, meski ia
sering pula menulis di bidang ekonomi. Karyanya yang paling populer adalah esai yang berjudul
Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, yang mengawali penelitiannya tentang sosiologi
agama. Weber berpendapat bahwa agama adalah salah satu alasan utama bagi perkembangan
yang berbeda antara budaya Barat dan Timur. Dalam karyanya yang terkenal lainnya, Politik
sebagai Panggilan, Weber mendefinisikan negara sebagai sebuah lembaga yang memiliki
monopoli dalam penggunaan kekuatan fisik secara sah, sebuah definisi yang menjadi penting
dalam studi tentang ilmu politik Barat modern.

Anda mungkin juga menyukai