Anda di halaman 1dari 18

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

DINAS BINA MENTAL SPIRITUAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

KEPUTUSAN KEPALA DINAS BINA MENTAL SPIRITUAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL


PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
NOMOR : 187 12007

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS MEKANISME PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN


LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SOSIAL (LKMS) DAN KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE)
PROVINSI DKI JAKARTA

KEPALA DINAS BINA MENTAL SPIRITUAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan pengembangan potensi kesejahteraan sosial dalam


kegiatan pemberdayaan fakir miskin melalui LKMS dan KUBE, maka perlu
dibuat petunjuk teknis mekanisme pengelolaan dan pengembangan LKMS
dan KUBE Provinsi DKI Jakarta;

b. bahwa sehubungan huruf a, perlu menetapkan keputusan Kepala Dinas


tentang petunjuk teknis mekanisme pengelolaan dan pengembangan LKMS
dan KUBE Provinsi DKI Jakarta;

Mengingat : 1. Undang-Undang Dasar 1945 dan perubahannya;

2. Undang-Undang Nomor 6 tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan


Pokok Kesejahteraan Sosial;

3. Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah


Provinsi DKI Jakarta;

4. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pusat dan Daerah;

5. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

6. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

7. Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
By . www.katamanggadua.com
8. Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 1981 tentang Pelayanan
Kesejahteraan Sosial bagi Fakir Miskin;

9. Keputusan Presiden Nomor 124 tahun 2001 jo. Nomor 8 tahun 2002
tentang Komite Penanggulangan Kemiskinan;

2. Keputusan Presiden Nomor 42 tahun 2002 Jo, Nomor 72 tahun 2004


tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

3. Keputusan Menteri Sosial Nomor 84/HUK/1997 tentang Pelaksanaan


Pemberian Bantuan Sosial bagi Keluarga Fakir Miskin;

4. Keputusan Menteri Sosial Nomor 19/HUK/1998 tentang Pelayanan


Kesejahteraan Sosial bagi Fakir Miskin yang diselenggarakan oleh Masyarakat;

5. Keputusan Bersama Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah,


dan Menteri Sosial Nomor 05/SKB/MN/1999-45/HUK/1999 tentang
Pembinaan dan pengembangan kelompok usaha bersama melalui
pembentukan koperasi
14. Keputusan Bersama Menteri Sosial dan Menteri Agama Nomor
40/PEGHUK/2002 — 293/2002 tentang Pendayagunaan Dana Zakat untuk
Pemberdayaan fakir Miskin;

15. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-19/PB/2005


tentang Petunjuk Penyaluran Dana Bantuan Modal Usaha bagi Keluarga
Binaan Sosial Program Pemberdayaan Fakir Miskin melalui Pola
Pengembangan Terpadu Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan Lembaga
Keuangan Mikro (LKM);
16. Peraturan Gubernur Nomor 53 tahun 2007 tentang arah, kebijakan dan
strategi pemberdayaan fakir miskin Provinsi DKI Jakarta;

17. Peraturan Gubernur Nomor 54 tahun 2007 tentang Tim Koordinasi


Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Provinsi DKI Jakarta;

18. Peraturan Gubemur Nomor 76 tahun 2007 tentang Pembentukan Pokja-pokja


TKPK Provinsi DKI Jakarta.

MEMUTUSKAN

Menetapkan
KESATU : Petunjuk Teknis Mekanisme Pengelolaan dan Pengembangan LKMS dan
KUBE Provinsi DKI Jakarta di Iingkungan Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan

By . www.katamanggadua.com
Sosial Provinsi DKI Jakarta;

KEDUA : Petunjuk Teknis Mekanisme Pengelolaan dan Pengembangan LKMS dan KUBE
Provinsi DKI Jakarta sebagaimana tersebut pada Diktum PERTAMA, digunakan
sebagai acuan bagi seluruh pengelolaan dan pengembangan LKMS dan KUBE
Provinsi DKI Jakarta;

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 20 Juni 2007

KEPALA DINAS BINA MENTAL SPIRITUAL


DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
PROVINSI DKI JAKARTA

Drs. H. `A. SJARIEF MUSTAFA


NIP. 010165929

Tembusan
1. Menteri Sosial RI.
2. Gubernur Provinsi DKI Jakarta.
3. Ketua Komite Penanggulangan Kemiskinan Nasional.
4 Asisten Kesejahteraan Masyarakat Provinsi DKI Jakarta.
5 Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi DKI Jakarta.
6 Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi DKI Jakarta.
7 Para Walikotamadya/Bupati se-Provinsi DKI Jakarta.
8. Kepala Biro Administrasi Kesejahteraan Masyarakat Provinsi DKI Jakarta.
9. Kepala Biro Administrasi Wilayah Provinsi DKI Jakarta.
10. Ketua Komite Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta.
11. Ketua Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta.
12. Para Kepala Sudin Bintal dan Kesos 5 (lima) Wilayah.
13. Para Camat lokasi Lembaga Keuangan Mikro Pendampingan Masyarakat.
14. Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK).

By . www.katamanggadua.com
15 Kepala Seksi Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial. Kecamatan lokasi Lembaga Keuangan
Mikro (LKM).

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah sosial serius yang dihadapi oleh Indonesia. Data statistik
menunjukan bahwa angka kemiskinan di Indonesia mencapai 17,75% yang ekuivalen dengan
39,05 juta jiwa'. Ini menunjukan bahwa pembangunan di Indonesia masih belum mampu secara
optimal mengatasi masalah kemiskinan, bahkan pada medio 2005-2006 angka kemiskinan
justru mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu dari 15,97% (35,10 juta jiwa)
menjadi 17,75% ( 39,05 juta jiwa ) atau dengan kata lain terjadi peningkatan jumlah p enduduk
miskin sebesar 3,95 juta jiwa2.

Di Provinsi DKI Jakarta sendiri, kemiskinan menembus angka 160. 480 rumah tangga
atau setara dengan 675.718 jiwa 3 . Secara persentase. kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta
mencapai 8,96% dari keseluruhan jumlah penduduk. Jika dikaitkan dengan visi Dinas Bina
mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta, yaitu “Masyarakat Peduli UKS, PMKS
terentas, dan kehidupan mental spiritual kondusif pada tahun 2015", yang artinya di Provinsi DKI
Jakarta pada tahun 2006 diharapkan kemiskinan menjadi menurun secara signifikan, maka perlu
kerja keras dan kerja cerdas untuk mewujudkannya.

Sebagai ibukota Negara Republik Indonesia, Provinsi DKI Jakarta "merupakan daerah yang
hampir keseluruhannya merupakan daerah perkotaan (kecuali Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu). Oleh karena itu, selain dari Kepulauan Seribu, kemiskinan di DKI Jakarta
sebagian besar merupakan kemiskinan sementara (transient poverty) yang sangat dipengaruhi
oleh perubahan dan kebijakan pemerintah, dan merupakan karakteristik khas kemiskinan di
daerah perkotaan (urban). secara umum penyebab utama kemiskinan di Provinsi DKI
Jakarta adalah (1) tenaga kerja yang tidak terampil, (2) terbatasnya kesempatan kerja. (3)
keterbatasan akses terhadap sumberdaya ekonomi, sosial, budaya dan informasi, (4) tingkat
pendidikan yang rendah, dan (5) daya ,beli yang menurun.

Pada dasarnya penanggulangan kemiskinan merupakan kewajiban negara (state


obligation) untuk mensejahterakan rakyatnya. untuk menanggulangi kemiskinan
By . www.katamanggadua.com
diperlukan suatu upaya yang sistematis, terarah, tuntas, utuh, dan menyeluruh, karena
kemiskinan bukan merupakan masalah yang berdiri sendiri, tetapi ia merupakan m asalah
yang kompleks dan lintas sektoral.

Untuk itu dalam rangka mewujudkan Provinsi DKI Jakarta yang terbebas dari kemiskinan
maka diperlukan strategi dan langkah – langkah yang tepat mengenai sasaran. Secara
sederhana, strategi yang diterapkan adalah dengan mengeliminasi penyebab utama
kemiskinan diDKI Jakarta dengan meningkatkan produktifitas masyarakat miskin dan mem buka
akses bagi mereka.

Usaha Ekonomi Produktif (UEP) merupakan salah satu strategi dalam upaya pengentasan
kemiskinan. Dengan UEP diharapakan masyarakat mampu meningkatkan taraf
kehidupannya dengan melakukan aktivitas produksi sehingga mereka mampu untuk
memenuhi kebutuhannya dan dapat terlepas dari jerat kemiskinan. Salah satu bentuk dari UEP
adalah dengan mengembangkan Kelompok Usaha Bersama (KUBE), dimana masyarakat secara
berkelompok membentuk suatu usaha. Untuk membantu permodalan dan pemasaran hasil produksi
KUBE, maka dikembangkan pula Lembaga Keuangan Mikro Sosial (LKMS) yang dibentuk dari, oleh,
dan untuk anggota KUBE, sehingga usaha yang dibangun dapat terus berkelanjutan.

Namun, tanpa pengelolaan yang baik dan terarah, KUBE dan LKMS tidak akan dapat
berkembang dengan baik sesuai dengan harapan. Berdasarkan pemikiran tersebut, supaya KUBE
dan LKMS dapat berkembang dengan baik dan terarah maka diperlukan sebuah pedoman atau
panduan untuk pelaksanaannya. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi seluruh
stake holders penanggulangan kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta, khususnya di lingkungan Dinas
Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial sebagai instansi yang menjadi ujung tombak
pelayanan sosial bagi masyarakat di wilayah Provinsi DKI Jakarta.

B. Tujuan
Pembuatan petunjuk teknis mekanisme pengelolaan dan pengembangan KUBE dan LKMS ini
bertujuan untuk (1) memberikan pedoman/acuan bagi seluruh stake holders dalam kegiatan pengelolaan
dan pengembangan KUBE dan LKMS, dan (2) memudahkan dalam proses monitoring dan evatuasi.

C.Ruang Lingkup

Petunjuk Teknis Mekanisme Pengelolaan dan Pengembangan KUBE dan LKMS ini digunakan

By . www.katamanggadua.com
sebagai acuan dalam pengelolaan dan pengembangan KUBE dan LKMS di Iingkungan Dinas Bintal dan
Kesos Provinsi DKI Jakarta.

D. Batasan Pengertian

Dalam petunjuk teknis ini yang dimaksud dengan :

1. Keluarga miskin adalah keluarga yang termasuk dalam daftar keluarga layak miskin yang
dimiliki oleh Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta.
2. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah himpunan dari keluarga fakir miskin yang
dibentuk, tumbuh dan berkembang atas prakarsanya sendiri saling berinteraksi satu
sama lainnya, dan tinggal dalam satu wilayah kelurahan dengan tujuan untuk
meningkatkan produktifitas anggotanya.
3. Lembaga Keuangan Mikro Sosial (LKMS) adalah lembaga keuangan dan pembiayaan
yang didirikan dan dibiayai bersama oleh warga masyarakat untuk memecahkan masalah
permodalan dan kebutuhan dana yang dihadapi anggotanya. Anggota LKMS adalah KUBE-
KUBE yang berada di wilayah kerjanya.
4. luran Kesetiakawanan Sosial (IKS) adalah iuran anggota KUBE yang ditujukan untuk
membantu anggota yang mengalami musibah atau pihak lain dalam rangka pengguliran dana,
serta sebagai dana sosial.
5. Pendamping lapangan adalah orang atau lembaga sosial masyarakat yang memiliki
kompetensi yang ditunjuk oleh Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta untuk memberikan
bimbingan dan pembinaan terhadap KUBE dan LKMS dalam rangka pengelolaan dan
pengembangan KUBE dan LKMS
6. Pendamping teknis adalah kepala seksi Dinas Bintal dan Kesos kecamatan

BAB II
POLA PELAKSANAAN PENGELOLAAN
DAN PENGEMBANGAN KUBE DAN LKMS

Pola pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan KUBE dan LKMS melibatkan unsur-unsur
sebagai berikut :
1. Pengawasan dan Pengendalian
a. Pengawasan dan pengendalian kegiatan pengelolaan dan pengembangan KUBE dan LKMS
dilakukan oleh Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta
a. Tugas dari unsur pengawasan dan pengendalian adalah:

1) Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan pengelolaan dan


By . www.katamanggadua.com
pengembangan KUBE dan LKMS
2) Melatih tim supervisi, pendamping teknis, pendamping lapangan, pengurus dan
pengelola LKMS.

2. Supervisi
a. Supervisi kegiatan pengelolaan dan pengembangan KUBE dan LKMS dilakukan oleh Suku
Dinas Bintal dan Kesos kotamadya

b. Tugas supervisi adalah:


1) Melakukan supervisi terhadap pendamping teknis, pendamping lapangan,
pengurus dan pengelola LKMS dan KUBE
2) Melatih dan membimbing anggota KUBE

3. Pendamping
a. Pendampingan terhadap LKMS dan KUBE dilakukan oleh pendamping lapangan dan
pendamping teknis
b. Pendamping teknis bertugas untuk memberikan pendampingan teknis terhadap KUBE dan
LKMS
c. Pendamping lapangan bertugas untuk memberikan konsultasi kepada KUBE dan LKMS
dalam rangka pengelolaan dan pengembangan KUBE dan LKMS

4. Pelaksana
a. Pelaksana pengelolaan dan pengembangan LKMS dilakukan oleh pengurus dan pengelola
LKMS. Pengurus dan pengelola LKMS bertugas untuk menjalankan fungsi LKMS
b. Pelaksana pengelolaan dan pengembangan KUBE dilakukan oleh pengurus KUBE.
Pengurus KUBE bertugas untuk menjalankan fungsi KUBE.

BAB III
PELAKSANAAN
Pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pengembangan KUBE dan LKMS terdiri beberapa aktivitas,

By . www.katamanggadua.com
yaitu:

A. Pengelolaan dan Pengembangan LKMS

Untuk melakukan pengelolaan dan pengembangan LKMS agar menjadi lembaga yang fungsional dalam
memberikan dukungan atas perkembangan KUBE-KUBE yang bernaung dibawahnya, maka diatur sebagai
berikut:

1. Tempat dan Kedudukan


LKMS bertempat dan berkedudukan di tingkat wilayah kecamatan dengan wilayah kerja satu kecamatan.

2. Kepengurusan
a. Kepengurusan LKMS sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara, yang dipilih
dalam musyarawah LKMS dengan masa kepengurusan 3 (tiga) tahun, dan dapat dipilih kembali
untuk satu periode berikutnya dalam jabatan yang sama. Pendamping teknis tidak diperbolehkan
dipilih menjadi ketua LKMS.
a. Kepengurusan LKMS berasal dari perwakilan KUBE masingmasing sebanyak 1 (satu) orang, dan
pendamping lapangan.
b. Pengurus LKMS memiliki tugas dan wewenang untuk :
1) Bersama pendamping memberikan bimbingan dan binaan terhadap KUBE yang berada dalam
naungannya
2) Mengambil kebijakan yang diperlukan dalam rangka mengembangkan LKMS dan KUBE dengan
sepengetahuan pendamping teknis
3)Bertindak atas nama LKMS untuk mewakili ke luar lembaga
4) Mengangkat pengelola LKMS (manager, pegawai, dll) apabila diperlukan
5) Memberikan laporan perkembangan LKMS yang terdiri dari laporan teknis dan
laporan keuangan kepada Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta melalui Kepala
Seksi Dinas Bintal dan Kesos kecamatan setempat setiap bulannya

d. Mekanisme Pengambilan Keputusan Dalam menentukan suatu kebijakan LKMS, secara


hierarki keputusan diambil melalui:

1) Musyawarah LKMS
a) Musyawarah LKMS dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali, dalam keadaan tertentu
dapat dilakukan di luar itu
a) Musyawarah LKMS dihadiri oleh perwakilan KUBE masing-masing sebanyak 1 (satu)
orang, pendamping lapangan, pendamping teknis, dan dapat mengundang perwakilan
dari Dinas Bintal dan Kesos atau instansi terkait Iainnya.

By . www.katamanggadua.com
c ) M us ya war a h LKM S b er we na ng unt uk : (1) mengevaluasi laporan pertanggung
jawaban pengurus LKMS, (2) menetapkan program kerja, (3) memilih pengurus
LKMS, dan (4) menetapkan kriteria-kriteria pemberian kredit/bantuan kepada
KUBE, (5) menetapkan pola pengembalian kredit/bantuan yang berupa pinjaman,
dan (6) mengambil kebijakan yang dianggap perlu.

2) Rapat Pengurus
a) Rapat pengurus LKMS dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali
b)Rapat pengurus LKMS dihadiri oleh ketua, sekretaris, bendahara, dan pengurus lain
jika ada, serta pendamping lapangan dan pendamping teknis
b) Rapat pengurus berwenang untuk: (1) memutuskan pemberian kredit/bantuan
kepada KUBE yang mengajukan proposal, dan (2) mengambil kebijakan yang
diperlukan .
3. Fungsi

LKMS memiliki fungsi untuk:


a.Menyalurkan kredit/bantuan kepada KUBE berupa dana dansarana produksi (saprodi)
b.Membantu pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh KUBE
c.Memberikan bimbingan dan binaan terhadap KUBE yang berada di bawah naungannya
d.Mengajukan kredit kepada instansi perbankan atau instansi lainnya dalam rangka
pegembangan usaha LKMS/KUBE
e. Membuka akses bagi KUBE baik dalam hal produksi ataupun pemasaran

4. Usaha
Usaha yang dilakukan oleh LKMS meliputi:
a.Jasa keuangan, dengan menyalurkan kredit/bantuan kepada KUBE berupa dana
b.Pengadaan barang, dengan menyediakan saprodi bagi KUBE
c.Pemasaran, dengan memasarkan produk-produk hasil KUBE

Keuntungan usaha LKMS diperoleh dari:


a. Jasa keuangan; LKMS berhak memperoleh jasa dari kredit/bantuan yang
berbentuk pinjaman yang disalurkan kepada KUBE. Kredit/bantuan yang
keuangannya bersumber dari subsidi/bantuan pemerintah tidak diperbolehkan
untuk dikenakan jasa.
b. Pengadaan barang; LKMS berhak mengambil margin dari selisih harga beli dari
suplier dan harga jual kepada KUBE dengan besar margin sebesar-besarnya adalah
By . www.katamanggadua.com
dua setengah (2,5 ) %. Pembelian/pengadaan saprodi yang keuangannya
bersumber dari subsidi/bantuan dari pemerintah tidak diperbolehkan
mengambil margin.
b. Pemasaran; LKMS berhak mendapatkan margin sebesar sepuluh (10) % dari
harga jual produk-produk KUBE yang dipasarkan melalui LKMS.

5. Pengelolaan Keuntungan Usaha Keuntungan yang diperoleh LKMS:


a. Sebesar 25% dipergunakan untuk honor pengurus, pengelola, pendamping, dan
keperluan khusus lainnya
b. Sebesar 25% dipergunakan untuk keperluan administrasi LKMS seperti ATK,
penggandaan, dan lain-lain
c. Sebesar 40% dimasukan ke dalam dana IKS
d. Sebesar 10% dijadikan sebagai sisa hasil usaha (SHU) yang dibagikan kepada seluruh
anggota LKMS/KUBE secara merata yang dibagikan setiap akhir tahun.

6. Pengembangan LKMS
Dalam rangka pengembangan LKMS maka LKMS:
a. Dengan bimbingan dan binaan dari pendamping lapangan dan pendamping teknis
dapat membentuk KUBE baru. Pembentukan KUBE baru harus diusulkan kepada
Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKl Jakarta melalui kepala seksi Bintal dan Kesos
kecamatan setempat yang diteruskan kepada Suku Dinas B i n t a l d a n K e s o s
s e t e m p a t . H a l y a n g p e r i u dipertimbangkan dalam pembentukan KUBE baru
antara lain adalah ketersediaan dana untuk disalurkan kepada KUBE baru, KUBE-KUBE lain
di bawah naungannya telah dianggap mapan, dan hal lain yang dianggap perlu.
b. Dengan bimbingan dan binaan dari pendamping lapangan dan pendamping teknis dapat
mengajukan kredit kepada lembaga perbankan atau instansi lainnya untuk pengembangan
usaha LKMS .
c. Dapat dikukuhkan menjadi lembaga yang berbadan hukum apabila telah memenuhi
persyaratan yang ditentukan oleh peraturan perundangan yang berlaku .

d. Dapat meminta Dinas Bintal dan Kesos Povinsi DKI Jakarta dan/atau Suku Dinas
Bintal dan Kesos Kotamadya untuk memberikan program pendidikan dan pelatihan bagi
LKMS dan KUBE baik dalam hal manajemen pengelolaan dan pengembangan
LKMS/KUBE maupun dalam hal peningkatan kemampuan prosuksi KUBE .

B. Pengelolaan dan Pengembangan KUBE


Untuk melakukan pengelolaan dan pengembangan KUBE agar menjadi lembaga yang fungsional
By . www.katamanggadua.com
dalam memberikan dukungan atas perkembangan usaha anggota KUBE, maka diatur sebagai berikut :
1. Tempat dan Kedudukan
KUBE bertempat kedudukan di tingkat wilayah kelurahan. Dalam satu kelurahan dapat dibentuk
KUBE tebih dari satu. Setiap KUBE wajib untuk masuk menjadi anggota LKMS yang berada di wilayah
kecamatannya, apabila belum ada, maka atas bimbingan dan binaan dari pendamping
lapangan dan pendamping teknis mengadakan musyawarah pembentukan LKMS.

2. Keanggotaan
Anggota KUBE berjumlah sekurang-kurangnya 10 orang yang terdiri dari keluarga miskin

3. Kepengurusan
a. Kepengurusan KUBE sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara,
yang dipilih dalam musyawarah KUBE. Regenerasi kepengurusan KUBE disesuaikan
dengan kebutuhan.
a. Kepengurusan KUBE dipilih oleh dan dari anggota KUBE
b. Pengurus KUBE bertugas dan berwenang untuk:
1) Mengajukan proposal kredit/bantuan kepada LKMS atas nama anggota KUBE
2) Menyeleksi proposal kredit/bantuan yang akan diajukan kepada LKMS
3) Bersama pendamping teknis melakukan bimbingan dan binaan terhadap anggota
KUBE dalam hal pembuatan proposal kredit/bantuan dan kegiatan usaha
4) Mengambil kebijakan yang dianggap perlu dengan sepengetahuan pendamping
teknis
5) Menjadi perwakilan dalam musyawarah atau kepengurusan LKMS
6) Memberikan laporan perkembangan KUBE yang terdiri dari laporan teknis dan laporan
keuangan kepada Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta metalui Kepata Seksi
Bintal dan Kesos kecamatan setempat setiap bulannya dengan tembusan kepada
pengurus LKMS.

Mekanisme Pengambilan Keputusan


Dalam menentukan suatu kebijakan KUBE, maka keputusan diambil dalam musyawarah
KUBE yang dihadiri oleh seluruh anggota KUBE, pendamping lapangan, dan pendamping
By . www.katamanggadua.com
teknis.
4 Fungsi
KUBE berfungsi untuk memberikan dukungan dan bantuan kepada anggota KUBE agar dapat
meningkatkan kemampuan ekonomi dan social

5 KUBE dapat meminta bantuan LKMS dalam hal pemasaran hasil produksi. Jika pemasaran
hasil produksi KUBE dilakukan oleh LKMS, maka KUBE diwajibkan untuk memberikan insentif
kepada LKMS sebesar 10% dari harga jual, dan jika KUBE memasarkan sendiri hasil
produksinya, maka hharga jualnya tidak boleh lebih rendah dari harga jual yang dilakukan oleh
LKMS.

6 Dalam proses pengembangan KUBE, maka dapat dilakukan:


a. Perekrutan anggota baru KUBE
Untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan kapasitas produksi KUBE, maka KUBE dapat
melakukan perekrutan anggota baru. Yang dapat direkrut sebagai anggota baru KUBE adalah
keluarga miskin yang direkomendasikan oleh pendamping teknis.

b. Pembentukan KUBE baru


Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta melalui Suku Dinas Kotamadya dapat
membentuk KUBE baru atas usulan dari pendamping teknis dan/atau LKMS. Yang dapat
menjadi anggota KUBE baru adalah keluarga miskin yang belum terjangkau dalam program
KUBE.
Pendidikan dan Pelatihan
Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta dan/atau Suku Dinas Bintal dan Kesos Kotamadya dapat
memberikan program pendidikan dan pelatihan untuk KUBE baik dalam hal peningkatan
kemampuan produksi maupun dalam hal manajemen pengelolaan dan pengembangan KUBE.

C. Penyaluran Kredit / Bantuan


Proses penyaluran kredit/bantuan kepada KUBE oleh LKMS dilakukan melalui beberapa
tahapan, yaitu:

By . www.katamanggadua.com
1. KUBE mengajukan proposal sebanyak 2 (dua) jenis, yaitu proposal untuk kredit/bantuan berupa
dana, dan proposal bantuan/kredit berupa sarana produksi (saprodi). Proposal kredit/bantuan berupa
dana, berisi :
a. Pendahuluan
Berisi latar belakang usulan usaha yang menggambarkan alasan dan prospek
pengembangan usaha.
b. Gambaran Usaha
Berisi tentang gambaran detail rencana usaha meliputi jenis usaha, aspek produksi, aspek
pemasaran, aspek kebutuhan, dan hal lain yang dibutuhkan .
c. Analisa Keuangan
Berisi tentang perhitungan keuangan usaha untuk permodalan (biaya produksi, pemasaran, dip
dilengkapi dengan estimasi harga jual dan keuntungan .
d. Penutup
e. Lampiran

Proposal kredit/bantuan berupa saprodi berisi kebutuhan saprodi untuk melakukan


produksi, berupa lampiran dari proposal kredit/bantuan yang berupa dana.
Pembuatan proposal dapat dibimbing oteh pendamping teknis dan pendamping lapangan.
Proposal yang diajukan oleh anggota KUBE melalui Ketua KUBE dan diketahui oteh
pendamping teknis.

2. LKMS didampingi oleh pendamping teknis dan pendamping lapangan meneliti kelayakan
usaha yang diusulkan oleh KUBE. Halhal yang perlu diperhatikan dalam meneliti kelayakan
usaha KUBE, antara lain adalah kesesuaian dengan plafon dana yang ada, prospek
pengembangan usaha, dan hal lain yang dianggap perlu.

2. Setelah proposal yang diajukan oleh KUBE diteliti kelayakannya oleh LKMS, maka:
a. Apabila proposal yang diajukan dianggap tidak layak, maka LKMS mengembalikan
proposal tersebut kepada KUBE yang bersangkutan disertal dengan alasan teknis
penolakan pemberian kredit/bantuan sehingga proposal dapat diperbaiki sesuai

By . www.katamanggadua.com
dengan persyaratan yang ditentukan oleh LKMS.
b. Apabila proposal yang diajukan dianggap layak, maka selanjutnya dibuat
perjanjian kerjasama antara LKMS dengan KUBE. Perjanjian kerjasama antara LKMS
dan KUBE harus diketahui oleh Kepala Seksi Dinas Bintal dan Kesos kecamatan setempat
dan dibubuhi materai secukupnya. Perjanjian kerjasama dibuat rangkap 3 (tiga),
masing-masing untuk pihak KUBE, pihak LKMS, dan Kepala Seksi Dinas Bintal dan Kesos
kecamatan setempat.
c. Proposal yang ditolak dapat diajukan kembali setelah diperbaiki dan memenuhi
persyaratan yang ditentukan LKMS .

4. Setelah perjanjian kerjasama ditandatangani, LKMS memberikan kredit/bantuan kepada KUBE berupa
dana dan berupa saprodi (tidak dapat diganti dalam bentuk dana).
5. Setiap pemberian kredit/bantuan LKMS kepada KUBE harus disertai dengan tanda terima yang sah.
6. Khusus untuk pengadaan kredit/bantuan berupa saprodi, LKMS dapat bekerjasama dengan pihak
ketiga (suplier), dan barang saprodi disalurkan langsung kepada KUBE.
7. Untuk kredit/bantuan yang berupa pinjaman, dana tersebut wajib dikembalikan oleh KUBE dengan
pola pengembalian ditentukan oleh LKMS.
8. Dalam penyaluran kredit/bantuan LKMS dapat:
a. Menentukan kriteria-kriteria tertentu dalam pemberian
kredit/bantuan kepada KUBE sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan
yang berlaku .
b. Menentukan pola pengembalian kredit/bantuan yang berupa pinjaman .
c. Penetapan kriteria pemberian kredit/bantuan dan pola pengembalian kredit/bantuan
dilakukan dalam rapat pengurus LKMS dan diketahui oleh Kepala Seksi Dinas Bintal dan Kesos
kecamatan setempat.

D. Pengelolaan IKS
LKMS dan KUBE diwajibkan menyimpan dan mengelola dana IKS yang didapatkan dari
iuran tiap anggota KUBE dan persentase dari keuntungan yang didapat oleh LKMS/KUBE. Tata
cara pengelolaan IKS diatur sebagai berikut:
1. IKS bersumber dari:

By . www.katamanggadua.com
a. Anggota KUBE minimal sebesar Rp. 750,- per hari, dengan pembagian Rp. 500,- untuk
disimpan dan dikelola oleh KUBE, dan Rp. 250,- untuk disimpan dan dikelola oleh LKMS.
b. Persentase keuntungan usaha LKMS sebesar 40% dari jumlah total keuntungan usaha
LKMS.
2. Pembayaran IKS
a. IKS disetor setiap hari oleh anggota KUBE kepada bendahara KUBE
b. IKS untuk LKMS, disetor oleh bendahara KUBE kepada bendahara LKMS setiap
tanggal terakhir tiap bulannya
c. IKS untuk LKMS yang bersumber dari persentase keuntungan usaha dimasukan ke
dalam perhitungan dana IKS setiap tanggal 1 pada bulan berikutnya .
3. Penggunaan dana IKS
a. Dana IKS yang disimpan dan dikelola oleh KUBE digunakan untuk bantuan bagi

anggota KUBE yang terkena musibah dengan besar bantuan disesuaikan dengan
ketersediaan dana IKS .
b. Dana IKS yang disimpan dan dikelola oleh KUBE dapat digunakan untuk

pinjaman kepada anggota KUBE untuk pengembangan usaha atas persetujuan seluruh
anggota KUBE yang diketahui oleh pendamping teknis. Pemberian pinjaman kepada
anggota KUBE dari dana IKS yang disimpan dan dikelola oleh KUBE hanya dapat
dilakukan apabila dana IKS yang tersedia dianggap telah melebihi dari perkiraan
jumlah bantuan yang akan diberikan kepada anggota KUBE yang mendapatkan
musibah.
c. Dana IKS yang disimpan dan dikelola oleh LKMS dipergunakan dengan ketentuan:

1) Sebesar 40% digunakan untuk bantuan bagi anggota LKMS/KUBE yang terkena
musibah dengan besar bantuan disesuaikan dengan ketersediaan dana.
2) Sebesar 40% digunakan untuk tambahan dana bagi kredit/bantuan yang akan
disalurkan kepada KUBE sebagai pinjaman.
3) Sebesar 20% digunakan untuk dukungan operasional LKMS 4. Pengelolaan Dana IKS
Untuk pengelolaan dana IKS, balk yang yang disimpan di KUBE ataupun yang
disimpan di LKMS dibukukan dalam pembukuan tersendiri yang terpisah dengan
pembukuan keuangan usaha KUBE atau LKMS .

By . www.katamanggadua.com
BAB IV
PENGENDALIAN DAN PELAPORAN
A. Pengendalian
Dalam pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan KUBE dan LKMS dilakukan kegiatan
monitoring dan evaluasi yang berfungsi untuk memberikan pengawasan dan pemantauan
pelaksanaan kegiatan agar berjalan sesuai dengan yang telah ditentukan. Hasil evaluasi dari
kegiatan monitoring dijadikan sebagai bahan untuk menentukan kebijakan selanjutnya.
Kegiatan monitoring diatur sebagai berikut:
1. Bentuk kegiatan Bentuk kegiatan monitoring terdiri dari:
a. Pelaporan
Kegiatan monitoring dilakukan melalui pemeriksaan terhadap laporan-laporan yang masuk.
b. Kunjungan Lapang
Kegiatan monitoring dilakukan melalui kegiatan kunjungan secara Iangsung terhadap
KUBE dan LKMS.
2. Petugas Monitoring
Petugas untuk melakukan monitoring terdiri dari :
a. Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta, yang bertugas untuk melakukan pemantauan,
pengawasan dan pengendalian terhadap seluruh aspek kegiatan pengelolaan dan
pengembangan KUBE dan LKMS .
b. Suku Dinas Bintal dan Kesos, yang bertugas untuk melakukan pemantauan dan supervisi
terhadap pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pengembangan KUBE dan LKMS .
c. Seksi Bintal dan Kesos kecamatan, bertugas untuk melakukan pemantauan dan bimbingan
terhadap LKMS dan KUBE .

Kegiatan evaluasi secara keseluruhan dilakukan oleh Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta.
Dalam melakukan evaluasi terhadap kegiatan pengelolaan dan pengembangan LKMS dan KUBE
dapat melibatkan Suku Dinas Bintal dan Kesos, pendamping lapangan, dan pendamping teknis.

By . www.katamanggadua.com
B. Pelaporan
Pelaporan dimaksudkan untuk memberikan informasi secara tertulis mengenai kemajuan
dan perkembangan pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan LKMS dan KUBE yang
dilengkapi dengan kendala dan permasalahan serta upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka
mengatasi kendala dan permasalahan tersebut. Informasi-informasi ini akan menjadi landasan
dalam mengambil kebijakan selanjutnya.

Mekanisme penyampaian laporan ditetapkan sebagai berikut:


1. KUBE dan LKMS
a. KUBE membuat laporan yang terdiri laporan teknis dan laporan keuangan, dan mengirimkan kepada
kepala seksi Dinas Bintal dan Kesos setempat setiap bulannya.
b. LKMS membuat laporan yang terdiri laporan teknis dan laporan keuangan, dan mengirimkan
kepada kepala seksi Dinas Bintal dan Kesos setempat setiap bulannya .
c. Kepala seksi Bintal dan Kesos kecamatan setempat merekapitulasi seluruh laporan yang
berada di wilayah kecamatannya dan memberikan catatan-catatan khusus apabila
ditemukan permasalahan, kemudian mengirimkannya kepada Suku Dinas Bintal dan Kesos
setempat yang dilakukan setiap bulannya.
d. Suku Dinas Bintal dan Kesos setempat merekapitulasi dan mengkompilasi laporan dari
kepala seksi Dinas Bintal dan Kesos kecamatan yang berada di wilayah kerjanya dan
memberikan analisa perkembangansetiap kecamatan, kemudian mengirimkannya kepada
Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta yang dilakukan setiap bulannya.
e. Dinas Bintal dan Kesos Provinsi DKI Jakarta menganalisa laporan yang disampaikan masing-
masing Suku Dinas Bintal dan Kesos, kemudian menentukan kebijakan untuk selanjutnya.

BAB V
PENUTUP
Petunjuk teknis pengelolaan dan pengembangan KUBE dan LKMS diharapkan dapat
menjadi pedoman dan acuan dalam kegiatan pengelolaan dan pengembangan KUBE dan
LKMS, khususnya di Provinsi DKI Jakarta.

By . www.katamanggadua.com
Keber has ila n pela ksanaan ke giatan pe ngel olaan dan pengembangan KUBE
dan LKMS sebagai salah satu upaya dalam pengentasan kemiskinan akan sangat
tergantung pada konsistensi setiap pelaku yang terlibat dalam kegiatan ini serta
kerjasama yang baik dari setiap unsur.
Pada dasarnya petunjuk teknis ini membuka peluang sebesar - besarnya untuk
dilakukan perbaikan dan inovasi agar Iebih efektif dan efisien dalam pengelolaan dan
pengembangan KUBE dan LKMS sehingga menjadi lembaga yang fungsional dalam upaya
pengentasan kemiskinan, khususnya di wilayah Provinsi DKI Jakarta.

By . www.katamanggadua.com

Anda mungkin juga menyukai