Anda di halaman 1dari 3

Gangguan Sistem Muskuloskeletal karena Penyakit Stroke

oleh Dwi Rahayu, 0706270440

Beragamnya jaringan dan organ sistem muskuloskeletal dapat menimbulkan baerbagai


macam gangguan. Beberapa gangguan tersebut timbul primer pada sistem itu sendiri atau
gangguan yang berasal dari bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek pada sistem
muskuloskeletal, seperti contohnya pada penyakit stroke. Stroke termasuk penyakit
serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak
(infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.
Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan,
penyempitan atau pecahnya pembuluh darah. WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah
gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah
otak dan bukan oleh yang lain dari itu. Secara umum g ejala stroke antara lain adalah
kelemahan otot atau paralisis pada salah satu sisi tubuh (hemiplegia), kaku, menurunnya
fungsi sensorik (gangguan di sistem saraf pusat), menurun kemampuan membau,
mengecap, mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan, refleks menurun, ekspresi
wajah terganggu, pernafasan dan detak jantung terganggu, lidah lemah (gangguan di
medula spinalis).

Pasien stroke mengalami defisit sensori yang menyebabkan gangguan motorik tubuh.
Adapun manifestasi stroke ialah defisit neurologik yang dapat berupa: hemiparesis dimana
lengan dan tungkai sesisi lumpu h sama beratnya ataupun hemipare sis dimana lengan sesisi
lumpuh dari tungkai atau sebaliknya, hemiparestesia dimana lengan dan tungkai sesisi
hipestetik sama beratnya atau lengan sesisi lebih hipestik dari pada tungkai atau sebaliknya.
Gejala tersebut dapat timbul secara tiba -tiba dalam waktu sejenak, serta serentak dengan
hilang kesadaran. Diantara gejala-gejala stroke tersebut memp engaruhi sistem
muskuloskeletal. Komplikasi lanjut terjadi setelah fase akut stroke terlewati, berbagai
komplikasi lanjut stroke akibat immobilisasi pada muskuloskeletal:

Spastisitas (keadaan dimana kontraksi otot yang mendadak) dan kontraktur


umumnya sesuai pola hemiplegia. Nyeri bahu yang umumnya di sisi yang lemah. Nyeri
bahu adalah komplikasi umum setelah serangan serebrovaskular. Diperkirakan sekitar 16% -
72% pasien stroke akan berkembang menj adi nyeri bahu hemiplegia, ini dapat terjadi pada
lebih dari 80% pasien stroke yang memiliki sedikit atau bahkan tidak sama sekali gerakan
pada ekstremitas atas. Nyeri bahu hemiplegia dapat menyebabkan distres dan penurunan
aktivitas dan dapat menghambat r ehabilitasi.

Bengkak atau edema, terjadi karena suplai darah pada jaringan yang mengalami edema
menurun dan produk sisa tetap tinggal karena terdapatnya perubahan tekanan pada sirkulasi
dan dasar kapiler. Selain itu, tungkai dingin karena kurangnya aliran darah ke daerah
tungkai.

Jatuh dan fraktur, terjadi karena keamanan yang kurang karena pada orang dengan
penyakit stroke memiliki kelemahan otot, jadi jika keamanannya kurang kemungkinan
jatuh bisa terjadi. Jika jatuh menyebabkan benturan yang keras akan menyebabkan fraktur,
fraktur adalah patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan
sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu legkap atau tidak l engkap. Fraktur lengkap
terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan fraktur tidak lengkap tidak melibatkan
seluruh ketebalan tulang.

Osteopenia dan osteoporosis. Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya densitas mineral
pada tulang. Keadaan ini bisa di sebabkan karena immobilisasi dan kurangnya paparan dari
sinar matahari. Osteoporosis adalah keadaan dimana hilangnya massa tulang akibat
reabsorpsi tulang tanpa keseimbangan pengendapan yang lazim, tulang yang masih
mempertahankan komposisi normalnya menja di lebih ringan dan lebih lemah, deformitas
dan fraktur lebih mudah terjadi.

Ulkus dekubitus atau gangguan integritas kulit. Terjadi karena ketidakmampuan


mengubah posisi secara mandiri dan cedera medula spinalis yang menyebabkan terdapat
gangguan motorik dan sensorik. Tiga elemen yang menjadi dasar terjadi dekubitus, yaitu
intensitas tekanan dan tekanan yang menutup kapiler, durasi dan besarnya tekanan
(semakin besar tekanan dan durasinya, maka semakin besar pula insiden terbentuknya
luka), toleransi jaringan (kulit dan jaringan subkutan dapat mentoleransi beberapa tekanan,
tapi pada tekanan eksternal terbesar dari pada tekanan dasar kapiler akan menurunkan atau
menghilangkan aliran darah ke dalam jaringan sekitarnya).

Dari penjelasan diatas, dapat disim pulkan bahwa penyakit stroke dapat mengakibatkan
gangguan pada sistem muskuloskeletal, yang disebabkan karena tubuh memiliki penurunan
pada sistem saraf sensorik yang bisa menyebabkan gangguan motorik tubuh. Orang yang
mengalami stroke akan immobilisasi da n menyebabkan gangguan pada sistem
muskuloskeletal. Stroke merupakan gangguan yang berasal dari bagian lain tubuh tetapi
menimbulkan efek pada sistem muskuloskeletal .

Referensi:

http://fkuii.org/tiki-index.php .Stroke.(Diakses pada tanggal 3 November 2008: 16.05).


http://medlinux.blogspot.com .Manajemen Nyeri Bahu pada Pasien Stroke .(Diakses pada
tanggal 2 November 2008: 14.10).
http://www.medicastore.com .Gejala, Penyebab, dan Akibat Stroke .(Diakses pada tanggal 2
November 2008: 14.07).
Potter, Patricia A. dan Anne Griffin Perry.(1997). Buku Ajar Fundamental Keperawatan,
Konsep, Proses, dan Praktik ed.4 volume 2. EGC:Jakarta.
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson.(2002). Patofisiologi, Konsep Klinis Proses -Proses
Penyakit, ed. 6 volume 2.EGC:Jakarta.
www.strokebethesda.com.Komplikasi Lanjut pada Stroke .(Diakses pada tanggal 2
November 2008: 14.05).

Anda mungkin juga menyukai