Oleh :
Pak Dhe Irwan (Irwan Rianto)
http://www.facebook.com/zizao
2009 ~ 2010
Pendaki Gunung
oleh Pak Dhe Irwan pada 29 September 2010 jam 1:57
aku bukanlah aku seperti yang kau lihat, aku hanya pendaki
gunung yang tersesat dalam hatiku sendiri. hutan dan
belantara itu tak seberapa dan kau dapat mengukurnya. tapi
hatiku,... aku pun tak tahu. kadang kurasakan seluas sumatra,
kadang kurasa sempit sesempit tebing miring.
aku bahkan tak pernah berani mendaki hatiku sendiri, tak
seperti waktu kudaki semeru, tambora dan rinjani. aku hanya
akan termangu di tepinya, bukan mendaki dan bernyanyi.
jeans dan baju kotak-kotak sebenarnya tak pantas aku pakai,
hanyalah penutup akan ketakutanku dan rasa malu. bahwa
aku sebenarnya tak memiliki kekuatan melangkah meski
kukenakan sepatu bermerek strauss.
dan aku pasti akan menggigil kedinginan dalam kelam alam
malam, meski tumpukan kayu kubakar menjadi unggun, meski
jacket TNF dan selimut Deimm membungkusku.
tak akan ada peta atau perangkat navigasi yang dapat aku
pakai sebagai panduan arah penuntunku, tak akan ada jejak
dan jalan setapak, bahkan tanah kering tempat berpijak.
yang berjalan dengan pengawalan sepasukan orang yang telah disiapkannya untuk berani mati.
berpindah dari satu medan perang ke medan perang baru untuk memulai peperangan tanpa harus
mengakhiri satu perangpun.
lalu ketika ia telah berada jauh ia-pun menulis dalam papan pengumuman;
"KITA AKAN BALAS MENYERANG" - "TANDAI TEMPAT-TEMPAT TANPA / MINIM PENJAGAAN"
meskipun musuh kita bertiga dan kita berlimabelas
Sungguh ia seorang yang pemberani, mengitari arena pertandingan dengan mengacungkan pedang
dan mengumbar kata makian.
Dan ketika di depannya tiba-tiba berdiri si penantang, ia katakan ;
"hai kita sesaudara, janganlah mau di adu domba"
"ah semua itu fitnah, fitnah,...."
"bukti ?, bukti itu hanyalah rekayasa,..."
Senja nanti, aku harus pergi. Ke garis batas yang telah dibuat dengan nyawa suci,
yang bukan hanya oleh para kyai, tapi juga paderi dan orang-orang setia hati.
Biarpun hari ini hanya aku seorang diri. Biarpun kerasnya koarmu yang sia-sia
mengecilkan hati, dengan segala teori yang (ha ha ha) kau sahihkan sendiri. Memutar
balikkan fakta demi organisasi. Dan kamipun kau tuding manipulasi. Dan kamipun
kau stempel pengecut tak berharga diri. Tak kau bacakah suratan identitas kalian
sendiri? bahwa kamu adalah bagian dari kami. Tak berkacakah kamu pada tanah
dimana sekarang kamu berdiri? lihatlah sendiri, kamu bukan berdiri disana tapi
disini.
Kami akan pergi kesana bukan dengan kerakusan. Kami pergi kesana bukan untuk
kepuasan. Kami pergi kesana untuk menjaga perbatasan. Dimana tak semeter hak
kami dapat seenaknya mereka permainkan. Dan kami tak perduli dengan siapapun.
Dan kami tak takut dengan apapun. Siapapun yang mencuri harus kena hukuman.
Siapapun yang melanggar perbatasan adalah musuh yang harus dilawan.
Mengapa kau tak akan mau mendengarkan, mengapa selalu kau buat bantahan.
Seakan-akan semua perkataanmu adalah mutlak kebenaran, padahal kau sendiri tahu
itu hanya penafsiran. Dan jika aku tak setuju akan kau paksakan. Dan jika aku
menawarkan pengertian kau balas dengan tekanan bersama semua kamu punya
kawan. Dan emosi teriakan dan kekerasan.
Jangan kau katakan kami tak suka hidup berdampingan, karena yang disebelah kami
hampir setiap hari memberi penghinaan. Jangan katakan kami tak cinta hidup
perdamaian, karena mereka yang terlebih dahulu mengacungkan senapan. Kamu
sendiri tahu kan?
besoknya,...
tak lama lagi akan datang pesananku, sebuah mesin waktu. produk teknologi tingkat tinggi
yang mampu membawaku ke waktu yang aku ingini. kata pembuatnya hanya perlu pencet
beberapa tombol saja. dan sekejap mata aku akan sampai kesana. sepuluh atau dua puluh
tahun berapapun yang aku mau mesinku bisa.
lalu kucari buku catatan harianku, aku lupa tanggal berapa yang aku mau. hari terbaik
dalam hidupku tak juga ketemu. hari ulang tahun atau dapat pacar baru, hmmm bukan
yang itu. apakah kucatat hari saat gadis lugu itu lewat begitu saja didepanku? ah sialan tak
juga ketemu tanggal itu. andai dapat kutanya siapa namamu dan nama facebookmu,....
mesin waktu besok akan datang tapi aku masih bimbang. hendak aku bawa kemana mesin
itu terbang. ke masa lalu atau masa mendatang. lalu aku buka aplikasi perhitungan
mikrosoft kondisi. kubuat perhitungan fungsi kalkulasi untung rugi.
sel A1 aku isi : kalo aku pilih kembali ke masa laluku maka aku harus kembali menjalani
masa suram, yang sebenarnya telah selesai aku lewati.
Enter
sel A2 aku isi : kalo aku pilih pergi ke masa depan maka aku tak tahu apakah hari yang akan
datang menjadi hari terbaikku
Enter
... maaf tidak banyak catatan yang bisa didapatkan tentang pahlawan siluman lautan Indonesia
Semoga tetap berjaya .
terima kasih kepada 12 siluman laut yang telah menjaga lautan Indonesia
1 RI Candrasa 10 RI Alugoro
2 RI Pasopati 11 RI Thamrin
3 RI Cundamanik 12 RI Ratulangi
4 RI Bramastra
5 RI Wijayadanu
6 RI Trisula
7 RI Hendrajala
8 RI Nagabanda
9 RI Nagarangsang
The Heros (3) : Bakul Cilok
oleh Pak Dhe Irwan pada 24 Juni 2010 jam 0:58
menunggu ibu
kutunggu datangmu ibu,...
dalam sepi malam tak berlagu
Bedug di masjid bersama kumandang adzan kali ini tak menandakan masuk waktu
sholat. Aku bergegas mengambil kopiah dan setengah berlari mengenakan bakiak.
Ini adalah kesekian kalinya bedug itu digunakan sbg panggilan berkumpul. Kemarin
dulu karena keponakan haji Bukhari tertangkap, dan semua penduduk diminta untuk
tidak mengungkap jati dirinya karena Syafii juga insyaalah akan bungkam. "kalo
Syafii harus mati,biarlah dia mati dgn kebanggaanya yg utuh" pesan haji Bukhari itu
masih terngiang di telingaku.
Kakakku sudah terlebih dulu sampai ketika aku memasuki masjid. Ia duduk agak
menjauh dari orang2 yg melantunkan wirid. Ia melambaikan tangan memintaku
untuk duduk didekatnya bersama seorang yang tak pernah aku lihat sebelumnya di
desa ini.
Setelah menghela napas, kakakku menjelaskan bahwa orang itu adalah utusan kompi
kelabang yg membutuhkan anggota pasukan."kami memilihmu untuk pergi perang".
Seketika keringatku mengucur mendengar permintaan kakakku. Aku hanya
menganggukan kepala tak mampu berkata.
Sesaat sebelum subuh aku sudah berjalan meninggalkan desa Baletbaru bersama dua
orang pemuda desa sebelah. Diujung batas desa,aku bertemu dg Atmojo yg sedang
memotong pohon pisang bersama haji Bukhari. "untuk apa?" tanyaku. Sambil
tersenyum Atmojo menjawab,potongan pohon pisang itu akan dijadikan sbg
jenazahku. Dan aku akan dilaporkan meninggal karena kolera. Itu dijadikan cara
untuk menutupi kepergianku.
Matahari mulai meninggi ketika kami sudah mencapai perbukitan Maesan. Desaku
Baletbaru mulai tak terlihat. Pak Darwis menyodorkan teropong medan memintaku
melihat desaku. Aku lihat iring2 orang mengantar pembawa keranda menuju area
makam. Aku tergugu melihat mereka mengantar jenazahku.
(djember 1934)
The Heros (5) : Permadani Terbang
oleh Pak Dhe Irwan pada 28 Juli 2010 jam 11:12
"Yah, dia ternyata memiliki kelainan pada Kami berpamitan, dan setelah permadani
paru2nya, kalau saja perawat di ruang tunggu terbang melambung 25 - 50 meter, aku
itu memperbolehkan Bimo untuk ditangani membatalkan tujuanku sebelumnya.
lebih dahulu mungkin Bimo terselamatkan. Permadani tolong bawa aku ke rumah
Tapi saya juga tidak menyiapkan dana dan Bapakku.
surat2 keterangan tidak mampu belum
diurus, jadi ya tidak bisa, karena Wuzzzzzz.....
ketentuannya sudah begitu."
The Heros (6) : Catatan Seorang Pejuang
oleh Pak Dhe Irwan pada 09 Agustus 2010 jam
3:57
*** Ranjau Buatan Pak Noor Rachim ***
Sore itu kami kami usai memakamkan dua merta diketahui pemasangannya, juga agar
orang pejuang di dekat kelokan sungai. tidak meledak mengenai pasukan kami.
Ahok, begitu biasanya kami memanggilnya, Dua hari setelahnya, kami memasangkan dua
seorang keturunan tionghowa yang ngotot buah ranjau di mulut jembatan dan
ikut berjuang walau pada awalnya kami menungguinya dari kejauhan hingga pagi.
semua mencurigainya sebagai mata-mata. Ia Tapi dengan mudah pasukan belanda
masih menguasai beberapa gerakan bela diri mengetahuinya dan menggagalkan jebakan
khas negeri leluhurnya, dan mengajarkan ranjau itu. Hilang sudah dua buah ranjau.
sebisanya kepada kami. Adalah Pak Noor Rachim yang
Seorang lagi adalah Pak Sukri, asli seorang mengemukakan idenya untuk membuat
keturunan dari madura dengan keteguhan galian di tengah jalan seakan-akan itu adalah
dan ketegasan mengambil sikap, pak Sukri galian tempat pemasangan ranjau. Hari
adalah golongan pendahulu dalam kompi ini, pertama kami membuat enam galian tanpa
sudah banyak harta bendanya yang ia diisi dengan satupun ranjau. Upaya ini
korbankan dalam membentuk kompi di berhasil menghambat laju pasukan patroli
Maesan Bondowoso. belanda dalam beberapa menit. Mereka
Ahok dan Pak Sukri serta empat orang dengan sigap urun dan memeriksa bekas
pasukan telah berhasil menjalankan tugasnya galian.
untuk mencuri ranjau milik tentara belanda. Hari berikutnya semakin gila, kami tak hanya
Meski keberhasilan itu harus ditebus dengan membuat galian ranjau palsu, tapi mengisinya
kematian keduanya, dan hilangnya lengan juga dengan (maaf,...) kotoran manusia. Dari
satu anggota pasukan yang lain. Sepuluh kejauhan kami tertawa melihat hidung
ranjau yang masih dalam peti kayu berhasil pasukan belanda berubah warna. Tak
dibawa pulang, serta beberapa senapan baru. seharipun kami melewatkan lelucon ini
Alhasil patroli pasukan belanda dari Jember (sebenarnya serius), tiga empat hari kami
ke Bondowoso atau sebaliknya berkurang, terus melakukan tanpa jeda memasang
setidaknya pada malam hari. Dengan ranjau biologi, dan beberapa lubang galian
hilangnya ranjau tersebut pasukan musuh mulai diabaikan oleh pasukan belanda.
akan berpikir dua tiga kali untuk mengadakan Setelah seminggu barulah kami memasang
patroli dengan kendaraan. Atau merekan ranjau yang sebenarnya pada posisi yang
akan menggunakan lampu-lampu sorot yang sebelumnya telah digali. Tidak lupa Pak Noor
terang benderang untuk mengamankan Rachim mencampurkan ramuan biologisnya
perjalanan mereka. Padahal ranjau-ranjau itu diatas ranjau itu.
belum dipasang. 08.15. Blarrr, salah satu ranjau kami berhasil
Aku masih harus memberikan petunjuk meluluh lantakkan sebuah truk yang berisi
bagaimana teknik memasang ranjau kepada sekitar 15 orang pasukan musuh. Dari
anggota pasukan yang lain. Agar ranjau yang delapan ranjau yang tersisa, enam ranjau
jumlahnya tidak seberapa itu tidak serta berhasil membunuh 30-an tentara belanda.
aku sudah mencari, tapi tak ada dalam lemari tak ada
dalam laci.aku sudah katakan, supaya baik-baik kau
simpan, tapi mana ?.
aku tak akan marah karena kau anak cucuku, aku tak
akan murka karena demi kaulah kubela negara. tapi
jangan kau katakan itu hanyalah bendera kain biasa,
aku akan sakit hati lalu kami tak akan terima.
ah biar saja jaman berganti, biar saja arus deras moderenisasi, yang namanya
bendera ya tetap bendera.
aku tahu kau juga membaca tentang idealisme masa kini, aku tahu kau juga ingin
identitasmu sebagai anak muda tampil, tapi kamu juga harus tahu bahwa yang kau
baca tak bisa serta merta kau pakai. tapi kamu juga harus tahu bahwa identitas
sejatimu adalah bangsa indonesia.
ah ini dia bendera yang aku cari, besok akan aku kibarkan kembali. bukan hanya
sebagai kenangan kami, tapi juga sebagai identitas diri yang membawamu ke masa
depan
Karena sudah biasa "prihatin" saat melakukan patroli bersama dengan prajurit Malaysia, prajurit-
prajurit TNI kelihatan jauh lebih andal dan tangguh. Mereka tidak suka repot-repot membawa
makanan dan minuman, tetapi memanfaatkan buah-buahan yang tersedia di hutan dan minum dari
akar pohon yang menjalar.
Sebaliknya, prajurit Malaysia membawa minuman dan makanan dalam kaleng. Akibatnya, selain
berat, bawaan itu juga membuat cepat lelah dan mengurangi kelincahan gerak pasukan.
nenek moyangku seorang pelaut. tak takut melawan el maut. bukan sekedar omong kosong bau
mulut. kalo benar akan dikatakan benar sampai sakaratulmaut.
melautlah dengan bijaksana, berangkat membaca doa, bekerja sebagai upaya tak hanya
menggantungkan pada nasib semata. hanya mengambil dari jerih payahnya.
sebab serakah tak akan membawa berkah, yang didapat dikutuk menjadi sampah, menjadi penyakit
dalam jiwa dan darah. dan tertulis seakan abadi menjadi rajah. yang belum tentu dapat dihapus
walau bersimbah nanah
sekeranjang ikan adalah rizki Ilahi. yang tidak akan kurang meski harus berbagi dengan teman sejati.
pada penghujung malam menjelang pagi sepakat alam menuju pantai Parai Tengiri. dimana hati istri
menanti, dan tawa canda anak dan kemenakan ingin berbagi. kampung halaman nelayan terpatri
dalam sanubari.
*** untuk teman-temanku yang telah pergi meninggalkan facebook, menghilangkan aku dari daftar
teman, memasukkan aku dalam daftar blokir, dan selalu mode luring saat aku online, dan lain
sebagainya. Terima kasih dan maafkan bila ada salah-salah komen, ... ***
semoga masih ada kesempatan yang lain untuk kita dapat bersama
Evergreen : Hati selembut salju
oleh Pak Dhe Irwan pada 15 Juli 2010 jam 3:10
#
Engkau berjanji
Kau berjanji sampai kini
Aku menanti
Ku menanti kau kembali
Jangan lagi
Kecewakan hati ini
Lalu aku termangu pada segelas air putih yang kuminum layaknya kopi 2:1.
Ah sudahlah besok juga masih ada nasi pecel dan tempe malang yang hangat dan
renyah.
Fotomu kadang tak aku mengerti tiba-tiba bergambar hati, lalu berubah jadi kuda
tertawa dan besok berganti simanis jembatan ancol. Besoknya lagi kau ganti apa
(?????)
Fotomu berbicara dengan bahasanya, yang lebih bermakna dari seribu kata-kata.
Meski kadang secuil gambar mata atau ujung bibir saja bahkan yang tidak bermuka.
Ia bercerita, bertanya, menyapa, menggugatku, menagih janjiku (ntar dulu yah,
sabar).
Fotomu, juga ada yang membuatku meradang marah, membuat hatiku robek terluka,
dan terhempas merana. (kamu kok gitu sih…?)
LOGIN
aku milirik (7 per 8) batang rokokku dan kuhantamkan pada bibir asbak, kucari status terbarumu
pada sela-sela beranda. "............" 27 menit yang lalu, ah aku terlambat lagi, sudah 12 komen berjajar
dibawah statusmu. Tapi tetap aku nikmati bersama (8 per 13) batang rokokku. Aku tak
menambahkan komenku.
kugeser pointer mouse pada album fotomu, kucari foto yang terbaru pada (9 per 15) sisa rokokku.
Hmmm belum ada yang baru. Atau info profilmu, aktifitas, minat, musik, film, .... ah sama saja, (10
per 23) sudah. Aku kembali ke beranda dan kupilih obrolan. Hanya (5) teman yang semua diam.
kucoba melirik aplikasi, barangkali ada aplikasi yang dapat membuatmu online pada saat kamu
offline, hingga (8 per 25) ternyata tak ada. aku hanya bisa menunggu. padahal sudah aku siapkan 6
sampai 8 pilihan salam, 10 sampai 12 pertanyaan dan 1 kejutan, akhirnya hanya kusimpan.
pada (13 per 78) sisa rokokku aku merenungi kembali, perlukah aku katakan itu? hatiku berdebat 50
banding 50, tak berujung hingga matahari mulai merubah warna tirai jendela. dan ternyata beberapa
abu terjatuh pada sisi keyboardku, fuh,... sekali tiup pergi jauh.
yah sudahlah, sebatang rokokku kini harus tersungkur pada dasar asbak, aku lupa mengihitung
berapa per berapa. aku pilih diam dan menunggumu lain waktu, barangkali ini bukan saatku. aku
berharap bersama batang rokokku yang baru dapat bertemu online denganmu.
sebelum aku Logout aku berharap kembali semoga waktu kita bertemu aku mampu menanyakan
kepadamu. kapan kamu lunasi hutangmu padaku?
LOGOUT
Light Up (4) : Teman
oleh Pak Dhe Irwan pada 17 Juni 2010 jam 1:16
padahal kita jauh, padahal aku tak begitu tahu pasti tentangmu, bahkan
kamupun tidak begitu tahu tentang aku. tapi terasa dekat, tapi terasa melekat dan selalu
ada setiap saat. kamu hebat.
berkhayal bersama tentang dunia yang indah dalam kata, meski tidak begitu sebenarnya.
bercerita tentang kambing dan sawah yang kita tak pernah kesana. berbagi nasi dan gula
atau naik sepeda bersama entah kemana.
mungkin rabu atau sabtu kita dapat bertemu atau mungkin lain hari, jika masih ada waktu.
aku juga tak tahu. minumlah kopi bersamaku, seperti yang kamu kirimkan waktu lalu.
(sometime in 1996)
From The Past (2)
oleh Pak Dhe Irwan pada 23 Februari 2010 jam 0:38
aku tidak tahu, jangan kau tanyakan itu padaku, aku tidak tahu
biarlah waktu menyampaikan jawabannya
sejujurnya aku hanya mengenal sedikit tentangmu
dan kamupun hanya sedikit yang kamu tahu tentang aku
ha ha ha ha,....
*** What You See Is Not Always What You Get ***
Jim McDonald, STELLAR teacher 1996-97
NASA Ames Research Center-Principal Investigator: Dr. Mal Cohen
Grades: 3-6
From the past (4)
oleh Pak Dhe Irwan pada 09 April 2010 jam 2:29
Finish and Start (again)
sungguh terasa berat untuk menuliskan ini, sesulit aku harus memutuskan untuk tak
lagi denganmu
pilihan kata yang tak kusuka, tapi hanya itu yang ada, kita putus
alasan yang tepat agar kita tetap merasa tak terbelenggu oleh satu dengan yang lain
agar hari-hari kita dapat kembali cerah bahagia, meski itu mungkin tak terjadi esok
hari
esok mulailah mencari hangatnya matahari pagi, dan cairkanlah beku air matamu
lalu tersenyumlah kembali bersama sepoi angin di rambutmu,
bernyanyi dan menarilah sesukamu di rerumputan bentangkan tanganmu menggapai
harapan baru
dan lupakanlah aku
biarlah aku pada duniaku sendiri yang tidak dapat kau mengerti selama ini
maafkan aku yang tak dapat memasuki dan paham akan duniamu
biarlah aku memilih rembulan sebagai temanku di gelap malam nanti
padanya akan ku ceritakan semua keluhku, mungkin rembulan mau mendengar
Tepi Jurang
sepoi angin berbisik bercampur gemerisik daun jati kering.
tahukah engkau wahai petualang,…
seperti inilah sektsa hati seorang wanita
disitu kering berbatu, tapi ada sesuatu yg tumbuh
disitu sejuk merajuk, tapi ada duri yg tak akan berhenti menusuk
disitu lemah gemulai, tapi tak terusik bahkan oleh badai
tahukah kamu wahai pendulang,…
jika kamu berada disana, maka tanamlah cinta jangan nafsu
jika kamu berada disana, maka melangkahlah dengan bijaksana
jika kamu berada disana, maka terhindarlah kamu dari bencana
wahai engkau yang telah berada disana
tetaplah disana, meski kering melanda
tetaplah disana, meski susah untuk melangkah
dan tetaplah disana karena disanalah kamu semestinya berada
pada hati seorang wanita
12 Desember 2007
dari sepoi angin baluran
Puisi Cintaku
oleh Pak Dhe Irwan pada 27 Desember 2009 jam 22:19
Mung semene
Atur puji kario raharjo
Sakpungkure ojo lali asring kirim warta