ABSTRAKS
Abad 21 merupakan era globalisasi yang tentu saja berbeda dengan kondisi beberapa puluh tahun yang lalu.
Era yang baru ini memberikan tantangan yang lebih berat dari sebelumnya yang bila mana perguruan tinggi
tidak membenahi diri guna mengikuti perubahan yang terjadi, maka bukan tidak mungkin akan tersingkir dari
persaingan. Langkah-langkah yang sebelumnya digunakan untuk menjalankan misi-misinya sudah tidak lagi
sesuai dan harus diganti dengan yang lebih inovatif dan sesuai demi tercapainya visi. Perguruan tinggi harus
mencermati trend-trend yang sedang berkembang untuk tetap bisa eksis dan secara terus menerus mengamati
kondisi yang sedang terjadi.
Salah satu kunci keberhasilan strategi peningkatan kinerja adalah pada sistem informasi yang handal memang
tidak bisa dipungkiri,diharapkan dengan adanya informasi yang efektif dapat membantu sejumlah stakeholder
untuk melakukan hal-hal yang terkait dengan mekanisme proses pengambilan keputusan yang berkualitas,
proses penyelengaraan manajemen perguruan tinggi yang efesien, budaya komunikasi, berkolaborasi dan ber-
cooperative yang efektif perlu adanya strategi-strategi dan langkah-langkah dalam melakukan penerapan
manajemen perubahan dalam implementasi sistem informasi di perguruan tinggi .
Untuk menerapkan sistem informasi sangat dipengaruhi oleh budaya, struktur organisasi dan politik, yang
menyentuh aspek rasional dan emosional, untuk mencapai keberhasilan proyek program pengembangan TI.
Pengkajian masalah mengenai kondisi sistem informasi, master plane dan kondisi organisasi dengan
menggunakan analasisi SWOT sangat diperlukan terutama untuk faktor-faktor internal dan eksternal dari
proyek program pengembangan TI untuk mendapatkan program-program strategi manajemen perubahan dan
skala prioritas berdasarkan kriteria kelayakan yang dikelompokan berdasarkan teori Kurt Lewin dan John
Kotter.
A-1
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2010 (SNATI 2010) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 19 Juni 2010
keterkaitan yang sangat erat. Bukan hal yang mudah Behavior, menyatakan bahwa ada dua kekuatan yang
menterjemahkan strategi menjadi perencanaan dapat mendorong munculnya kebutuhan untuk
pengembangan sistem informasi. Selain itu juga melakukan perubahan di dalam perusahaan yaitu:
beresiko karena kebutuhan bisa berubah-ubah baik 1. Kekuatan eksternal, yaitu kekuatan yang
karena pengaruh pasar global, tetapi juga perubahan muncul dari luar perusahaan, seperti:
kebijakan organisasi internal bisa membuat karakteristik demografis (usia, pendidikan,
spesifikasi kebutuhan juga ikut berubah. tingkat keterampilan, jenis kelamin, imigrasi,
Penelitian ini bertujuan untuk mengetehaui dan sebagainya), perkembangan teknologi,
sejauh mana resistensi individu dan organisasional perubahan-perubahan di pasar, tekanan-tekanan
dalam mengimplementasian sistem informasi sosial dan politik.
perguruan tinggi, menyusun perencanaan dan 2. Kekuatan internal, yaitu kekuatan yang muncul
menjalankan manajemen perubahan yang bisa dari dalam perusahaan, seperti: masalah-
digunakan sebagai panduan dalam masalah/prospek Sumber Daya Manusia
mengimplementasikan sistem informasi perguruan (kebutuhan yang tidak terpenuhi, ketidak-
tinggi, serta membuat perusahaan menjadi lebih puasan kerja, produktifitas, motivasi kerja, dan
peka akan kebutuhan perubahan yang dituntut dari sebagainya), perilaku dan keputusan
sisi bisnis. Sehingga strategi yang terbaik untuk menajemen.
manajemen perubahan didapatkan guna
mempercepat implementasi sistem informasi pada Dalam kasus yang dihadapi penulis, kekuatan
Perguruan Tinggi ABC. eksternal (lingkup diluar proyek program
Dalam tulisan ini penulis akan dibahas pengembangan teknologi informasi), maupun
mengenai strategi organisasi dalam melakukan kekuatan internal (lingkup internal proyek program
manajemen perubahan untuk perencanaan, pengembangan teknologi informasi) memaksa
pengembangan, pemeliharaan, dan pengelolaan perusahaan untuk melakukan perubahan sebagai
sistem informasi yang dimiliki, serta rencana kebutuhan yang harus segera dipenuhi.
pengembangan dan pembangunan aplikasi portofolio
yang akan datang. 2.3. Resistensi Perubahan
Salah satu penyebab kegagalan yang dialami
2. Tinjauan Pustaka oleh perusahaan dalam melakukan perubahan
2.1. Masalah dalam perubahan menurut Kotter (1996) adalah tidak terbentuknya
Banyak masalahan yang akan timbul pada saat koalisi yang cukup kuat diantara orang-orang yang
perubahan akan dilakukan. Masalah yang paling mempunyai wewenang dan kemampuan untuk
sering muncul dan menonjol adalah “penolakan atas mendorong perubahan. Suatu tindakan perubahan
perubahan itu sendiri” karena merupakan hal yang yang dilakukan tanpa dukungan koalisi yang cukup
paling sulit untuk dapat meninggalkan kebiasaan bisa jadi sukses namun tidak akan bertahan lama.
lama yang sudah melekat dengan kuat. Istilah untuk Lalu akan muncul perlawanan-perlawanan yang
hal ini dalam manajemen dikenal dengan resistensi akan membuat usaha dari perubahan menjadi lemah.
perubahan (resistance of change). Sikap menolak Menurut John Kotter dalam bukunya Leading
atas perubahan bisa terjadi karena informasi Change, delapan tingkatan dalam proses perubahan
mengenai perlunya dan dampak bila tidak itu sendiri adalah:
melakukan perubahan sangat kurang. 1. Membangun rasa urgensi, meliputi
Bentuk dari penolakan atas perubahan tidak Mengkaji realitas pasar dan kompetisi
selalu tampak secara langsung dalam bentuk yang Mengidentifikasi dan membahas krisis,
standar. Penolakan bisa dengan jelas terlihat potensi krisis, atau peluang besar.
(eksplisit) dan segera misalnya mengajukan protes, 2. Menciptakan koalisi penuntun, meliputi:
mengancam mogok, demonstrasi, dan sejenisnya, Membentuk sebuah kelompok yang
atau bisa juga tersirat (implisit) dan lambat laun memiliki kekuasaan yang cukup untuk
misalnya loyalitas pada organisasi berkurang, memimpin perubahan.
motivasi kerja menurun, kesalahan kerja meningkat, Membuat kelompok tersebut bekerja
tingkat absensi meningkat dan lain-lain. Hal yang bersama seperti layaknya sebuah tim.
lain juga bisa menjadi masalah seperti tidak 3. Merumuskan visi dan strategi, meliputi:
tersedianya informasi konfigurasi pada Menciptakan visi untuk membantu
infrakstruktur yang up to date. mengarahkan upaya perubahan.
Merumuskan strategi untuk mencapai visi
2.2. Faktor Pendorong tersebut.
Ada banyak faktor yang bisa membuat 4. Mengkomunikasikan visi perubahan, meliputi:
dibutuhkannya tindakan perubahan. Pakar perilaku
di dalam perusahaan, Robert Kreitner dan Angelo
Kinicki (2001) dalam bukunya Organizational
A-2
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2010 (SNATI 2010) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 19 Juni 2010
Menggunakan setiap waktu wahana yang perusahaan. Kritner dan Kinicki (2001)
mungkin untuk mengkomunikasikan visi mendefenisikan resistensi terhadap perubahan
dan strategi baru secara terus menerus. sebagai suatu reaksi emosional/tingkah laku yang
Menjadikan koalisi penuntun sebagai muncul sebagai respon terhadap munculnya
teladan perilaku yang diharapkan dari ancaman, baik nyata atau imajiner bila terjadi
karyawan. perubahan pada pekerjaan rutin.
5. Memberdayakan tindakan yang menyeluruh, Resistensi terhadap perubahan ini dapat muncul
meliputi: dalam berbagai macam bentuk reaksi. Judson (1991)
Menyingkirkan rintangan. seperti yang dikutip oleh Kreitner dan Kinicki
Mengubah sistem atau struktur yang (2000) menggolongkan bentuk-bentuk resistensi
merusak visi perubahan. terhadap perubahan kedalam 4 kelompok yang
Mendorong keberanian mengambil resiko semuanya berada dalam sebuah kontinum, yaitu:
serta ide, aktivitas, dan tindakan non- resisten aktif (misal: sabotase, memperlambat kerja),
tradisional. resistensi pasif (misal: bekerja sesedikit mungkin,
6. Menghasilkan kemenangan jangka tidak ingin mempelajari tugas baru), reaksi yang
pendek,meliputi: tidak dapat dibedakan (bekerja hanya berdasarkan
Merencanakan peningkatan kinerja atau perintah, kehilangan minat terhadap pekerjaan) dan
kemenangan yang dapat dilihat penerimaan (misal: mau bekerja sama, antusias).
Menciptakan kemenangan tersebut. Sumber-sumber penolakan atas perubahan dapat
Memberikan pengakuan dan ganjaran yang dikategorikan sebagai berikut:
dapat dilihat kepada orang-orang yang 1. Resistensi individual karena persoalan
memungkinkan tercapainya kemenangan. kepribadian, persepsi, dan kebutuhan.
7. Mengkonsolidasi hasil dan mendorong
perubahan yang lebih besar, meliputi: Rasa Aman
Menggunakan kredibiltas yang semakin Faktor
Kebiasaan
meningkat untuk mengubah semua sistem, Ekonomi
struktur, dan kebijakan yang tidak cocok
dan tidak sesuai denga visi transformasi.
Mengangkat, mempromosikan, dan Resistensi
mengembangkan orang-orang yang dapat Individu
mengimplementasikan visi perubahan.
Meremajakan proses perubahan dengan Ketidak- Persepsi
proyek, tema, dan agen perubahan yang pastian
baru.
8. Menambahkan pendekatan baru dalam budaya, Gambar 1. Resistensi Individu
meliputi:
Menciptakan kinerja yang lebih baik 2. Resistensi Organisasional, organisasi pada
melalui perilaku yang berorientasi pada hakatnya memang konservatif. Secara aktif
pelanggan dan produktifitas, kepemimpinan menolak perubahan. Misalnya saja organisasi
yang lebih baik, serta manajemen yang pendidikan yang mengenalkan doktrin
lebih efektif. keterbukaan dalam menghadapi tantangan
Mengartikulasi hubungan antara perilaku ternyata merupakan lembaga yang paling sulit
baru dan kesuksesan organisasi. berubah.
Mengembangkan berbagai cara untuk Dampak Luas
menjamin perkembangan kepemimpinan perubahan
dan suksesi. Inersia Inersia
Struktural Kelompok
Delapan tingkatan itu merupakan satu kesatuan
yang berurutan,tetapi jika tingkatan-tingkatan yang Resistensi
awal sudah dilaksanakan maka tidak perlu Organisional
mengulangainy lagi, namun semua tingkatan harus
dijalankan dan masing-masing harus dilaksanakan Ancaman
sepenuhnya. Ancaman
Keahlian Alokasi
Dampak utama dari kesalahan yang dilakukan Sumber Daya
Ancaman
dalam mengelola perubahan adalah munculnya Kekuasaan
resistensi dari para manajer atau para karyawan yang
terkait terhadap perubahan yang dilakukan oleh Gambar 2. Resistensi Organisional
A-3
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2010 (SNATI 2010) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 19 Juni 2010
A-4
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2010 (SNATI 2010) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 19 Juni 2010
A-5
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2010 (SNATI 2010) ISSN: 1907-5022
Yogyakarta, 19 Juni 2010
diterapkan berdasarkan kriteria kelayakan dari teori sehingga jika ada yang tidak sesuai bisa segera
keputusan mutlak (absolute dicision), artinya adalah diketahui.
seluruh kriteria harus dipenuhi sehingga program- 5. Mengevaluasi modul-modul yang selesai dibuat
program atau strategi-strategi layak dipilih atau untuk mengetahui apakah sudah berjalan sesuai
diimplementsikan. dengan yang diinginkan.
6. Mendayagunakan sumber daya manusia di
4.5. Program-program strategi terseleksi dalam organisasi Unika Perguruan Tinggi ABC
Dari hasil yang didapat dari daftar kelayakan agar masing-masing dari mereka mampu untuk
dengan berdasarkan kriteria kelayakan yaitu : melaksanakan proses perubahan untuk
alokasi biaya, kompetensi SDM, meningkatkan mendukung implementasi SI/TI dengan cara
efesien dan efektivitas, dukungan manajemen, pelatihan, workshop untuk meningkatkan
keterlibatan pemakai (User involvement), dan kompetensi.
kejelasan tujuan bisnis (clear business objectives),
maka diambilah strategi-strategi yang layak untuk Daftar Pustaka
dilaksanakan. Carr Nicholas G (2003)” IT Doesn’t Matter”,
Havard Business Review.
4.6. Strategi-strategi manajemen perubahan
Kathy Schwalbc (2006) “Information Technology
Setelah dikelompokan menggunakan teori Kurt
Project Management”, Thomson Course
Lewin dan delapan langkah teori John Kotter
Technology.
didapatkanlah strategi-strategi manajemen
K.C. Chan, Peter Org, dan R. Eko Indrajit (2003)
perubahan, yang terbagi menjadi:
“Integrated Project Managements”
1. Unfreezing
Kotter, John P (1996) “Leading Change”, Havard
Tahapan awal manajemen perubahan
Business School Press.
2. Movement
Kotter, John P (2002) “The Heart of Change”,
Tahapan transisi manajemen perubahan
3. Refreezing Havard Business School Press, Boston
Massachusetts.
Tahapan akhir manajemen perubahan untuk
Lewin, Kurt (1997) “Resolving social cinflicts; and,
merangkai dan menjaga keberlangsungan proses
field theory in social science, American
Psychological Association”.
5. Simpulan
M.E Porter (1980) “Competitive Strategy:
Kunci sukses implementasi perubahan terletak
pada beberapa faktor utama, masing-masing terkait Techniques for Analysing Industries and
Competitors”, Free Press, New York.
dengan keberhasilan proses:
PMBOK Guide (2000) “A Guide to the Project
1. Menginformasikan dan mengkomunikasikan
Management Body of Knowledge”, Project
perlunya perubahan dengan menyentuh aspek
Management Institute, Pennsylvania.
rasional maupun emosional.
Robert Kreitner, Angelo Kinicki (2001)
2. Memonitor perkembangan implementsi sistem
“Organizational behavior”, McGraw Hill,
informasi secara keseluruhan termasuk
Boston.
infrastruktur jaringan.
R. Eko Indrajit dan R. Djokopranoto (2004)
3. Memperbaiki secara terus-menerus (fine turnig)
“Manajemen Perguruan Tinggi Modern”
spesifikasi kebutuhan dan diagram proses untuk
STMIK Perbanas dan Yayasan Atma Jaya,
memastikan bahwa kebutuhan pemakai sudah
Jakarta.
tercakup.
Sugiyono, Prof.Dr (2006) “Metode Penelitian
4. Workshop untuk melihat perkembangan dari
Kualitatif dan R&D”, Alfabeta, Bandung.
sistem yang dibuat dan melihat prototype sistem
A-6