PENDAHULUAN
1
didahulukan daripada sumber pendanaan dari luar perusahaan (external
financing).
Pada penelitian sebelumnya beberapa peneliti mencoba
membandingkan kekuatan eksplanasi dari masing-masing teori TOT dan POT
dalam konteks yang sama mulai banyak dilakukan, diantaranya adalah Fama
dan French (2002), Frank dan Goyal (2003), dan Flannery dan Rangan
(2006). Selanjutnya riset semacam itu yang menggabungkan kedua teori itu
dalam satu framework model dalam kebijakan financing perusahaan secara
simultan pada konteks yang sama, merupakan wahana yang belum banyak
dilakukan dan sangat menarik untuk dieksplorasi seperti yang dilakukan
Dang, 2006; Frank dan Goyal, 2003; Shyam-Sunder dan Myers,1999.
Didasarkan pada beberapa penelitian di atas penulis akan mereplikasi
penelitian ini dengan mencoba menerapkan gabungan dari TOT dan POT
dalam konteks struktur modal perusahaan dan menguji secara empiris kedua
teori tersebut. Kemudian penulis juga akan melakukan pengujian terhadap
keputusan perusahaan untuk sumber pembiayaan dalam bentuk obligasi.
Model yang akan digunakan mengikuti salah satu model yang dikembangkan
oleh Ozkan (2001), Flannery dan Rangan (2006), Dang (2006), dan Argawal
dan Mohtadi (2004).
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, makan penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut : apakah keputusan financing (pecking order
theory atau trade of theory) yang diambil atau kebijakan struktur
permodalan yang dipilih oleh manajemen pada perusahaan-perusahaan di
Indonesia?
3. Tujuan Penelitian
Dari rumusam masalah di atas, makan penelitin ini bertujuan untuk
menguji secara empiris keputusan financing (pecking order theory atau
trade of theory) yang diambil atau kebijakan struktur permodalan yang
dipilih oleh manajemen pada perusahaan-perusahaan di Indonesia?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Dalam kenyataannya, terdapat perusahaan-perusahaan yang dalam
menggunakan dana untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai seperti skenario
urutan (hierarki) yang disebutkan dalam pecking order theory. Menurut Singh
dan Hamid dalam Singh (2004) menyatakan bahwa “Perusahaan-perusahaan di
negara berkembang lebih memilih untuk menerbitkan ekuitas daripada
berhutang dalam membiayai perusahaannya.” Hal ini berlawanan dengan
pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan akan memilih untuk
menerbitkan hutang terlebih dahulu daripada menerbitkan saham pada saat
membutuhkan pendanaan eksternal.
2. Trade-off Theory
Menurut trade-off teory yang diungkapkan oleh Myers (2001),
“Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana
penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya
kesulitan keuangan (financial distress)”. Biaya kesulitan keuangan (financial
distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau reorganization,
dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya
kredibilitas suatu perusahaan. Trade-off theory dalam menentukan struktur
modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya
keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress)
tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric
information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang.
Trade-off theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir
dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan
keuangan dalam penentuan struktur modal. Perusahaan-perusahaan dengan
tingkat profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya
dengan cara meningkatkan rasio hutangnya, sehingga tambahan hutang
tersebut akan mengurangi pajak. Dalam kenyataannya jarang manajer
keuangan yang berpikir demikian. Donaldson dalam Sofiati (2001) melakukan
pengamatan terhadap perilaku struktur modal perusahaan di Amerika Serikat.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan dengan
tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung rasio hutangnya rendah. Hal ini
berlawanan dengan pendapat trade-off theory. Trade-off theory tidak dapat
menjelaskan korelasi negatif antara tingkat profitabilitas dan rasio hutang.
4
3. Pengembangan Hipotesis
Pengujian empiris atas variabel yang mempengaruhi struktur modal
perusahaan dilakukan antara lain oleh Shyam-Sunder dan Myers (1999)
yang menggunakan TOT dan POT sebagai benchmark untuk pengujian
struktur modal terhadap 157 perusahaan. Hasil estimasi penelitiannya
menunjukkan bahwa POT lebih dominan dengan kuatnya hubungan antara
perubahan utang dan defisit pembiayaan perusahaan. Instrumen utang
menjadi sumber dan pilihan uatama untuk membiayai deficit perusahaan
sehingga jumlah utang perusahaan akan meningkat ketika defisitnya
meningkat.
Denis dan Mihov (2003) secara khusus menganalisis pilihan jenis utang
pada perusahaan public di Amerika serikat pada tahun 1995-1996. Penelitian
ini menyimpulkan bahwa determinan utama pemilihan jenis utang adalah
kualitas kredit dari perusahaan. Perusahaan dengan performa dan kualitas
kredit yang bagus akan memilih menggunakan utang public dengan
menerbitkan utang. Sementara perusahaan dengan kualitas kredit yang
sedang akan meminjamkan kredit dari bank, seperti perusahaan
pembiayaan. Berdasarkan hasil temuan di atas dapat dapat dihipotesiskan
penelitian ini sebagai berikut:
H1 : Perusahaan-perusahaan di Indonesia menunjukkan dalam pengambilan
keputusan financing didasarkan pada pecking order theory. Artinya
kekurangan dana (deficiency) perusahaan berpengaruh positif
terhadap penerbitan hutang perusahaan.
a. Growth
Myers (1984) dalam pengujian POT mengungkapkan bahwa
perusahaan dengan future growth tinggi akan mengurangi penggunaan
hutangnya disebabkan adanya risiko under investment. Pengukuran future
growth opportunity perusahaan dapat dilakukan melalui intangible asset
atau melalui pengukuran pertumbuhan aktual dari size perusahaan. Rajan
5
dan Zingales (1995) mengemukakan masalah under investment yang
dialami perusahaan disebabkan perusahaan dengan future growth tinggi
seharusnya menggunakan pendanaan ekuitas yang lebih besar, sehingga
diharapkan adanya hubungan yang negatif antara growth dengan leverage.
Proksi yang biasa digunakan untuk growth adalah market to book value
(MBV).
H2a : Growth perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penerbitan hutang baru perusahaan.
b. Profitability
Myers dan Majluf (1984) mengemukakan bahwa profitabilitas
mempunyai hubungan negatif dengan tingkat leverage perusahaan. Hal ini
disebabkan pada saat perusahaan mempunyai profitabilitas yang tinggi akan
membayar hutang sehingga tingkat leverage menjadi rendah serta lebih
menyukai menggunakan keuntungan (pendanaan internal) untuk kegiatan
investasinya sesuai dengan POT. Frank dan Goyal (2003) mencatat bahwa
perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi, cenderung
mempunyai tingkat hutang yang rendah. Hal ini dapat dijelaskan melalui
pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan
dengan tingkat profitabilitas yang tinggi mempunyai sumber dana internal
yang melimpah. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan-
perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung rasio
hutangnya rendah.
H2b : Profitabilitas perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan pada
penerbitan hutang baru perusahaan.
c. Size
Besar/kecil perusahaan menjadi salah satu variabel yang dianggap
dapat mempengaruhi keputusan perusahaan dalam memilih bentuk
pendanaan. Firm size mengindikasikan bahwa semakin besar suatu
perusahaan semakin besar pula tingkat hutangnya (Smart, Megginson, dan
Gitman, 2004). Helwege dan Liang (1996) menyatakan dimana perusahaan
besar cenderung mengikuti pecking order theory dengan menggunakan
utang lebih besar dari saham, sementara perusahaan kecil menggunakan
lebih banyak pembiayaan dari saham daripada sumber utang. Size dapat
6
digunakan sebagai proksi untuk probabilitas perusahaan mengalami defisit,
dengan asumsi bahwa biaya kebangkrutan tetap serta merupakan fungsi
yang menurun terhadap nilai perusahaan (Titman dan Wessel, 1988).
Berdasarkan asumsi ini maka size mempunyai hubungan positif terhadap
leverage.
H2c : Size perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penerbitan hutang baru perusahaan.
7
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Model Pengujian
Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi
berganda (multiple regression). Metode estimasi yang digunakan pada
penelitian yang digunakan ordinary least square (OLS). Hasil estimasi
menggunakan metode OLS diharapkan bersifat Best Unbiased Linear
Estimate (BLUE). Model yang digunakan untuk pengujian pecking order
adalah sebagai berikut:
8
Debtit = α + β DEFit + eit (1)
Dimana :
Debtit : Perubahan debt yang dikeluarkan oleh perusahaan i pada tahun t,
DEFit : Deficiency
εit : error terms
Menunjukkan banyaknya hutang (debt) yang diterbitkan dipengaruhi
oleh defisit yang dialami perusahaan dimana defisit (DEF) ini dinyatakan
dalam :
DEFt = DIVt + WKt + It - CFt
Dimana :
Div : Devidend payout
∆ WK : Delta working capital
I : Invesment
CF : Operating cash flow
Untuk menguji hipotesis 2, maka Model tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Debtit = α + β1 Growtht + β2 Profitt + β3 St + eit (2)
Dimana :
Debtit : Hutang perusahaan (defisit perusahaan)
Growtht : Pertumbuhan perusahaan, yang diproxykan dengan perubahan
Total Assets (Short et al, 2002)
Profitt : Profitabilitas, dengan manggunakan proxy perubahan total assets
(Short et al, 2002)
St : Sales (penjualan) yang diproxikan dengan Ln dari Total Sales
(Ozkan, 2001).
eit : Error terms
9
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
11
BAB V
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, Huson Joher Ali dan Hisham, Nazrul (2009), Revisiting Capital
Structure Theory :A Test of Pecking Order and Static Order Trade-of
Model From Malaysian Capital Market, International Research Journal of
Finance and Economics, Issue 30
Argawal, Sumit dan Mohtadi, Hamid (2004). Financial markets and financing
choice of firms: Evidence from developing countries. Global Finance
Journal, Vol. 15, hal. 57-70
Denis, David J. dan Mihov, Vassil T. (2003). The choice among bank debt,
non-bank private debt, and public debt: Evidence from new corporate
borrowings. Journal of Financial Economics, Vol. 70, hal. 3-28
Frank, M.Z. dan V. K. Goyal. (2003), “Testing the Pecking Order Theory of
Capital Structure”, Journal of Financial Economics, 67, pp. 217-248
Helwege, Jean dan Liang, Nellie (1996). Is there a pecking order? Evidence
from a panel of IPO firms. Journal of Financial Economics, Vol. 40, hal.
429-458.
13
Rajan, R. and L. Zingales, 1995, "Is There an Optimal Capital Structure?
Some Evidence from International Data.", Journal of Finance, vol 50,
pp 1421-1460
Smart, S.B., W.L. Megginson and L.J. Gitman, (2004), Corporate Finance.
Penerbit, Mason, Ohio: South-Western/Thomson Learning.
Sofiati. 2001. ”Pengaruh Timbal Balik antara Utang dan Ekuitas Terhadap
Struktur Modal Perusahaan-perusahaan Go-Publik di Bursa
EfekJakarta”. Kompak. Yogyakarta: STIE Yo. (Januari) : 40-56
14
Lampiran 1 :
15
Lampiran 2 :
16