Anda di halaman 1dari 13

Manusia dan Keindahan.

 Terminologi : Manusia & Keindahan.

 Apakah Manusia ?

 Apakah Keindahan ?

 Mengapa Keindahan ?

 Bagaimana Keindahan ?

 Untuk apa Keindahan ?


I. Pengertian Manusia dan
Keindahan.
A. Arti Manusia :
 Hakekatnya : makhluk “majemuk tunggal” dan
“dwi tunggal”. Terdiri dari ‘struktur kodrat’ :
jasmani – rokhani; ‘sifat kodrat’ : individu –
sosial; ‘kedudukan kodrat’ : pribadi mandiri –
ciptaan Tuhan.

 Makhluk budaya : ciptaan Tuhan secara


kodrati memiliki unsur “cipta, rasa, karsa”
guna hasilkan “karya”. (IQ, EQ, SQ).
 Makhluk budaya, selalu mengaktualisasikan
kemampuan ‘cipta, rasa dan karsa’ guna
tingkatkan ‘kualitas/ mutu’ dan ‘kebutuhan hidup’.
B. Arti Keindahan (estetika).

 Estetika / keindahan - Yunani ‘aesthesis’ : perasaan


atau sensitivitas (kepekaan rasa). Keindahan selalu
berhubungan dengan ‘perasaan’, -- “Geschmack”
(Jerman) atau “Taste” (Inggris). Paul Valery,
‘estetika’ timbul tatkala pikiran filsuf terbuka untuk
menyelidiki dan hati merasakan haru/ iba.
 Plato (dialog cinta), “keindahan” : sesuatu yang
‘mutlak dan universal’. Untuk mencapai
keindahan mutlak, melalui 4 (empat) tahapan
keindahan : “keindahan indrawi, keindahan jiwa,
keindahan pengetahuan (akal budi) dan
keindahan idea”. Atau ‘keindahan jasmani,
keindahan moral, keindahan akal dan keindahan
mutlak’ (wadjiz anwar L. Ph.).
 Aristotle, estetika : “sesuatu atau barang yang terdiri
dari bagian bagian yang berbeda beda, tidak
sempurna keindahanya; kecuali bila bagian bagianya
teratur rapi dan mengambil dimensi yang tidak dibuat
buat”. Keindahan : “pengaturan dan keagungan” atau
“keserasian bentuk yang setinggi tingginya”.
 Kretiria estetika :
1. Kesatuan bagian bagian yang bebeda,
2. Keteraturan / teratur, rapi;
3. Proporsional / keadaan yang wajar.
 Sokrates (guru Plato), estetika : “bukan sifat tertentu
dari seratus atau seribu barang”, karena manusia,
kuda, pakaian, laut, gunung, gadis dan gitar semuanya :
sesuatu yang indah. Keindahan tidak terdapat pada
‘objek’/ barang barang, tapi “dibelakang objek” ada
keindahan itu sendiri (value / nilai).
 Prof. Dr. Lasio, estetika : ilmu filsafat pelajari “nilai
atau value”. Value atau nilai : kata benda abstrak
berarti “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan”
(good ness). Estetika : suatu ‘keberhargaan’ atau
‘kebaikan’, yang dapat ditemukan pada berbagai
objek di alam semesta, baik yang ‘alamiah, artifisial
atau khusus’.

 T. Liang Gie; keindahan meliputi arti “luas,


sempit, dan khusus”. Keindahan arti luas : semua
objek keindahan ‘alam’, diciptakan Tuhan.
Keindahan semapit : objek keindakan bersifat
artivisial / buatan manusia, imitasi dari alam.
Keindahan khusus : objek keindahan hasil
imaginasi dan ekspresi pengalaman kolektif/
pribadi manusia berbentuk ‘karya seni’.
II. Mengapa Estetika (keindahan).

 Niscaya ada ‘keindahan’ jika tidak ada ‘manusia’. Hanya


manusia yang “mempersoalkan, menyelidiki, menciptakan,
membutuhkan, mengembangkan dan melestarikan”
keindahan. Suatu keindahan/estetis di percaya “berharga,
bermanfaat, berguna, berfaedah, bermakna atau bernilai”,
menurut pandangan /gagasan manusia; bukan menurut
binatang, atau makhluk lain. Bicara estetika : membicarakan
yang diyakini “indah” oleh manusia, berdasarkan kreteria /
ukuran ukuran manusia. Yaitu sesuai ‘sifat – sifat manusia’.
 Perspektif filsafat, manusia : makhluk ‘majemuk tunggal’
dan ‘dwi tunggal’, terdiri dari “Struktur kodrat : jasmani –
rokhani; Sifat kodrat : individu – sosial; Kedudukan kodrat :
pribadi mandiri – ciptaan Tuhan”. Manifetasi estetika juga
sesuai hakekat manusia / sifat sifat manusia yang
‘manusiawi’. Hal hal tidak manusiawi : “tidak indah” alias
“dis value”.
 Perspektif budaya, manusia selalu mengaktualisasikan
potensi / kemampuanya, bersumber dari fitrah : “cipta,
rasa, karsa” (IQ, EQ, SQ) untuk hasilkan “karya”,
memenuhi ‘kebutuhan’ hidup dan tingkatkan ‘mutu’
kehidupanya. Hasil kreasi dari daya cipta yang cerdas,
daya rasa yang tajam/ sensitif, serta karsa/ kehendak
yang lebih baik : “karya besar yang berkualitas dan
indah”. Dapat memenuhi kebutuhan hidup lebih baik
dan bermutu : “menggembirakan, tujuan setiap orang
dan suatu yang indah”.
 Perspektif etika, manusia : makhluk “bermoral”,
senantiasa perpegang teguh “kaidah, nilai, dan
norma” dalam bersikap, bertindak, bertuturkata,
menentukan keputusan dalam hidupnya. Hakekatnya
manusia : “tertib dan teratur”. Manusia yang tertib
dan teratur : bermoral, dan itu “indah”.
III. Bagaimana Keindahan.

A. Manusia Pencipta dan Pendukung Keindahan.

 Pencipta Keindahan.
Paul valery, estetika/ keindakan timbul tatkala filsuf
“terbuka pikiran dan hatinya” untuk menyelidiki dan
merasakan sesuatu ‘tidak wajar atau tidak seharusnya
dan mengharukan’, seperti penindasan, perampasan hak
hak, tragedi pembunuhan, mengkultuskan dsb. Estetika/
sesuatu yang indah : “diciptakan oleh manusia”; wujud
konkritnya berupa sebuah karya bersumber dari unsur
cipta, rasa dan karsa. Karya karya itu berbentuk, ilmu
pengetahuan, teknologi, seni musik, tari, lukis, puisi,
drama, teatre, kriya, bangunan gedung, rumah, menara
dan peralatan berguna bagi hidup manusia.
 Pendukung Keindahan.
Manusia (jamak) : masyarakat yang kapasitas
dan perananya sebagai “pengguna, pelestari,
dan pengembang” hasil karya manusia
berupa ilmu pengetahuan dan teknologi, seni,
bangunan gedung, menara, kriya dan
peralatan peralatan yang dihasilkan oleh
manusia sebelumnya, maupun di jamanya.

B. Keindahan : Kebutuhan Manusia.


 Sebagai makhluk budaya, manusia mutlak
‘membutuhkan keindahan' disetiap segi hidupnya.
Baik yang berhubungan dengan “diri sendiri, orang
lain, lingkungan hidup, peralatan, aksesori,
kesenangan/ hoby dan hal hal sepiritual / imanen”.
 Manusia merasa “lega, puas, mantap, percaya diri,
tenang, bahagia dan terasa indah”, jika semua yang
diinginkan dapat terwujut seperti yang diharapkan/
dibutuhkan. Segala usaha dilakukan manusia untuk
meningkatkan kualitas dan memenuhi kebutuhan
hidupnya agar menjadi “lebih indah, bahagia dan
lebih tentram”. Keindahan : selalu berhubungan
dengan “perasaan, cita rasa dan kualita hidup”.
 Kebutuhan manusia akan estetika meliputi hal
bersifat “jasmani, rokhani, pribadi/ individu, dan
kolektif/ sosial”.

C. Ciri ciri keindahan.


 Aristotle, keindahan : “keteraturan dan keagungan”
atau “keserasian bentuk setinggi tingginya”; unsur :
1. Kesatuan bagian bagian berbeda,
2. Keteraturan/ teratur, rapi,
3. Posisi proporsional / wajar.

 Fuat Hasan, keindahan memiliki unsur unsur :


a. Kesatuan (unity),
b. Keseimbangan (balance),
c. Perbedaan (kontras),
d. Kesejodohan.

 Menurut ‘sifat atau karakteristiknya’, keindahan


mempunyai ciri :
“Universal, wajar/ alamiah, abadi, baik, benar,
menyenangkan, teratur, rapi, serasi, harmoni, adil
jujur, berharga, dan berguna/ bermanfaat”.
D. Macam macam/ jenis keindahan.

 Plato, menurut ‘objeknya’ estetika dibedakan


menjadi 4 (empat) macam :
a) Keindahan jasmani / indrawi.
b) Keindahan moral / jiwa.
c) Keindahan akal / pengetahuan.
d) Keindahan idea / mutlak.

 T. Liang Gie, mengelompokkan keindahan menurut


‘jenisnya’ menjadi :
1. Keindahan alam (natural).
2. Keindahan artivisial (buatan / imitasi)
3. Keindahan seni (imaginasi).
IV. Untuk apa keindahan.
 Bertolak dari pengertianya, estetika : “value / nilai”,
maka keindahan merupakan sesuatu yang “berharga,
berfaedah atau bermanfaat”. Keguanaan estetika
ialah untuk “meningkatkan kualitas” harkat dan
martabat manusia. Dengan mengekpresikan/
mengaktualisasikan kemampuanya, manusia berarti
melakukan aktivitas, berkreasi, melakukan kegiatan,
dan berusaha agar menghasilkan sesustu yang dapat
meningkatkan hidupnya menjadi lebih baik/ ber mutu.
 Estetika bermanfaat untuk meningkatkan ‘cita
rasa’ supaya kehidupan manusia menjadi lebih
“bahagia, tentram, damai”, seperti yang menjadi
tujuan hidup setiap manusia. Keindahan berguna
untuk menjadikan seseorang ‘lebih manusiawi dan
bermartabat’.

Anda mungkin juga menyukai