Anda di halaman 1dari 5

MATERI KEGIATAN PEMBELAJARAN 5

PENGKODEAN BINER
5.1. Kode BCD (Binary coded decimal)
Pada kegiatan belajar sebelumnya kita hanya melakukan konversi dari
bilangan desimal ke bilangan biner murni (pengkodean biner langsung). Untuk
beberapa aplikasi sistem digital, misalnya pada sistem mikroprosesor, setiap digit
bilangan desimal perlu diubah menjadi bilangan ekivalen biner 4 bit. Oleh karena itu
suatu bilangan desimal 2 digit akan berubah menjadi dua kelompok empat digit
bilangan biner, sehingga keseluruhannya menjadi 8 bit, yang tidak bergantung pada
nilai bilangan desimalnya sendiri. Hasil pengkodean ini disebut sebagai binary-coded
decimal (BCD). Penyandian ini sering dikenal sebagai sandi 8421BCD. Selain
penyandian 8421BCD, juga dikenal sejumlah pengkodean yang lain yaitu, kode
Excess-3 , kode Gray dan kode-kode Alfanumerik.

Seperti yang terlihat pada tabel. 5.1., karena bilangan desimal hanya
mempunyai 10 simbul kode 0 sampai 9 maka kode BCD tidak menggunakan bilangan-
bilangan 1010, 1011, 1100, 1101, 1110, dan 1111.

Tabel 5.1. Ekivalen bilangan Desimal menjadi kode BCD

Digit Desimal Kode BCD


0 0000
1 0001
2 0010
3 0011
4 0100
5 0101
6 0110
7 0111
8 1000
9 1001
13 0001 0011
45 0100 0101
260 0010 0110 0000

1
Sebagai contoh, bilangan desimal 13710 akan diubah menjadi bilangan dengan
pengkodean langsung (straight binary coding) dan diubah dengan pengkodean BCD.
sebagai berikut:
13710 = 100010012 Hasil pengkodean biner langsung
13710 = 0001 0011 01112 Hasil pengkodean BCD
Dari contoh, bilangan desimal 13710 bila dinyatakan dalam pengkodean biner langsung
hanya memerlukan 8 bit sedangkan dengan pengkodean BCD memerlukan 12 bit. Oleh
sebab itu pengkodean dengan BCD dianggap kurang efisien karena, tidak menggunakan
bilangan-bilangan 1010, 1011, 1100, 1101, 1110, dan 1111.

5.2. KODE EXCESS-3

Pengkodean Excess-3 sering digunakan untuk menggantikan kode BCD karena


mempunyai keuntungan-keuntungan tertentu dalam operasi aritmatik. Pengkodean
Excess-3 untuk bilangan desimal dapat dilakukan dengan cara menambah 3 setiap
digit bilangan desimal sebelum diubah menjadi biner.

Tabel 5.2. menunjukan ekivalen dari bilangan Desimal menjadi kode Excess-3.

Tabel 5.2. Ekivalen bilangan Desimal menjadi kode Excess-3


Digit Desimal Kode Excess-3
0 0011
1 0100
2 0101
3 0110
4 0111
5 1000
6 1001
7 1010
8 1011
9 1100
27 0101 1010
38 0110 1011
459 0111 1000 1100

Sebagai contoh, bilangan heksadesimal 4610 dapat dikodekan dengan Excess-3


dengan cara sebagai berikut:

2
4 6
3 + 3 + Setiap digit bilangan desimal ditambah 3
7 9
0111 1001 Hasilnya diubah menjadi bilangan biner 4 bit.

Sehingga bilangan desimal 4610 dikodekan dalam Excess-3 = 0111 1001.

5.3. KODE GRAY

Kode Gray digolongkan dalam kode perubahan minimum, kode Gray hanya
mengubah satu bit dalam grup kodenya apabila pindah dari satu step ke step
berikutnya. Kode Gray merupakan kode tak berbobot, posisi-posisi bit dalam grup
kode tidak mempunyai bobot tertentu oleh karena itu kode Gray tidak sesuai untuk
operasi aritmatik. Kode Gray digunakan pada alat-alat input –output dan konverter
analog ke digital.
Tabel 5.3. menunjukan ekivalen dari bilangan Desimal ke biner dan kode Gray

Tabel 5.3. Ekivalen bilangan Desimal ke biner dan kode Gray


Digit Desimal Kode Biner Kode Gray
0 0000 0000
1 0001 0001
2 0010 0011
3 0011 0010
4 0100 0110
5 0101 0111
6 0110 0101
7 0111 0100
8 1000 1100
9 1001 1101
10 1010 1111
11 1011 1110
12 1100 1010
13 1101 1011
14 1110 1001
15 1111 1000

Mengubah dari kode biner ke kode Gray dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:

3
1. Bit pertama dari kode Gray sama dengan bit pertama bilangan biner.
2. Bit kedua kode Gray sama dengan Exclusive OR, bit pertama dan bit kedua
bilangan biner.
3. Bit ketiga kode Gray sama dengan Exclusive OR, bit kedua dan bit ketiga
bilangan biner, dan seterusnya.
Sebagai contoh, bilangan biner 101102 dapat dikodekan dengan kode Gray
dengan cara sebagai berikut:

1 0 1 1 0 Kode Biner

1 1 1 0 1 Kode Gray

5.4. KODE Alfanumerik.

Kode Alfanumerik digunakan untuk menyatakan data numerik,data alpabetik,


simbol dan tanda baca pada sistem-sistem digital dan komputer. Tabel 5.4
menunjukkan sebagian dari dua macam kode alfanumerik kode internal 6 bit yang
dapat menyatakan 64 tanda yang berbeda 26=64 dan kode 7 bit ASCII yang dapat
menyatakan 27=128 tanda yang berbeda.

Tabel 5.4. Sebagian Kode Alfanumerik Internal 6 bit dan ASCII 7 bit
Tanda Kode Internal 6-Bit Kode ASCII 7-Bit
A 010 001 100 0001
B 010 010 100 0010
C 010 011 100 0011
D 010 100 100 0100
E 010 101 100 0101
F 010 110 100 0110
G 010 111 100 0111
H 011 000 100 1000
I 011 001 100 1001
J 100 001 100 1010
K 100 010 100 1011
L 100 011 100 1100

4
Tabel 5.4. Sebagian Kode Alfanumerik Internal 6 bit dan ASCII 7 bit
(lanjutan)
Tanda Kode Internal 6-Bit Kode ASCII 7-Bit
M 100 100 100 1101
N 100 101 100 1110
O 100 110 100 1111
P 100 111 101 0000
Q 101 000 101 0001
R 101 001 101 0010
S 110 010 101 0011
T 110 011 101 0100
U 110 100 101 0101
V 110 101 101 0110
W 110 110 101 0111
X 110 111 101 1000
Y 111 000 101 1001
Z 111 001 101 1010
0 000 000 011 0000
1 000 001 011 0001
2 000 010 011 0010
3 000 011 011 0011
4 000 100 011 0100
5 000 101 011 0101
6 000 110 011 0110
7 000 111 011 0111
8 001 000 011 1000
9 001 001 011 1001
blank 110 000 010 0000
. 011 011 010 1110
( 111 100 010 1000
+ 010 000 010 1011
$ 101 011 010 0100
* 101 100 010 1010
) 011 100 010 1001
- 100 000 010 1101
/ 110 001 010 1111
, 111 011 010 1100
= 001 011 011 1101

Anda mungkin juga menyukai