Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Keberhasilan pembangunan terutama di bidang kesehatan secara tidak langsung telah


menurunkan angka kesakitan dan kematian penduduk serta meningkatkan usia harapan hidup
Indonesia di tahun 2000 yaitu sekitar 64,5 tahun. menurut UU no. 13 tahun 1998 meskipun tidak
sekaligus hal ini berarti peningkatan mutu kehidupan akan menimbulkan perubahan struktur
penduduk dan sekaligus menambah jumlah penduduk berusia lanjut (Arisman, 2004: 76).
Peningkatan umur harapan hidup masyarakat di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1 Angka Harapan Hidup di Indonesia

Tahun Laki-laki Perempuan Total


1971 44,2 47,2 45,7
1980 50,6 53,7 52,2
1990 58,1 61,5 59,8
1995 61,5 65,4 63,5
2000 63,3 67,2 65,3
2005 64,9 68,8 66,9
2010 66,4 70,4 68,4
2015 67,7 71,7 69,8
2020 69,0 73,0 71,7
Sumber: BPS, 1992, 1993 Keterangan: Angka harapan hidup sejak lahir

Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata –
rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju
seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia lebih kurang 1000 orang per hari pada
tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia di atas 50 tahun sehingga istilah “Baby
Boom” pada masa lalu berganti menjadi “Ledakan penduduk lanjut usia”.
Berdasarkan Data pada Biro Pusat Statistika dan beberapa sumber lain, dapat diketahui jumlah
dan prosentase populasi lansia di Indonesia pada tahun 1971 – 2020 sesuai pada tabel berikut ini:

Tabel 1.2 Jumlah dan Persentase Populasi Lansia Indonesia 1971 – 2020

Tahun Jumlah Lansia Persentase


1971 (a) 5.306.874 4,48%
1980 (b) 7.998.543 5,45%
1990 (c) 11.277.557 6,29%
1995 (d) 12.778.212 6,56%
2000 (d) 15.262.199 7,28%
2005 (d) 17.767.709 7,97%
2010 (d) 19.936.859 8,48%
2015 (d) 23.992.553 9,77%
2020 (d) 28.822.879 11,34%

Sumber: (a) Biro Pusat Statistika, 1974; (b) Biro Pusat Statistika,1983; (c) Biro Pusat
Statistika, 1992; (d) Ananta dan Anwar, 1994. Dikutip oleh Djuhari dan Anwar, 1994

Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Asisten Deputi Urusan Perempuan, Lansia dan
Penyandang Cacat Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Lies
Rosdiyanti di dalam acara Seminar Peningkatan Intelegensia Lansia di Edotel Yogyakarta Lies
menyampaikan bahwa pada tahun 2020, jumlah persentase lansia akan meningkat mencapai
11,34 persen dari total penduduk.

Transisi demografi pada kelompok lansia terkait dengan status kesehatan lansia lebih terjamin,
sehingga usia harapan hidup lansia lebih tinggi dibanding masa-masa sebelumnya. Pertambahan
jumlah lansia di Indonesia dalam kurun waktu tahun 1990 - 2025, tergolong tercepat di dunia
dan menempatkan Indonesia sebagai peringkat ke empat di dunia, setelah Cina, India, dan
Amerika Serikat.
Data statistik tersebut mengisyaratkan pentingnya pengembangan keperawatan gerontik di
Indonesia. Walaupun secara historis, jauh sebelum keperawatan gerontik berkembang menjadi
sebuah spesialisasi pada dasarnya keperawatan memiliki peran yang besar terhadap pemberian
pelayanan keperawatan bagi lansia. Fokus asuhan keperawatan pada lansia ditujukan pada dua
kelompok lansia, yaitu (1) lansia yang sehat dan produktif, dan (2) lansia yang memiliki
kerentanan tubuh dengan ditandai kondisi fisik yang mulai melemah, sakit-sakitan, dan daya
piker menurun. Pemberian asuhan keperawatan bagi dua kelompok tersebut bertujuan untuk
memenuhi harapan-harapan yang diinginkan oleh lansia yaitu memiliki kualitas hidup yang lebih
baik dan produktif dalam tiga dimensi, yaitu fisik, fungsional, dan kognitif.

Menyadari pentingnya asuhan keperawatan gerontik ini sebagai usaha meningkatkan kualitas
hidup lansia yang semakin berhari semakin bertambah maka profesi keperawatan STIKes
Binawan hadir untuk menerapkan asuhan keperawatan gerontik sesuai dengan teori yang telah
dipelajari untuk menjawab kebutuhan asuhan keperawatan khususnya di Sasana Tresna Werdha
(STW) Yayasan Bhakti Ria Pembangunan.
B. Tujuan
- Mahasiswa mampu menerapkan ilmu dan pengetahuan keperawatan geronik
secara langsung kepada lansia sesuai dengan konsep dan teori keperawatan
gerontik yang telah dipelajari
- Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawaran secara langsung kepada
lansia
- Mahasiswa mendapatkan gambaran yang nyata tentang pelayanan kesehatan di
sasana tresna werdha
BAB II

PELAKSANAAN PRAKTEK KEPERAWATAN GERONTIK

A. Pengorganisasian
1. Mahasiswa

Ketua : Rolant Tuturoong

Wakil : Cindy Onibala

Sekertaris : Lestia Evi Fibriani

Bendahara : Eka Ayu Ompi

- Wisama Wijaya Kusuma

Ketua : Ronald Polnaja

Anggota:

- Lestia Evi Fibriani


- Nurul Yunarti
- Risma

- Wisma Bungur

Ketua : Helda Merna Wowiling

Anggota:

- Allan Sondakh
- Billi Keintjem
- Chindy Gahung
- Wisma Cempaka

Ketua : Nicky Fernando Tasik

Anggota:

- Christie Rumerung
- Cindy Onibala
- Febrianti Dewayanit

- Wisma Dahlia

Ketua : Rossa Rahmawati

Anggota:

- Rolant Tuturoong
- Eka Ayu Ompi
- Oktavina Utami Dewi

2. Pembimbing

Koordinator Mata Ajar : Hj. Widanarti Setyaningsih, SKp, MN

Pembimbing:

- Erwan Setiyono, SKp, MN


- Ns. Ulfah Sarsanti, SKep
- Ns. Bekti Sarsanti, Skep
B. Kegiatan
1. Waktu dan Tempat:
Prektek profesi keperawatan gerontik angkatan ke –IV diadakan dari tanggal 20 Juli sampai
dengan 31 Juli 2010 di Sasana Tresna Werdha karya bakti cibubur

2. Kegiatan

No Tahap
Waktu Kegiatan Mahasiswa
Kegiaan
1 Pra Interaksi Setiap hari - Membuat laporan pendahuluan berdasarkan
sebelum kasus
melaksanakna - Memahami Laporan Pendahuluan yang sudah
praktek dibuat
2 Introduksi 20 – 21 Juli - Memperkenalkan diri dengan menggunakan
teknik pendekatan pada lansia, menyampaikan
tujuan
- Mempelajari catatan/dokumentasi yang ada
tentang lanisa
3 orientasi Pada awal - Evaluasi validasi keadaan kelompok
pertemuan setiap - Mengingatkan lansia kontrak yang lalu
hari praktek
20 – 31 juli
4 Kerja Setiap hari praktek - Melakukan pengkajian baik untuk kasus
20 – 30 individu yang dikelola juga pengkajian secara
umum tentang jenis aktivitas lansia sehari-hari
serta kndisi lingkunga yang ada
- Merumuskan/memvalidasi masalah dan
diagnosa keperawatan
- Menyusun intervensi
- Melakukan implementasi
- Melakukan kegiatan kelompok untuk terapi
aktivitas dan modifikasi lingkungan
- Melakukan evaluasi proses terhadap induvidu
juga evaluasi keberhasilan terapi aktivitas dan
modifikasi lingkungan
5 Terminasi Pada akhir - Mengevaluasi hasil pertemuan
pertemuan setiap - Membuat modifikasi tindakan
hari - Membuat kontrak pertemuan berikutnya
20-31
6 Terminasi 31 Juli 2010 - Mengevaluasi hasil praktek secara keseluruhan
akhir yang telah dicapai oleh individu dan kelompok
- Games
Kegiatan Individu

- Asuhan Keperawatan

No Wisam Nama Mahasiswa Nama Werdha Dx keperawatan


1 W. Kusuma Ronald Polnaja Tn. A Bersihan jalan nafas tidak
efektif b/d peningkatan
produksi sekret
2 W. Kusuma Nurul Yuniarti Ny. H
3 W. Kusuma Lestia Evi Fibirani,, Ny. K Gangguan Kognitif b/d
penurunan fungsi
4 W. Kusuma Rismaliza Ny
5 Bungur Helda Wowiling,, Ny. A Resiko tinggi penurunan
curah jantung
Perubahan nutrisi lebih dari
kebutuhan tubuh
Kurang pengetahuan
terhadap proses penyakit
6 Bungur Cindy Gahung Ny. S
7 Bungur Allan Sondakh Ny. P Gangguan sensori persepsi
penglihatan
8 Bungur Billy Keintjem,, Ny. L Gangguan mobilisasi fisik
Gangguan pola tidur
Gangguan citra tubuh
9 Cempaka Nicky Tasik Ny. T Kurang pengetahuan tentang
proses penyakit kolesterol
10 Cempaka Cindy Onibala,, Ny. I
11 Cempaka Christie Rumerung,, Ny. S Penurunan curah jantung
Gangguan perfusi jaringan
cerebral
12 Cempaka Febryani Dewayanti Ny. H
13 Dahlia Rossa Rahmawati,, Ny. S.A Resiko cedera
14 Dahlia Rolant Tuturoong,. Tn. S. Gangguan mobilisasi fisik
15 Dahlia Oktavina Utami,, Ny. N Nyeri b/d peningkatan
tekanan vaskular serebral
16 Dahlia Eka Ayu Ompi,, Ny. S

Kegiatan Kelompok

a. Kelompok Wisama

Wisma Wijaya Kusuma


Kelompok di Wisma Wijaya Kusuma memiliki karekteristik lansia yang berbeda dengan
wisama lainnya, werdha di tempat ini merupakan werdha yang mempunyai pengawasan khusus
dalam hal perawatan dan pengobatan dan memiliki ketergantungan yang tinggi karena
keterbatasan fisik, oleh karena itu kegiatan yang dipilih disesuaikan dengan keadaan werdha di
wisma ini. Karena alasan tersebut pula maka untuk mendapatkan data pengkajian tentang
masalah dalam wisama ini, kelompok memperolehnya melalui hasil observasi selama 3 hari.
Berdasarkan hasil pengkajian tersebut didapatkan 14 lansia, 8 orang laki-laki, dan 6 orang
perempuan. Berdasarkan data yang diperoleh terdapat berbagai macam lansia yang mengalami
penurunan fungsi tubuh, seperti terdapat 7 orang (53,84%) mengalami gangguan mobilisasi, 2
orang (15,38%) mengalami gangguan penglihatan, 1 orang (7, 69%) mengalami gangguan
pendengaran dan 3 orang (23,07%) mengalami gangguan kognitif. Sebagian besar werda yang
berada di wisma wijaya kusuma mengalami gangguan mobilisasi. Kegiatan yang dipilih menjadi
kegiatan kelompok oleh kelompok Wijaya Kusuma yaitu Sosialisasi sesi 1 dengan pertimbangan
untuk menjaga dan meningkatkan hubungan dan interaksi antar sesama werdha yang terganggu
karena tingginya angka gangguan mobilisasi penghuni wisama tersebut. Kegiatan dilakukan
pada hari Jumat 23 Juli 2010 diikuti oleh 9 werdha (laporan hasil kegiatan terlampir) . Selain
kegiatan tersebut, kegiatan rutinitas kelompok yang dilakukan setiap hari juga dilakukan sesuai
dengan kebutuhan werdha yaitu memeriksa TTV, membantu melakukan personal hygine,
membantu pemberian diit, berinteraksi dengan werdha, dll

Wisma Bungur

Kegiatan kelompok di wisama Bungur dilakukan berdasarkan pengamatan kelompok terhadap


masalah yang paling mempengaruhi kelompok menyeluruh. Kelompok mendapati bahwa lansia
di Wisma Bungur, Sasana Tresna Werdha mengalami penurunan terhadap pemenuhan harapan
yang diinginkan oleh lansia dalam hal fisik, fungsional, dan kognitif. Berdasarkan identifikasi
tersebut, kelompok mengambil masalah resiko terjadinya penurunan mutu atau kualitas hidup
lansia di Wisma Bungur, Sasana Tresna Werdha berhubungan dengan adanya penurunan
aktivitas hidup yang disebabkan oleh keterbatasan fisik serta pengaruh social, yang ditandai
dengan data bahwa hanya 9 orang (43 %) lansia yang aktif dalam berbagai kegiatan di Sasana
Tresna Werdha dari 21 orang lansia di Wisma Bungur, Sasana Tresna Werdha. Kelompok
mengidentifikasi bahwa dari 12 orang lansia yang kurang aktif dalam kegiatan di sasana Tresna
Werdha, ada 5 orang (42 %) lansia yang kurang aktif di kegiatan karena adanya pengaruh
sosialisasi di Sasana Tresna Werdha. Oleh sebab itu, kelompok akan memberikan terapi
sosialisasi pada lansia di Wisma Bungur, sehingga dapat mengembalikan interaksi yang adekuat
antar sesama werdha di wisma Bungur dan meningkatkan motivasi lansia untuk mengikuti
kegiatan di STW (Laporan hasil kegiatan terlampir)

Wisma Cempaka

Kegiatan kelompok di wisma Cempaka diawali dengan melakukan Focus Group discussion
(FGD). Berdasarkan hasil FGD yang dilakukakn pada hari selasa 27 Juli, yang diikuti oleh 15
orang lansia yang terdiri dari 2 orang laki-laki dan 13 orang perempuan, didapatkan hasil 6 orang
yang menderita penyakit kolestrol dan 5 orang yang menderita penyakit darah tinggi dan empat
orang lainya menderita remautik, jadi sebagian besar werda menderita penyakit kolestrol, yang
kebanyakan tidaktahu tentang kolesterol atau belum mengatahui secara benar apa yang dimaksud
dengan kolesterol. Berdasarkan hasil FGD tersebut pada tanggal 30 Juli 2010 kelompok
melakukan penyuluhan mengenai kolesterol

Wisam Dahlia

b. Kelompok STW

Kegiatan kelompok iini merupakan suatu intervensi yang dipilih oleh kelompok melalui
bebetapa tahap pengkajian baik melalui observasi dan wawancara langsung. Berdasarkan hasil
laporan dari setiap wisma dan dari hasil diskusi kelompok mengenai masalah yang paling tepat
untuk dilakukan intervensi kelompok maka kelompok besar bersepakat memilih masalah nutrisi
sebagai masalah utama yang perlu diintervensi. Untuk memvalidasi data mengenai masalah
nutrisi tersebut maka kelompok membuat kuisioner mengenai nutrisi yang disebarkan diseluruh
wisma dengan metode wawancara. Hasil kuisioner tersebut menunjukan bahwa dari 46 total
sampel yang tersebar di empat Wisma STW 12 werdha (26%) memiliki IMT kurang , 7 werdha
(15%) memiliki IMT berlebih dan sisanya 27 werdha (58%) memiliki IMT normal. Selanjutnya
22 werdha (47%) merasa mengalami penurunan berat badan selama 3 bulan terakhir, 20 werdha
(43%) mengalami kesulitan mengunyah, 15 werdha (32%) mengalami penurunan nafsu makan.
Dari data tersebut maka kelompok mengadakan kegiatan penyuluhan mengenai nutrisi pada
lanisia yang diadakan pada tanggal 31 Juli 2010. Penyuluha tersebut diikuti oleh 54 orang dan
disambut antusias oleh para werdha, kegiatan tersebut berlangsung selama 45 menit dan diakhiri
oleh beberapa pertanyaan dari werdha mengenai materi yang disajikan Laporan hasil kegiatan
terlampir)

Selain penyuluhan diadakan terminasi akhir praktek profesi gerontik gelombang IV pagi sebagai
perpisahan untuk para werdha setelah mahasiswa berpraktek di sana selama 2 minggu. Kegiatan
ini terminasi ini diawali dengan pesan dan kesan dari wakil para werdha yang diwakili oleh Opa
Sayono, selanjutnya perwakilan dari mahasiswa, perwakilan STIKes Binawan oleh Ibu
Widanarti dan diakhiri oleh Ibu Tjandra Kamandari mewakili STW. Kemudian ditutup dengan
games oleh mahasiswa bersama para werdha.

C. Evaluasi Kegiatan

Kegiatan praktek profesi gerontik angkatan IV yang dilakukan sejak tanggal 20 hingga tanggal
31 Juli 2010 ini secara umum telah memenuhi tujuan dan kompetensi praktek keperawatan
gerontik yaitu peserta praktek mampu memberikan asuhan keperawatan gerontik sesuai dengan
konsep dan teori. Hal tersebut dibuktikan dengan pencapaian kompetensi yang diperoleh oleh
mahasiswa antara lain mampu berkomunikasi dan membina hubungan terapeutik dengan werdha,
mampu melakukan pengkajian dengan memperhatikan prinsip-prinsip pendekatan pada lansia,
mampu merencanakan asuhan keperawatan serta mengimplementasikannya. Tujuan tersebut
dapat dicapai tentunya bukan tanpa kendala dan hambatan. Masalah-masalah yang khas pada
lansia seperti masalah dalam hal kognitif, afektif dan psikomotor yang ditemukan di lahan
praktek memberikan tantangan tersendiri bagi mahasiswa untuk dapat memenuhi tujuan dan
kompetinsi yang diinginkan dengan melakukan modifikasi lingkungan. Kegiatan kelompok
yang dilakukan oleh setiap kelompok wisma telah menjawab masalah yang ada di setiap wisama
dengan terlbih dahulu mengidentifikasi masalah utama yang dinilai penting dan mengancam
komunitas lanisa di setiap wisma tersebut. Kegiatan kelompok besar juga disambut antusias oleh
para werdha yang mengikutinya walaupun kegiatan tersebut sebatas meningkatkan pengetahuan
werdha terkait nutrisi pada lansia melalui suatu penyuluhan kesehatan tanpa merobah dan
memodifikasi makanan yang diberikan karena hal tersebut menyangkut kebijakan institusi STW

Dukungan dari pihak institusi yang menjadi tempat lahan praktek sangat mempermudah
mahasiswa dalam melaksanakan praktek. Kegiatan yang diadakan di STW merupakan kegiatan-
kegiatan yang sangat mendukung tercapainya tujuan asuhan keperawatan yang umum terdapat
pada usia lanjut seperti, olahraga, melatih kognitif, sensori persepsi, pengembangan spiritual dan
sebagainya yang semuanya itu memperkaya implementasi terkait dengan asuhan keperawatan
yang diangkat oleh mahasiswa.

Proses pembimbingan dalam praktek profesi gerontik ini sangat baik karena tidak ada satu
haripun yang dilewatkan tanpa ada pembimbing, walaupun pembimbing di minggu pertama
terkadang tidak sesuai dengan jadwal yang ada namun selalu digantikan oleh pembimbing dari
lahan peraktek yang setiap hari berada di lahan praktek. Proses pembimbingan di minggu ke dua
yang merupakan minggu supervisi berjalan dengan lancar dan diikuti oleh setiap mahasiswa.

Sepanjang praktek keperawatan gerontik ini terdapat beberapa mahasiswa yang tidak dapat
mengikuti penuh kegiatan praktek sesuai dengan jadwal sehingga harus menggantinya sesuai
dengan jumlah hari yang dilewati. Alasan ketidak hadiran tersebut yaitu kerena sakit
Bab III

Penutup

A. Kesimpulan

Bertambahnya harapan hidup manusiadi Indonesia mengakibatkan peningkatan jumlah


masyarakat usia lanjut. Usia lanjut merupakan suatu masa dimana seseorang mengalami
berbagai penurunan fungsi akibat dari proses degeneratif. Hal menjadikan kelompok
dengan usia lanjut ini memiliki masalah khas yang holistik menyangkut biologis
psikologis sosiologis dan spiritual. Oleh sebab itu asuhan keperawatan yang khusus
untuk menanggapi kebutuhan holistik lansia tersebut sangatlah penting untuk
meningkatkan kualitas hidup lansia. Sehingga peningkatan harapan hidup manusia yang
berdampak pada peningkatan kuantitas lansia akan diimbangi dengan peningkatan mutu
hidup, kesehatan, produktifitas dan kemandirian lansia

B. Saran
Bagi STW
Diharapkan perhatian khusus bagi kebutuhan lansia perlu ditingkatkan, pemberian nutrisi
yang sesuai dengan kebutuhan werdha juga perlu diperhatikan. Diharapkan juga STW
perlu meningkatkan kejelihan membaca situasi dan konflik intern antar werdha agar
supaya tidak terjadi masalah-masalah interen werdha yang tidak disadari oleh STW yang
mengakibatkan adanya kerusakan interaksi sosial antar werdha. Diharapkan STW juga
mampu meningkatkan motivasi semua werdha untuk dapat mengikuti semua kegiatan
STW sesuai dengan kemampuan werdha

Bagi Institusi
Diharapkan pembimbiangan dari institusi diberikan sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan. Pembimbingan sebelum supervisi perlu di tingkatkan

Bagi Mahasiswa
Kemampuan mahasiswa untuk memberikan asuhan keperawatan secara holistik yang
menyangkut masalah bio, psiko, sosio dan spiritual perlu ditingkatkan agar supaya
mahasiswa tidak hanya memandang werdha sebagai makhluk biologis saja yang hanya
memiliki masalah kesehatan bilogis dan mengesampingkan masalah lainnya.

Anda mungkin juga menyukai