Anda di halaman 1dari 3

XL: Berinvestasi dalam Komunitas Blogger

http://www.marketing.co.id/2010/01/13/xl-berinvestasi-dalam-komunit...

Ada sejuta blogger Indonesia di tahun ini. Era konsumen bicara pun tiba. Para pemilik
merek pun mulai menggandeng komunitas blogger dan netizen untuk kegiatan pemasaran
dan korporasi. Seberapa efektif?

Tak disangkal, perkembangan aktivitas ngeblog di Indonesia boleh dibilang spektakuler.


Setahun terakhir, jumlah blogger meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya menjadi 1
juta blogger. Jumlah pengguna internet di tanah air mencapai lebih 30 juta pengguna di tahun
2009. Sementara, Bahasa Indonesia berada di urutan ke tiga di dunia sebagai bahasa yang
paling banyak digunakan di WordPress.

Perhatian pemerintah pada blogger boleh dibilang cukup besar. Buktinya, pemerintah
menetapkan 27 Oktober sebagai Hari Blogger Nasional. Penetapan ini bertepatan dengan
Pesta Blogger pertama 27 Oktober 2007. Pesta Blogger merupakan ajang temu nasional para
blogger di Indonesia. Pada tahun ini, Pesta Blogger sudah dilakukan untuk ketiga kalinya.
Dukungan pada Pesta Blogger setiap tahunnya kian besar. Kedutaan Amerika Serikat untuk
Indonesia menjadi sponsor tetap ajang ini. Belum lagi dukungan dari para blogger luar
negeri. Tak ketinggalan para pebisnis pun mulai melirik komunitas berbasis web 2.0 ini.
Mereka mulai membangun relasi baik dengan para blogger maupun netizen untuk kegiatan
pemasaran maupun korporasi mereka.

Beberapa merek yang mulai menggandeng para blogger ini, antara lain operator seluler XL,
bir Guinness, dan Pertamina. Beragam kegiatan pun digelar dengan melibatkan komunitas
tersebut.

“Kita sudah memperhatikan komunitas ini semenjak dua tahun lalu. Ini adalah era
community base. Orang Indonesia suka berkumpul. Guyub dan saling bertukar informasi.
Internet telah menyediakan ruang baru bagi mereka,” kata Handono Warih, General Manager
Direct Sales PT Excelcomindo Pratama Tbk.

Sebagai perusahaan jasa, XL cukup peduli dengan perkembangan dunia digital ini.
Khususnya, jejaring sosial yang kian disesaki peminat. “Jejaring sosial sudah menjadi
kepedulian kami sejak awal. Termasuk sebelum Facebook, Twitter ngetren seperti sekarang
ini. Kita melihat tren pasar. Pada tahun 2007, blogger menjadi tren. Pada tahun 2008,
kegiatan blog tetap berkembang tapi lebih marak dilakukan dengan Facebook. Di Facebook,
orang masih bisa melakukan aktivitas blogging sekaligus men-sharing-kannya kepada yang
lain. Apalagi di Facebook, orang dengan mudah saling berkomentar,” katanya.

XL juga mendukung ajang Pesta Blogger. Dalam Pesta Blogger 2009, XL menggelar
program XL Blog Award. Ajang ini merupakan ruang penghargaan bagi para pengelola blog
yang menuangkan ide dan kreativitasnya. XL Blog Award ini menyajikan 10 kategori untuk
penilaian. Pemenang diumumkan dalam puncak acara Pesta Blogger pada 24 Oktober 2009 di
Jakarta. Blogger yang berpartisipasi dalam lomba wajib mencantumkan logo XL Blog Award
di tiap blognya. Pesertanya pun cukup banyak.
“Kita di blogger tidak sekadar sponsor. Tapi, juga bagaimana secara produk, XL juga
semakin diketahui oleh banyak orang. Kita pernah melombakan membuat cerita. Setiap
peserta harus mencantumkan logo XL di setiap aktivitas mereka dan di-posting di
Nyambungterus.com,” tambah Febriati Nadia, Head of Corporate Communication XL. XL
beberapa kali mendukung kegiatan komunitas blogger. Asal tahu saja, komunitas blogger
semakin bertumbuh. Seperti terlihat dalam Pesta Blogger lalu, hampir setiap kota di
Indonesia mempunyai komunitas sendiri. Misalnya, komunitas

Lumpia dari Semarang, Cah Andong dari Yogyakarta, Angin Mamiri dari Makassar, blogger
Bali, Bekasi, dan sebagainya. Termasuk beberapa blog dikelola secara keroyokan seperti
Kompasiana yang digawangi oleh Kompas.com, Politikana, Publikana, dan sebagainya.
“Intinya, XL sadar pada aktivitas teman-teman blogger. Banyak hal yang bisa kita petik. Dari
yang sifatnya improvement XL ke depan sampai media untuk mendengarkan suara pelanggan
kita. Sekarang, masyarakat tidak hanya mengandalkan satu saluran resmi dari korporat. Tapi,
juga melalui media sosial seperti ini,” katanya.

Handono mengamini bahwa era sekarang disebut sebagai era konsumen bicara. Fenomena
web 2.o ini telah mengubah pola relasi antara perusahaan dan konsumennya. Sekarang,
polanya dua arah. Bahkan, konsumen bisa menciptakan medianya sendiri untuk
menyampaikan opininya.

“Dengan blog, Facebook, Twitter, dan jejaring sosial lainnya, kita dengan cepat bisa
mengetahui keluhan-keluhan. Ini merupakan tantangan. Biasanya, kita dengan cepat pula
merespon dan mengarahkan keluhan itu untuk ditangani secara resmi,” imbuh Nadia.

Bagi XL, komplain pelanggan melalui media sosial bukanlah bencana. “Tips-nya, asalkan
kita transparan, cepat tanggap, segala komplain tadi bisa segera diatasi. Digital web 2.0
sebenarnya sangat bagus untuk pengembangan image perusahaan. Komplain di internet bagi
kami bukan masalah. Tapi, itu tantangan!” imbuh Nadira Febriati.

Dengan kesigapan dan transparansi, XL mampu mengubah blogger yang bisa menulis
keluhan menjadi agen baru. Setiap ada produk baru, dia yang untuk pertama kali me-review.
“Mereka yang akan membagikan informasi itu ke komunitas yang lain, mengingat dengan
mudah informasi ini dibagikan melalui media blog. Kita juga sering memberikan special
price kepada mereka,” imbuhnya.

XL juga senantiasa mendorong agar aktivitas blogging bisa mendatangkan sesuatu yang
bermanfaat, khususnya bagi blogger itu sendiri. “Ke depan, kita punya supporting dengan
Google dengan menggelar seminar UKM. Kita undang juga para blogger dan pengguna
internet. Kita akan edukasi terus bagaimana dengan internet mereka bisa menghasilkan dan
mendapatkan sesuatu. Kita ingin mereka menjadi blogpreneur,” katanya.

Sementara itu, Herman Sulina, Marketing Manager Guinness, melihat media digital sangat
efektif untuk berkomunikasi dengan target pasarnya, khususnya bagi generasi muda. “Saat
ini, yang paling efektif adalah para blogger. Bagi saya, para blogger ini adalah para market
influencer sejati. Beberapa blogger mempunyai follower sehingga informasi lebih luas tersiar.
Digital menjadi media,” kata Herman.

Dalam rangka peringatan ulang tahunnya ke-250, Guinness Indonesia mengadakan lomba
penulisan artikel dan foto untuk para blogger. Hadiahnya pun tak tanggung-tanggung. Empat
pemenang lomba penulisan artikel dan foto diundang untuk menghadiri perayaan Global
Guinness 250 tahun di Dublin, Irlandia. Para pemenang itu terpilih dari seratusan peserta
yang mendaftarkan blognya ke website www.guinness.com serta puluhan artikel media cetak
yang dikirim penulisnya ke Guinness Indonesia.

Promosi yang dilakukan para blogger, bagi Herman, itu cukup unik. Apa yang mereka
sampaikan tidak berbau komersial seperti halnya iklan. Mereka menyampaikan testimoni apa
adanya. “Berbeda kalau kita sendiri yang ngomong, orang tidak mudah percaya. Tapi, orang
lain di luar brand justru mempunyai kekuatan mempengaruhi yang besar. Sekarang,
konsumen lebih percaya antarkonsumen sendiri. Mereka melakukan testimoni. Sedangkan
kita propaganda brand,” imbuhnya.

Ada indikasi positif dengan pendekatan pada komunitas blogger ini. Tapi, kuncinya adalah
konsistensi. “Kita tidak bisa tanam hari ini dan panen esok hari. Tapi, ini investasi ke tahun-
tahun mendatang, asalkan kita konsisten melakukannya,” tandasnya. Pendekatan pada para
blogger tidak lepas dari salah satu strategi Guiness dalam mendekati pasar anak muda yang
belakangan ini tampaknya getol digarap. “Strategi ini kita pakai mengingat anak-anak muda
sekarang ini sangat kritis. Mereka tidak mudah percaya. Mereka lebih percaya kalau sudah
mengalami sendiri. Lalu menularkan informasi ke teman-temannya. Konvensional marketing
dengan menggunakan jargon-jargon sudah usang di sini,” katanya.

Sementara itu, pengamat komunikasi Silih Agung Wasesa, melihat tren menggandeng
komunitas blogger ini sebagai upaya positif. Baginya, blogger selain sebagai konsumen juga
sekaligus sebagai media. “Mereka mempunyai suara sendiri atas apa yang mereka alami dan
rasakan. Mereka bisa menjadi titik-titik efektif dalam penyebaran informasi,” katanya.

Silih juga melihat dengan basis web 2.o ini, konsumen lebih punya bargaining power. Soal
keluhan, bagi Silih, tidak usah dianggap sebagai ancaman bagi perusahaan. “Perusahaan
harus berani dan gesit merangkul mereka dan berupaya menyamakan persepsi antara
perusahaan dan para blogger. Salah satu kiat untuk menggandeng mereka adalah mengadakan
kegiatan yang memadukan antara kegiatan online dan offline, seperti kopi darat. Ini menjadi
momen yang sangat bagus,” katanya. (Majalah MARKETING/Sigit Kurniawan)

Anda mungkin juga menyukai