BAB I
PENDAHULUAN
Dalam proses pembelajaran banyak faktor yang harus diperhatikan demi terciptanya
pembelajaran yang bermutu. Demikian pula permasalahan yang muncul akan sangat kompleks
yang mau tidak mau harus dihadapi dan dicarikan solusinya sehingga tidak menjadi hambatan
yang berarti dalam menuju keberhasilan mencapai tujuan. Permasalahan yang harus dihadapi
dalam proses pembelajaran bukanlah hanya yang berkenaan dengan materi akademiknya saja,
tetapi juga hal-hal lain seperti salah satunya berkenaan dengan minat dan ketertarikan peserta
didik selama proses pembelajaran. Membangkitkan semangat, minat, dan menciptakan rasa
senang dalam proses pembelajaran bukanlah suatu hal yang mudah tetapi harus diupayakan
sedemikian rupa. Salah satu hal yang sangat penting dalam mengupayakan pembelajaran yang
bermutu dan menyenangkan adalah ketersediaan alat peraga pembelajaran. Masalah alat peraga
pembelajaran ini tidak dapat dianggap sepele karena dengan penggunaan alat peraga
pembelajaran yang tepat, praktis, dan menarik akan membuat para siswa menjadi senang belajar,
dan mudah menyerap materi pembelajaran yang diberikan. Bahkan dengan penggunaan alat
peraga tersebut akan dapat memenuhi harapan yang dikemukakan dalam pakem pembelajaran
yakni pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.
Di atas telah disinggung bahwa menciptakan pembelajaran yang menyenangkan peserta didik
bukanlah suatu hal yang mudah seperti membalikkan telapak tangan, tetapi memerlukan suatu
upaya yang sungguh-sungguh. Salah satu syarat yang harus diperhatikan adalah bahwa alat
peraga yang dipergunakan itu harus disesuaikan dengan sifat, dan karakteristik peserta didik,
serta harus dipertimbangkan dari segi kepraktisan dan dapat tidaknya alat peraga itu
menimbulkan rasa senang para siswa. Tanpa adanya alat pendukung yang tepat, praktis, dan
menarik dalam proses pembelajaran jangan diharap akan mencapai pembelajaran yang efektif
dan efisien. Mengingat pentingnya masalah alat atau sarana prasarana pembelajaran agar
pembelajaran lebih bermakna maka hal tersebut merupakan salah satu unsur yang tertuang
dalam Standar Nasioanl Pendidkan. Dalam Buletin BSNP Vol. I No. 2 Bulan Mei 2006
dikemukakan tentang Sarana Prasaran Pendidikan sebagai berikut :
Perubahan paradigma pembelajaran menuntut perubahan proses pembelajaran dan hal lain,
termasuk yang berkaitan dengan sarana dan prasaarana. Dalam hal ini, sarana dan prasarana
seyogyanya dirancang agar pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat terlaksana secara
maksimal dan optimal.
Dalam rangka melakukan upaya yang tepat sebagimana disebutkan di atas, penulis melakukan
Penelitian Tindakan Kelas yang didasarkan pada data-data yang terjadi sehari-hari di dalam
kelas. Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan diarahkan pada penggunaan alat pendukung
pembelajaran atau alat peraga pembelajaran yang dapat menarik perhatian dan minat siswa serta
dapat memberikan kesenangan bagi para siswa sehingga proses pembelajaran berjalan dengan
lancar tanpa menjadi beban bagi para siswa dan memudahkan guru dalam memberikan materi
pembelajaran. Pembelajaran yang tidak menggunakan alat peraga akan mengakibatkan
kejenuhan bagi para siswanya. Alat peraga pembelajaran yang dimaksud dalam Penelitian
Tindakan Kelas ini adalah alat permainan ”Karambol”. Alat permainan Karambol yang
dimodifikasi menjadi alat peraga pembelajaran dalam PTK ini digunakan dalam pembelajaran
membaca permulaan.
1. Identifikasi Masalah
Berbagai permasalahan yang cukup kompleks dihadapi oleh anak tunagrahita dalam proses
pembelajaran di dalam kelas, semua itu terkait dengan keterbatasan atau lemahnya intelektual
yang dimiliki oleh anak tunagrahita. Hal pokok dalam proses pembelajaran yang semestinya
diberikan dan dikuasai oleh para siswa secara umum adalah tentang kemampuan membaca,
menulis, dan berhitung di samping keterampilan-keterampilan lainnya.
Untuk menguasai bidang-bidang pembelajaran seperti tersebut di atas bukanlah suatu hal yang
mudah untuk dilakukan oleh seorang guru, tetapi menuntut adanya kesungguhan, kreativitas
yang tinggi, serta inovasi-inovasi yang relevan untuk mencapai suatu keberhasilan yang efektif
dan efisien. Berkaitan dengan keterbatasan yang dimiliki oleh anak tunagrahita maka untuk
mencapai suatu keberhasilan secara riil dalam proses pembelajaran diperlukan langkah-langkah,
metode, serta alat peraga yang sekiranya dapat memenuhi proses pembelajaran yang aktip,
kreatif, dan menyenangkan. Suatu hal yang sudah tentu dihadapi dalam pembelajaran anak
tunagrahia ringan, adalah bahwa para siswa tunagrahita itu akan cepat merasa bosan, tidak tahan
lama dalam belajar, cepat lupa, rendah motivasi belajarnya, dan sulit dalam menguasai materi
pembelajaran. Menghadapi permasalahan-permasalahan tersebut maka seorang guru dalam
pendidikan anak tunagrahita harus melakukan berbagai tindakan atau pembelajaran yang kreatif
dan memiliki kepekaan terhadap situasi yang ditemui, serta perlu mencari berbagai solusi agar
pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien, karena mau tidak mau bila
2. Perumusan Masalah
Mengingat banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran bagi anak tunagrahita
sebagaimana digambarkan di atas, penulis menggarisbawahi salah satu permasalahan yang
sangat penting untuk diatasi dan dilakukan tindakan penyelesaiannya, sehingga anak tunagrahita
terkurangi beban atau kesulitannya dalam proses pembelajaran. Permasalahan dimaksud adalah
tentang ”Lemahnya Minat Belajar Anak Tunagrahita”. Masalah minat dan rasa senang dalam
belajar ini merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan terutama bagi anak
tunagrahita sesuai dengan potensi yang dimilikinya, dengan keterbatasan-keterbatasan dan
kelemahan-kelemahan yang mereka miliki.
Oleh karena itulah, penulis merasa tergugah dan tertantang untuk mencari solusi guna
memperlancar proses pembelajaran, yakni dengan mencoba menggunakan alat peraga permainan
yang sederhana, murah, mudah, praktis, dan menarik, tetapi diharapkan efektif untuk
memperlancar pembelajaran bagi anak tunagrahita ringan.
Untuk lebih jelasnya rumusan masalah yang akan diteliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini
adalah sebagai berikut :
1. a. Apakah alat peraga karambol bermanfaat dalam meningkatkan kelancaran proses
pembelajaran bagi anak tunagrahita ?
2. b. Apakah penggunaan alat peraga karambol dalam proses belajar membaca bagi anak
tunagrahita ringan dapat menumbuhkan perhatian, minat dan rasa senang siswa dalam
proses pembelajaran ?
3. c. Bagaimanakah tingkat efektivitas penggunaan alat peraga karambol dalam belajar
membaca bagi anak tunagrahita ringan ?
1. Untuk mengetahui bermanfaat atau tidaknya penggunaan alat peraga karambol yang
sudah dimodifikasi untuk kelancaran proses pembelajaran membaca permulaan bagi anak
tunagrahita ringan.
2. Untuk mengetahui dapat atau tidaknya alat peraga karambol menumbuhkan perhatian,
minat dan rasa senang bagi anak tunagrahita ringan dalam belajar membaca permulaan.
3. Untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan alat peraga karambol yang sudah
4. Untuk mengetahui tingkat efektivitas penggunaan alat peraga karambol yang sudah
dimodifikasi dalam proses pembelajaran membaca permulaan bagi anak tunagrahita ringan.
D. Manfaat Penelitian
Secara umum penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kelancaran proses pembelajaran
dalam rangka mencapai efektivitas pembelajaran bagi anak tunagrahita ringan.
1. Meningkatkan perhatian, minat dan rasa senang siswa tunagrahita ringan dalam proses
pembelajaran.
4. Membuat siswa tunagrahita ringan tahan dalam belajar (mampu dan mau belajar dalam waktu
yang sudah ditentukan).
5. Memudahkan bagi guru dalam memfasilitasi para siswa tunagrahita ringan dalam
pembelajaran.
6. Mendorong guru-guru untuk lebih kreatif dalam mengelola pembelajaran bagi anak
tunagrahita.
7. Meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan fleksibilitas dalam mengelola pembelajaran bagi anak
tunagrahita.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anak tunagrahita adalah anak yang membutuhkan pelayanan pendidikan secara khusus, sebagai
akibat dari kelemahan atau kekurangan yang dimilikinya yakni intelektual yang rendah.
Intelegensi yang dimiliki oleh anak tunagrahita berada di bawah rata ( IQ nya di bawah 90).
Dijelaskan dalam buku Model Pembelajaran Pendidikan Khusus (2007) sebagai berikut : ”Anak
tunagrahita mengalami keterbatasan dalam berfikir abstrak sehiungga mereka membutuhkan
metode pembelajaran yang banyak menggunakan contoh, praktek dan berkorelasi dengan
kehidupannya sehari-hari”.
Dilihat dari berat ringannya atau tinggi rendahnya IQ yang mereka miliki, anak tunagrahita dapat
dijadikan beberapa kelompok. Secara garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok yaitu anak tunagrahita ringan, sedang, dan berat. Dalam buku Identifikasi dan
Evaluasi Anak Luar Biasa dijelaskan bahwa anak tunagrahita ringan memiliki kecerdasan (IQ)
antara 70 – 90, tunagrahita sedang 50 – 70, dan tunagrahita berat 50 ke bawah. Perkembangan
anak tunagrahita ringan baik dalam proses berpikir, ingatan, dan daya konsentrasinya rendah,
serta apabila menghadapi soal yang sulit cepat putus asa, sering tidak ada usaha untuk
memecahkan persoalan. Anak tunagrahita sedang gerakannya pun kurang lincah, bicaranya
terganggu atau tidak lancar, sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan, kurang mampu
mengadakan koordinasi, sehingga kadang-kadang gerakannya tidak terkontrol dan berlebihan.
Emosinya meledak-ledak , mudah marah kalau diganggu sedikit saja, keras kepala, tetapi mudah
putus asa, tidak mampu mengontrol terhadap perbuatannya, kurang mampu menilai yang baik
dan yang buruk, serta apa yang menyenangkan itulah yang diperbuatnya. Sedangkan anak
tunagrahita berat sudah tidak mampu mengikuti pendidikan yang sifatnya akademis, mereka
dibina yang sifatnya keterampilan merawat diri (Depdiknas, 1980 : 52-56). Sesuai dengan tingkat
kemapuan yang mereka miliki berbeda-beda maka dari tiap kelompok ini tentunya memerlukan
pelayanan pendidikan yang relatif berbeda-beda pula.
Dengan demikian secara umum karakteristik anak tunagrahita adalah sebagai berikut : IQ di
bawah rata-rata, keterbatasan dalam berfikir, daya ingatnya lemah, kurang dapat berkonsentrasi,
tidakdapat bertahan lama dalam belajar, mudah bosan, rasa ingin tahunya rendah, kemampuan
motoriknya kurang, dan sebagainya. Selain ciri-ciri itu, sebagaimana dikemukakan oleh
Nurkhaidah (2008) dalam buletin PLB Webs untuk keperluan mengenali anak tunagrahita dapat
dilihat dari : wajah, mata, leher, mulut, tangan, kaki, tonus, dan sebagainya yang mempunyai
kekhasan.
”Proses pembelajaran pada intinya adalah pemberian layanan kepada setiap individu siswa agar
mereka berkembang secara maksimal sesuai dengan potensi yang mereka miliki” (Depdiknas,
2002). Menelaah pengertian proses pembelajaran yang dikemukakan tersebut telah sejalan
dengan paradigma baru dalam proses pembelajaran, yakni harus berpusat pada siswa. Dengan
demikian segala tindakan yang dilakukan dan berbagai kriteria yang ditentukan merupakan hasil
pertimbangan terhadap siswa yang dilayani. Oleh karena itu, ”guru harus mengenal murid yang
sedang mereka ajar. Selain itu, guru harus mengetahui bagaimana mengajar secara menarik”
(Yogi Anggraena : 2008 ).
Sesuai dengan karakteristik anak tunagrahita sebagaimana telah dibahas di atas maka dalam
proses pembelajarannya pun harus disesuaikan dengan keberadaan anak tunagrahita. Yang
dimaksud dengan karakteristik di sini adalah sebagai aspek atau kualitas masing-masing siswa.
Aspek tersebut dapat berupa bakat, motivasi, prilaku, kebiasaan, kemampuan, status sosial, dan
sebagainya (Depdiknas : 2007). Dengan demikian proses pembelajaran bagi anak tunagrahita
harus dikemas sedemikian rupa sehingga siswa yang memiliki kecerdasan rendah, motivasi
belajar rendah, dan prilaku yang kekanak-kanakan walaupun usianya sudah dewasa dapat
terdorong dan tetap mau mengikuti pembelajaran dengan perasaan senang. Salah satu upaya
yang dapat dilakukan adalah pembelajaran dengan teknik permainan yang sekiranya disenangi
anak, mudah dan bersifat tantangan yang tarafnya sederhana sesuai dengan potensi anak
tunagrahita. Untuk kepentingan ini penulis membuat dan mencobakan sebuah alat peraga yang
dimodifikasi dari alat permainan karambol. Dengan alat permainan yang sudah sangat
memasyarakat dan tidak asing bagi semua orang, tentu anak-anak tunagrahita akan tertarik untuk
bermain karambol yang sebenarnya sebagai media dalam proses pembelajaran. Siswa tunagrahita
dengan tidak menyadari sedang belajar, mereka akan asyik dan merasa senang mengikuti
pembelajaran membaca permulaan misalnya, sehingga dengan perasaan yang senang itu mereka
akan bertahan sampai lama mengikuti pembelajaran.
Alat peraga dalam proses pembelajaran merupakan unsur yang sangat penting, terlebih dalam
pembelajaran bagi anak tunagrahita. Sangat jelas, inti dari penggunaan alat peraga adalah untuk
meningkatkan mutu pendidikan menuju ke arah yang lebih baik. Tentang peran alat peraga
dikemukakan oleh Sinta Ari Dewi (05-09-2007, Tersedia : http//Google.sintadewi) sebagai
berikut : ”Pada ujungnya, peran alat peraga dalam revitalisasi pembelajaran akan mendukung
pencapaian standar nasional pendidikan.” Dengan demikian mengingat pentingnya alat peraga
dalam proses pembelajaran maka unsur alat peraga ini dimasukkan ke dalam salah satu butir
yang ditentukan dalam PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, diantaranya
pada pasal 42 ayat 1 dinyatakan bahwa :
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan,
media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.” (Standar
Nasional Pendidikan, 2006 : 196).
Mengenai pentingnya alat peraga dikemukakan oleh Nana Sudjana (2002 : 43) sebagai beriklut :
”Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan
proses belajar mengajar yang efektif.” Lebih lanjut Nana Sudjana (2002 : 99-100)
mengemukakan tentang fungsi alat peraga dalam proses pembelajaran sebagai berikut :
1. a. Penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran bukan merupakan fungsi
tambahan, tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan
pembelajaran yang efektif.
2. b. Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan proses
pembelajaran.
3. c. Alat peraga dalam pembelajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi
pembelajaran.
4. d. Alat peraga dalam proses pembelajaran bukan sebagai pelengkap.
5. e. Alat peraga dalam pembelajaran utamanya untuk mempercepat dan membantu
Alat peraga dalam proses pembelajaran, bagi anak tunagrahita perlu digarisbawahi selain
berfungsi sesuai dengan uraian-uraian di atas akan lebih penting peranannya dalam upaya
menarik minat dan menumbuhkan rasa senang untuk mau belajar. Tanpa ada ketertarikan dan
rasa senang dalam proses pembelajaran, tentu siswa tunagrahita akan merasa malas, bersikap
apatis, atau berontak, bahkan bisa jadi mogok belajar. Mogok belajar kedengarannya aneh kalau
di sekolah umum, namun dalam Pendidikan Luar Biasa hal itu suatu peristiwa yang sering terjadi
apabila siswa merasa tidak senang atau merasa sulit mengikuti pelajaran. Oleh karena itulah
upaya-upaya untuk menarik perhatian siswa dan mengusahakan adanya rasa senang mutlak harus
dilakukan oleh seorang guru. Dalam buku Model Pembelajaran Pendidikan Khusus (2007 : 6)
dijelaskan bahwa dalam pembelajaran bagi anak tunagrahita harus memperhatikan daya tarik.
Yakni daya tarik pembelajaran yang dapat diukur dengan mengamati adanya kecenderungan
peserta didik untuk tetap dapat terus belajar. Tentang pentingnya kondisi yang menyenangkan
dalam proses pembelajaran dikemukakan dalam buku KBK(Depdiknas, 2002 : 32) sbb :
Siswa akan belajar dan terus belajar jika kondisi pembelajaran dibuat menyenangkan, nyaman,
dan jauh dari prilaku yang menyakitkan perasaan. Belajar hendaknya melibatkan perasaan, dan
suasana belajar yang menyenangkan. Perasaan senang biasanya akan muncul bila belajar
diwujudkan dalam bentuk permainan khususnya pada pendidikan usia dini.
Singkat kata dalam pembelajaran harus memperhatikan PAKEM yakni dapat menciptakan
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Demi mempertahankan kelancaran dan kelangsungan proses pembelajaran bagi anak tunagrahita
jelas seorang guru tidak ada alasan untuk tidak menggunakan alat peraga, dan guru dituntut
untuk kreatif dapat menciptakan sendiri alat peraga yang diperlukan. Sesuai dengan
permasalahan ini dapat dilihat pendapat yang disampaikan oleh Baedhowi (06-11-2008, Klub
Guru : Tersedia, info@klubguru.com) sebagai berikut :
Sesuai dengan pendapat di atas tentang pentingnya alat peraga dikemukakan oleh ahli lain
sebagai berikut :
Proses belajar mengajar akan berjalan lancar kalau ditunjang oleh sarana yang lengkap. … Oleh
karena masalah fasilitas merupakan masalah yang esensial dalam pendidikan, maka dalam
pembaharuan pendidikan kita harus serempak pula memperbaharui mulai dari gedung sekolah
sampai kepada masalah yang paling dominan, yaitu alat peraga (Cece Wijaya, 1992 : 24).
Dengan menelaah berbagai pendapat ahli pada uraian-uraian di atas tidak disangsikan lagi
bahwa penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat
penting guna mencapai suatu tujuan dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Namun
demikian sebelum menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran, guru harus
mempertimbangkan dan dapat memilih alat peraga yang akan digunakan agar betul-betul relevan
dengan materi pembelajaran yang disampaikan. Dikemukakan dalam buku Kurikulum Berbasis
Kompetensi (Depdiknas, 2002 : 27) sebagai berikut :
Salah satu asas belajar mengatakan bahwa makin banyak media pembelajaran dimanfaatkan
secara tepat dalam proses belajar mengajar, makin besar daya serap siswa terhadap materi yang
dipelajarinya. Memanfaatkan media secara terpat artinya dapat memilih alat yang cocok dengan
materi yang dibahas dan mendemonstrasikan alat tersebut pada saat yang tepat sehingga dapat
berfungsi memperjelas informasi dan konsep yang sedang dibicarakan.
Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukakan sebelum menggunakan alat peraga diantaranya
sebagai berikut :
1. a. Alat peraga harus dapat menarik perhatian dan minat siswa.
2. b. Alat peraga dapat memberikan dasar-dasar untuk memahami sesuatu hal secara
konkrit yaitu menghindari verbalisme.
3. c. Alat peraga harus dapat merangsang tumbuhnya pengertian dan untuk
pengembangan nilai-nilai.
4. d. Alat peraga harus berguna dan multifungsi.
5. e. Alat peraga sederhana mudah digunakan dan dirawat.
Karambol merupakan salah satu jenis permainan yang alatnya terdiri dari sebuah meja berbentuk
persegi, dengan ukuran meja berpariasi, meja yang sedang sisi-sisinya berukuran 70 centi
meter. Di setiap sudut meja terdapat 4 buah lubang berbentuk lingkaran dengan ukuran
berdiameter 5 centi meter yang fungsinya sebagai tempat masuknya biji karambol. Di bawah
lubang itu ada kotak tempat menampung biji karambol yang masuk. Biji karambol terbuat dari
plastik pipih berbentuk lingkaran berdiameter 4 centi meter dengan tebal 0,5 centi meter, dengan
jumlah 20 biji ditambah 1 biji sebagai raja dan 1 biji sebagai peluru/pemukul.
Cara bermain karambol yaitu membidik biji-biji karambol dengan biji yang berperan sebagai
peluru (kokojo). Kokojo dihentakkan (ditembakkan) dengan menggunakan telunjuk diarahkan
pada biji-biji karambol agar masuk ke dalam lubang yang ada pada sudut meja karambol.
Untuk kepentingan pembelajaran alat permainan karambol ini dimodifikasi dengan cara
menempel huruf-huruf, suku kata, atau kata sesuai dengan materi pembelajaran membaca yang
akan disampaikan. Tempelan-tempelan itu dibuat sedemikian rupa agar menarik yakni dengan
memberi warna yang beraneka-macam baik pada huruf maupun pada latarnya. Biji karambol
kokojo berbeda dengan biji karambol lainnya yakni tidak ditempeli dengan huruf. Jumlah biji
karambol yang dipakai dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Biji karambol yang digunakan
cukup 2 jenis saja yaitu biji karambol pemukul (kokojo) dan biji karambol yang biasa, yakni
untuk menempel materi pembelajaran membaca. Jumlah yang bermain idealnya 1 – 4 orang
tetapi bila terpaksa lebih dari 4 orang pun bisa dilakukan. Cara bermainnya disederhanakan
yakni yang penting dapat membidikkan biji karambol kokojo agar mengenai biji karambol dan
kalau dapat sampai masuk ke dalam lubang. Aturan bermainnya bergantian, yakni bila gagal
memasukan biji karambol ke dalam lubang maka yang bagian main diganti dengan yang lain,
begitu seterusnya secara berputar.
Proses pembelajaran membaca masuk ketika siswa telah berhasil membidik biji karambol atau
memasukkan biji karambol ke dalam lubang, yakni dengan cara menanyakan huruf atau bacaan
apa yang ada pada biji karambol yang terkena ditembak atau dimasukkan. Setelah siswa selesai
membacanya, permainan baru dilanjutkan kembali. Dengan cara ini siswa akan berusaha sebaik
mungkin untuk dapat membaca karena siswa ingin melanjutkan permainannya lagi.
Sebagai variasi untuk lebih menarik perhatian dan minat siswa maka siswa yang dapat
memasukkan biji karambol paling banyak dinyatakan sebagai pemenangnya dan dapat diberi
hadiah. Bila biji karambol sudah masuk semua ke dalam lubang, permainan diulang dari awal
lagi. Dalam prosesnya, guru sebagai fasilitator dan pembimbing harus dapat mendorong dengan
berbagai cara agar siswa semangat dalam bermain dan tetap pada jalur pembelajaran yang ingin
mencapai tujuan.
Sesuai dengan sifat dan aturan dalam permainan karambol yang telah dimodifikasi menjadi alat
peraga pembelajaran membaca, dapat dinyatakan bahwa alat peraga ini mudah dimainkan,
mampu memberikan tantangan, menarik, menyenangkan, tidak membosankan, dan dapat
dijadikan media untuk belajar membaca permulaan secara efektif dan efisien.
Untuk lebih jelasnya mengenai alat peraga karambol ini dapat dilihat dalam gambar di bawah
ini :
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif
mempunyai arti bahwa penelitian yang dimaksud berusaha mengungkapkan jawaban atas
permasalahan yang terjadi pada saat ini. Adapun prosedur yang ditempuh dalam penelitian
tindakan kelas ini penulis menentukan tahapan-tahapan sebagai berikut :
pembelajaran secara aktip dengan perasaan senang dan mudah memahami materi pembelajaran,
sehingga proses pembelajaran tampak menjadi lebih efektif.
8. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dua siklus dengan maksud untuk melihat
ketetapan data hasil yang diperoleh dari pengamatan.
B. Objek Penelitian
pembelajaran yang ditimbulkan oleh penggunaan alat permainan karambol yang dimodifikasi
menjadi alat peraga untuk belajar membaca permulaan. Proses pemebelajaran Penelitian
Tindakan Kelas ini diikuti oleh 4 orang siswa tunagrahita ringan kelas 1 SDLB Muhammadiyah
Banjarsari Kabupaten Ciamis. Lengkapnya data-data siswa yang mengikuti pembelajaran dalam
PTK dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
TABEL 1
Gambaran tentang tempat pelaksaan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dilihat dalam tabel
sebagai berikut :
TABEL 2
JUMLAH JUMLAH
NAMA SEKOLAH ALAMAT NSS/IJIN OP
GURU MURID
SLB-ABC Jl. Kubangpari RT 802021407001/4219/sk2583 7 orang 35 orang
Muhammadiyah 26/06 Dsn. -Disdik/02 Tgl. 16-05-2002
Mekarsari, Ds.
Cibadak, Kec.
Banjarsari, Kab.
Ciamis – Kode Pos
46383
F. Pelaksanaan Penelitian
Untuk mempermudah pelaksanaan tindakan penelitian disusun skenario pembelajaran dan dalam
pelaksanaan pembelajaran sekaligus melakukan pengamatan untuk pengumpulan data sesuai
dengan lembar observasi/pengamatan yang telah dipersiapkan.
Skenario Pembelajaran
a. Awal :
b. Inti :
2) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang aturan permainan karambol, dan
melakukannya secara bergiliran.
3) Dalam permainan, siswa menembak biji-biji karambol dengan biji karambol
penembak (kokojo) dengan cara dijentikkan oleh jari telunjuk agar masuk ke dalam kotak
melalui lubang-lubang yang ada pada sudut-sudut meja karambol.
4) Biji karambol yang kena ditembak atau yang masuk ke dalam kotak harus dilihat dan
membaca huruf, suku kata, atau kata yang ada pada biji karambol tersebut.
5) Siswa yang paling banyak memasukkan biji karambol menjadi pemenang dan diberi hadiah
agar lebih semangat lagi dalam bermain/belajarnya.
c. Akhir :
Siswa membereskan biji-biji karambol dan secara bergantian membaca huruf, suku kata, dan
kata yang ada pada biji karambol. Hal ini dilakukan sebagai evaluasi untuk mengetahui taraf
serap siswa terhadap materi pembelajaran secara keseluruhan.
Setelah data-data hasil penelitian terkumpul kemudian dilakukan analisis atau pengolahan data
dengan langkah-langkah sebagaimana prosedur yang dikemukakan oleh Nasution (1988) sebagai
berikut :
1. Reduksi data dengan melakukan pengecekan kembali seluruh catatan yang
1. Display data yaitu merangkum hal-hal pokok dari kegiatan reduksi data. Rangkuman
tersebut kemudian disusun secara sistematis sehingga diperoleh informasi yang jelas
mengenai hasil penelitian.
2. Verifikasi yaitu pemantapan kesimpulan yang diperoleh dari display dan reduksi data
yang dilakukan, sehingga diperoleh kesimpulan data yang valid dan mendasar.
Singkatnya, analisis data setelah data-data terkumpul adalah mereduksi data dengan mencatat,
menggolongkan, dan mengklasifikasi hal-hal yang relevan dengan fokus penelitian serta
menghubungkan data antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga data diperoleh secara jelas
menjadi satu kesatuan yang utuh. Data tersebut dianalisis secara mendalam, sehingga
berdasarkan data tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan.
TABEL 3
WAKTU
NO. NAMA KEGIATAN NOPEMBER 2008
I II III IV
Persiapan Penelitian
1. a. Studi Kepustakaan
b. Penyusunan Design Penelitian
Pelaksanaan Penelitian/Pengumpulan
2.
Data
3. Pengolahan Data
4. Penyusunan Laboran Penelitian
BAB IV
A. Hasil Penelitian
1. Gamabaran Setting
Pada umumnya pembelajaran yang dilakukan di sekolah-sekolah dilaksanakan apa adanya dan
secara tradisional. Hal ini terlihat di sebagian besar sekolah masih sangat minim dengan alat
peraga pendidikan, seperti dikeluhkan oleh Ina Nursanti (03-03-2008, Tersedia :
http//google.alatperaga) seorang guru mata pelajaran Biologi SMP Brau Gunungsari, Kota Batu
sebagai berikut : “Pembelajaran yang sesuai dengan kuríkulum tetap diberikan secara maksimal.
Hanya saja, media pembelajaran yang dimiliki sekolah masih belum lengkap.” Keadaan ini juga
mencerminkan belum tumbuhnya kreativitas yang tinggi dari para guru untuk dapat dan mau
membuat alat peraga sendiri. Sebagai akibat dari minimnya alat peraga yang digunakan dalam
proses pembelajaran, maka dampaknya terhadap siswa yang sedang belajar kurang semangat,
cepat jenuh, dan pada akhirnya rendahnya taraf serap siswa yang rendah terhadap materi
pembelajaran. Gambaran seperti tersebut di atas tidak terkecuali di SLB ABC Muhammadiyah
Banjarsari Kabupaten Ciamis, yang minim dengan alat peraga yang dimiliki sekolah. Berangkat
dari itulah penulis tergugah untuk berupaya mengatasi permasalahan yang timbul dalam proses
pembelajaran yang dilakukan seadanya.
Upaya yang dilakukan oleh penulis yakni membuat alat peraga dengan memodifikasi alat
permainan karambol menjadi alat peraga dalam belajar membaca permulaan. Alat peraga ini
dimaksudkan untuk mendorong perbaikan dalam hal-hal sebagai berikut :
Upaya tersebut di atas dilakukan mengingat kondisi anak tunagrahita dalam hal ini para siswa
yang ada di SLB ABC Muhammadiyah Banjarsari, khususnya siswa kelas 1 yang terdiri dari 4
orang dengan kelainan tunagrahita ringan akan mengalami kelambanan dalam belajar membaca
permulaan apabila tidak dilayani secara optimal dalam proses pembelajarannya.
Untuk mengetahui keadaan permasalahan yang diteliti yaitu tentang kebermanfaatan alat peraga
karambol untuk menunjang kelancaran proses pembelajaran, tumbuhnya minat dan perasaan
senang dari para siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, dan tingkat efektivitas alat peraga
karambol untuk berlajar membaca permulaan bagi siswa tunagrahita ringan, dilakukan dengan
pengukuran menggunakan lembar observasi/pengamatan yang diisi saat proses pembelajaran
berlangsung sebagai refleksi dari sikap belajar siswa. Setiap pernyataan masing-masing disertai
dengan lima kemungkinan jawaban untuk dipilih yang dipandang paling sesuai dengan
keberadaan siswa saat mengikuti pembelajaran.
Tiap-tiap siswa memiliki data dari hasil proses pembelajaran yang diikutinya yang berhubungan
dengan pokok permasalahan yang diteliti. Data hasil yang diperoleh tiap siswa tentunya relatif
berbeda sesuai dengan karakteristik individunya masing-masing yang terealisasi dalam
keaktifannya sewaktu mengikuti proses pembelajaran.
Lebih jelasnya mengenai operasional topik Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dilihat dalam
tabel sebagai berikut :
TABEL 4
DIMENSI INDIKATOR
Penggunaan alat peraga 1. Tingkat peran aktip siswa dalam pembelajaran.
mendorong kelancaran 2. Konsentrasi siswa dalam pembelajaran.
proses pembelajaran 3. Ketahanan siswa dalam mengikuti pembelajaran
sesuai dengan waktu yang ditentukan.
4. Kemudahan siswa diarahkan ke dalam situasi
pembelajaran.
5. Kelancaran penyampaian materi pembelajaran.
a. Siklus ke-1
Secara umum gambaran yang ada pada siklus pertama jalannya proses pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga karambol adalah sebagai berikut :
3) Ketahanan siswa dalam mengikuti pembelajaran sangat baik yakni mampu mengikuti
pembelajaran sesuai dengan waktu yang ditentukan.
4) Tingkat kemudahan siswa untuk diarahkan ke dalam situasi pembelajaran, baik.
6) Rasa senang siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, sangat baik.
8) Ketekunan siswa dalam mengikuti pembelajaran, baik (siswa tidak bermalas-malasan).
12) Ketidakbosanan siswa secara berulang-ulang mempelajari materi pembelajaran, sangat baik.
13) Semangat siswa dalam berupaya memahami materi pembelajaran, sangat baik.
16) Terlihat adanya sportivitas yang baik dari para siswa dalam mengikuti permainan
(pembelajaran dengan alat peraga karambol).
17) Timbul adanya komunikasi dan sosialisasi yang sangat baik, dari para siswa.
b. Siklus ke-2
Untuk melihat keandalan tentang peranan penggunaan alat peraga karambol dalam proses
pembelajaran, maka dilakukan pengamatan dalam pembelajaran siklus ke-2. Proses yang
dilakukan dalam siklus ke-2 ini sama dengan proses pembelajaran pada siklus pertama hanya
materi pembelajarannya yang berbeda. Sehingga langkah-langkah skenario pembelajaran dan
lembar pengamatannya siklus pertama dan kedua sama. Hasil yang diperoleh dalam siklus ke-2
ternyata relatif sama dengan hasil pengamatan pada pembelajaran siklus ke-1 (dapat dilihat
dalam lampiran lembar hasil pengamatan siswa pada siklus ke-2.
4. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap empat orang siswa dalam proses
pembelajaran yang menggunakan alat peraga karambol adalah sebagai berikut :
TABEL 5
SKOR HASIL
NAMA SISWA DIMENSI PENGAMATAN PENGAMATAN
SB B CB KB TB
Penggunaan alat peraga mendorong
3 2
kelancaran proses pembelajaran
Penggunaan alat peraga menarik
Dela Deliana Lubis minat siswa untuk mengikuti 3 2
pembelajaran dengan rasa senang.
Efektivitas pembelajaran dengan
2 3
menggunakan alat peraga.
Penggunaan alat peraga mendorong
4 1
kelancaran proses pembelajaran
Penggunaan alat peraga menarik
Erni minat siswa untuk mengikuti 5
pembelajaran dengan rasa senang.
Efektivitas pembelajaran dengan
3 2
menggunakan alat peraga.
Penggunaan alat peraga mendorong
5
kelancaran proses pembelajaran
Penggunaan alat peraga menarik
Maryudi Budi
minat siswa untuk mengikuti 3 2
Santoso
pembelajaran dengan rasa senang.
Efektivitas pembelajaran dengan
3 2
menggunakan alat peraga.
Nurul Nuraeni Penggunaan alat peraga mendorong 4 1
kelancaran proses pembelajaran
Penggunaan alat peraga menarik
minat siswa untuk mengikuti 5
pembelajaran dengan rasa senang.
Efektivitas pembelajaran dengan
4 1
menggunakan alat peraga.
JUMLAH 44 16
Keterangan : Tiap dimensi pengamatan terdiri dari lima item poin pengamatan.
Bagi Dela Deliana Lubis, dalam tabel di atas menggambarkan hasil pengamatan bahwa ternyata
alat peraga karambol sangat baik ( skor 60 % ) untuk medorong kelancaran proses pembelajaran
membaca permulaan. Penggunaan alat peraga sangat baik ( 60% ) menarik minat dan rasa
senang bagi Dela dalam mengikuti pembelajaran. Dengan menggunakan alat peraga karambol
efektivitas pembelajaran yang diikuti Dela berkualitas sangat baik ( 60 % ).
Bagi Erni, dalam tabel di atas menggambarkan hasil pengamatan bahwa ternyata alat peraga
karambol sangat baik ( skor 80 % ) untuk medorong kelancaran proses pembelajaran membaca
permulaan. Penggunaan alat peraga sangat baik ( 100% ) menarik minat dan rasa senang bagi
Erni dalam mengikuti pembelajaran. Dengan menggunakan alat peraga karambol efektivitas
pembelajaran bagi Erni berkualitas baik ( 60 % ).
Bagi Maryudi Budi Santoso, dalam tabel di atas menggambarkan hasil pengamatan bahwa
ternyata alat peraga karambol sangat baik ( skor 100 % ) untuk medorong kelancaran proses
pembelajaran membaca permulaan. Penggunaan alat peraga sangat baik ( 60% ) menarik minat
dan rasa senang Maryudi dalam mengikuti pembelajaran. Dengan menggunakan alat peraga
karambol efektivitas pembelajaran yang dikikuti berkualitas sangat baik ( 60 % ).
Dalam tabel di atas menggambarkan hasil pengamatan terhadap Nurul Nuraeni ternyata alat
peraga karambol sangat baik ( skor 80 % ) untuk medorong kelancaran proses pembelajaran
membaca permulaan. Penggunaan alat peraga sangat baik ( 100% ) menarik minat dan rasa
senang bagi Nurul dalam mengikuti pembelajaran. Dengan menggunakan alat peraga karambol
efektivitas pembelajaran yang dikikuti berkualitas baik ( 80 % ).
Gambaran tiap dimensi pengamatan dari seluruh siswa diperoleh hasil sebagai berikut :
TABEL 6
Tabel di atas artinya alat peraga karambol sangat baik ( 80 % ) digunakan untuk mendorong
kelancaran proses pembelajaran membaca permulaan. Penggunaan alat peraga karambol sangat
baik ( 80 % ) untuk menarik minat dan rasa senang siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Dengan menggunakan alat peraga efektivitas pembelajaran sangat baik ( 60 ). Dan selebihnya
dari hasil pengamatan sebagaimana terlihat dalam tabel di atas, menyatakan bahwa penggunaan
alat peraga karambol dalam proses pembelajaran membaca permulaan berperan baik.
B. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga karambol mendorong kelancaran
berlangsungnya proses pembelajaran yang dilakukan oleh penulis dalam menyampaikan materi
pelajaran membaca permulaan kepada siswa tunagrahita ringan kelas dasar satu.
Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memandang bahwa
penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran sangat penting. Selain itu, alat peraga yang
digunakan dapat dibuat sendiri dengan pertimbangan bahwa alat peraga tersebut memiliki nilai
praktis, disesuaikan dengan materi pembelajaran, dan dapat mendorong kelancaran proses
pembelajaran
2. Penggunaan alat peraga karambol menarik perhaatian dan minat siswa dalam proses
pembelajaran
Untuk menjaga kelangsungan proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,
harus diupayakan oleh guru dengan berbagai cara diantaranya berusaha menarik minat dan
perhatian siswa. Upaya untuk menarik minat dan perhatian siswa dalam proses pembelajaran
dapat dilakukan dengan penggunaan alat peraga. Hal ini dicobakan oleh penulis dalam
pembelajaran menyampaikan materi pelajaran membaca permulaan bagi anak tunagrahita ringan,
dan ternyata proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga karambol dapat menarik
perhatian dan minat para siswa. Dengan alat permainan karambol, para siswa bertahan dan mau
bermain dan belajar dengan suasana kegembiraan, penuh semangat, dan konsentrasi yang baik.
Suasana kegembiraan dalam proses pembelajaran merupakan suatu kondisi yang sangat
diperlukan dalam proses pembelajaran untuk menciptakan kenyamanan bagi para siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Dengan demikian jelas bahwa alat peraga merupakan satu unsur yang
tidak bisa dilupakan dalam proses pembelajaran dalam rangka menarik perhatian dan minat
siswa. Mengenai hal ini dikemukakan dalam Tabloid PLB Webs (2008 : 9) diantaranya sebagai
berikut : ”Manfaat penggunaan media : Memperbesar perhatian peserta didik terhadap materi
pengajaran. … Menumbuhkembangkan motivasi belajar peserta didik.”
Pendapat lain tentang perlunya pembelajaran yang menyenangkan dikemukakan oleh Deden S.
Hidayat dalam Tabloid PLB Webs (2008 : 9) sebagai berikut : ”Pengelolaan proses belajar
mengajar menjadi sangat penting bagi pengembangan kompetensi didik terutama yang berpusat
pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik. … Oleh karena itu,
pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan adalah solusinya.” Untuk kepentingan
penciptaan proses pembelajaran yang sesuai dengan PAKEM tersebut, dari hasil pengamatan
yang dilakukan oleh penulis dalam PTK ternyata dengan penggunaan alat peraga permainan
karambol dalam pembelajaran membaca permulaan bagi siswa tunagrahita ringan merupakan
salah satu upaya yang dapat dikembangkan.
Salah satu fokus dalam penelitian yang dilakukan penulis adalah mengenai efektivitas
pembelajaran, dalam poin ini ditelaah tentang ketekunan siswa dalam mempelajari materi,
semangatnya, kemudahan siswa dalam mempelajari materi dan pada akhirnya tentang
pemahaman atau daya serap siswa terhadap materi pembelajaran. Hasil yang diperoleh ternyata
dengan penggunaan alat peraga karambol dalam proses pembelajaran yang dilakukan sangat baik
untuk mendukung efektivitas pembelajaran. Dengan demikian penulis memperoleh kejelasan
bahwa dalam pembelajaran sangat memerlukan alat peraga sebagai pendukung keberhasilan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Perlu diingat bahwa alat peraga yang dipergunakan tidak perlu yang mahal, atau selalu membeli
dari toko, tetapi dapat berupa alat yang dibuat oleh guru, sebagaimana dikemukakan oleh Deden
S. Hidayat dalam Tabloid PLB Webs (2008 : 9) sebagai berikut : ”Media pembelajaran tidak
mesti harus mahal, tetapi yang paling penting media pembelajaran tersebut efektif dan efisien
guna mendukung proses pembelajaran.” Lebih lanjut dikemukakan oleh Deden S. Hidayat
bahwa dalam menggunakan alat peraga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : ”1)
Tujuan pembelajaran, 2) materi pembelajaran, 3) metode pembelajaran, 4) penilaian
pembelajaran, 5) kemampuan guru itu sendiri, dan 6) kemampuan peserta didik dan sebagainya.”
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
3. Dengan menggunakan alat peraga karambol pembelajaran menjadi lebih efektif. Hal ini
tercermin oleh adanya kemauan siswa yang sangat tinggi, siswa tidak cepat bosan, serta
berupaya untuk memahami materi pembelajaran. Selain itu, juga dengan penggunaan alat peraga
karambol memudahkan siswa dalam mepelajari materi pembelajaran, yang pada akhirnya taraf
serap siswa terhadap materi pembelajaran menjadi sangat baik.
B. Saran-saran
Sesuai dengan kesimpulan-kesimpulan dan hasil penelitian yang telah dilakukan di bawah ini
disampaikan saran-saran sebagai berikut :
1. Untuk kelancaran proses pembelajaran guru hendaknya selalu menggunakan alat peraga
dalam melaksanakan pembelajaran. Apabila di sekolah tidak tersedia alat peraga yang sesuai
dengan keperluan, guru secara kreatif hendaknya dapat membuat alat peraga sendiri.
2. Apabila akan menggunakan alat peraga terlebih dahulu harus mempertimbangkan berbagai hal
yakni dari segi kemanfaatan, kepraktisan, kesesuaian dengan materi dan tujuan pembelajaran,
kondisi dan potensi siswa, serta harus dapat menarik perhatian dan minat siswa.
3. Alat peraga sebagai salah satu unsur pembelajaran hendaknya selalu digunakan dalam upaya
menciptakan PAKEM yaitu pembelajaran yang aktip, kreatif, efektif, dan menyenangkan,
sehingga pada akhirnya prestasi belajar siswa akan meningkat ke arah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aprianto, Dede Awan. 2008. Pentingnya Alat Peraga Dalam Mengajar IPA. Tersedia :
http//dedeawan.com. [31 Maret 2008]
Dewi, Sinta Ari. 2007. Peran Alat Peraga. Tersedia : Google: http//www.artikel_pendidikan.
[ 05 September 2007 ]
Sudjana, Nana. 2002. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo
Web’s. 2007. Tabloid Pendidikan Luar Biasa Edisi 1 Tahun ke-1 Maret 2007. Bandung : Sub
Dinas PLB Provinsi Jawa Barat
Web’s. 2008. Tabloid Pendidikan Luar Biasa Edisi 5 Tahun ke-2 Mei 2008. Bandung : Sub
Dinas PLB Provinsi Jawa Barat
Web’s. 2008. Tabloid Pendidikan Luar Biasa Edisi 7 Tahun ke-2 Juli 2008. Bandung : Sub
Dinas PLB Provinsi Jawa Barat
Wijaya, Cece, Cs.. 1992. Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung :
Remaja Rodakarya
_________. 2006. Undang-undang Guru dan Dosen, Sisdiknas, dan Standar Nasional
Pendidikan. Bandung : Citra Umbara
_________. 2008. Alat Peraga Minim “Guru SSA Harus Kreatif”. Tersedia :
www.artikel_pendidikan. [03 Maret 2008]
NOMOR
DIMENSI INDIKATOR
SOAL
Penggunaan alat peraga 1.Tingkat peran aktip siswa dalam
1
mendorong kelancaran pembelajaran.
proses pembelajaran 2.Konsentrasi siswa dalam
2
pembelajaran.
3. Ketahanan siswa dalam mengikuti
pembelajaran sesuai dengan waktu yang 3
ditentukan.
4. Kemudahan siswa diarahkan ke
4
dalam situasi pembelajaran.
5. Kelancaran penyampaian materi
5
pembelajaran.
Penggunaan alat peraga 1. Rasa senang siswa dalam mengikuti
6
menarik minat siswa untuk proses pembelajaran.
mengikuti pembelajaran 2. Semangat siswa dalam mengikuti
dengan rasa senang. 7
proses pembelajaran.
3. Sikap tidak malas siswa dalam
8
mengikuti pembelajaran.
4. Perasaan nyaman siswa dalam 9
mengikuti pembelajaran.
5. Kepuasan siswa dalam mengikuti
10
pembelajaran.
Efektivitas pembelajaran 1. Kemauan siswa mempelajari materi
11
dengan menggunakan alat pembelajaran.
peraga. 2. Ketidakbosanan siswa secara
berulang-ulang mempelajari materi 12
pembelajaran.
3. Semangat siswa dalam berupaya
13
memahami materi pembelajaran.
4. Kemudahan siswa dalam mempelajari
14
materi pembelajaran.
5. Taraf serap siswa terhadap materi
15
pembelajaran.
Petunjuk pengisian :
1. Pada setiap butir pernyataan disertai dengan lima alternatif jawaban yaitu SB = Sangat
Baik, B = Baik, CB = Cukup Baik, KB = Kurang Baik, TB = Tidak Baik.
2. Pilihlah salah satu alternatif jawaban yang paling sesuai dengan keadaan siswa pada saat
mengikuti proses pembelajaran dengan cara memberikan tanda Ceklis
Pedoman Pengamatan :
Kelas : I SDLB
PILIHAN JAWABAN
NO. ASPEK YANG DIAMATI
SB B CB KB TB
Tingkat peran aktip siswa dalam mengikuti
1.
pembelajaran.
Konsentrasi siswa dalam mengikuti
2.
pembelajaran.
3. Ketahanan siswa mengikuti Pembelajaran sesuai
dengan waktu yang ditentukan.
Kemudahan siswa diarahkan ke dalam situasi
4.
pembelajaran.
5. Kelancaran penyampaian materi pembelajaran.
Rasa senang siswa dalam mengikuti proses
6.
pembelajaran.
Semangat siswa dalam mengikuti proses
7.
pembelajaran.
Sikap tidak malas siswa dalam mengikuti
8.
pembelajaran.
Perasaan nyaman siswa dalam mengikuti
9.
pembelajaran.
10. Kepuasan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Kemauan siswa mempelajari materi
11.
pembelajaran.
Ketidakbosanan siswa secara berulang-ulang
12.
mempelajari materi pembelajaran.
Semangat siswa dalam berupaya memahami
13.
materi pembelajaran.
Kemudahan siswa dalam mempelajari materi
14.
pembelajaran.
15. Taraf serap siswa terhadap materi pembelajaran.
Perolehan Skor :
CB = …………..
2. Dimensi : Peranan alat peraga dalam menarik minat dan rasa senang siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran ( soal nomor 6 -10 ) :
CB = …………..
CB = …………..
Huruf-huruf vokal : a, i, u, e, o
Huruf konsonan : b
Ucapkan dengan nyaring tulisan yang ada pada biji karambol berikut ini !
a, i, u, e, o, b,
Huruf konsonan : t
Ucapkan dengan nyaring tulisan yang ada pada biji karambol berikut ini !
a, i, u, e, o, b, t
Hari/Tanggal : Senin/10-11-2008
NO. ABSENSI
NO NAMA SISWA L/P PERSENSI
INDUK S I A
1. 104 Dela Deliana Lubis P
2. 103 Erni P
3. 101 Maryudi Budi Santoso L
4. 105 Nurul Nuraeni P
Pengajar
NIP : 131880938
Hari/Tanggal : Kamis/13-11-2008
NO. ABSENSI
NO NAMA SISWA L/P PERSENSI
INDUK S I A
1. 104 Dela Deliana Lubis P
2. 103 Erni P
3. 101 Maryudi Budi Santoso L
4. 105 Nurul Nuraeni P
Pengajar
NIP : 131880938
LAMPIRAN 5
a i u e
o b ba bi
bu be bo
bobi t ta
tiba toba