Anda di halaman 1dari 2

PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA CIBODAS

Pengelolaan sampah di Desa Cibodas sebenarnya telah menjadi suatu program desa sebelum
kami mengajukannya sebagai salah satu rencana program POSDAYA. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
sendiri telah tersedia. Namun pengelolaan secara menyeluruh pada kenyataannya masih terbentur
beberapa kendala. Seperti yang disampaikan oleh bapak sekdes, bahwa konsep pengelolaaan sampah di
Desa Cibodas sebenarnya telah tersusun rapi. Sosialisasi pun telah dilakukan secara menyuluh terhadap
seluruh warga desa. Program pun sebenarnya telah berjalan namun hanya pada awalnya saja , artinya
tidak terjadi secara kontinu. Faktor utama yang menjadi penghambat adalah kurangnya kesadaran dan
komitmen warga akan pentingnya kelestarian lingkungan bebas dari sampah.

Konsep pemilahan sampah seperti memisahkan sampah organik dan sampah non-organik sudah
disosialisasikan. Sampah organik umumnya berupa sampah yang berasal dari sisa makanan dan bagian-
bagian sisa dari sayuran hasil perkebunan. Sedangkan sampah non-organik umumnya berupa sampah
bungkus makanan yang terbuat dari plastik; kemasan air minum seperti botol plastik dan cup plastik,
botol beling, kaleng; kertas dan dus; dsb.

Untuk sampah organik, yang berupa sisa makanan, beberapa warga sudah mulai terbiasa
mengelolanya. Mereka terbiasa memisahkan sampah tersebut dari sampah yang lain, kemudian
menguburnya di halaman rumah mereka. Fungsinya sebagai pupuk, karena rata-rata halaman rumah
dijadikan kebun sederhana. Sedangkan untuk sampah non-organik sebagian warga pun sudah ada yang
terbiasa memisahkan dari sampah yang lain. Namun hanya pada jenis tertentu seperti botol dan
kertas/dus. Beberapa RW pernah melakukan pengumpulan sampah tersebut untuk kemudian diual
kepada pengepul/tukang loak. Di desa Cibodas sudah terdapat beberapa pengepul.

Seperti dijelaskan di awal, bahwa program ini tidak berjalan dengan mulus. Berbagai hambatan
muncul seiring dengan kesadaran warga yang semakin berkurang. Hambatan itu di antaranya :

1. Beberapa warga masih ada yang malas untuk memisahkan sampah, baik yang organic maupun
yang non-organik. Alasannya adalah karena mereka tidak disediakan tempat sampah untuk
pemisahan sampah tersebut. Pihak desa telah memberikan solusi dengan hanya
menggunakan karung saja, tapi warga masih tetap pada pendapatnya. Akibatnya warga
terbiasa untuk membuang sampah rumah tangga sembarangan. Bahkan ada yang berani
membuang sampah di halaman/ kebun warga lain.
2. Untuk sampah non-organik, kendala yang muncul adalah tidak adanya tempat untuk
pengumpulan sampah tersebut, sehingga mereka kesulitan untuk mengumpulkan sampah
yang berasal dari RW maing-masing. Kemudian kendala lain adalah tidak adanya sarana
transportasi untuk mengantarkan sampah tersebut kepada pengepul/tukang loak. Kedua
kendala inilah yang menghambat pengelolaan sampah non-organik, yang nerupa botol dan
kertas/dus. Padahal dari sampah jenis inilah yang sebenarnya bisa mendatangkan keuntungan
materil yang cukup menjanjikan
3. Untuk sampah non-organik berupa bungkus makanan, bungkus deterjen, dsb, mereka masih
kesulitan untuk mengolahnya. Mereka belum mendapat pelatihan atau bimbingan bagaimana
caraa mengolah sampah tersebut, sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang memiliki fungsi
baru. Pada akhirnya sampah jenis ini mereka bakar sebagai solusi. Padahal pembakaran
sampah bisa menimbulkan polusi udara meskipun dalam skala kecil.

Di dalam agenda KKN POSDAYA, kami membuat lokakarya mini yang isinya beberapa rencana
program untuk desa yang salah satunya adalah pengelolaan sampah. Kami pun berdiskusi dan sharing
dengan warga, dan ketiga poin di atas lah yang menjadi kendala utama mengapa pengelolaan sampah
sulit untuk dijalankan. Pada akhirnya kami dari pihak KKN UPI sepakat untuk tidak melanjutkan rencana
program ini. Karena sebenarnya untuk menjalankan program ini diperlukan komitmen yang kuat dan
kerjasama yang baik antara kami, perangkat desa, dan warga itu sendiri. Selain itu, program ini haruslah
berkelanjutan, bukan saja sebagai tugas KKN semata. Karena jika tidak dilakukan secara kontinu, maka
program ini akan sia-sia saja. Sementara itu, kami pun memliki program yang lebih kami prioritaskan
karena program ini memang sangat dibutuhkan oleh warga, yakni pendidikan anak usia dini (PAUD).
Alangkah baiknya kita fokuskan kepada satu program, daripada banyak program tapi keteteran/ tidak
maksimal.

Sementara itu, dalam keseharian kami KKN di Desa Cibodas, tak lepas dari sampah. Kebutuhan
sehari-hari menghasilkan sampah rumah tangga yang bisa dibilang tidak sedikit. Kami pun berinisiatif
untuk mulai memilah sampah, karena kami ingin keberadaan kami di sini tidak menambah masalah yang
ada. Kami memilah sampah sesuai dengan apa yang dijelaskan di atas. Untuk sampah sisa makanan,
kami pisahkan untuk kemudian kami kubur di pekarangan belakang rumah sebagai pupuk. Sedangkan
untuk sampah botol plastik dan kertas/dus kami pisahkan untuk kemdudian kami jual ke pengepul yang
letaknya tidak jauh dari posko kami.

Anda mungkin juga menyukai