Anda di halaman 1dari 9

Administrasi Publik || Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik

Sistem Adm. Negara Setelah Amandemen UUD 1945


Contributed by Administrator
Wednesday, 19 August 2009
Last Updated Wednesday, 19 August 2009

Sejak tahun 1999 reformasi merupakan suatu wacana yang selalu aktual sampai saat ini dan menyentuh berbagai aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara sederhana reformasi diartikan sebagai suatu proses perubahan baik
secara drastis maupun inkremental dan komprehensif menuju suatu kondisi negara yang lebih baik dari sebelumnya.
Sedangkan menurut Syamsudin Haris reformasi merupakan suatu usaha penataan kembali sistem politik, ekonomi dan
hukum menuju suatu sistem yang lebih sehat demokratis dan adil. Sepuluh tahun berlalu, cita-cita akan terciptanya
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 belum tercapai. Permasalahan
demi permasalahan muncul baik dari berbagai sebab yang multi demensi Salah satu sebabnya adalah belum tuntasnya
reformasi administrasi negara menuju adminitrasi negara yang baik dan sesuai dengan ciri good governance.
REFORMASI SISTEM ADMINISTRASI NEGARA BERDASARKAN AMANDEMEN UUD 1945 Oleh Rihandoyo, S.Sos,
MM, M.Si JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIKUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2008
I. Latar Belakang. Sejak tahun 1999 reformasi merupakan suatu wacana yang selalu aktual sampai saat ini dan
menyentuh berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara sederhana reformasi diartikan sebagai suatu
proses perubahan baik secara drastis maupun inkremental dan komprehensif menuju suatu kondisi negara yang lebih
baik dari sebelumnya. Sedangkan menurut Syamsudin Haris reformasi merupakan suatu usaha penataan kembali
sistem politik, ekonomi dan hukum menuju suatu sistem yang lebih sehat demokratis dan adil. Sepuluh tahun berlalu,
cita-cita akan terciptanya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 belum
tercapai. Permasalahan demi permasalahan muncul baik dari berbagai sebab yang multi demensi Salah satu sebabnya
adalah belum tuntasnya reformasi administrasi negara menuju adminitrasi negara yang baik dan sesuai dengan ciri good
governance. Definisi administrasi publik berkembang dengan banyak versi diantaranya Nigro dan Nigro mengemukakan
bahwa :Admnistrasi Publik adalah usaha kerjasama kelompok dalam suatu lingkungan publik yang mencakup ketiga
cabang yaitu judikatif, legislatif dan eksekutif mempunyai suatu peranan penting dalam memformulasikan kebijakan
publik sehingga menjadi bagian dari proses politik sangat berbeda dengan cara-cara yang ditempuh administrasi swasta
dan berkaitan erat dengan beberapa kelompok swasta dan individu dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
(Nigro dalam Yeremias, 2004; 5) Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa administrasi publik
berhubungan dengan sistem penyelenggaraan negara, dalam arti bahwa administrasi publik dalam menjalankan
tugasnya tidak dapat telepas dari sub-sub sistem diluar penyelenggaraan pemerintahan (eksekutif). Eksekutif harus
bekerjasama dengan legislatif dan yudikatif serta pemangku kepentingan lainnya didalam proses pembuatan kebijakan
dan pemberian pelayanan bagi masyarakat luas. Hubungan antar lembaga tersebut telah diatur didalam Undang-
Undang Dasar 1945 (UUD 1945) sumber hukum negara, selain itu UUD 1945 juga memuat tujuan dari pembangunan
yang harus dicapai oleh para penyelenggara negara. UUD 1945 didalam perjalanannya terbagi menjadi dua tahapan
penting, tahap pertama yaitu ketika masa orde baru (sebelum reformasi) dan orde reformasi (setelah reformasi). Pada
tahap pertama yaitu masa orde baru UUD 1945 menjadi sebuah Undang-Undang yang kukuh berdiri selama tiga puluh
tahun lebih tanpa ada perubahan sedikit pun. UUD 1945 dengan segala keterbatasannya seolah menjadi kitab suci
penyelenggaraan pemerintahan pada saat itu dan menjadi landasan yuridis formal untuk melanggengkan kekuasan rejim
orde baru. Kedua sesudah reformasi UUD 1945 sejak tahun 1999 sampai dengan 2004 sudah mengalami empat kali
amademen, tujuan amandemen tersebut adalah untuk memperbaiki sistem administrasi negara menuju kepemerintahan
yang baik dimasa datang. Sehubungan dengan amandemen UUD 1945 tersebut, sistem admiistrasi negara di dalam
UUD 1945 telah diupayakan untuk ditata kembali dan disesuaikan dengan perkembangan sosial politik yang terjadi di
Indonesia. Sasaran dari pengembangan sistem administrasi negara adalah untuk meningkatkan dan mendayagunakan
sistem administrasi negara dalam seluruh dimensi dan prosesnya untuk terus berkembang mensikapi tuntutan reformasi
dalam penyelengaraan negara.Namun, didalam pelaksanaannya masih banyak penyimpangan dari UUD 1945 tersebut.
Setelah dilakukan amandemen ancaman disintegrasi bangsa masih terjadi seperti di Aceh, Maluku dan Papua,
Koordinasi antar daerah yang semakin sulit dan kacau dalam menciptakan harmonisasi pembangunan antar daerah,
pembagian “kue” pambangunan ekonomi yang belum merata, hubungan kerja antar eksekutif dan legislatif
yang belum mulus serta masih banyak permasalahan lain yang belum sesuai dengan harapan dari amandemen
tersebut. Hal ini lebih dikarenakan belum adanya landasan berpikir yang sama, pijakan, arah, implementasi, dan
pengembangan sistem administrasi negara. Aktualisasi check and balances systems yang tidak optimal, dokumen
pembangunan yang tidak sistematis, disharmonisasi regulasi, dan pengawasan tanpa kontrol, merupakan beberapa
faktor penyebab pembangunan admministrasi negara belum berjalan secara efektif dan efisien. Namun, apabila diurai
lebih lanjut, berbagai permasalahan tersebut lebih disebabkan kelemahan UUD 1945 yang diperparah dengan
kebebasan pemaknaan terhadap norma konstitusi berdasarkan kepentingan sektoral.
II. Perumusan Masalah. Berdasarkan penjelasan diatas maka permasalahan yang dihadapi dalam rangka perbaikan
sistem administrasi berdasarkan UUD 1945 adalah sebagai berikut :1. Bagaimakah arah kebijakan pembangunan sistem
administrasi negara berdasarkan konstitusi?2. Bagaimanakah agenda transformasi pengembangan administrasi negara
disesuaikan dengan kebutuhan reformasi penyelenggaraan negara? III. Tujuan Dalam rangka perbaikan sistem
administrasi berdasarkan konstitusi UUD 1945 adalah :1. Merumuskan arah kebijakan pembangunan dan
pengembangan sistem administrasi negara berdasarkan konstitusi2. Merumuskan agenda transformasi pengembangan
administrasi negara disesuaikan dengan kebutuhan reformasi penyelenggaraan negara.
IV. PembahasanIV.1 Nilai-Nilai Dasar Kebangsaan Dalam UUD 1945.VI.1.1 Dasar Negara Didalam pemb
1945 alinea keempat disebutkan yaitu “..............Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
http://www.fisip.undip.ac.id/admpublik Powered by Joomla! Generated: 26 September, 2010, 13:04
Administrasi Publik || Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik

berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Didalam alinea tersebut disebutkan tentang Pancasila yang
merupakan dasar negara dan merupakan sumber dari segala sumber hukum negara. Sila Pertama Ketuhanan Yang
Maha Esa mengandung arti bahwa Negara Indonesia adalah negara yang berketuhanan dengan menghormati antar
umat beragama yang berbeda di Indonesia. Sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab mengadung arti bahwa
Bangsa Indonesia menghormati hak-hak asasi setiap warga negara dan menjamin keadilan bagi seluruh bangsa
Indonesia. Sila Ketiga Persatuan Indonesia mengadung makna bahwa walaupun Indonesia terdiri berbagai suku bangsa
namun tetap bersatu dalam negara kesatuan republik Indonesia. Sila keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan mengadung arti bahwa Negara Indonesia adalah negara demokratis
serta mengedepankan musyawarah mufakat. Kelima Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung makna
bahwa bangsa Indonesia senantiasa mengupayakan keadilan dan kemakmuran dengan menggunakan kekayaan
alamnya serta memberikan kesempatan dan melindingi masyarakat ekonomi lemah. Pancasila sebagai dasar merukan
hal yang paling mendasar dan akan dilestarikan nilai-nilainya sampai generasi yang akan datang. IV.1.2 Cita-Cita Bangsa
Indonesia. Cita-cita bangsa Indonesia yang juga sebagi Visi kemerdekaan bangsa tercantum pada pembukaan UUD
1945 alinea kedua yaitu : ”....................mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan
Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.IV.1.3 Tujuan Bangsa Indonesia. Tujuan b
Indonesia tercantum pada membukaan UUD 1945 disebutkan sebagai berikut :“Kemudian dari pada itu untuk
membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,” Tujuan di dalam alinea
ketiga ini adalah merupakan misi dan penjabaran visi yang dalam cita-cita bangsa Indonesia. Misi ini merupakan tugas
yang harus diemban dan selalu diupayakan dalam pembangunan bangsa Indonesia Penjabaran idiologi, cita-cita dan
tujuan bangsa Indonesia yang tercatum dalam pembukaan UUD 1945 merupakan arah perjuangan seluruh bangsa
Indonesia dalam melaksanakan pembangunan. Disamping itu juga, pembukaan UUD 1945 harus dijadikan pedoman
dalam sistem penyelenggaraan negara sehingga tercapai tujuan pembangunan bangsa Indonesia. IV.2 Tinjau
kebijakan pembangunan dan pengembangan sistem administrasi negara berdasarkan norma-norma dalam UUD
1945.IV.2.1 Lingkup Perubahan UUD 1945 Dalam Sistem Administrasi Negara. Seperti yang sudah dijelaskan diatas
bahwa batang tubuh UUD 1945 telah mengalami revisi sebanyak empat kali. Tujuan utamanya yaitu menjadikan UUD
1945 sebagai Undang-Undang yang lebih demokratis dan sesuai dengan perubahan kondisi bangsa Indonesia.
Perubahan atau amandemen UUD 1945 tersebut juga mempengaruhi perubahan didalam sistem administrasi negara.
Sistem Administrasi Negara pada dasarnya terbagi menjadi dua kelompok yaitu Proses penyelenggaraan negara dan
proses penyelenggaraan pemerintahan. Tinjauan empiris amandemen dari UUD terhadap kedua proses penyenggaraan
negara dan penyelenggaraan pemerintahan adalah sebagai berikut: A. Sistem Penyelenggaraan Negara.Sistem
Penyelenggaraan Negara, sebagai perwujudan kelembagaan negara dan pengelolaan dalam seluruh kebijakan dan
proses kegiatan lembaga-lembaga negara beserta aparatur negara dan rakyat dalam rangka mencapai tujuan bernegara
seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Sistem penyelenggaraan negara meliputi seluruh aparatur negara
beserta organisasi politik, kemasyarakatan dan dunia usahayang berkembang sesuai dengan kehidupan dan kemajuan
bangsa. B. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan.Sistem penyelenggaraan pemerintahan adalah perwujudan dari
pemyelengaraan kekuasaan negara yang dimanatkan kepada Presiden Republik Indonesia uantu dilaksanakan melalui
pembantu dan perangkat kelembagaan dibawahnya baik pusat maupun daerah serta tata hubungan fungsional dengan
lembaga negara berdasarkan kewenagan masing-masing. Kesemuanya tersebut dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan nasional seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Sistem penyelenggaraan pemerintahan
meliputi presiden beserta seluruh apararur pemerintahan baik di pemerintah pusat maupun daerah dengan seluruh
organisasi politik, kemasyarakatan, dunia usaha yang berkembang sesuai dengan kehidupan bangsa. IV.2.2 Pokok
Pikiran Amandemen UUD 19451. Amandemen Kesatu Amandemen pertama UUD 1945 terjadi pada awal reformasi
dilakukan, seiring dengan jatuhnya rejim orde baru pemerintahan dituntut menjadi lebih demokratis. Revisi UUD 1945
diarahnkan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada dengan merubah pasal-pasal yang dianggap terlalu
eksekutif sentris. Hal tersebut dapat dilihat dari perubahan yang dilakukan pada Bab III tentang kekuasaan
pemerintahan. Hal-hal yang penting pada perubahan Bab III tersebut adalah :a. Presiden tidak lagi berwewengan penuh
terhadap pembuatan UU tetapi hanya mengusulkan saja, kewenagan persetujuan pembuatan UU tersebut ada ditangan
DPR.b. Pembatasan masa jabatan presiden dari yang berkuasa tanpa batas waktu menjadi hanya dua periode saja.c.
Pengurangan kewenangan presiden dalam urusan diplomatik dimana presiden dalam harus dengan persetujuan DPR
didalam mengangkat pejabat diplomatik.d. Pengurangan kewenangan presiden didalam kekuasaan kehakiman, presiden
dalam memberikan grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi harus dengan persetujuan MA dan DPR. e. Pengangkatan
menteri merupakan wewengan presiden sehingga bebas dari intervensi politik.Pergeseran penting yang terjadi adalah
pergeseran kekuasaan pembuatan perudangan yaitu dari eksekutif ke legislatif. Pada Bab VII tentang Dewan Perwakilan
Rakyat pada pasal 20 ayat 1 secara jelas disebutkan bahwa DPR memegang kekuasaan membentuk UU. 2.
Amandemen kedua.Perubahan atau amandemen UUD 1945 yang kedua mempunyai dua tema pokok yaitu otonomi
daerah dan hak asazi manusia. Pokok perubahan pertama ditujukan mengurangi sentralisasi yang selama ini dipegang
oleh pemerintah pusat, sentralisasi kewenangan mengakibatkan daerah tidak berkembang sedangkan sumber daya
yang dihasilkannya seagian besar terserap oleh pemerintah pusat. Dengan adanya otonomi daerah tersbut diharapkan
dapat mendorong daerah-daerah untuk lebih mandiri dalam mengelola dan memanfaatkan potensi daerahnya. Hal
tersebut tercermin di dalam Bab IV tentang Pemerintahan Daerah, didalam pasal-pasal dan ayat-Ayat diatur tentang
pemerintahan daerah, hubungan pemerintah pusat dan daerah, pendelegasian kewenganan pusat ke daerah,
http://www.fisip.undip.ac.id/admpublik Powered by Joomla! Generated: 26 September, 2010, 13:04
Administrasi Publik || Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik

pembentukan peraturan dan pengakuan atas keanekarahgaman adat daerah. Pokok pikiran utama lain adalah tentang
pengakuan hak asasi manusia, hal tersebut dilatar belakangi adanya pelanggaran hak azasi manusia pada
pemerintahan orde lama dan orde baru. Pencantuman hak azasi manusia pada UUD 1945 ditujukan agar ada kepastian
hukum terhadap hak azasi manusia sesuai dengan sila kedua Pancasila yaitu kemanusian yang adil dan beradab.
Pengakuan tentang hak azasi manusia tersebut tercantum dalam BaB X A tentang Azasi Manusia dalam pasal-pasal
didalamnya mengatur hal-hal antara lain sebagai berikut : a. Hak hidup, b. Hak membentuk keluarga, c. Hak
mengembangkan diri, hak atas perlindungan hukum, kebebasan dalam beragama, berbicara, mengemukakan pendapat,
berserikan dan berkumpuld. Hak atas milik pribadie. Tanggungjawab pemerintah untuk melindungi hak azasi manusiaf.
Kewajiban menegakkan HAMg. Pembatasan penerapan HAM atas dasar moral, nilai agama serta keamanan dan
ketertiban Perubahan-perubahan yang lain pada amandemen kedua yaitu tentang dewan Perwakilan Rakyat, dimana
pada Bab VII tersebut mencantumkan perluasan hak dewan terutama pada pembuatan perudangan dimana presiden
tidak dapat memveto usulan dewan karena setelah 30 hari tidak mendapat tanggapan usulan tersebut wajib
diundangkan. Selain itu juga membahas hak DPR dalam fungsi legislasi, penganggaran dan pengawasan, untuk dapat
melaksanakan fungsinya anggota DPR juga mempunyai hak interpelasi, hak angket dan hak menyatakan pendapat
serta hak imunitas. 3. Amandemen ketigaAmandemen ketiga merupakan suatu proses yang tidak terlepas dari
amandemen sebelumnya. Amandemen ketiga tersebut lebih menekankan adanya reformasi didalam susuna dan
kedudukan lembaga-lembaga tinggi negara. Pokok-pokok perubahan pada amandemen ketiga adalah sebagai berikut
:a. Negara hukum, pada Bab I pasal 1 ayat 3 ini menekankan kembali bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum.b.
Pembatasan kewengana MPR untuk memberhentikan presiden, proses pemberhentian presdien diatur dalam Bab III
pasal 7A sampai dengan Pasal 7B ayat 1 sampai dengan ayat 7. Proses Impeachment presiden harus atas usulan DPR
dan mendapatkan putusan dari Mahkamah Konstitusi baru kemudian diusulkan kepada MPR.c. Pemilihan Presiden,
dalam Bab III pasal 6 dan 6A mengatur tentang tata cara pemilihan presiden. Hal yang penting didalam pasal ini adalah
bahwa presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat bukan dipilih oleh MPR.d. DPR tidak bisa dibubarkan
oleh oleh presiden, hal tersebut dijelaskan pada Bab III Pasal 7C. Hal tersebut dimaksudkan agar posisi keduanya
seimbang dan terjadi keseimbangan dan saling kontrol diantara kedua lembaga tersebut. e. Pembentukan Dewan
Perwakilan Daerah, pembentukkan DPD tersebut dimaksudkan agar kepentingan daerah juga terwakili di dalam DPR
jadi proses pembuatan Undang-undang dan kebijakan negara.f. Perubahan proses pemilu, pada Bab VIIB tentang
Pemilu disebutkan bahwa pemilu diadakan untuk meilih anggota DPR, DPRD, DPD serta Presiden dan wakilnya. Pemilu
diadakan lima tahun sekali yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).g. Penganggaran proses
penggaran diawali denga usulan Presiden tentang RAPBD kepada DPR untuk dibahas besama. Apabila tidak disetujui
maka digunakan APBN tahun sebelumnya.h. BPK peraturan tentang BPK diatur dalam Bab VIIA. Didalam Bab tersebut
disebutkan bahwa BPK adalah lembaga yang independen dalam menjalakan tugasnya. Hasil pemeriksaan BPK
dilaporkan kepada DPR, DPD dan DPRD untuk ditindak lanjuti.i. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah
agung guna menegakkan peraturan perundangan,j. Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat, serta perilaku hakim.k. Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan
terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus
sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UndangUndang Dasar, memutus
pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. 4. Amandemen
keempatAmandemen keempat diarahkan untuk memperbaik penyelenggaran negara dan penekanan perhatian pada
pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Pada amandemen keempat diubah hal-hal sebagai berikut :
Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa anggota MPR terdiri dari anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui pemilu. Jadi
anggota MPR tidak ada lagi yang berasal dari penunjukkan. b. Pemilu, proses pemilu pemil
melalui putaran kedua apabila pada putaran pertama gagal memperoleh pemenang. Perubahan ini menunjukkan bahwa
proses pemilihan presiden ditentukan oleh rakyat secara demokratis bukan lembaga-lembaga yang lain.
DPA, DPA sudah tidak lagi diperlukan dalam posisi Lembaga Tinggi Negara karena pada kenyataannya lembaga ini
tidak pernah kontribusi yang cukup sesuai dengan tugas pokoknya. d. Masalah keuangan d
didalam bab tersebut tidak ditentukan jenis mata uang hal tersebut untuk mengantisipasi perubahan perekonomian
regional dimasa datang. e. Pendidikan dan Kebudayaan diubah dalam Bab XIII, didalam ba
menekankan kembali hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan yang baik, dengan alokasi anggaran yang
memadahi. f. Perekonomian dan Kesejahteraan sosial diubah dalam Bab XIV, pada intinya
perekonomian diusahakan pemerintah terdistribusi secara adil dan merata. Disamping itu juga menekanankan kembali
bahwa pemerintah berkewajiban untuk memelihara warga negara yang hidup miskin serta mengembangkan jaminan
sosial bagi seluruh warganya. g. Perubahan UUD diatur dalam Bab XVI pasal 37 dalam pas
dan syarat perubahan UUD kecuali negara kesatuan Republik Indonesia. IV.3 Identifikasi permasalahan dalam UUD
1945 (constitutional problems) yang menjadi kendala dalam pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara. UUD 1945
merupakan merupakan produk konstitusi yang melandasi dua rejim yaitu orde lama dan orde baru, seperti yang sudah
kita ketahui bahwa kedua rejim tersebut sarat dengan kelemahan-kelemahan. Menurut Mahfud, didalam UUD 1945
terdapat lima kelemahan dasar yaitu :1. Konstitusi yang Sarat Eksekutif.Konstitusi UUD 1945 syarat dengan kekuasaan
eksekutif dimana presiden memegang kekuasaan eksekutif dan kekuasaan legislasi.2. Kurangnya Sistem Check and
Balances.Didalam UUD 1945 asli MPR dinyatakan sebagai lembaga tertinggi negara namun didalam prakteknya MPR
tidak dapat mengendalikan presiden. Di dalam UUD 1945 tersebut juga tidak secara jelas memisahkan kekuasaan
eksekutif, legislatif dan yudikatif sehingga tidak berhasil menciptakan mekanisme check and balances yang baik.
Kegagalan tersebut menciptakan kekuasaan kekuasaan presiden yang dominan diatas legislatif dan yudikatif.3. Terlalu
banyak Pendelegasian ke tingkat Undang-Undang.Pendelegasian UUD 1945 ketingkat Undang-Undang menimbulkan
http://www.fisip.undip.ac.id/admpublik Powered by Joomla! Generated: 26 September, 2010, 13:04
Administrasi Publik || Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik

problem ketika presiden sebagai kepala eksekutif diberikan kukuasaan yang besar didalam pembuatan perundangan
(legislasi). Ketidakseimbangan kekuasaan antara presiden dengan DPR (legislatif) menyebabkan presiden dapat
membuat UU sesuai dengan kondisi yang diharapkannya, sehingga dikhawatirkan muncul otoriterisme.4. Masih Adanya
Pasal-Pasal yang Multi Tafsir.Pasal-pasal yang mengandung multi tafsir atau pasal-pasal karet ini yang dikemudian
dimanfaatkan untuk melanggengkan kekuasaan atas nama UU. Pasal-pasal tersebut memberikan keleluasaan bagi
eksekutif untuk menafsirkan pasal tersebut sesuai dengan kepentingannya.5. Praktek UUD 1945 sangat tergantung
Political Will dari pemerintah. Ketidakjelasan pasal-pasal tersebut ditas menyebabkan pelaksanaan UUD 1945 sangat
tergantung dari kemamuan pemerintah. Kekuasaan yang tak terkontrol dengan penyeimbang yang baik akan membuat
eksekutif menjadi pemerintah yang otoriter seperti yang terjadi pada orde lama dan orde baru.Didalam
perkembangannya pasal-pasal tersebut diperbaiki didalam amandemen UUD 1945 seperti yang sudah dijelaskan pada
bab-bab sebelumnya. Namun, sampai saat ini masih banyak penyimpangan-penyimpangan yang terjadi baik pusat
maupun daerah. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain :1. Tidak jelasnya sistem parlemen di Indonesia, parlemen
di Indonesia terdiri dari DPR, DPD dan MPR. Sedangkan MPR adalah lembaga tinggi negara yang mempunyai
kekuasan sendiri namun anggotanya adalah anggota dari DPR dan DPD.2. Reformasi eksekutif sampai saat ini presiden
masih belum terbebas dari cengkraman partai-partai politik. Presiden yang diusulkan melalui partai politik cenderung
melakukan politik balas budi kepada partai yang mencalonkannya.3. Reformasi legislatif pada amandemen UUD 1945
sudah dilkukan yaitu dengan menggeser kekuasan eksekutif ke legiaslatif untuk menciptakan sistem Check and
Balances yang baik. Namun, dalam implementasinya perubahan ini membuat DPR/D seperti menjadi lembaga superior
karena kesalahan penafsiran UU bagi sebagian anggota DPR/D.4. Pelaksanaan otonomi daerah banyak multi tafsir
sehingga implementasi didaerah berbeda-beda. Eforia otonomi menimbulkan banyak permasalahan terutama ego
kedaerahan dan sulitnya koordinasi antar daerah.5. Masih tingginya kebocoran anggaran dan kesalahan pengelolaan
SDA menyebabkan efisiensi anggaran dan pendapatan negara yang baik belum tercapai. Kebocoran tersebut
mengakibatkan rendahnya pelayanan pemerintah di bidang pendidikan dan belum tercapainya kesejahteraan
masyarakat. IV.4 Identifikasi Kebutuhan Pengembangan Administrasi Negara Di Masa Datang, Disesuaikan Deng
Tuntutan Reformasi Administrasi Negara. 1. Adanya pembagian kewenangan yang lebih tegas antara eksekutif, legislatif
dan yudikatif dalam rangka menciptakan mekanisme check and balances yang lebih baik.2. Memberikan peluang
kepada calon independen untuk mengikuti proses pemilihan presiden dan wakil presiden dalam menciptakan netralitas
birokrasi.3. Memperbaiki regulasi rekruitmen calon anggota DPR dari partai politik agar sumber daya manusia menjadi
lebih baik 4. Mempercepat penyusunan regulasi pelaksanaan UU No32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
sehingga pelaksanaan otonomi daerah tidak dilaksanakan secara multi tafsir.5. Mempercepat pemberantasan korupsi.6.
Menyusun UU tentang etika penyelegaraan negara yang mengatur prilaku setiap penyelenggara negara. V.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASIV.1 Kesimpulan.1. Amandemen UUD 1945 telah dilakukan sebanyak empat kali
dan mengarah kepada kontitusi yang lebih demokratis, Namun dalam praktennya belum mampu merespon tuntutan
reformasi dalam penyelenggaraan negara.2. Fenomena yang muncul dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah kurang
adanya koordinasi antar daerah sehingga menciptakan disharmoni pembangunan antar daerah.3. Muncul
ketidakseimbangan kewenangan antara eksekutif dan legislatif yang disebabkan adanya dominasi kewengan legislatif.4.
Belum tercapainya tujuan pembangunan nasional sperti yang dirumuaskan dalam pembukaan UUD 1945. Hal tersebut
disebabkan adanya pelanggaran etika penyelenggaran pemerintahan yang melahirkan tingginya angka korupsi V.2
Saran.Kebijakan pembangunan Sistem Administrasi Negara berdasarkan konstitusi diarahkan pada :1. Pengembangan
sistem pemerintahan yang demokratis berbasis nilai-nilai yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945.2.
Pengembangan sistem check and balances antar lembaga-lembaga negara sehingga tercipta keseimbangan
kewenangan.3. Penataan sistem otonomi daerah yang mengarah kepada kemandirian, pemberdayaan daerah dan
sikronisasi pembangunan antar daerah.4. Pengembangan etika penyelenggaraan pemerintahan yang mengarah kepada
terwujudnya good governance.
DAFTAR REFERENSI Denny Indrayana, Ph.D, Amandemen UUD 1945 Antara Mitos dan Pembongkaran, Mizan,
Bandung, 2007. Rohdewohld Rainer; Public Administration in Indonesia; Montech PTY, Australia; 1995. LAN, Sistem
Administrasi Negara Buku III, Lembaga Administrasi Negara; Jakarta; 2004. Inu Kencana Syafiie, Drs, Msi; Sistem
Pemerintahan Indonesia; Rieneka Cipta; Jakarta; 2002 Undang-Undang Dasar 1945 revisi 1 sampai dengan 4
LAMPIRAN PERUBAHAN UUD 1945 AMANDEMEN PERTAMABab III Kekuasaan Pemerintahan Negara Presiden
berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat (Bab III pasal 5)Presiden dan Wakil
Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya
untuk satu kali masa jabatan.(Bab III, Pasal 7)Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah
menurut agama, atau berjanji dengan sungguhsungguh dihadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan
Perwakilan Rakyat sebagai berikut : Sumpah Presiden (Wakil Presiden): “ Demi Allah, saya bersumpah akan
memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaikbaiknya dan
seadiladilnya, memegang teguh UndangUndang Dasar dan menjalankan segala undangundang dan peraturannya
dengan seluruslurusnya serta berbakti, kepada Nusa dan Bangsa”. Janji Presiden (Wakil Presiden) :“Saya
berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik
Indonesia) dengan sebaikbaiknyadan seadiladilnya, memegang teguh UndangUndang Dasar dan menjalankan segala
undangundang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa” . (Bab III
pasal 9 ayat 1) Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat tidak dapat mengadakan sidang,
Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguhsungguh di hadapan pimpinan
Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan disaksikan oleh pimpinan Mahkamah Agung. (Bab III pasal 9 ayat 2)Dalam hal
mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.(Bab III, Pasal 13, ayat 3)Presiden
menerima penempatan duta negara lain dengan menperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. .(Bab III,
http://www.fisip.undip.ac.id/admpublik Powered by Joomla! Generated: 26 September, 2010, 13:04
Administrasi Publik || Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik

Pasal 13, ayat 3)Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung. .(Bab
III, Pasal 14, ayat 1)Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Rakyat. (Bab III, Pasal 14, ayat 2)Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lainlain tanda kehormatan yang diatur dengan
undang-undang.(Bab III pasal 15) Bab V. Kementrian Negara Menterimenteri itu diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden. (Bab V. Pasal 17 Ayat 2)Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. (Bab V. Pasal 17
Ayat 3) Bab VII DPR Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undangundang. (Bab VII pasal 20
ayat 1)Setiap rancangan undangundang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat
persetujuan bersama. (Bab VII pasal 20 ayat 2)Jika rancangan undangundang itu tidak mendapat persetujuan bersama,
rancangan undangundang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu. (Bab VII
pasal 20 ayat 3)Presiden mengesahkan rancangan undangundang yang telah disetujui bersama untuk menjadi
undangundang. (Bab VII pasal 20 ayat 4)Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan
undangundang. (Bab VII pasal 21) AMANDEMEN KEDUA Bab IV Pemerintahan Daerah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dibagi atas daerahdaerah rovinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap
provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. (Bab IV pasal
18 ayat 2)Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. (Bab IV pasal 18 ayat 3)Pemerintahan daerah provinsi,
daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan. (Bab IV pasal 18 ayat 4)Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-
anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. (Bab IV pasal 18 ayat 5)Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing
sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis. (Bab IV pasal 18 ayat
6)Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya,kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. (Bab IV pasal 18 ayat 7)Pemerintahan daerah berhak menetapkan
peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. (Bab IV pasal 18
ayat 8)Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang. (Bab IV pasal 18
ayat 9)Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota atau antara
provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan Undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman
daerah. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara
pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-
undang. (Bab IV pasal 18a ayat 1)Negara mengakui dan menghormati satuan-satuanpemerintahan daerah yang bersifat
khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan Undangundang. (Bab IV pasal 18b ayat 1)Negara mengakui dan
menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-
undang. (Bab IV pasal 18b ayat 2) Bab VII Dewan Perwakilan Rakyat Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui
pemilihan umum. (Bab VII pasal 19 ayat 1)Susunan Dewan Perwakilan rakyat diatur dengan undangundang. (Bab VII
pasal 19 ayat 2)Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun. (Bab VII pasal 19 ayat 3)Dalam
hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga
puluh hari semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi
undang-undang dan wajib diundangkan. (Bab VII pasal 20 ayat 5)Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi,
fungsi anggaran dan fungsi pengawasan. (Bab VII pasal 20a ayat 1)Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang
diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak interpelasi, hak
angket, dan hak menyatakan pendapat. (Bab VII pasal 20a ayat 2)Selain hak yang diatur dalam pasal-pasallain Undang-
Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan
pendapat, serta hak imunitas. (Bab VII pasal 20a ayat 3) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat
dan hak anggota Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam undangundang. (Bab VII pasal 20a ayat 4)Ketentuan lebih
lanjut tentang tata cara pembentukan undang-undang diatur dengan undang-undang. (Bab VII pasal 22a )Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam
undang-undang. (Bab VII pasal 22b ) Bab IX A Wilayah Negara Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah
negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-
undang. (Bab IXA Pasal 25a) Bab X Warga Negara dan Penduduk Yang menjadi warga negara ialah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan Orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. (Bab
X Pasal 26 ayat 1)Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. (Bab X
Pasal 26 ayat 2)Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan Undang-Undang. (Bab X Pasal 26 ayat
3)Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.( Bab X Pasal 27) BAB XA HAK
ASASI MANUSIAPasal 28A Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
(Bab XA Pasal 28A)Pasal 28B Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah. (Bab Xa Pasal 28b Ayat 1)Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. (Bab Xa Pasal 28b Ayat 2) Pasal 28C Setiap orang berhak
mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat
dari lmupengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan
umat manusia. (Bab Xa Pasal 28c Ayat 1)Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya. (Bab Xa Pasal 28c Ayat 2)Pasal 28D Setiap
orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama
dihadapan hukum. (Bab Xa Pasal 28d Ayat 1)Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja. (Bab Xa Pasal 28d Ayat 2)Setiap warga negara berhak memperoleh
kesempatan yang sama dalam pemerintahan. (Bab Xa Pasal 28d Ayat 3)Setiap orang berhak atas status
kewarganegaraan. (Bab Xa Pasal 28d Ayat 4)Pasal 28E Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut
http://www.fisip.undip.ac.id/admpublik Powered by Joomla! Generated: 26 September, 2010, 13:04
Administrasi Publik || Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik

agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal
diwilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali. (Bab Xa Pasal 28e Ayat 1)Setiap orang atas kebebasan
meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. (Bab Xa Pasal 28e Ayat 2)Setiap
orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. (Bab Xa Pasal 28e Ayat 3)Pasal 28F
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. (Bab Xa Pasal 28F )Pasal 28G Setiap orang berhak atas
perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak
atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan
hak asasi. (Bab Xa Pasal 28G Ayat 1)Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain. (Bab Xa Pasal 28G Ayat
2)Pasal 28H Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan medapatkan lingkungan hidup
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. (Bab Xa Pasal 28H Ayat 1)Setiap orang mendapat
kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan
dan keadilan. (Bab Xa Pasal 28H Ayat 2)Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. (Bab Xa Pasal 28H Ayat 3) Setiap orang berhak mempunyai hak
milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun. (Bab Xa Pasal 28H
Ayat 4) Pasal 28I Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak
untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun. (Bab Xa Pasal
28I Ayat 1)Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak
mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. (Bab Xa Pasal 28I Ayat 2)Identitas budaya
dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban. (Bab Xa Pasal 28I Ayat
3)Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama
pemerintah. (Bab Xa Pasal 28I Ayat 4)Untuk menegakan dan melindungi hak assi manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan
perundanganundangan. (Bab Xa Pasal 28I Ayat 5)Pasal 28J Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang
lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (Bab Xa Pasal 28J Ayat 1)Dalam menjalankan
hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan
maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokratis. (Bab Xa Pasal 28J Ayat 2) Bab XII PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA
Pasal 30 Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. (Bab XII
Pasal 30 Ayat 1)Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Indonesia Republik Indonesia, sebagai
kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung. (Bab XII Pasal 30 Ayat 2)Tentara Nasional Indonesia terdiri
atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi,
dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara. (Bab XII Pasal 30 Ayat 3)Kepolisian Negara Republik Indonesia
sebagai alat negara yang menjaga kemanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani
masyarakat, serta menegakkan hukum. (Bab XII Pasal 30 Ayat 4)Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia,
Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan
dan keamanan diatur dengan undangundang. (Bab XII Pasal 30 Ayat 5) BAB XV BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG
NEGARA , SERTA LAGU KEBANGSAAN Lambang negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika. (Bab XV Pasal 36A)Pasal 36B Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya. (Bab XII Pasal 36B)Pasal 36C
Ketentuan lebih lanjut mengenai Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan diatur dengan
undangundang. (Bab XII Pasal 36C) AMANDEMEN KETIGABAB I BENTUK DAN KEDAULATAN Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UndangUndang Dasar. (Bab I Pasal 1 Ayat 2) Negara Indonesia adalah negara
hukum. (Bab I Pasal 1 Ayat 3) BAB IIMAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYATPasal 3 Majelis Permusyawaratan
Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan UndangUndang Dasar. (Bab II, Pasal 3 ayat 1) BAB III KEKUASAAN
PEMERINTAHAN NEGARAPasal 6 Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara Indonesia
sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah
mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai
Presiden dan Wakil Presiden. (Bab III, Pasal 6 ayat 1)Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur
lebih lanjut dengan undangundang. (Bab III, Pasal 6 ayat 2)Pasal 6A Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu
pasangan secara langsung oleh rakyat. (Bab III, Pasal 6A ayat 1)Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan
umum. (Bab III, Pasal 6A ayat 2)Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima
puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi
yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden. (Bab III,
Pasal 6A ayat 3)Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam undangundang.
(Bab III, Pasal 6A ayat 4)Pasal 7A Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan
pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau
perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. (Bab
http://www.fisip.undip.ac.id/admpublik Powered by Joomla! Generated: 26 September, 2010, 13:04
Administrasi Publik || Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik

III, Pasal 7A )Pasal 7B Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan
Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada
Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela~ dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. (Bab III, Pasal 7B ayat 1)Pendapat
Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum tersebut
ataupun telah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden adalah dalam rangka pelaksanaan
fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat. (Bab III, Pasal 7B ayat 2)Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan
Rakyat kepada Mahkamah Konstitusi hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah
anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 dari
jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat. (Bab III, Pasal 7B ayat 3)Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili,
dan memutus denganSeadil-adilnya terhadap pendapat Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lama sembilan puluh
hari setelah permintaan Dewan Perwakilan Rakyat itu diterima oleh Mahkamah Konstitusi. (Bab III, Pasal 7B ayat
4)Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran
hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan
tercela~ dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau WakilPresiden, Dewan Perwakilan Rakyat menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul
pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat. (Bab III, Pasal 7B ayat
5)Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat
tersebut paling lambat tiga puluh hari sejak Majelis Permusyawaratan Rakyat menerima usul tersebut. (Bab III, Pasal 7B
ayat 6)Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden harus
diambil dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dihadiri oleh sekurangkurangnya 3/4 dari jumlah
anggota dan disetujui oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil
Presiden diberi kesempatan menyampaikan penjelasan dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat. (Bab
III, Pasal 7B ayat 7)Pasal 7C Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat.
(Bab III, Pasal 7C)Pasal 8 Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya
dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya. (Bab III, Pasal 8 ayat
1)Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, selambatlambatnya dalam waktu enam puluh hari, Majelis
Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh
Presiden. (Bab IIi, Pasal 8 ayat 2)Pasal 11 Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan
akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau
mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
(Bab III, Pasal 11 ayat 2)Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-undang. (Bab III,
Pasal 11 ayat 2) BAB V KEMENTERIAN NEGARAPasal 17 Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian
negara diatur dalam undang-undang. (Bab V, Pasal 17) BAB VIIA DEWAN PERWAKILAN DAERAHPasal 22C Anggota
Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum. (Bab VIIA, Pasal 22C ayat 1)Anggota
Dewan Perwakilan Daerah dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota Dewan Perwakilan Daerah
itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat. (Bab VIIA, Pasal 22C ayat 2)Dewan Perwakilan
Daerah bersidang sedikitnya sekali dalam setahun. (Bab VIIA, Pasal 22C ayat 3)Susunan dan kedudukan Dewan
Perwakilan Daerah diatur dengan undang-undang. (Bab VIIA, Pasal 22C ayat 4) Pasal 22D Dewan Perwakilan Daerah
dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber
daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
(Bab VIIA, Pasal 22D ayat 1)Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-undang yangberkaitan
dengan otonomi daerah~ hubungan pusat dan daerah~ pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah~
pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah~
serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan undang-undang anggaran
pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
(Bab VIIA, Pasal 22D ayat 2)Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-
undang mengenai : otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan
Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti. (Bab VIIA, Pasal 22D ayat 3)Anggota Dewan Perwakilan
Daerah dapat diberhentikan dari jabatannya,yang syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undangundang. (Bab VIIA,
Pasal 22D ayat 4) BAB VIIB PEMILIHAN UMUMPasal 22E Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali. (Bab VIIB, Pasal 22E ayat 1)Pemilihan umum diselenggarakan
untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. (Bab VIIB, Pasal 22E ayat 2)Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik. (Bab VIIB, Pasal 22E ayat
3)Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah perseorangan. (Bab VIIB, Pasal
22E ayat 4)Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan
mandiri. (Bab VIIB, Pasal 22E ayat 5)Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang.
(Bab VIIB, Pasal 22E ayat 1) BAB VIII HAL KEUANGANPasal 23 Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai
wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undangundang dan dilaksanakan secara
http://www.fisip.undip.ac.id/admpublik Powered by Joomla! Generated: 26 September, 2010, 13:04
Administrasi Publik || Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik

terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (Bab VIII, Pasal 23 ayat 1)Rancangan
undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan
Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. (Bab VIII, Pasal 23 ayat 2)Apabila
Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh
Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu. (Bab VIII, Pasal 23 ayat
3) Pasal 23A Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang.
(Bab VIII, Pasal 23A ) Pasal 23C Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang. (Bab VIII, Pasal
23C) BAB VIIIA BADAN PEMERIKSA KEUANGANPasal 23E Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang
keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. (Bab VIIIA, Pasal 23E ayat
1)Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya. . (Bab VIIIA, Pasal 23E ayat 2)Hasil pemeriksaan
tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang. . (Bab VIIIA, Pasal 23E
ayat 3) Pasal 23F Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden. . (Bab VIIIA, Pasal 23F ayat 1)Pimpinan Badan
Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota. . (Bab VIIIA, Pasal 23E ayat 2) Pasal 23G Badan Pemeriksa
Keuangan berkedudukan di ibu kota negara, dan memiliki perwakilan di setiap provinsi. . (Bab VIIIA, Pasal 23G ayat
1)Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur dengan Undang-undang. . (Bab VIIIA, Pasal 23G
ayat 2) BAB IX KEKUASAAN KEHAKIMANPasal 24 Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. (Bab IX, Pasal 24 ayat 1)Kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi. . (Bab IX, Pasal 24 ayat 2) Pasal 24A Mahkamah Agung berwenang mengadili pada
tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang,dan
mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.(Bab IX, Pasal 24A ayat 1)Hakim agung harus
memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, profesional, dan berpengalaman di bidang hukum. (Bab IX,
Pasal 24A ayat 2)Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan
persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden. (Bab IX, Pasal 24A ayat 3)Ketua dan wakil
ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim agung. (Bab IX, Pasal 24A ayat 4)Susunan, kedudukan,
keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah Agung serta badan peradilan di bawahnya diatur dengan undangundang.
(Bab IX, Pasal 24A ayat 5) Pasal 24B Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan
hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat,
serta perilaku hakim. (Bab IX, Pasal 24B ayat 1)Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan
pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela. (Bab IX, Pasal 24B ayat
2)Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
(Bab IX, Pasal 24B ayat 3)Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan undang-undang. (Bab
IX, Pasal 24B ayat 3) Pasal 24C Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UndangUndang Dasar, memutus pembubaran partai
politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. (Bab IX, Pasal 24C ayat 1) Mahkamah Konstitusi wajib
memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau
Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar. (Bab IX, Pasal 24C ayat 2)Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan
orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah
Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden. (Bab IX, Pasal 24C ayat 3)Ketua dan
Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh hakim konstitusi. (Bab IX, Pasal 24D ayat 4)Hakim konstitusi
harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, negarawan yang menguasai konstitusi dan
ketatanegaraan, serta tidak merangkap sebagai pejabat negara. (Bab IX, Pasal 24D ayat 5)Pengangkatan dan
pemberhentian hakim konstitusi, hukum acara serta ketentuan lainnya tentang Mahkamah Konstitusi diatur dengan
undang-undang. (Bab IX, Pasal 24D ayat 6) AMANDEMEN KEEMPATBAB IIMAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan erwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah
yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang. (Bab II, Pasal 2 ayat 1)Majelis
Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden. (Bab II, Pasal 3 ayat 2) Majelis Permusyawaratan
Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-
Undang Dasar. (Bab II, Pasal 3 ayat 3) BAB III KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA Dalam hal tidak ada pasangan
calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua
dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara rakyat terbanyak
dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden. (Bab III, Pasal 6A ayat 4)Pasal 8 Jika Presiden dan Wakil Presiden
mangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan,
pelaksana tugas kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pertahanan secara
bersama-sama. Selambatlambatnya tigapuluh hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan
sidang untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang
diusulkan oleh partai polotik yang psangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan
kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai akhir masa jabatannya. (Bab III, Pasal 8 ayat 4)Pasal 11 Presiden
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan
negara lain. (Bab III, Pasal 11 ayat 1)Pasal 16 Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas
memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutanya diatur dalam undang-undang. (Bab III,
http://www.fisip.undip.ac.id/admpublik Powered by Joomla! Generated: 26 September, 2010, 13:04
Administrasi Publik || Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik

Pasal 16 ) BAB VIII HAL KEUANGAN Pasal 23B Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang. (Bab
VIII, Pasal 23B ) Pasal 23D Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung
jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. (Bab VIII, Pasal 23D ) BAB IX KEKUASAAN
KEHAKIMANPasal 24 Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam undang-
undang. (Bab IX, Pasal 24 Ayat 3 ) BAB XIII PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANPasal 31 Setiap warga negara berhak
mendapat pendidikan. (Bab XIII, Pasal 31 Ayat 1 )Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya. (Bab XIII, Pasal 31 Ayat 2 )Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. (Bab XIII, Pasal 31 Ayat 3 )Negara
memprioritaskan anggaran pendidikan sekurangkurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja
negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional. (Bab XIII, Pasal 31 Ayat 4 )Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. (Bab XIII,
Pasal 31 Ayat 5 )Pasal 32 Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dalam mengembangkan nilai-nilai budayanya. (Bab XIII, Pasal 32
Ayat 1 )Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional. (Bab XIII, Pasal 31
Ayat 2 ) BAB XIV PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIALPasal 33 Perekonomian nasional
diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
(Bab XIV, Pasal 33 Ayat 4 )Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang. (Bab
XIV, Pasal 33 Ayat 5 )Pasal 34 Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. (Bab XIV, Pasal 34 Ayat 1
)Negara mengembangkan sistim jaminan sosial bagi seluruah rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan
tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. (Bab XIV, Pasal 34 Ayat 2 )Negara bertanggungjawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. (Bab XIV, Pasal 34 Ayat 3
)Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undangundang. (Bab XIV, Pasal 34 Ayat 4 ) BAB
XVI PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASARPasal 37 Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat
diagendakan dalam sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. (Bab XVI, Pasal 37 Ayat 1 )Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-
Undang Dasar diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta
alasannya. (Bab XVI, Pasal 37 Ayat 2)Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat dihadiri sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat. (Bab
XVI, Pasal 37 Ayat 3)Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan dengan persetujuan
sekurang-kurangnya limapuluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(Bab XVI, Pasal 37 Ayat 4)Khusus mengenai bentuk negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan
perubahan. (Bab XVI, Pasal 37 Ayat 5) ATURAN TAMBAHANPasal I Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk
melakukan peninjauan terhadap materi dan status hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk diambil putusan pada sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun
2003. (Aturan Tambahan Pasal I) Pasal II Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal. (Aturan Tambahan Pasal
II) ATURAN PERALIHANPasal I Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum
diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini. (Aturan Peralihan Pasal I)Pasal II Semua lembaga negara yang
ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang
baru menurut UndangUndang Dasar ini. (Aturan Peralihan Pasal II)Pasal III Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-
lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.
(Aturan Peralihan Pasal III)

http://www.fisip.undip.ac.id/admpublik Powered by Joomla! Generated: 26 September, 2010, 13:04

Anda mungkin juga menyukai