Anda di halaman 1dari 4

Buletin Jumat Elektronik – Edisi 6/1429H

“Maka Apabila telah datang waktu kematian


(ajal) , mereka tidak dapat mengundurkannya
barang sesaat pun dan tidak dapat (pula)
memajukannya” (QS. Al A’raf : 34)

Benarkah AKHIRAT tidak kekal ?


Oleh : al-Ustadz Abu Ahmad Ali

Sumber: Buletin al-Jihad – Edisi 14 Th.1429H/11 April 2008M


Diterbitkan: Majelis Ta’lim Ahlussunnah Wal Jama’ah - Yayasan as-Salaf Samarinda
Penasehat: al-Ustadz Abdul Aziz as-Salafy
Pimpinan Redaksi: Abu Yusuf Ibnu Syaibani
Editor: Abu Abdirrahman – Abu Ahmad Imam Ali
Redaktur: Ibnu Muhammad
Alamat Redaksi: Jl. Muhammad Said Gg. 3 B RT. 10 No. 99 Kel. Lok Bahu Kec.
Sungai Kunjang Samarinda, Telp 0541-7010648

Rekomendasi Kanwil Depag Prop Kaltim : No : wq /3c/BA.00/04/2002 Samarinda : Abu Abdillah


(7010648) Mush’ab : (085246036981) Bontang : Abu Luthfi (08125862757); Abu Arkan
(08125480765) Sangatta : Mugianto (0549-22866) Melak : Syamsir (081347986224) Agung
(081350277112) Infaq Cetak : (Samarinda Rp. 175,- /Lbr ; Luar Samarinda Rp. 200,- /Lbr terbit
setiap Jum’at. Salurkan bantuan anda melalui : Petugas, Kotak Infaq atau Rekening BNI a.n Syafrudi No.
Rek : 8450869-6 Percetakan Tiara Telp. 0541-749882
Beriman tentang hari akhir adalah termasuk rukun iman ke lima yang harus ditetapkan
oleh setiap muslim, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman mensifatkan keadaan orang-orang
yang bertaqwa : “ dan mereka yang beriman kepada kitab (Al-Quran) yang telah diturunkan
kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu serta mereka yakin tentang adanya
(kehidupan) akhirat, mereka itulah yang telah mendapat petunjuk dari tuhan mereka dan
merekalah orang-orang yang beruntung”. (Al Baqoroh : 4 – 5).

Dan barang siapa mengingkari hal tersebut maka sungguh dia telah kafir, Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Orang-orang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-sekali
tidak dibangkitkan, katakanlah : Tidak demikian, demi tuhanku, benar-benar kamu akan
dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan, yang
demikian itu adalah mudah bagi Allah”. (At Taghobun : 7).
Demikian pula Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan perkataan orang-orang kafir pada umat
sebelum kita, ketika membantah Nabi mereka dalam firman-Nya : “Apakah ia menjanjikan
kepada kamu sekalian, bahwa bila kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang,
kamu sesungguhnya akan dikeluarkan (dari kuburanmu)? jauh, jauh sekali (dari kebenaran) Apa
yang diancamkan kepada kamu itu. Kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini,
kita mati dan kita hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi. Ia tidak lain adalah seorang
yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah, dan kami sekali-kali tidak akan beriman
kepadanya”. (Al Mu’minuun : 35-38).

Termasuk bentuk keimanan kepada hari akhir adalah beriman dengan adanya Al Jannah(baca:
surga) dan An Naar(baca : neraka). Dan keduanya adalah tempat kembali yang abadi bagi
makhluk. Adapun Al Jannah adalah tempat yang berisikan kenikmatan yang Allah Subhanahu wa
Ta’ala peruntukkan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertaqwa, yang di dalamnya
berisikan berbagai macam kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata dan didengar oleh
telinga dan terbetik pada hati manusia.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amalan sholeh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka disisi tuhan
mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya
selama-selamanya, Allah ridho terhadap mereka dan mereka pun ridho kepada-Nya, yang
demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya”. (Al Bayyinah : 7-8).
Demikian pula firman-Nya : “Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk
mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan”. (As Sajdah : 17).

Adapun Neraka adalah tempat yang berisikan adzab yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
peruntukkan bagi orang-orang kafir, yang kafir kepada Allah dan bermaksiat (tidak taat) kepada
rosul-rosulNya. Di dalamnya terdapat bermacam-macam adzab dan siksaan yang tidak bisa
dibayangkan dan digambarkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “…Sesungguhnya kami
telah sediakan bagi orang-orang dzolim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka, dan jika
mereka meminta minuman, niscaya mereka akan diberi minuman dengan air seperti besi yang
mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat
yang paling jelek”. (Al Kahfi : 29).

Demikian pula firman-Nya : “Sesungguhnya Allah melaknat orang-orang kafir dan menyediakan
bagi mereka api yang menyala-nyala (neraka). Mereka kekal didalamnya selama-lamanya,
mereka tidak memperoleh seorang pelindungpun dan tidak pula seorang penolong pada hari
ketika mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata : Alangkah baiknya, andaikata
kami ta’at kepada Allah dan ta’at (pula) kepada rosul”. (Al Al Ahzaab : 64-66).
Dari ayat-ayat yang kami bawakan, menunjukkan bahwa Al Jannah dan An Naar adalah dua
tempat yang abadi dan tidak mengalami kemusnahan, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala
menyebutkan dengan lafadz “…mereka kekal didalamnya selama-lamanya”. Dan ayat-ayat yang
semakna dengan ini sangatlah banyak, diantaranya firman-Nya : “Mereka tidak merasakan mati
didalamnya kecuali mati yang pertama (di dunia)”. (Ad Dukhaan : 56).

Demikian pula dalam hadist, diantaranya adalah yang diriwayatkan oleh bukhari dan muslim
dimana Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan kejadian pada Yaumul Qiyamah, ketika
penduduk Al Jannah (baca : Surga) telah masuk ke dalam Al Jannah dan penduduk An Naar (baca
: neraka) telah masuk ke dalam An Naar maka datangkanlah kematian dan diletakkan di antara Al
Jannah dan An Naar kemudian di sembelih, kemudian di katakan : “Wahai penduduk Al Jannah,
kekekalan tidak ada kematian, dan Wahai penduduk An Naar, kekekalan tidak ada kematian”.

Adapun pendapat yang menyatakan tentang kekalnya Al Jannah dan binasanya An Naar adalah
pendapat yang tidak dibangun di atas dalil-dalil yang jelas. Dan apa yang dinukilkan dari
perkataan ‘Umar bin Al Khottob demikian pula ‘Abdulloh bin ‘Amr radhiallahu ‘anhum tidaklah
Shohih (baca : benar) karena dalam sanadnya terdapat kritikan dari para ulama, demikian pula
hadist-hadist yang disandarkan kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam.

Al Imam Ash Shon’ani rahimahullah telah mengarang sebuah kitab yang berharga dalam
permasalahan ini. Bahkan beliau kumpulkan dalam kitab tersebut dalil-dalil yang menjelaskan
tentang kemusnahan An Naar kemudian beliau membantahnya. Beliau beri judul kitabnya
tersebut yang artinya : “Menyingkap tabir penutup untuk membatalkan dalil-dalil orang yang
menyatakan kemusnahan An Naar”. Demikian pula Al ‘Allamah Al Albani rahimahullah dalam
kitab beliau “Kumpulan hadist-hadist yang lemah dan palsu” dalam hadist no. 342.

Berkata Al ‘Allamah Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah : “Dan wajib bagi kita untuk menyakini
keyakinan yang ditunjuki oleh kitab Robb kita dan sunnah Nabi kita bahwasanya An Naar adalah
tempat yang kekal dan janganlah kita memperdulikan ucapan seseorang yang menyelisihi perkara
tersebut, kita melihat bahwa dia telah terjatuh dalam kesalahan”. (Syarah Aqidah Ahlus Sunnah
wal Jama’ah hal. 291).

Diantara dalil yang menjelaskan tentang kekekalan An Naar dan tidak mengalami kebinasaan
adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : “Mereka ingin keluar dari neraka padahal mereka
sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya dan mereka memperoleh adzab yang kekal”. (Al
Maidah : 37). Dan Firman-Nya : “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa kekal didalam adzab
An Naar Jahannam. Tidak diringankan adzab itu dari mereka dan mereka di dalamnya berputus
asa”. (Az Zukhruf : 74-75). Dan juga Firman-Nya : “Sesungguhnya Adzabnya itu (An Naar)
adalah kebinasaan yang kekal”. (Al Furqon : 65). Serta Firman-Nya : “Mereka tidak bisa
dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak pula diringankan dari mereka adzabnya”. (Faathir :
36).

Sehingga, dalil-dalil yang kita sebutkan sangatlah jelas menunjukkan kekalnya An Naar dan
kekalnya adzab yang dialami oleh orang-orang yang mentauhidkan Allah Ta’ala, bilamana
mereka dimasukan ke dalam An Naar tidaklah mereka kekal di dalamnya, karena banyaknya
dalil-dalil yang datang dari Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan akan dikeluarkannya
orang-orang yang mengucapkan kalimat tauhid LAA ILAAHA ILLALLAHU dari neraka.
Demikian pula hadist tentang syafa’at akan tetapi hukum ini hanya khusus diberikan untuk
mereka, tidak pada orang-orang kafir dan musyrik.
Maka Hendaklah kita menjadi seseorang yang mengenal kebenaran dengan dalilnya,
jangan melihat pada perkataan seseorang, karena siapapun bisa diambil pendapatnya dan ditolak
pendapatnya kecuali Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam.

Mutiara Kalam
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Orang-
orang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-
sekali tidak dibangkitkan, katakanlah : Tidak
demikian, demi tuhanku, benar-benar kamu akan
dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan, yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah”. (At Taghobun : 7)

Seruan Infaq
Kini Anda pun dapat berperan dalam dakwah yang mulia ini, Hanya
dengan menginfakkan Rp. 35.000,-/bulan anda sudah menjadi perantara
sampainya buletin dakwah ini kepada 50 orang / minggu selama 4 edisi.
Hub : Samarinda : Hevvi Mahfudiansyah, S.Pd (7010648) Mush ab :
(085246068651)
Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Rabb kalian dan juga
kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang
bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menginfakkan (harta bendanya) baik dalam keadan lapang
maupun sempit, orang-orang yang mampu menahan amarahnya dan yang suka memaafkan
kesalahan orang lain. Dan Allah itu menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. (Ali Imron:
133-134)

Anda mungkin juga menyukai