BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1.2.1. U mum
Tujuan disusunnya Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2007
adalah tersedianya data / informasi yang relevan, akurat, tepat waktu dan
sesuai kebutuhan dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen
kesehatan secara berhasilguna dan berdayaguna sebagai upaya menuju
Kota Semarang yang Sehat.
1.2.2. Khusus
Secara khusus tujuan penyusunan Profil Kesehatan adalah :
1.2.2.1. Diperolehnya Data / informasi umum dan lingkungan yang meliputi
lingkungan fisik dan biologi, perilaku masyarakat yang berkaitan dengan
kesehatan masyarakat, data kependudukan dan sosial ekonomi;
1.2.2.2. Diperolehnya Data / informasi tentang status kesehatan masyarakat yang
meliputi angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat;
1.2.2.3. Diperolehnya Data / informasi tentang upaya kesehatan,
yang meliputi cakupan kegiatan dan sumber daya
kesehatan.
1.2.2.4. Diperolehnya Data / informasi untuk bahan penyusunan
perencanaan kegiatan program kesehatan;
1.2.2.5. Tersedianya alat untuk pemantauan dan evaluasi tahunan
program – program kesehatan;
1.2.2.6. Tersedianya wadah integrasi berbagai data yang telah
dikumpulkan oleh berbagai sistem pencatatan dan
pelaporan yang ada di Puskesmas, Rumah Sakit maupun
Unit-Unit Kesehatan lainnya;
1.2.2.7. Tersedianya alat untuk memacu penyempurnaan sistem
pencatatan dan pelaporan kesehatan.
2.2 Kependudukan
2.2.1. Pertumbuhan Penduduk, Persebaran dan Kepadatan
Penduduk, Komposisi Penduduk, Kelahiran, Kematian dan
Perpindahan
2.2.1.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Kota Semarang menurut registrasi sampai dengan
akhir Desember tahun 2007 sebesar : 1.454.594. jiwa, terdiri dari 722.026
jiwa penduduk laki-laki dan 732.568 jiwa penduduk perempuan. Dengan
jumlah sebesar itu Kota Semarang termasuk dalam 5 besar
Kabupaten/Kota yang mempunyai jumlah penduduk terbesar di Jawa
Tengah.
Tabel 1 : Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Tahun 2003 - 2007
5
dengan Angka Kelahiran Kasar atau Crude Birth Rate ( CBR ) dan Angka
Kematian Kasar atau Crude Death Rate ( CDR ) yang merupakan
perbandingan antara jumlah kelahiran dan kematian selama 1 tahun dengan
jumlah penduduk pertengahan tahun.
Selama periode 5 tahun terakhir perkembangan kelahiran dan
kematian penduduk di Kota Semarang terlihat cukup berfluktuasi. Hal ini
dilihat bahwa untuk CBR periode 2003 – 2007 mengalami kenaikan yang
cukup berarti yaitu menjadi 16,06/1.000 penduduk. Sedangkan CDR juga
mempunyai pola yang sama berfluktuasi selama periode 2003 – 2006
mengalami peningkatan dan menurun pada tahun 2007 menjadi 7,04/1.000
penduduk. Data selengkapnya pada tabel berikut :
Tabel 2: Perkembangan Kelahiran dan Kematian Penduduk
Kota Semarang Periode 2003 – 2007
Tahun Jml Penduduk CBR CDR
(/1000 pddk) (/1000 pddk)
2.3. PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan
masyarakat yang berperan meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi
pendidikan suatu masyarakat, semakin baik kualitas sumber dayanya.
Sebagai gambaran tingkat pendidikan penduduk Kota
Semarang pada tahun 2007 adalah sebagai berikut :
Tabel 3 : Prosentase Tingkat Pendidikan di Kota Semarang
Tahun 2007
Jumlah %
2. SD / MI 640 41,39
5. Nelayan 2.506 0,
4
0
7. Pedagang 73.431 1
1,
9
3
8. Angkutan 22.187 3,
6
0
Jumlah: 615.229 1
0
0,
0
0
3.1 DASAR
Dasar pembangunan kesehatan adalah nilai kebenaran dan aturan pokok
yang menjadi landasan untuk berfikir dan bertindak dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan. Dasar-dasar berikut ini merupakan landasan dalam
penyusunan visi, misi dan strategi serta sebagai petunjuk pokok pelaksanaan
pembangunan kesehatan:
3.1.1 Perikemanusiaan
Setiap kegiatan proyek, program kesehatan harus berlandaskan
perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3.2.2 MISI
Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran organisasi
kesehatan di seluruh wilayah Kota Semarang, yang bertanggung jawab secara
teknisterhadap pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan Kota
Semarang. Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan misi yang diemban oleh
seluruh jajaran petugas kesehatan di masing-masing jenjang administarsi
pemerintahan, yaitu :
1. Memberi perlindungan kesehatan dan memberi pelayanan kesehatan
paripurna yang terbaik kepada seluruh lapisan masyarakat agar tercapai
derajat kesehatan yang optimal
2. Melibatkan peran serta masyarakat melalui upaya di bidang kesehatan
dengan cara efektif dan efisien
3.2.3 TUJUAN
1. Meningkatkan mutu upaya pelayanan kesehatan yang berhasil
guna, beradya guna dan dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat. (Misi 1)
2. Menyediakan pelayanan kefarmasian yang memenuhi
persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan. (Misi 1)
3. Meningkatkan kualitas manajemen upaya pelayanan
kesehatan dalam mendukung pencapaian derajad kesehatan
masyarakat yang optimal. (Misi 1)
4. Memberdayakan individu, kelompok masyarakat di bidang
kesehatan untuk memelihara, meningkatkan, melindungi
kesehatannya sendiri dan lingkungannya menuju masyarakat
yang sehat, mandiri, produktif. (Misi 2)
3.2.4. SASARAN
Program yang telah disusun dan ditetapkan sebagai strategi kebijakan Dinas
Kesehatan Kota Semarang terdiri dari 8 (delapan) program, antara lain
1. Pelayanan Kesehatan
2. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
3. Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat
4. Lingkungan Sehat
5. Pemberdayaan Masyarakat
6. Manajemen Kesehatan dan Perijinan
80%
23. Puskesmas yang melakukan deteksi dini PTM tertentu : 80%
24. Ketepatan laporan surveilens penyakit menular : 80%
25. Kelengkapan laporan surveilens penyakit menular : 90%
26. Ketepatan laporan penyakit tidak menular : 65%
27. Kelengkapan laporan penyakit tidak menular : 80%
28. Kelurahan mencapai Universal Child Imunization (UCI) : 78%
29. Cakupan BIAS : 95%
30. Imunisasi TT ibu hamil : 70%
31. Imunisasi calon jemaah haji : 100%
32. Pelacakan K3JH : 90%
III. Meningkatnya derajad kesehatan ibu, ibu hamil, bayi, balita, anak
prasekolah, remaja, usia lanjut.
1. Kunjungan ibu hamil 1 : 95%
2. Kunjungan ibu hamil 4 : 87%
3. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan : 87%
4. Deteksi risiko tinggi oleh tenaga kesehatan : 20%
5. Deteksi risiko tinggi oleh masyarakat : 10%
19
IX. Meningkatnya perilaku hidup bersih sehat dan peran serta aktif
BAB IV
PENCAPAIAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Gambaran masyarakat Kota Semarang masa depan yang ingin dicapai oleh
segenap komponen masyarakat melalui pembangunan kesehatan Kota Semarang
adalah : Kota Semarang Sehat 2010 yang mandiri dan bertumpu pada potensi
daerah. Terdapat beberapa keterkaitan dari beberapa aspek yang dapat mendukung
meningkatnya kinerja yang dihubungkan dengan pencapaian pembangunan
kesehatan, diantaranya adalah : (1) indikator derajat kesehatan sebagai hasil akhir,
yang terdiri atas indikator mortalitas, morbiditas dan status gizi. (2) indikator hasil
antara, yang terdiri atas indikator keadaan lingkungan, perilaku hidup masyarakat,
akses mutu pelayanan kesehatan serta (3) indikator proses dan masukan yang terdiri
atas indikator pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan
dan kontribusi sektor terkait.
00001000000400000000400000048000000080000005800000012000000680000000c000000800000000d0000008c00000013
dalam menangani masalah kegawat daruratan pada saat persalinan maupun
c020e000140012000000f5ff200000f40000000000000000c020e0001400000000000100230000100000000000000000c02093
0001000000000000000100000000000000010000000000000001000000000000000100000000000000010000000000000001
pasca persalinan, dimana hal ini berpengaruh terhadap penentuan diagnosa
000000010000004c0065007400740065007200000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000
maupun dalam pengambilan keputusan klinik. Faktor lainnya yang turut
0000000a0000400030004009e0818009e08000000000000000000000400000000000200000000000a00000009081000000610
menentukan adalah keteraturan ibu hamil memeriksakan kehamilannya
04b006f00740061002000530065006d006100720061006e00670020000a0054006100680075006e0020003100390039003800
2f3e3c613a63732074797065666163653d22417269616c222f3e3c2f613a6465665250723e3c2f613a7050723e3c613a656e645
(ANC) di petugas kesehatan, deteksi dini terhadap resiko tinggi dan
003410000025102000020201000000000013070000660e0000320100003a010000000008000a000000331000004f101400020
komplikasi kehamilan ataupun persalinan, serta dukungan keluarga dalam
memperoleh pelayanan kehamilan, persalinan maupun rujukan
kegawatdaruratan. Disamping itu mulai membaiknya sistem pencatatan dan
pelaporan baik di sarana pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit dan
Puskesmas turut membantu dalam pendataan kematian ibu maternal.
Kejadian kematian ibu maternal paling banyak terjadi pada masa nifas
sebesar 60%, kemudian pada persalinan 25% dan masa kehamilan 15%.
Sebagai upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), telah
dilaksanakan berbagai pelatihan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
ibu dan anak diantaranya Pelatihan Asuhan Persalihan Normal (APN) yang
merupakan standar pertolongan persalinan dan pendampingan persalinan
dukun bayi oleh tenaga kesehatan, Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergensi Dasar (PONED) dan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) serta yang lainnya.
b. Angka Kematian
Pada tahun 2007, jumlah kematian akibat DBD menurun menjadi 32
orang dari 42 orang pada tahun 2006, sehingga diperoleh CFR sebesar
1,1%, dimana angka tersebut masih dibawah target Kota Semarang dan SPM
yaitu < 2%. Penurunan CFR menunjukkan semakin baiknya pelayanan medis
penderita DBD pada Rumah Sakit di Kota Semarang. Pencapaian CFR
tertinggi terdapat pada Puskesmas Karangmalang (16,7%) dan CFR
terendah pada Puskesmas Kedungmundu (0.4%). Dan terdapat 16
puskesmas dengan CFR = 0%.
b. HIV/AIDS
Jumlah kasus HIV (+) yang ditemukan tahun 2007 sebanyak 18
orang menurun apabila dibandingkan tahun 2006 yaitu sebesar 19 orang.
Cakupan HIV/AIDS didapat dari hasil skrining sero survei pada kelompok
perilaku resiko tinggi sebanyak 363 orang terdiri dari Wanita Penjaja Seks
(WPS). Sedangkan dari hasil kegiatan VCT tahun 2007 ditemukan 195
kasus (120 orang dari klinik VCT, 42 orang BP4 dan 33 orang dari LSM).
Jumlah ini meningkat 16 orang dibandingkan tahun sebelumnya (179
kasus).
Sedangkan untuk kasus AIDS ditemukan sebanyak 33 kasus
meningkat dari tahun 2006 yang mencakup 25 kasus, Hal ini disebabkan
karena semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang HIV /
AIDS sehingga meningkat pula kunjungan ke klinik VCT.
Dari hasil skrining darah di PMI terhadap virus HIV selama tahun
2007 telah diperiksa darah donor sejumlah 47.059 orang. Dari jumlah
tersebut yang positif HIV/AIDS sebanyak 62 (0,13%). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa HIV/AIDS tidak hanya menjangkiti kelompok resiko
31
Berikut ini data 10 besar penyakit yang ada di Kota Semarang pada
tahun 2007 berdasarkan laporan dari Puskesmas dan Rumah Sakit:
6. Infeksi saluran nafas bagian atas 116 Peny. Pulpa dan Jar. 22.972
akut lainnya Peripikal
7. Peny. System kemih lainnya 116 Gastritis 22.456
dalam waktu kurang dari 24 jam (data selengkapnya pada tabel 30).
IV.3.3.2 Jamban
Keberadaan jamban keluarga sangat penting dalam sebuah keluarga.
Pengelolaan sebuah jamban yang memenuhi syarat kesehatan diperlukan
sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penularan penyakit.
Berdasarkan laporan puskesmas, pada tahun 2007 diketahui bahwa
46.936 KK telah memanfaatkan jamban keluarga dan 44.191 KK telah
memenuhi syarat jamban yang sehat (94,15%) dari 49.324 KK yang
dilakukan pemeriksaan. Apabila dibandingkan dengan target Rencana
Strategik tahun 2007 yaitu 83,94%, maka cakupan keluarga yang telah
memiliki jamban keluarga sudah memenuhi target tersebut. Faktor yang
turut mendukung pencapaian target tersebut yaitu meningkatnya
pembangunan dan pengembangan perumahan yang memenuhi syarat
kesehatan.
43
0000000b000000880000000c000000940000000d000000a000000013000000ac00000002000000e40400001e0000000800000
IV.3.3.3 Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga
000000017352474200aece1ce90000000467414d410000b18f0bfc6105000000206348524d00007a26000080840000fa0000008
d9fd5ce6ce03af218d5c8708771e6968887b488707978ead2ee761eea698dda26699420ba3769902b78198b66aaf9aae03f078e0
Dalam upaya mendukung terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat
000000ffffff000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000003fffffffffffffffffffffff
diperlukan pengelolaan air limbah yang sesuai standar dan memenuhi
fffffffffffffffffffffffffffffffffff800001ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff000000fffffffffffffffffffffffffffffff
syarat kesehatan. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah suatu
4a524a524a524a524a524a524a524a524a524a292500000000ff7fff7fff7fff7fff7fff7fff7fff7fff7fff7fff7fff7fff7fff7fff7f0000ff7
a7f667f6a7f667f6a7f667f6a7f667f6a7f667f6a7f667f6a7f667f6a7f667f6a7f667f6a7f667f6a00002f3194419545944195419441
bangunan yang digunakan untuk membuang air buangan kamar mandi,
6a7f667f6a7f667f6a7f667f6a7f667f6a7f667f6a7f667f6a7f667f6a7f66f84d000095459441954194419545944195416510bf7fb
tempat cuci, dapur dan lain-lain bukan dari jamban atau peturasan. SPAL
yang sehat hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :
• Tidak mencemari sumber air bersih (jarak dengan sumber air bersih
minimal 10 meter
• Tidak menimbulkan genangan air yang dapat dipergunakan untuk
sarang nyamuk (diberi tutup yang cukup rapat)
• Tidak menimbulkan bau (diberi tutup yang cukup rapat)
• Tidak menimbulkan becek atau pandangan yang tidak menyenangkan
(tidak bocor sampai meluap)
Pengelolaan limbah di rumah tangga yang diperiksa pada tahun
2007 sebanyak 46.649 KK dan yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak
41.487 KK (88,93%). Jumlah ini telah melebihi target yang telah ditentukan
dalam renstra 2007 (72,14%).
melampaui target yang ditetapkan dalam Renstra Tahun 2007 yaitu 86%.
Faktor pendukung dalam hal ini dapat disebabkan oleh meningkatnya
kesadaran ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke sarana
pelayanan kesehatan yang ada dan adanya dukungan peningkatan kualitas
pelayanan ANC oleh petugas puskesmas. Cakupan K4 Puskesmas dari
rentang antara yang terendah Puskesmas Mangkang (43,08%) dengan
yang tertinggi Puskesmas Bulu Lor (105,99%). Pencapaian melebihi target
dikarenakan mobilitas penduduk di Kota Semarang yang cukup tinggi
sehingga banyak penduduk luar wilayah yang menggunakan pelayanan
kesehatan yang ada di wilayah tersebut. Bila dibandingkan dengan target
SPM Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 sebesar 78%, maka pencapaian
K4 di Kota Semarang sudah melampaui target tersebut.
Anemi (kekurangan zat gizi besi) pada ibu hamil merupakan salah
satu penyebab utama terjadinya kematian pada ibu melahirkan dan
kematian bayi karena terjadinya perdarahan pada waktu melahirkan. Kasus
anemia ibu hamil di Kota Semarang pada tahun 2007 yaitu sebanyak 1.436
bumil (19,04%) dari 7.543 bumil yang diperiksa. Namun angka ini masih
dibawah target Renstra Kota Semarang tahun 2007 sebesar 25%. Untuk itu
diperlukan adanya upaya pencegahan dan penanganan terhadap
permasalahan tersebut, salah satunya melalui pemberian tablet besi (Fe)1
dan tablet besi (Fe)3.
Pada tahun 2007 cakupan pemberian tablet (Fe)1 sebanyak 28.069
bumil (102,96%) dan cakupan untuk tablet (Fe)3 sebanyak 24.240 bumil
(88,91%). Hal ini menunjukkan bahwa penjaringan pertama pada ibu hamil
sudah dapat dilaksanakan sesuai target namun untuk penjaringan
selanjutnya (Fe)3 90 tablet tidak dapat mencakup jumlah tersebut. Secara
keseluruhan angka tersebut telah memenuhi target yang telah ditentukan,
yaitu untuk tablet Fe1 90% dan tablet Fe3 82%. Keberhasilan pencapaian
target tersebut dapat disebabkan oleh adanya persediaan tablet Fe yang
mencukupi kebutuhan dan juga pelaksanaan kegiatan melalui koordinasi
dan kerjasama dengan lintas program dan sektor terkait.
Dalam pelayanan ibu hamil (antenatal) baik pada K1 maupun K4 ibu
hamil selain diberikan tablet Fe juga diberikan imunisasi TT sebagai upaya
perlindungan ibu dan bayinya dari kemungkinan terjadinya Tetanus pada
waktu persalinan. Oleh karena itu pemberian TT merupakan keharusan
mengalami penurunan dari tahun 2006 yaitu 23.487 bayi (95,87%) namun
cakupan ini sudah memenuhi target Renstra Kota Semarang Tahun 2007
sebesar 87%.
Pada tahun 2007 ditemukan 14 (empat belas) Puskesmas dengan
cakupan kunjungan bayi sama dengan atau lebih dari 100% (data terlampir
pada tabel 15). Cakupan yang melebihi jumlah sasaran bayi (≥100%) dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pada saat penentuan jumlah sasaran
melalui kegiatan pemantauan wilayah setempat (PWS) KIA belum
mencakup jumlah seluruh bayi yang ada di wilayah tersebut atau karena
penentuan target sasaran bayi terlalu rendah.
IV.4.4 Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut (Usila) dan Usia Lanjut
Pelayanan kesehatan pra usila dan usila yang dimaksudkan adalah
penduduk usia 45 tahun ke atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar oleh tenaga kesehatan baik di puskesmas maupun di
Posyandu Kelompok Usia Lanjut. Hasil kegiatan pelayanan kesehatan Pra
Usila dan Usila di Kota Semarang pada tahun 2007 sebesar 69.840 orang
(80,25) terdiri atas pra usila (45 – 59 thn) sebanyak 40.803 orang dan Usila
(≥ 60 thn) sebanyak 29.037 orang, jumlah ini meningkat dari tahun 2006
sebanyak 32.381 (66,82%). Apabila dibandingkan dengan target SPM
Tahun 2005 (20%) dan Renstra Tahun 2007 (55%) maka cakupan
pelayanan kesehatan pada Pra Usila dan Usila di Kota Semarang sudah
bisa melampaui target tersebut. Keaktifan petugas puskesmas dalam
melakukan pembinaan dan pelayanan di dalam dan luar gedung terhadap
kelompok usia lanjut turut mendukung pencapaian indikator tersebut.
2. Peserta KB Baru
Dari 33.874 peserta KB Baru (13,93%), secara rinci mix kontrasepsi
yang digunakan adalah sebagai berikut :
- Suntik : 61,92%
- Pil : 20,39%
- Kondom : 3,82%
- IUD : 5,16%
- Implant : 4,69%
- MOP/MOW : 5,43%
3. Peserta KB Aktif
Hasil pembinaan peserta KB Aktif selama tahun 2007 sebesar
188.309 (77,43%) dengan mix kontrasepsi sebagai berikut :
- Suntik : 42,13%
- Pil : 12,06%
- IUD : 6,33%
- Implant : 5,33%
- Kondom : 4,48%
- MOP/MOW : 7,09%
b. P3 NAPZA
Berdasarkan data laporan puskesmas, kegiatan penyuluhan,
pencegahan dan penanggulangan dan penyalahgunaan NAPZA tahun 2007
sasarannya tidak hanya pada sekolah dan masyarakat saja melainkan juga
pada masyarakat umum. Cakupan pelayanan NAPZA pada tahun 2007
berupa kegiatan penyuluhan NAPZA oleh tenaga kesehatan, baru mencapai
375 kegiatan (21,61%) dari 1.735 kegiatan penyuluhan keseluruhan. Apabila
dibandingkan dengan target Kota Semarang (20%), angka ini masih jauh
berada di bawah target tersebut. Kondisi ini dapat disebabkan antara lain
karena pada sebagian besar puskesmas kegiatan penyuluhan NAPZA yang
dilaporkan yang hanya dilaksanakan pada forum resmi dengan sasaran anak
sekolah/remaja saja sedangkan yang sifatnya non formal pada masyarakat
yang berkunjung di puskesmas belum dilaporkan secara lengkap.
Kaitan Narkoba dengan anak sekolah/pelajar dewasa ini semakin
meningkat, dimana 88% pengguna narkoba menggunakan ganja, 36%
57
menggunakan jarum suntik (data ILO 2005, dikutip dari majalah forum edisi 6
Juli 2005). Penggunaan jarum suntik bersama dan bergiliran berpotensi untuk
menularkan penyakit seperti HIV/AIDS, Hepatitis C. Apabila kondisi tersebut
tidak segera mendapatkan penanganan yang serius dan berkelanjutan maka
jumlah kasus yang ada akan semakin meningkat. Data dari pemelitian
Country AHRN Indonesia ,sekolah merupakan tempat yang aman untuk
mendapatkan serta mengkonsumsi narkoba. Untuk itu perlu adanya
peningkatan kerja sama dan koordinasi dari jajaran instansi terkait, salah
satunya seperti yang telah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota
Semarang bersama dengan Badan Narkotika Kota (BNK), dimana Dinas
Kesehatan Kota Semarang juga termasuk dalam keanggotaan BNK dan
berkoordinasi dengan BNK dalam kegiatan penyuluhan yang bekerja sama
dengan tenaga puskesmas dan ibu-ibu PKK. Selain itu bentuk dukungan
kegiatan lainnya dapat berupa : pentas seni, lomba poster, maupun deteksi
dini tes urine. Selain itu juga perlu adanya dukungan dari lintas sektor di
tingkat Provinsi dan Pusat.
tetap sebanyak 10.250 dengan rata-rata per bulan sebesar 854, dengan
rasio untuk tambal dibandingkan pencabutan gigi sebesar 0,94. Di dalam
pelayanan UKGS di sekolah dasar, dilaksanakan pemeriksaan kesehatan
gigi pada 41.317 siswa (26,52%), terdapat 8.182 siswa perlu perawatan
dan yang telah mendapatkan perawatan sebanyak 5.114 siswa (62,50%).
Apabila dibandingkan dengan target tahun 2007 perbandingan
tumpatan dan pencabutan gigi tetap minimal > 1, maka pencapaian
pelayanan kesehatan gigi dan mulut belum mencapai target. Hal ini
disebabkan kesehatan gigi dan mulut masih belum menjadi alasan
penting masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Selain itu
pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan gigi dan mulut masih
belum terlaksana dengan baik sehingga sering terjadi keterlambatan
dalam pelaporannya. Untuk itu perlu adanya peningkatan pelayanan
kesehatan gigi mulut khususnya pada upaya kesehatan secara promotif
dan preventif, peningkatan kemampuan tenaga kesehatan serta
peningkatan kualitas pencatatan dan pelaporan yang ada.
RSU/RS
Institusi Sarana
RSB Khusus
DKK Puskesmas Diknakes Kesh
Lainnya
/Diktat Lain
662
1 Dokter Spesialis 0 2 577 24 59
1.552
2 Dokter Umum 5 106 312 71 1.058
0000000d0000009400000013000000a000000002000000e40400001e00000009000000416c6c2075736572000020001e00000
433
3 Dokter Gigi 5 62 90 1 275
01340188013301880133018d013101920130019201300198012e019d012d019d012d01a2012b01a2012b01a8012a01ae01280
022002f0022002f0022002e8021f02e8021f02e0021f02d8021f02d8021f02d0021f02c8021f02c8021f02c1021e02b9021e02b9
2.469
00040000002d010d00050000000102ffffff00050000000902000000000700000016044c04930600000000040000002d010000
4 Perawat 4 132 2.211 48 74
2d403d70205000000090200000000040000000201010013000000320acb03f4020800000041706f74656b6572160012001100
Sarjana 85
22596573223b224e6f221e041a00a5001500002254727565223b2254727565223b2246616c7365221e041400a6000f0000224f
5 Keperawatan 0 1 82 2 0
0000000000000000261002000c0051100800000100000000000034100000241002000300251020000202010000000000d8fff
8021000000000000e000e010000000000010f2008021000010000000e00ff000000000000010f0008021000020000000e00ff00
548
6 Bidan 3 158 205 28 154
465
7 Tenaga Farmasi 6 43 269 12 135
Sarjana Farmasi & 351
8 Apoteker 3 0 37 34 277
67
9 Tenaga Sanitarian 8 36 23 0 0
119
10 Kesehatan Masy. 28 5 86 0 0
155
11 Tenaga Gizi 4 43 96 12 0
66
12 Tenaga Terapi Fisik 0 0 54 0 12
Tenaga Keteknisian 343
13 Medik 0 42 301 0 0
Sumber : Sub Bag Kepegawaian dan Seksi Perijinan Tenaga Kesehatan
dd. Hasil cakupan pelayanan kesehatan pada anak sekolah (siswa TK, SLTP
dan SLTA)pada tahun 2007 di Kota Semarang mencapai 99.729 siswa
(97,08%
ee. Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses
oleh masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2007 sebanyak 62 sarana
kesehatan (58,06%) yaitu 15 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS Jiwa
(100%), 9 RS Khusus (100%) dan 11 puskesmas (29,73%)
ff. Pelayanan kesehatan jiwa pada Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota
Semarang pada tahun 2007 menunjukkan pencapaian sebesar 0,42%.
gg. Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan di
puskesmas pada tahun 2007 yaitu tumpatan gigi tetap sebanyak 9.590
dengan rata-rata per bulan sebesar 799 tindakan dan pencabutan gigi tetap
sebanyak 10.250 dengan rata-rata per bulan sebesar 854, dengan rasio
untuk tambal dibandingkan pencabutan gigi sebesar 0,94
hh. Hasil kegiatan pelayanan transfusi darah di Kota Semarang pada tahun
2007 sebesar 66.489 (92,96%) kantong darah dari kebutuhan 71.526
kantong darah
ii. Data ketersediaan obat pada tahun 2007 bersumber dari laporan 37
Puskesmas se-Kota Semarang, jumlah jenis obat yang dibutuhkan oleh
Puskesmas rata-rata 129 item, sedangkan jenis obat yang tersedia di
Puskesmas rata-rata 145 item sehingga diperoleh ketersediaan obat secara
keseluruhan sebesar 112,87%. Untuk obat generik, kebutuhan total jenis
obat generik seluruh Puskesmas Tahun 2007 adalah rata-rata 131 item.
Sedangkan jumlah total jenis obat generik yang tersedia sebanyak 145
item, sehingga diperoleh pemenuhan sebesar 110,55%.
jj. Jumlah penulisan resep obat generik di fasilitas sarana kesehatan tersebut
sebesar 52.816 (55,81%) dari total penulisan resep yang ada yaitu
sejumlah 94.639 resep.
kk. Jumlah seluruh kebutuhan obat narkotika dan psikotropika di Kota
Semarang tahun 2007 yaitu rata-rata 3 item per Puskesmas sedangkan
untuk ketersediaan obat narkotika dan psikotropika yaitu sebesar 4 item
ll. Rasio tenaga kesehatan Kota Semarang (puskesmas, Rumah Sakit dan
Dinas Kesehatan Kota Semarang) dibandingkan dengan jumlah penduduk
kota Semarang tahun 2007 dapat diperoleh data sebagai berikut:
• jumlah Dokter Umum sebesar 107 per 100.000 penduduk