Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI SARJANA BIOLOGI SITH – ITB


Semester II 2008/09 (Maret 2009)

Judul Skripsi : Identifikasi Respon Event-Related Potential Otak Bagian Korteks Visual
dan Inferotemporal Terhadap Stimulus Warna Primer pada Manusia
Nama/NIM : Sra Harke Pratama/10604056
Pembimbing : Dr. Lulu L. Fitri dan Dr. Suprijanto (Prodi. TF – ITB)
Kelompok Keilmuan : Fisiologi, Biologi Perkembangan, dan Biomedik
_______________________________________________________________________________

I. Pendahuluan
Otak telah sejak lama diketahui merespon ketiga warna dasar (merah, hijau, dan biru) dengan
latensi yang berbeda-beda (Kinney et al.,1972). Respon tersebut ternyata juga dipengaruhi oleh
kemampuan mata dalam menerima stimulus warna, yang ditunjukkan dengan latensi yang berbeda
pada orang dengan kondisi mata normal versus kondisi buta warna. Otak manusia juga memiliki
sensitivitas yang berbeda-beda terhadap stimulasi berbagai warna (Wojnicki, 2004).
Dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan metode pencitraan (imaging) proses dan
respon otak meningkat seiring dengan peningkatan teknologi. Fabiani et al. (2004) menyatakan
bahwa perkembangan komputer sangat mempengaruhi perkembangan sistem pengolahan data
elektroensefalografi atau EEG. Perkembangan tersebut menyebabkan semakin memungkinkannya
dilakukan pencitraan proses dan respon otak yang memiliki resolusi waktu yang sangat detail.
Dalam EEG, hal tersebut dapat dipenuhi oleh suatu metode yang dikenal dengan istilah Event-
Related Potential (ERP) (Fabiani et al., 2004).
ERP merupakan suatu pengukuran dan pengolahan sinyal EEG yang terkait erat dengan
waktu dan stimulus yang diberikan (Cacioppo et al., 2007). ERP telah lama digunakan dalam
berbagai keperluan, seperti untuk mempelajari pengolahan bahasa di otak dan mengenali respon-
respon stimulus visual dan auditori (Nishida, 2005). Sampai saat ini, ERP masih menjadi “gold
standard” diantara metode-metode non-invasif lainnya, untuk kategori penelitian respon otak yang
spesifik terhadap waktu (Fabiani et al., 2004).
Pada penelitian ERP, lokasi-lokasi otak yang akan dijadikan objek sangat perlu diperhatikan.
Umumnya, wilayah osipital menjadi objek dalam penelitian visual. Mengingat wilayah osipital
tidak secara spesifik mempersepsikan warna (Goebel et al., 2004), maka wilayah inferotemporal
juga dapat digunakan mengingat wilayah ini terlibat dalam persepsi visual (Afifi & Bergman,
2005).
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati jenis-jenis komponen ERP yang muncul karena
pemberian stimulus warna-warna merah, hijau, dan biru pada otak bagian osipital dan
inferotemporal partisipan manusia. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan membandingkan latensi
respon otak bagian osipital dan inferotemporal terhadap stimulus warna-warna merah, hijau, dan
biru pada partisipan manusia.

II. Tata Kerja


Lima orang partisipan yaitu mahasiswa ITB (20-23 tahun), dengan kondisi mata normal atau
terkoreksi kacamata dan tidak pernah mengalami trauma serius pada otak, digunakan dalam
penelitian ini. Stimulus yang diberikan pada partisipan berupa tiga jenis warna primer yaitu merah,
hijau, dan biru, yang telah diatur kadar atau komposisinya sebesar 100%. Stimulus diatur dan
ditampilkan menggunakan program Microsoft Power Point 2003.
Sebelum dilakukan proses pengambilan data, terlebih dahulu dilakukan pengecekan noise
sensor EEG (EEG-Z, Thought Technology, Inc.) pada tampilan di monitor. Setelah proses
pengecekan, empat buah elektroda EEG (Thought Technology, Inc.) dipasang di lokasi-lokasi O1,
O2, T5, dan T6 pada kepala partisipan, sesuai dengan aturan peletakan elektroda EEG 10/20
International System. Partisipan lalu dikondisikan terlentang dan diam secara pasif. Pengecekan
noise kembali dilakukan, yang diikuti oleh pemberian stimulus apabila pengecekan selesai. Seluruh
proses pengambilan stimulus dilakukan di dalam ruangan dengan pengaturan iluminansi 1 Lux.
Pemberian stimulus dilakukan sebanyak tiga sesi warna. Pada sesi pertama, warna merah
digunakan sebagai stimulus yang diberikan pada partisipan sebanyak 20 kali pengulangan. Masing-
masing pengulangan dilakukan selama satu detik dengan jeda antar pengulangan selama 3-5 detik.
Selanjutnya pada sesi kedua dan ketiga, prosedur yang digunakan sama dengan sesi pertama,
namun stimulus yang digunakan adalah warna hijau (sesi kedua) dan warna biru (sesi ketiga)
dengan jeda antar sesi sebesar 4-5 menit.
Setelah pengambilan data selesai, data disimpan dengan pengaturan sampling rate sebanyak
256. Kemudian, tiap data pengulangan dikelompokkan sesuai warna dan partisipan. Sebelum
dirata-rata, tiap data pengulangan dievaluasi secara manual menggunakan program Matlab 7.0
(MathWorks, Inc.) untuk menghilangkan pengaruh artifak (sinyal elektrik yang berasal dari otot).
Data rerataan diolah melalui proses filter, smoothing average, dan normalisasi menggunakan
program Matlab 7.0. Hasil pengolahannya didapat dalam bentuk grafik.
Dari data yang didapat pada grafik, dilakukan pencatatan waktu latensi pada setiap lonjakan
(spike) maksimum amplitudo (puncak lonjakan) dan nilai minimum amplitudo pada satu fase
gelombang dari data hasil pengolahan kualitatif. Data latensi dari kelima partisipan dikelompokkan
berdasarkan warna, lokasi titik elektroda, dan polaritas lonjakan amplitudonya (apakah positif atau
negatif). Selanjutnya, setiap minimal empat latensi dari empat individu yang nilainya saling
mendekati dipisahkan lalu dirata-rata.
Nilai latensi kemudian dikelompokkan menjadi nilai komponen ERP yang terdekat. Di
depan tiap-tiap nilai latensi tersebut diberi tanda P atau N sebagai penanda polaritasnya.
Selanjutnya, setiap komponen yang ditemukan sama pada dua atau lebih lokasi elektroda dianalisis
dengan uji statistik ANOVA One-Way, menggunakan data nilai latensi kelima partisipan.

III. Hasil dan Pembahasan


Secara keseluruhan, terdeteksi delapan jenis komponen yang secara dominan muncul pada
saat pemberian stimulus. Komponen-komponen tersebut ialah N50, P100, N200, P300, N350,
P400, N450, dan N500, yang akan ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jenis-jenis komponen yang terinduksi dan nilai latensinya pada saat stimulasi
Komp. Merah Hijau Biru
ERP O1 O2 T5 T6 O1 O2 T5 T6 O1 O2 T5 T6
N50 55.48 57.62 55.67 68.36
P100 126.56 114.26
N200 231.25 208.6 207.05 196.29 234.38 218.75
P300 329.1 321.29 293.77 272.46 307.81 308.6 321.11 317.97 296.88 301.76
N350 356.44 366.23 344.73 332.03
P400 388.7 386.72
N450 454.12 454.12 461.92 478.52
N500 504.9 510.17 493.75 504.69

Komponen N50 digolongkan ke dalam kelompok komponen eksogenus, sesuai dengan nilai
latensi kelompok komponen endogenus yaitu lebih kecil dari 80 ms (Nishida, 2005). Hal ini
menyebabkan interpretasi N50 secara umum dalam responnya terhadap stimulus visual diarahkan
ke dalam kemunculannya karena faktor fisik stimulus (seperti luminansi cahaya) karena
karakteristik dari kelompok komponen endogenus yaitu sensitif terhadap faktor fisik stimulus
(Nishida, 2005). Dalam ruang lingkup stimulus dan respon visual, N50 merefleksikan proses EPSP
yang terjadi pada korteks visual primer bagian lamina 4C (Saint-Amour et al., 2005). N50 hanya
ditemui saat stimulasi warna biru pada lokasi O1 dan O2. Asumsi yang timbul adalah pengaruh
perbedaan luminansi antara warna biru, merah, dan hijau menyebabkan perbedaan latensi dan
polaritas komponen yang diinduksi dapat terjadi. Sesuai dengan pendapat Tucker & Fitzpatrick
(2006) bahwa peningkatan atau penurunan luminansi stimulus diikuti oleh muncul atau tidaknya
komponen berlatensi pendek pada korteks.
Komponen P100 dan N200 dikelompokkan ke dalam komponen ERP dini dan endogenus.
Pengelompokan ke dalam komponen endogenus menunjukkan bahwa kedua komponen ini
memiliki sifat kemunculan yang sensitif terhadap faktor-faktor fisiologis dan psikologis. Pada
bagian osipital, P100 diketahui merefleksikan beberapa fungsi yang berhubungan dengan persepsi
diantaranya dalam persepsi tingkat rendah (Dien, 2009), proses persepsi pada awal pengolahan
informasi sensoris (Holmes et al., 2009), dan awal pengkategorisasian informasi pada otak (Zhang
et al, 2001). P100 dideteksi di wilayah-wilayah ekstrastriat (Holmes et al., 2009). Didapatkannya
komponen P100 pada bagian inferotemporal menunjukkan bahwa terjadi proses pengolahan tahap
awal terhadap persepsi warna pada bagian ini. Pemunculan P100 hanya pada wilayah
inferotemporal saat stimulasi warna biru menimbulkan asumsi bahwa wilayah inferotemporal
mengolah impuls warna biru lebih cepat daripada wilayah korteks visual. Selain itu, stimulus warna
biru juga diduga direspon oleh otak lebih cepat daripada warna merah dan hijau. Hal tersebut
berhubungan dengan tingkat luminansi warna biru yang lebih rendah daripada warna merah dan
hijau. Ketiga warna tersebut memiliki tingkat luminansi yang berbeda, dengan luminansi terbesar
dimiliki oleh hijau, kemudian merah, dan biru yang memiliki luminansi terkecil di antara ketiga
warna primer (Tektronix, Inc., 2009).
N200 menunjukkan kemampuan otak dalam merespon stimulus visual (Fabiani et al, 2004).
Baik pada korteks visual maupun bagian lainnya, N200 merefleksikan kebutuhan atensi dalam
mengolah informasi (Folstein & Van Petten, 2008; Suwazono et al., 2000), sesuai dengan fungsi
umum dari komponen ERP dini yang terlibat dengan sistem visual. Pemunculan N200 pada korteks
visual juga menandakan bahwa adanya suatu stimulus visual diterima dan diolah oleh korteks
visual. Pemunculan N200 pada lokasi O1 dan O2 saat stimulasi warna merah, hijau, dan biru
membuktikan bahwa korteks visual kelima partisipan memang menerima stimulus ketiga warna
dan menjalankan pengolahan terhadapnya. Terdeteksinya N200 pada saat stimulasi tiap warna di
lokasi O1 dan O2 menimbulkan dugaan bahwa N200 merupakan komponen yang dapat berperan
sebagai indikator pada respon korteks visual terhadap ketiga jenis warna tersebut. Hal ini dapat
dikaitkan dengan pemunculan fungsi atensi, yang berarti bahwa korteks visual mengalami proses
atensi saat terstimulasi warna merah, hijau, dan biru.
Komponen-komponen P300, N350, P400, N450, dan N500 dikelompokkan ke dalam
komponen ERP akhir dan endogenus. Pengelompokan ke dalam komponen ERP akhir dikarenakan
kelima komponen ini muncul pada latensi 300 ms atau lebih. Namun dalam hal representasinya,
komponen-komponen ERP akhir memiliki banyak interpretasi, sehingga perannya dalam
pengolahan stimulus visual belum cukup jelas diketahui (Fabiani et al, 2004).
Dari kelima komponen tersebut, P300 merupakan komponen yang paling umum dijumpai.
Komponen P300 dapat dideteksi di berbagai wilayah otak dan memiliki interpretasi yang sangat
beragam (Fabiani et al., 2004). Namun, Veiga et al. (2004) menggeneralisasi interpretasi P300
sebagai kemampuan otak dalam mengolah informasi yang datang, sehingga, P300 menjadi
indikator bahwa suatu stimulus dapat teridentifikasi atau tidak oleh suatu bagian otak yang diukur.
Komponen N350 diketahui sebagai indikator pada proses inhibisi pengolahan stimulus
sensoris. Komponen N350 juga diketahui sebagai indikator apabila seseorang telah mengalami
penurunan tingkat kesadaran (awareness) (Colrain & Campbell, 2007). Sebaliknya, komponen
P400 diketahui sebagai indikator berjalannya fungsi atensi saat terstimulasi (Mangun & Hillyard,
1988) Ditemukannya komponen N350 pada inferotemporal saat stimulasi warna merah dan biru
menimbulkan dugaan bahwa tingkat kesadaran kelima partisipan menurun pada saat stimulasi
warna merah dan biru. Hal tersebut diduga karena adanya proses inhibisi pengolahan stimulus oleh
bagian inferotemporal (Colrain & Campbell, 2007).
Untuk komponen P400, kemunculan hanya terlihat pada bagian inferotemporal pada saat
stimulasi warna hijau. Tidak terdeteksinya P400 pada stimulasi warna merah dan biru
menimbulkan dua asumsi kemungkinan. Kemungkinan I adalah karena luminansi warna hijau lebih
besar daripada luminansi warna merah dan biru, sedangkan kemungkinan II adalah pengaruh
perbedaan antar individu, yang menyebabkan latensi P400 tidak dapat terdeteksi dengan baik pada
saat stimulasi warna merah dan biru.
Tabel 3.2 Hasil uji statistik ANOVA One-Way yang membandingkan lokasi-lokasi elektroda
yang menerima jenis-jenis komponen yang sama akibat stimulasi warna: (A) merah;
(B) hijau; (C) biru.

B. C.
A. Merah Hijau Biru
Bagian Komp.ERP Nilai P P > 0.05 Bagian Komp.ERP Nilai P P > 0.05 Bagian Komp.ERP Nilai P P > 0.05
N200 0.102 Ya N200 0.57 Ya N50 0.851 Ya
O1 & O2 P300 0.587 Ya O1 & O2 P300 0.172 Ya N200 0.324 Ya
O1 & O2
N500 0.6 Ya N450 1 Ya P300 0.691 Ya
P300 0.587 Ya P400 0.931 Ya N500 0.564 Ya
T5 & T6 T5 & T6
N350 0.639 Ya N450 0.498 Ya N50 0.254 Ya
O1, O2, O1, O2, P100 0.637 Ya
P300 0.478 Ya N450 0.636 Ya T5 & T6
T5, & T6 T5, & T6 P300 1 Ya
N350 0.65 Ya
O1, O2, N50 0.597 Ya
T5, & T6 P300 0.44 Ya

Berdasarkan uji statistik ANOVA pada Tabel 3.2A, didapatkan bahwa latensi pada
komponen-komponen N200, P300, dan N500 antara O1 dan O2 memiliki nilai yang tidak berbeda
nyata saat stimulasi warna merah. Hal ini menunjukkan bahwa respon ERP terhadap warna merah
pada wilayah korteks visual primer tidak memiliki perbedaan yang nyata antara wilayah kiri dan
kanan. Hasil uji statistik ANOVA menunjukkan bahwa komponen-komponen P300 dan N350
bagian T5 dan T6 pun memiliki nilai latensi yang tidak berbeda nyata. Hal ini memperlihatkan
bahwa nilai latensi wilayah inferotemporal kiri dan kanan juga tidak memiliki perbedaan yang
nyata. Latensi komponen P300 pada keempat lokasi elektroda juga terlihat memiliki nilai yang
tidak berbeda nyata. Kondisi ini menunjukkan bahwa komponen P300 memiliki nilai latensi yang
cenderung sama pada korteks visual dan inferotemporal.
Untuk stimulasi warna hijau, didapatkan bahwa latensi pada komponen-komponen N200,
P300, dan N450 antara O1 dan O2 serta komponen-komponen P400 dan N450 antara T5 dan T6
memiliki nilai yang tidak berbeda nyata (Tabel 3.2B). Hal ini menunjukkan bahwa respon ERP
pada wilayah korteks visual primer dan inferotemporal tidak memiliki perbedaan yang nyata antara
wilayah kiri dan kanan saat stimulasi warna hijau. Hal tersebut juga terlihat pada saat stimulasi
warna biru (Tabel 3.2C) yang mana latensi pada komponen-komponen N50, N200, P300, dan
N500 antara O1 dan O2, serta komponen-komponen N50, P100, P300, dan N350 antara T5 dan T6
memiliki nilai yang tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa respon ERP pada wilayah
korteks visual primer dan inferotermporal tidak memiliki perbedaan yang nyata antara wilayah kiri
dan kanan. Kondisi-kondisi tersebut memperlihatkan bahwa stimulasi warna merah, hijau, dan biru
tidak menyebabkan perbedaan respon latensi yang nyata antara bagian kiri dan kanan, baik pada
korteks visual maupun pada bagian inferotemporal.
Mengingat N450 (warna merah dan biru) dan N500 (warna hijau) memiliki kesamaan
polaritas N dan perbedaan latensi hanya 50 ms, dilakukan perbandingan untuk melihat dugaan
apakah kedua jenis komponen tersebut memiliki nilai latensi yang berbeda nyata atau tidak. Dari
hasil uji ANOVA pada Tabel 3.3B, didapatkan bahwa pada lokasi O1, baik pada perbandingan
antara warna merah dan hijau maupun biru dan hijau, kedua jenis komponen memiliki nilai latensi
yang berbeda nyata. Selain itu, perbandingan komponen N450 dengan N500 pada warna biru dan
hijau di lokasi O2 juga menunjukkan bahwa kedua komponen tersebut memiliki nilai latensi yang
berbeda nyata. Namun, perbandingan komponen N450 dengan N500 pada warna merah dan hijau
di lokasi O2 menunjukkan bahwa kedua komponen tidak berbeda nyata. Hasil uji statistik pada
perbandingan komponen N450 dengan N500 pada warna merah dan hijau di lokasi O2
menyebabkan klasifikasi komponen untuk nilai-nilai latensi yang berkisar antara 450 dan 500 ms
pada warna merah dan hijau di lokasi O2 menjadi bias. Variasi individu dapat diasumsikan sebagai
faktor utama penyebab hasil tersebut.

Tabel 3.3 Nilai P hasil perhitungan ANOVA One-Way pada latensi komponen-komponen yang
dideteksi sama. (A) pada stimulasi ketiga warna, (B) pada stimulasi warna merah dan
hijau (atas) serta warna biru dan hijau (bawah), dan (C) pada stimulasi warna merah dan
biru.

A. Merah, Hijau, dan Biru B. Merah vs Hijau C. Merah vs Biru


Bagian Komp.ERP Nilai P P > 0.05 Bagian Komp.ERP Nilai P P > 0.05 Bagian Komp.ERP Nilai P P > 0.05
N200 0.251 Ya O1 N500/ 0.033 Tidak O1 0.595 Ya
O1 N500
P300 0.185 Ya O2 N450 0.195 Ya O2 0.565 Ya
N200 0.344 Ya Biru vs Hijau T5 0.859 Ya
O2 P300
P300 0.799 Ya O1 N500/ 0.046 Tidak T6 0.818 Ya
O2 N450 0.03 Tidak T5 0.504 Ya
N350
T6 0.279 Ya

Selain hasil uji ANOVA pada Tabel 3.3B, seluruh nilai penting (P) yang didapat bernilai
lebih besar dari 0.05, yang artinya masing-masing komponen yang sama yang muncul pada
stimulasi ketiga warna tersebut memiliki besar latensi yang tidak berbeda nyata. Hasil tersebut
diantaranya ialah pada komponen-komponen N200 dan P300 (semua warna di O1 dan O2), serta
N500 (merah vs. biru di O1 dan O2), P300 dan N350 (merah vs. biru di T5 dan T6).
Fenomena di atas menunjukkan bahwa pada pengolahan ketiga warna tersebut, komponen-
komponen yang terinduksi di korteks visual dan inferotemporal cenderung memiliki latensi yang
serupa walaupun berbeda lokasi observasi, seperti yang diutarakan oleh Fabiani et al. (2004). Hal
ini membuktikan bahwa perbedaan respon korteks visual dan inferotemporal dapat dibatasi pada
jenis komponennya saja, sehingga perbedaan latensi antar komponen yang sama di lokasi otak yang
berbeda dapat diabaikan.

IV. Kesimpulan
1. Komponen-komponen ERP yang muncul:
• Merah: N200, P300, N500 (O1 dan O2), P300 dan N350 (T5 dan T6)
• Hijau: N200, P300, N450 (O1 dan O2), P400 dan N450 (T5 dan T6)
• Biru: N50, P200, N300, N500 (O1 dan O2), N50, P300, N350, dan N500 (T5 dan T6)
2. Komponen-komponen yang mendominasi pemunculan adalah N200 dan P300.
3. Terdapat korelasi yang kuat antara faktor fisik warna dengan respon korteks visual dan
inferotemporal. Faktor fisik yang paling mungkin adalah luminansi.
4. Pada korteks visual dan inferotemporal, komponen-komponen yang sama direspon dengan
nilai latensi yang tidak berbeda nyata antar partisipan. Hal ini menunjukkan bahwa
perbedaan latensi pada satu jenis komponen yang sama dapat diabaikan.
5. Faktor luminansi ditemukan sangat berpengaruh terhadap respon korteks visual dan
inferotemporal.
6. Faktor atensi mempengaruhi variasi respon korteks visual dan inferotemporal pada stimulasi
ketiga warna (N200, P100, dan P300).

Daftar pustaka
Afifi, A. A. & Bergman, R. A. 2005. Functional Neuroanatomy: Text and Atlas. 2nd Ed. New York:
McGraw-Hill
Cacioppo, J. T., Tassinary, L. G., & Berntson, G. G. 2007. Handbook of Psychophysiology. New
York: Cambridge University Press
Colrain, I. M. & Campbell, K. B. 2007. The use of evoked potential in sleep research. Sleep
Medicine Reviews, 11(4): 277-293
Dien, J. 2009. The neurocognitive basis of reading single words as seen through early latency
ERPs: A model of converging pathways. Biological Psychology, 80(1): 10-22
Fabiani, M., Gratton, G., & Federmeier, K. D. 2004. Event-Related Brain Potentials: Methods,
Theory, and Applications. In: Todd C. Handy, ed. Event-Related Potentials: Methods, Theory,
and Applications. Cambridge: The MIT Press
Folstein, J. R. & Van Petten, C. 2008. Influence of cognitive control and mismatch on the N2
component of the ERP: A review. Psychophysiology, 45(1): 152-170
Holmes, A., Franklin, A., Clifford, A., & Davies, I. 2009. Neurophysiological evidence for
categorical perception of color. Brain and Cognition, 69(2): 426-434
Goebel, R., Muckli, L., & Kim, D. 2004. Visual system. In: G. Paxinos dan J. K. Mai, eds. The
Human Nervous System, 2nd Ed. New York: Elsevier Academic Press.
Kinney, J. A. S., McKay, C. L., Mensch., A. J., & Luria., S. M. 1972. Techniques for analysing
differences in VERs: colored and patterned stimuli. Vision Research, 12: 1733-1747
Mangun, G. R. & Hillyard, S. A. 1988. Spatial gradients of visual attention: behavioral and
electrophysiological evidence. Electroencephalography and Clinical Neurophysiology, 70:
417-428
Nishida, M. M. 2005. Event Related Potentials: A Study of the Processing of Gapping Structures in
Adolescents. Master Thesis. Department of Audiology and Speech-Language Pathology,
Brigham Young University, Utah
Tektronix, Inc. 2009. He Color Bars Signal – Why and How. Tersedia di:
http://www.tek.com/Measurement/App_Notes/NTSC_Video_Msmt/colorbars.html [diakses
16 Februari 2009]
Saint-Amour, D., Walsh, V., Guillemot, J-P., Lassonde, M., & Lepore, F. 2005. Role of primary
visual cortex in the binocular integration of plaid motion perception. European Journal of
Neuroscience, 21: 1107-1115
Suwazono, S., Machado, L., & Knight, R. T. 2000. Predictive value of novel stimuli modifies
visual event-related potentials and behavior. Clinical Neurophysiology, 111:29–39
Tucker, T. R. & Fitzpatrick, D. 2006. Luminance-evoked inhibition in primary visual cortex: A
transient veto of simultaneous and ongoing response. Journal of Neuroscience, 26(52): 13537-
13547
Wojnicki, P. 2004. Quantification of Image Colorization with Visual Evoked Potentials and
Functional Magnetic Resonance Imaging. Ph.D Dissertation. University of Medicine and
Dentistry, New Jersey
Veiga, H., Deslandes, A., Cagy, M., McDowell, K., Pompeu, F., Piedade, R., & Riberio, P. 2004.
Visual event-related potential (P300): A normative study. Aqr Neuropsiquiatr, 62(3-A): 575-
581
Zhang, Y., Wang, Y., Wang, H., Cui, L., Tian, S., & Wang, D. 2001. Different processes are
involved in human brain for shape and face comparisons. Neuroscience Letters, 303(3): 157-
160

Menyetujui,
Pembimbing I

Dr. Lulu Lusianti Fitri

Anda mungkin juga menyukai