Tugas Hukum Acara Peradilan Islam
Tugas Hukum Acara Peradilan Islam
C01207020/ASA
- Fundamentum Petendi
Fundamentum petendi adalah dalil-dalil posita konkret tentang
adanya hubungan yang merupakan dasar serta ulasan daripada
tuntutan
Bukti-bukti surat (foto copy) harus di nazegelen lebih dahulu dan pada
waktu sidang dicocokan dengan aslinya oleh hakim maupun pihak
tergugat. Hakim mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dilanjutkan
oleh tergugat sedangkan pihak penggugat memberi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Dalam sidang perdata justru dalam pembuktian ini ada Tanya jawab dan
perdebatan-perdebatan di bawah pimpinan hakim. Apabila pembuktian ini
belum selesai maka dilanjutkan pada sidang berikut. Sidang pembuktian
ini dapat cukup sehari, tetapi biasanya bisa dua tiga kali atau lebih
tergantung kapada kalancaran pembuktian.
H. Sidang ketujuh
Sidang ketujuh adalah sidang penyerahan kesimpulan. Disini kedua belah
pihak membuat kesimpulan dari hasil-hasil sidang tersebut. Isi pokok
kesimpulan sudah barang tentu yang menguntungkan para pihak sendiri.
I. Sidang kedelapan
Sidang kedelapan dinamakan sidang putusan hakim. Didalam sidang ini
hakim membaca putusan yang seharusnya dihadiri oleh para pihak.
Setelah selesai mambaca putusan maka hakim mengetukkan pali tiga kali
dan para pihak diberi kesempatan untuk mengajukan banding apabila
tidak puas dengan putusan hakim. Pernyataan banding ini harus
dilakukan dalam jangka waktu 14 hari terhitung mulai sehari sehabis
dijauhkan putusan
Putusan Verstek
dalam hal tergugat lebih dari seorang dan tidak hadir semua, maka
dapat pula diputus verstek.
Putusan verstek hanya bernilai secara formil surat gugatan dan
belummenilai secara materiil kebenaran dalil-dalil tergugat
Apabila gugatan itu beralasam dan tidak melawan hak maka
putusan verstek berupa mengabulkan gugatan penggugat, sedang
mengenai dalil-dalil gugat, oleh karena dibantah maka harus dianggap
benar dan tidak perlu dibuktikan kecuali dalam perkara perceraian
Apabila gugatan itu tidak beralasan dan atau melawan hak maka
putusan verstek dapat berupa tidak menerima gugatan penggugat
dengan verstek
Terhadap putusan verstek ini maka tergugat dapat melakukan
perlawanan (verzet)
Tergugat tidak boleh mengajukan banding sebelum ia
menggunakan hak verzetnya lebih dahulu, kecuali jika penggugat
yang banding
Terhadap putusan verstek maka penggugat dapat mengajukan
banding
Apabila penggugat mengajukan banding, maka tergugat tidak boleh
mengajukan verzet, melainkan ia berhak pula mengajukan banding
Khusus dalam perkara perceraian, maka hakim wajib membuktikan
dulu kebenaran dalil-dalil tergugat dengan alat bukti yang cukup
sebelum menjatuhkan putusan verstek
Apabila tergugat mengajukan verzet, maka putusan verstek menjadi
mentah dan pemeriksaan dilanjutkan pada tahap selanjutnya
Perlawanan (verzet berkedudukan sebagai jawaban tergugat)
Apabila perlawanan ini diterima dan dibenarkan oleh hakim
berdasarkan hasil pemeriksaan/pembuktian dalam sidang, maka
hakim akan membatalkan putusan verstek dan menolak gugatan
penggugat
Tetapi bila perlawanan itu tidak diterima oleh hakim, maka dalam
putusan akhir akan menguatkan verstek
Terhadap putusan akhir ini dapat dimintakan banding
Putusan verstek yang tidak diajukan verzet dan tidak pula
dimintakan banding, dengan sendirinya menjadi putusan akhir yang
telah mempero;eh kekuatan hukum tetap
PROSEDUR :
Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon banding :
• Permohonan banding harus disampaikan secara tertulis atau lisan
kepada pengadilan agama/mahkamah syar'iyah dalam tenggang
waktu :
• 14 (empat belas) hari, terhitung mulai hari berikutnya dari hari
pengucapan putusan, pengumuman/pemberitahuan putusan
kepada yang berkepentingan;
• 30 (tiga puluh) hari bagi Pemohon yang tidak bertempat di kediaman
di wilayah hukum pengadilan agama/mahkamah syar'iyah yang
memutus perkara tingkat pertama (Pasal 7 UU No 20 Tahun
l947).
• Membayar biaya perkara banding (Pasal 7 UU No 20 Tahun 1947,
Pasal 89 UU No 7 Tahun 1989).
• Panitera memberitahukan adanya permohonan banding (Pasal 7 UU
No 20 Tahun 1947).
• Pemohon banding dapat mengajukan memori banding dan Termohon
banding dapat mengajukan kontra memori banding (Pasal 11 ayat
(3) UU No 20 Tahun 1947)
• Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah permohonan
diberitahukan kepada pihak lawan, Panitera memberi kesempatan
kepada kedua belah pihak untuk melihat surat-surat berkas
perkara di kantor pengadilan agama/mahkamah syar'iyah (Pasal 11
ayat(1) UU No 20 Tahun 1944).
• Berkas perkara banding dikirim ke pengadilan tinggi
agama,/mahkamah syar'iyah provinsi oleh pengadilan
agama/mahkamah syar'iyah selambat-lambatnya dalam waktu 1
(satu) bulan sejak diterima perkara banding.
• Salinan putusan banding dikirim oleh pengadilan tinggi
agama/mahkamah syar'iyah provinsi ke pengadilan
agama/mahkamah syar'iyah yang memeriksa perkara pada tingkat
pertama untuk disampaikan kepada para pihak.
• Pengadilan agama/hahkamah syar'iyah menyampaikan salinan
putusan kepada para pihak.
• Setelah putusan memperoleh kekuatan hukum tetap maka Panitera:
• Untuk perkara cerai talak :
1) Memberitahukan tentang Penetapan Hari Sidang penyaksian
ikrar talak dengan memanggil Pemohon dan Termohon;
2) Memberikan Akta Cerai sebagai surat bukti cerai selambat-
lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari.
• Untuk perkara cerai gugat:
Memberikan Akta Cerai sebagai surat bukti cerai selambat-lambatnya
dalam waktu 7 (tujuh) hari.