Lantas bagaimanakah seharusnya ikhwan selaku partner da’wah akhwat? Setidaknya ada tujuh point
yang patut kita jadikan catatan dan tanamkan dalam kaderisasi pembinaan ADK, yaitu GANTENG (Gesit,
Atensi, No reason, Tanggap, Empati, Nahkoda, Gentle). Beberapa kisah tentang ikhwan yang tidak
GANTENG, akan dipaparkan pula di bawah ini.
Kisah di atas, tentu contoh ikhwan yang tanggap. Lain halnya dengan kisah ini. Di sebuah perjalanan,
para akhwat memiliki hajat untuk mengunjungi sebuah lokasi. Mereka kemudian menyampaikannya
kepada ikhwan yang notabene adalah sang qiyadah. Sambil mengangguk-angguk, sang ikhwan
menjawab, “Mmmm….”
“Lho… terus gimana? Kok cuma “mmmmm”…” tanya para akhwat bingung.
Sama sekali tidak ada reaksi dari sang ikhwan.
“Aduh… gimana sih….” Para akhwat menjadi senewen.
5. (E) Empati
Merasakan apa yang dirasakan oleh jundi. Kegelisahan para akhwat ini seringkali tercermin dari wajah,
dan lebih jelas lagi adalah dari kata-kata. Maka sebaiknya para ikhwan ini mampu menangkap
kegelisahan jundi-jundinya dan segera memberikan solusi.
Sebuah kisah tentang kurang empatinya ikhwan adalah dalam sebuah perjalanan luar kota dengan
menaiki bis. Saat telah tiba di tempat, ikhwan-akhwat yang berjumlah lima belas orang ini segera turun
dari bis. Dan bis itu segera melaju kembali. Para akhwat sesaat saling berpandangan karena baru
menyadari bahwa mereka kekurangan satu personel akhwat, alias, tertinggal di bis! Sontak saja para
akhwat ini dengan panik, berlari dan mengejar bis. Tetapi tidak demikian halnya dengan ikhwan, mereka
hanya berdiri di tempat dan dengan tenang berkata, “Nanti juga balik lagi akhwatnya.”
7. (G) Gentle
Bersikap jantan atau gentle, sudah seharusnya dimiliki oleh kaum Adam, apatah lagi aktivis. Tentu
sebagai Jundullah (Tentara Allah) keberaniannya adalah di atas rata-rata manusia pada umumnya.
Namun tidak tercermin demikian pada kisah ini. Sebuah kisah perjalanan rihlah. Rombongan ikhwan dan
akhwat ada dalam satu bis. Ikhwan di depan dan akhwat di belakang. Beberapa akhwat sudah setengah
mengantuk dalam perjalanan. Tiba-tiba bis berhenti dan mengeluarkan asap. Para ikhwan segera
berhamburan keluar dari bis. Tinggallah para akhwat di dalam bis yang kelimpungan. “Ada apa nih?”
tanya para akhwat. Saat mereka menyadari adanya asap, barulah akhwat ikut berhamburan keluar. “Kok
ikhwan ninggalin gitu aja…” ujar seorang akhwat dengan kecewa.
Penutup
Fenomena ketidak-GANTENG-an ikhwan ini, akan dapat berpengaruh pada kinerja da’wah ikhwan-
akhwat. Ikhwan dan akhwat adalah partner da’wah yang senantiasa harus saling berkoordinasi. Ar rijal
Qawwamuna ‘alannisa. Masing-masing ikhwan dan akhwat memang mempunyai kesibukannya sendiri,
namun ikhwan dilebihkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu sebagai pemimpin. Sehingga wajar saja
bila yang dipimpin terkadang mengandalkan dan mengharapkan sang qawwam ini bisa jauh lebih gesit
dalam berda’wah (G), perhatian kepada jundinya (A), tidak banyak alasan dalam menolong (N), tanggap
dalam masalah (T), empati pada jundi (E), menjadi nahkoda yang handal (N) dan mampu memberikan
perlindungan (G). Kita harapkan, semoga semakin banyak lagi ikhwan-ikhwan GANTENG yang menjadi
qiyadah sekaligus partner akhwat. Senantiasa berkoordinasi. Teman sejati, ukhuwah di dunia dan di
akhirat. Amiin. (Ayat Al Akrash)