Anda di halaman 1dari 3

Jangan remehkan kejadian-kejadian kecil bencana ekologi di Jakarta karena hal itu pertanda buruk dari proses tenggelamnya

Ibu
Kota.

PER1ST1WA demi peris-tiwa bencana ekologi di Jakarta sebenarnya sud.ih bcrlangsung cukup lama dan konsisten. Masih ingat
dengan peristivva miringnya gedung-gedung Jl MH Thamrin ataupun Jl Sudir-man, banjir mingguan bahkan hariam setiap kali
turun hujan, dan masih banvak lagi bencana yang akan dihadapi Kota Jakarta ini?Belum lama ini, publik dike-jutkan dengan
runtuhnya ruas Jalan RE Martadinatasepanjang 103 meter dengan kedalaman 7 meter. Berbagai spekulasi pun muncul. Rapuhnya
konstruksi memang disebut-sebut sebagai penyebab utama bencana itu.Namun, beberapa pihak juga mengkhowotirkan kejadian
itu lu.i salah satunya disebabk.in abrasi air laut yang semakin jauh merengsek ke vvilayah daratan Jakarta Utara.Daya dukung
lingkungan di wilayahnya memang hinggasaat ini menjadi sorotan publik .ikib.it degradasi-degradasi pembangunan yang kurang
strategisseperti reklamasi pan-tai Jakarta Utara yang dilaku-kan dahulu.Senada dengan itu, Direktur Eksekutif Walhi Berry
Nahdian Furqon mengatakan abrasi di vvilayah Jakarta Utara adalah salah satu faktor akan satu isu besar, yaitu tenggelamnya Ibu
Kota. "Pembangunan di Jakarta, khususnya Jakarta Utara, mdampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan sehingga
menyebabkan kon-disi Jakarta menjadi raw an terhadap berbagai macam bencana."Masalah ini jelas perlu men-dapatkan
keseriusan berbagai pihak karena pada faktanya permukaan tanah di Jakarta terus mengalami penurunan 2-26 centimeter setiap
tahun-nya dan penurunan yang cukup tinggi berada di wilayah utara Jakarta.Penataan ruang yang tidak benar ikut andil di sini.
Praktik rekljmasi pantai utara Jakarta yang mengubah wilayah hutan bakau menjadi rurruh susun, wilayah hunian, dan kawasan
industri menggusur alokasi ruang terbuka hijau.Pada sisi lain, penyedotanair tanah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sangat
tinggi. Ini juga yang menjadi penyebab penurunan permu-kaan tanah.Berry menegaskan persoalan lingkungan di Jakarta Utara
selain abrasi air laut dan pe-rencanaan pembangunan yang tidak ramah semakin dileng-kapi dengan perubahan iklim global yang
meningkatkan muka air laut.Menanam bakauMenanam kembali bakau atau mangrove masih dipercaya sebagai cara yang efektif
untuk mengurangi dampak abrasi air laut di Jakarta Utara. Akar-akar mangrove yang kuat, terbukti mampu meminimalkan deras-
nya gelombang sehingga akan melindungi pesisir dari abrasi, bahkan tsunami.Mangrove juga dapat me-nyerap polutan, dan
hutannya menjadi daerah resapan air. Bisa dipastikan limbah industriterdekat dapat ditekan secara perlahan.Untuk yang tinggal
dekat pesisir, selain mangrove, mem-buat berbagai jenis alat pe-mecah ombak (APO) juga bisa dilakukan. APO dapat dibuat dari
karung beras bekas yang diisi dengan pasir dan beton.Jangan lupa, upaya yang dilakukan harus dibarengi dengan rendahnya
tingkat pembangunan di pesisir oleh pemerintah sendiri. Pemerin-tah harus bisa menekan pembangunan di daerah pesisir se-
hingga menghasilkan sesuatu yang seimbang.Menurut Berry, hal yang percuma jika gerakan-gerakan besar dan kecil telah
dilakukan, tetapi pembangunan tata ruang yang salah tetap berjalan.Setelah melihat berbagai masalah yang berat itu, sepertinya
mustahil bagi masyarakat mem-bantu melakukan perubahan. "Harus ada perubahan yang signifikan agar menghasilkandaya
dukung lingkungan yang tinggi sehingga bisa menjamin keselamatan Ibu Kota."Dalam hal tata ruang, menu-rut Berry, hanya
9,6% ruang terbuka hijau yang ada di Jakarta sekarang. Padahal yang dibutuhkan sekitar 30% dari total area agar daya
lingkungan semakin kuat.Peran masyarakat di sini juga strategis dengan tidak memper-buruk keadaan. Contohnya, tidak
membangun rumah seluruh area tanpa menyisakan ruang untuk resapan air, tidak mem-buat bangunan di tepi sungai, dan tentu
saja tidak membuang sampah sembarangan.Hal lain yang bisa dilakukan adalah membuat sumur resapan atau biopori, yang lebih
sederhana. Jika seluruh pendu-duk Jakarta mempunyai sumur resapan di setiap rumahnya, ini akan sangat membantu.

(M-l)miweekend@ mediaindonesia.comEntitas terkaitAPO | Berry | Daya | Ibu | Jl | Mangrove | Masalah | Menanam | Nyata |
Padahal | Pembangunan | Penataan | Peran | Praktik | Rapuhnya | Senada | WA | Jakarta Utara | Jalan RE Martadinatasepanjang | Jl
MH Thamrin | Proses Tenggelamnya Jakarta | Direktur Eksekutif Walhi Berry Nahdian Furqon | Ringkasan Artikel Ini

Daya dukung lingkungan di wilayahnya memang hinggasaat ini menjadi sorotan pubÿ¿¿¿¿¿lik .ikib.it degradasi-degradasi
pembangunan yang kurang strategisseperti reklamasi pan-tai Jakarta Utara yang dilaku-kan dahulu. Masalah ini jelas perlu men-
dapatkan keseriusan berbagai pihak karena pada faktanya permukaan tanah di Jakarta terus mengalami penurunan 2-26
centimeter setiap tahun-nya dan penurunan yang cuÿ¿¿¿¿¿kup tinggi berada di wilayah utara Jakarta. Berry menegaskan
persoalan lingkungan di Jakarta Utara selain abrasi air laut dan pe-rencanaan pembangunan yang tidak ramah semakin dileng-
kapi dengan perubahan iklim global yang meningkatkan muka air laut. Menurut Berry, hal yang percuma jika gerakan-gerakan
besar dan kecil telah dilakukan, tetapi pembangunan tata ruang yang salah tetap berjalan. "Harus ada perubahan yang signifikan
agar menghasilkandaya dukung lingkungan yang tinggi sehingga bisa menjamin keselamatan Ibu Kota."
Mohammad Natsir (lahir di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Solok, Sumatera Barat, 17 Juli 1908 – meninggal di Jakarta, 6
Februari 1993 pada umur 84 tahun) adalah perdana menteri kelima, pendiri sekaligus pemimpin partai politik Masyumi, dan
salah seorang tokoh Islam terkemuka di Indonesia.

Kehidupan

Ayah Natsir bekerja sebagai pegawai pemerintahan di Alahan Panjang, sedangkan kakeknya seorang ulama. Natsir merupakan
pemangku adat untuk kaumnya yang berasal dari Maninjau, Tanjung Raya, Agam dengan gelar Datuk Sinaro Panjang. Ketika
kecil, Natsir belajar di HIS Solok serta di sekolah agama Islam yang dipimpin oleh para pengikut Haji Rasul. Tahun 1923-1927
Natsir mendapat beasiswa untuk sekolah di MULO, dan kemudian melanjutkan ke AMS Bandung hingga tamat pada tahun 1930.
Di Bandung, Natsir berinteraksi dengan para aktivis pergerakan nasional antara lain Syafruddin Prawiranegara, Mohammad
Roem dan Sutan Syahrir. Pada tahun 1932, Natsir berguru pada Ahmad Hassan, yang kelak menjadi tokoh organisasi Islam
Persis. Dengan keunggulan spritualnya, beliau banyak menulis soal-soal agama, kebudayaan, dan pendidikan.

[sunting] Mosi IntegralTanggal 5 April 1950 Natsir mengajukan mosi intergral dalam sidang pleno parlemen, yang secara
aklamasi diterima oleh seluruh fraksi. Mosi ini memulihkan keutuhan bangsa Indonesia dalam Negara Kesatuan RI (NKRI), yang
sebelumnya berbentuk serikat. Karena prestasi inilah Natsir diangkat menjadi perdana menteri. Bung Karno menganggap Natsir
mempunyai konsep untuk menyelamatkan Republik melalui konstitusi. [1][sunting] Jabatan.Pada masa revolusi kemerdekaan,
Natsir pernah menjabat Wakil Ketua KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat), yang waktu itu ketuanya dijabat oleh Assaat
Datuk Mudo, dan beberapa kali menjadi Menteri Penerangan.

Natsir banyak berjasa untuk perkembangan dakwah Islam dan termasuk diantara sedikit tokoh Indonesia dengan reputasi
internasional. Dia pernah menjabat presiden Liga Muslim se-Dunia (World Moslem Congress), ketua Dewan Mesjid se-Dunia,
anggota Dewan Eksekutif Rabithah Alam Islamy yang berpusat di Mekkah. Sebagai mubaligh, Natsir mendirikan Dewan
Dakwah Islamiah Indonesia, yang mengirimkan mubaligh ke seluruh Indonesia.

[sunting] Gelar Kehormatan

[sunting] Gelar Pahlawan Nasional

Gelar pahlawan nasional diberikan kepada Muhammad Natsir bertepatan pada peringatan Hari Pahlawan tanggal 10 November
2008.[2]

[sunting] Gelar AkademisAkhir tahun 1979 Raja Fadh dari Arab Saudi memberi anugerah Faisal Award melalui King Faisal
Foundation di Riyadh, bersama mufti Palestina. Sebelumnya tahun 1967, Universitas Islam Libanon memberi gelar Doctor
Honoris Causa bidang politik Islam. Tahun 1991, gelar kehormatan yang sama dianugerahkan Universiti Kebangsaan Malaysia.

[sunting] Catatan

1. ^ Padang Ekspress http://www.padangekspres.co.id/content/view/22317/55/


2. ^ Presiden Anugerahkan Gelar Pahlawan untuk Tiga Tokoh Tempo Interaktif, 7 November 2008

Didahului oleh: Perdana Menteri Indonesia Digantikan oleh:


Abdul Halim 1950–1951 Sukiman Wirjosandjojo

Didahului oleh: Menteri Penerangan Digantikan oleh:


Amir Sjarifuddin 1946-1947 Setiadi

Didahului oleh: Menteri Penerangan Digantikan oleh:


Sjahbudin Latif 1948-1949 Sjafruddin Prawiranegara
INTERNATIONAL RELATIONS

The term 'International' was used for the first time by Jeremy Benlham in the later part of
the eighteenth century with regard's to the laws of nations. Consequently, the term international
relations were used to define the official relations between the sovereign slates. However some
scholars even included the economic, social and cultural relations amongst the states also within
the purview of the subject. Thus there are broadly two views regarding the meaning of
international relations. Those who take narrow view assert that international relations include
only "the official relations conducted by the authorized leaders of the state". To them the
relations between nations, other than the official relations, such as trade, financial intercourse,
missionary activities, travel of students, cultural relations etc. do not fall in the domain of
international relations. Prof. Dunn takes a narrow view of international relations and defines it as
"the actual relations that take place across national boundaries or as the body of knowledge
which we have of those relations at any given time."

On the other hand some scholars have taken a broad view of international relations and
included apart from the official relations between states; all intercourse among states and all
movements of people, goods and ideas across (he national frontiers, within its purview.

Anda mungkin juga menyukai