Anda di halaman 1dari 6

Nama : Sudirman Napitupulu

NPM : 08360015496

Kelas : 2K/ 36

WELFARE STATE
Perkembangan Welfare State

Adanya kelemahan dalam negara hukum formal liberal (nachtwakerstaat) yang hanya
melindungi kedudukan kedudukan golongan eksklusif yang menguasai alat-alat pemerintahan
telah mengalami modifikasi menjadi negara hukum modern yang dikenal sebagai negara
kesejahteraan (welfare state). Begitu juga dengan sistem ekonomi liberal diganti dengan ekonomi
yang berkeadilan sosial yang lebih dipimpin oleh pusat (centraal geleide economic).

Welfare state ramai dibincangkan publik, baik di Eropa maupun di Amerika sejak satu
abad silam. Bahkan, di negara-negara seperti Jerman dan Inggris, beberapa partai politik
dominan, saling mengklaim bahwa merekalah yang paling kompeten untuk menjalankan
program-program welfare. Dengan kata lain, isu kesejahteraan (welfare) menjadi komoditas
politik yang cukup signifikan untuk dijual dan kemudian merebut suara rakyat dalam
pemilu. Konsep negara kesejahteraan menjadi landasan kedudukan dan fungsi pemerintah
(bestuursfunctie) dalam negara-negara modern.

Defenisi Welfare state

Welfare state artinya suatu konsep pemerintah di mana negara berperan penting dalam
perlindungan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang baik dan kesejahteraan sosial bagi
warganya. Hal ini didasarkan pada prinsip-prinsip persamaan kesempatan, pemerataan kekayaan,
dan tanggung jawab masyarakat untuk mampu mencukupi sendiri kebutuhan mereka.

Negara kesejahteraan merupakan antitesis dari konsep negara hukum formal (klasik)
yang didasari oleh pemikiran untuk melakukan pengawasan yang ketat terhadap
penyelenggaraan kekuasaan negara, khususnya eksekutif yang pada masa monarki absolut telah
banyak melakukan penyalahgunaan kekuasaan.
Karakteristik Welfare State

Adapun karakteristik daripada welfare state [tradisional] secara ringkas dapat dilihat melalui 4


faktor, yaitu;

 jaminan kerja (full employment) yang mana, jumlah para penganggur tidak boleh
melebihi 3% daripada populasi yang bekerja;
 jaminan sosial (social security) yang memiliki dua karakteristik: keluasan dan
universalitas. Jaminan sosial harus mencakup seluruh penduduk dan meluas ke seluruh
aspek kehidupan sosial seperti asuransi kecelakaan, pensiun, dan lain sebagainya;
 pendidikan publik gratis,
 kebijakan sosial redistributif (social policy understood as redistributory). Dalam hal
ini, welfare state harus berupaya untuk meningkatkan level kepuasan dalam kehidupan,
 Pemisahan kekuasaan berdasarkan trias politica dipandang tidak prinsipiil lagi.
Pertimbangan efisiensi kerja lebih penting dari pertimbangan-pertimbangan politis,
 Peranan negara tidak terbatas pada menjaga kemanan dan ketertiban, akan tetapi secara
aktif berperan dalam penyelenggaraan kepentingan rakyat di bidang sosial, ekonomi, dan
budaya,, sehingga perencanaan (planning) merupakan alat penting dal welare state,
 Welfare State merupakan negara hukum materiil yang mementingkan keadilan sosial dan
bukan persamaan formil;
 Sebagai konsekuensi hal-hal di atas, maka hak milik dalam welfare state tidak lagi
dianggap sebagai hak mutlak, akan tetapi dipandang mempunyai fungsi sosial yang
berarti ada batas-batas dalam penggunaan-nya,
 Adanya kecenderungan bahwa hukum publik semakin penting dan semakin mendesak
peranan hukum perdata. Hal ini disebabkan oleh semakin luasnya peranan negara dalam
kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya.

Tujuan Welfare State

 Mengontrol dan mendayagunakan sumber daya sosial ekonomi untuk kepentingan


publik;
 Menjamin distribusi kekayaan secara adil dan merata;
 Mengurangi kemiskinan;
 Menyediakan asuransi sosial (pendidikan,kesehatan) bagi rakyat miskin;
 Mengontrol dan mendayagunakan sumber daya sosial ekonomi untuk kepentingan
publik;
 Menjamin distribusi kekayaan secara adil dan merata;
 Memberi proteksi sosial bagi tiap warga negara;
Intervensi Negara

 Dalam konsep negara kesejahteraan ini, negara dituntut untuk memperluas tanggung
jawabnya terhadap masalah sosial ekonomi yang dihadapi rakyat.
 Negara perlu dan harus melakukan intervensi dalam berbagai masalah sosial ekonomi
untuk menjamin terciptanya kesejahteraan bersama dalam masyarakat.
 Kegiatan intervensi negara itu meluas sampai pada pengaturan terhadap berbagai
aktivitas masyarakat baik individual maupun badan-badan kolektif untuk mengubah
kondisi kehidupan secara relatif cepat, seperti social security, kesehatan, kesejahteraan
sosial, pendidikan, dan perumahan

Fungsi Pemerintah

 Fungsi pengaturan (dalam negara hulum liberal menjadi hal yang utama)
 Fungsi penyelesaian sengketa atau pertentangan kepentingan antar kelompok masyarakat,
misalnya melalui pembuatan undang-undang keamanan (veiligheidswetgeving), undang-
undang kekacauan (waren wetgeving).
 Fungsi pembangunan dan pengaturan, pengaturan perekonomian melalui stimulasi untuk
berinvestasi
 Fungsi penyediaan, menyediakan barang-barang publik dan barang/jasa individual seperti
pendidikan, pelayanan kesehatan dll

Kegagalan Welfare State

(1) seringkali tidak adil, ketika mengambil hak milik individu melalui pajak yang
berkelebihan (excessive taxation);
(2) mengganti putusan kolektif pemerintah demi kebebasan dan putusan individual;
(3) mengurangi inisiatif dan entrepreneurship individu dalam suatu negara;
(4) memperluas kekuasaan pemerintah dan sangat terbuka kemungkinan untuk melakukan
korupsi.

Welfare state kerapkali mengundang kritik. Keinginan untuk menjamin dan/atau


menanggung beban (sosial) yang dipanggul individu dalam suatu negara, pada kondisi tertentu,
justru memberatkan anggaran negara dan bahkan menghambat pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Misalnya, welfare state di Eropa berada dalam bahaya, karena transfer kekayaan (wealth)
dari individu-individu yang produktif kepada mereka yang tidak/kurang produktif, menghasilkan
stagnasi dalam pertumbuhan ekonomi, terutama dalam menghadapi ekonomi global.
Selain itu, Negara turut menghambat berkembangnya kreativitas individu jika ia mengurangi
inisiatif dan entrepreneurshipseseorang dan mengarah pada sentralisasi, terutama terjadi dalam
pengambilan putusan, tanggungjawab, dan menumbuhkan kolektivisasi kesejahteraan individu
dan rencana hidup. Batas-batas tertentu mungkin masih dapat diterima. Namun, tidak disertai
dengan hasrat negara untuk mengatur rencana hidup seseorang demi alasan: kesejahteraan
individu asal negara jangan sampai melakukan intervensi terlalu jauh karena bertentangan
dengan prinsip: ‘memperlakukan manusia sebagai tujuan’ dalam hidupnya.

Welfare state tetaplah tidak adil. Karena individu-individu yang produktif dipaksa untuk
membiayai individu-individu yang kurang atau bahkan sama sekali tidak produktif. Padahal,
belum tentu, individu yang membiayai orang yang kurang mampu, ialah orang yang paling
mampu dalam masyarakat tersebut. Atau justru sebaliknya, tidak tertutup kemungkinan, orang
yang paling mampu dalam suatu masyarakat, justru mendapat jatah kewajiban untuk membantu
secara tidak proporsional-di bawah kemampuan yang ia miliki. Kemiskinan baginya dapat
diselesaikan melalui full-time employment. Namun dengan catatan, individu yang miskin harus
mempunyai keinginan untuk menguji (kembali) dan merubah nilai-nilai destruktif yang
menjeratnya dalam selubung kemiskinan.

Konsekuensi Welfare State

Adanya intervensi atau campur tangan negara yang cukup luas terhadap aspek kehidupan
masyarakat :

 Operasi langsung
 Pengendalian langsung
 Pengendalian tidak langsung
 Pemengaruhan langsung
 Pemengaruhan tidak langsung
 Digunakannya diskresi dalam penyelenggaraan pemerintahan

Indonesia Negara Hukum

 Tidak mengenal pemisahan kekuasaan tetapi pembagian kekuasaan dalam kebersamaan.


 Termasuk negara hukum bertipe welfare state
 Fungsi negara sesuai UUD 1945 (tujuan negara) :
 Keamanan, pertahanan dan ketertiban
 Fungsi kesejahteraan termasuk social service dan social welfare
 Fungsi pendidikan dalam arti seluas-luasnya
 Ketertiban dan kesejahteraan dunia (politik bebas aktif)
 Negara dengan kewenangannya mengatur dan mengarahkan segala aspek kehidupan guna
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh bangsa Indonesia Negara Hukum Sosia
Keadaan Ekonomi yang Menyebabkan Perubahan

Welfare State Inggris dan Jerman

Kondisi Ekonomi Inggris Jerman

Krisis minyak 1973 dan Terjadi krisis moneter yang tidak Dapat melalui krisis
1979 dapat diatasi dengan ekonomi pertama dengan baik,
Keynesian tetapi terkena dampak
krisis kedua

Inflasi yang terjadi sebagai Apabila antara periode 1967-1973 Pada periode 1967-1973
akibat dari naiknya harga inflasi hanya mencapai 7,0% pada inflasi sebesar 4,3% dan
buruh yang tidak diimbangi periode 1973-1980 inflasi menjadi pada 1973-1980 hanya
dengan kenaikan 16% menjadi 4,8%. Ekonomi
produktivitas dan pengaruh Jerman baru sangat
dari krisis minyak terpukul setelah
unifikasi 1989

Kebijakan Moneter Dilakukan oleh Thatcher Dilakukan oleh Kohl

Pertumbuhan Ekonomi 3,5% pada 1989 4% pada 1989

Privatisasi British Airways, British Gas, British Veba, VW, VIAG


Rail (dilakukan tahap demi
tahap)

Dari beberapa fakta empirik di atas, kita bisa mengatakan bahwasanya, konsep awal
mengenai welfare state mulai terdesak, tidak hanya oleh kondisi perekonomian global, namun
juga oleh munculnya gagasan baru yang bernama neoliberalisme.

Tudingan bahwa program-program welfare memberatkan anggaran negara; melestarikan


para pemalas; tidak menekan angka kemiskinan dan sebagainya, secara langsung, juga ikut
memaksa para pembela welfare (welfare advocat) untuk merevisi gagasan-gagasan
mengenai welfare state.

Kesimpulan
Isu kesejahteraan memang sangat menarik dan bahkan cenderung menyihir. Menarik
tentunya bagi kaum miskin untuk menuntut peran negara agar bertanggungjawab atas
kesejahteraan warga negaranya, serta menyihir bagi para pengangguran dan orang-orang yang
secara alamiah kurang beruntung, semisal terlahir cacat. Akan tetapi, kita juga tidak bisa
menelannya secara mentah-mentah.

Dampak buruk yang diakibatkan dari kebijakan ini juga dapat dijadikan sebagai
pertmbangan. Namun bukan berarti tidak penting untuk merenungkannya, terutama bagi para
pengambil kebijakan. Mengacu pada batasan awal bahwasanya welfare state ialah konsep
pemerintahan dimana negara memainkan peran kunci dalam melindungi dan mempromosikan
kesejahteraan ekonomi dan sosial penduduknya; serta mengingat beberapa modifikasi yang telah
dilakukannya karena beberapa faktor yang bermunculan pada dekade 1970an, maka, gagasan ini
melumpuhkan otonomi individu untuk memilih serta menerapkan pilihan-pilihannya hanya demi
sebuah komoditas yakni kesejahteraan.

Memang kesejahteraan memang salah satunya komoditas yang berharga dan bermakna
dalam hidup seseorang, sehingga mungkin memilih melaksanakan program-program welfare
state. Namun yang terpenting ialah menumbuhkan kesadaran bagi tiap-tiap individu untuk terus
produktif dan mandiri guna mempertahankan hidupnya. Dengan demikian, diharapkan orang-
orang dalam usia kerja yang lemah secara sosial maupun natural, tidak terus-menerus
menggantungkan hidupnya pada institusi negara.

Anda mungkin juga menyukai