• Ada 2 macam
– Primary APS tidak ada pnykt penyerta
– Secondary APS ada pnykt penyerta
1
• Jika menyerang vena DVT
2
• Mendiagnosa APS :
– Vascular thrombosis pd organ atau jaringan apapun
– Positif aPL (antibodi yg melawan fosfolipid) selama 6
minggu (Lupus anticoagulant, moderate-high titer of ACA)
3
• Lab : diperiksa dg Lupus anticoagulant
– APTT, dilute Russell’s viper venom, Kaolin Clotting time, dilute
thromboplastin time, prothrtombin time.
• Terapi :
– Aspirin menghambat aktivasi platelet
– Warfarin antikoagulan
4
PT (Prothrombin Time)
• Diukur dg
– Prothrombin ratio
– International Normalized Ratio (INR)
Keduanya mengukur jalur ekstrinsik koagulasi (III, VII)
9
• Tujuan terapi : menghilangkan gejala dan
melindungi organ dg mengurangi inflamasi
dan aktivitas autoimun.
10
CASE
• Nn. E
• 50 tahun
• Petojo Utara
• Muslim
• Tgl masuk : 6 Juli 2010
11
Anamnesis (allo)
• K.U : perubahan status kesadaran
• K.T : mendadak mulut mencong ke kanan, badan lemas
seluruh badan.
• RPS :
Krg lbh 2 jam SMRS pasien sedang tidur ketika dibangunkan
oleh kakaknya dan tampak mulut pasien mencong ke kanan
secara tiba-tiba. Sebelumnya pasien tidak mengeluh apa-
apa, dan paginya pasien pergi ke kantor dan beraktivitas
seperti biasa. Selain itu mnrt kakak pasien, pasien tampak
berubah status kesadarannya krn sulit diajak berkomunikasi.
Pasien segera dibawa oleh kakaknya ke RS C.
12
RPD
• Krg lbh 5 thn lalu pasien mengeluh sering pegal-
pegal dan kebiruan di seluruh badannya. Pasien
memeriksakan diri ke dokter dan diperiksa
darahnya. Pasien dinyatakan Hb nya rendah.
Pasien tidak dirawat dan selanjutnya beraktivitas
seperti biasa.
13
• Krg lbh 2 thn lalu ketika pasien sedang naik tangga,
pasien tiba-tiba jatuh krn merasa badannya lemas.
Pingsan (-), muntah (-), riwayat trauma (-). Lalu pasien
berobat dan dirawat dan dinyatakan terkena stroke.
15
• Sejak kecil pasien sering alergi terutama jika terkena
panas dan jika mengkonsumsi rambutan, di mana
muncul biang keringat.
17
Pemeriksaan
• Px. Fisik tidak dilakukan
• Lab : (6 Juli 2010)
Hemostasis
– Masa pembekuan (Lee-White) : 10-11’ (N:10-16)
– Masa rekalsifikasi : 2’.35’ (N:1’30” – 3’30”)
– APTT pasien 40.2; kontrol 30.3
(N : 26.4-37.5)
– Masa protrombin pasien 19.5” (N:11.0-14.2); kontrol 12.6
– INR : 1.6
– Fibrinogen 338mg/dl (N:100.0 - 350.0)
18
– Lupus anticoagulant
• LA 1 pasien 60.8 detik; kontrol 35.4 detik ratio : 1.72
• LA 2 pasien 41.6 detik; kontrol 35 detik ratio : 1.19
Ratio R.LA1 :R.LA2 = 1.45 MILD
< 1.2 = -
1.2-1.5 = mild
1.5-2 = moderate
2 = severe
– ANA : (-)
– ACA IgG : 53.8 (N : < 20 GPL)
– ACA IgM : 28.1 (N : < 20 MPL)
– B2GP1G : 6.2 (N : < 10 AU)
– B2GP1M : 48.3 (N : < 10 AU)
19
CT brain
20
• Diagnosa klinis
– Hemiparese dextra
• Diagnosa topis
– Kortex cerebri hem. sinistra
• Diagnosa etiologis
– Secondary APS
21
Pembahasan case
• Pasien mempunyai riwayat Secondary APS (dengan SLE) sejak
5 tahun yg lalu. Adanya SLE dapat menyebabkan inflamasi pd
berbagai organ/jaringan pd tubuh (vasculitis, perkarditis,
pleuritis, dll)
22
• Gejala klinis neurologi yang berhubungan aCL ialah
TIA, sindroma stroke , trombosis arteri dan vena
serebral, Guillain-Barre syndrome, chorea, kejang,
dan neuritis optika.
23
• Untuk pasien ini, diduga stroke yg terjadi adalah
akibat dr penyakit yg dideritanya yaitu SLE, di mana
kemungkinan besar terjadi kelainan dari pembuluh
darah pasien sehingga mudah terjadi trombus.
24