BAB 1
PENDAHULUAN
1
Indonesia (a), Undang-Undang Tentang Perseroan Terbatas, UU No. 40 tahun 2007,
LN. No. 106, TLN. No. 4756, Pasal 1 angka 1.
2
Ibid., Pasal 1 angka 8.
Universitas Indonesia
2
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.3 Pasar
modal mempertemukan pemilik dana dengan pengguna dana untuk tujuan
investasi jangka menengah dan panjang. Kedua pihak melakukan jual beli modal
yang berwujud efek. Pemilik dana menyerahkan sejumlah dana dan penerima
dana (perseroan terbuka) menyerahkan surat bukti kepemilikan berupa efek.4
Secara sederhana, pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar yang
memperjualbelikan berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik
dalam bentuk utang maupun modal sendiri yang diterbitkan oleh perusahaan
swasta.5
Modal atau dana yang diperdagangkan dalam pasar modal diwujudkan
dalam bentuk surat berharga atau dalam terminologi pasar finansial disebut efek
yang berupa saham, obligasi atau sertifikat atas saham atau dalam bentuk surat
berharga lainnya atau surat berharga yang merupakan derivatif dari bentuk surat
berharga saham atau sertifikat yang diperjualbelikan di pasar modal tersebut.6
Dalam aktivitasnya, pasar modal kebanyakan dilakukan di suatu tempat
yang disebut dengan bursa efek, yaitu tempat bertemunya penjual dan pembeli
dana yang di pasar modal tersebut diperantarai oleh anggota bursa yang disebut
sebagai pedagang perantara atau pialang. Atau dalam kata lain, bursa efek adalah
pasar di mana diadakan jual beli efek.
Pasar modal mempunyai peran strategis sebagai salah satu sumber
pembiayaan bagi dunia usaha, termasuk usaha menengah dan kecil untuk
pembangunan usahanya, sedangkan di sisi lain pasar modal juga merupakan
wahana investasi bagi masyarakat, termasuk pemodal kecil dan menengah.7
Oleh karena itu, suatu perseroan memilih pasar modal sebagai fasilitas
untuk suatu cara melakukan penambahan modal perusahaan disebabkan karena
3
Indonesia (b), Undang-Undang Tentang Pasar Modal, UU No. 8 tahun 1995, LN. No.
64, TLN. No. 3608, Pasal 1 angka 13.
4
Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta:
Prenada Media, 2004), hal. 10.
5
Ibid., hal. 13.
6
Ibid., hal. 11.
7
Indonesia (b), op.cit., Penjelasan Umum.
Universitas Indonesia
3
pasar modal menyediakan sumber pembiayaan dengan jangka waktu yang lebih
panjang, yang diinvestasikan sebagai modal untuk menciptakan dan memperluas
lapangan kerja yang akan meningkatkan volume aktivitas perekonomian yang
menguntungkan dan sehat.
Pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pemilik
dana ke penerima dana dengan menginvestasikan kelebihan dana yang dimiliki
pemberi dana dengan mengharapkan akan mendapatkan imbalan dari penyertaan
dana tersebut. Sedangkan dari sisi kepentingan penerima dana, dengan tersedianya
dana dari pihak luar memungkinkan perusahaan tersebut melakukan
pengembangan kegiatan bisnis tanpa harus menunggu dana dari hasil produksi
perusahaan. Dari proses ini diharapkan akan terjadi peningkatan produksi barang
atau jasa, sehingga, pada akhirnya, secara keseluruhan akan berdampak pada
peningkatan kemakmuran.8
Pasar modal Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat sejak tahun
1988, hal ini disebabkan karena pengaruh perkembangan ekonomi Indonesia yang
mengarah pada kebijakan ekonomi yang liberal.9 Era liberalisasi ekonomi ini
ditandai dengan dikeluarkannya paket-paket deregulasi ekonomi. Pengaruh
langsung untuk kehidupan pasar modal adalah dengan dikeluarkannya Paket
Deregulasi Ekonomi dan Moneter di tahun 1988. Perkembangan pasar modal
yang demikian pesatnya ditandai dengan banyaknya perusahaan yang berlomba
untuk dapat menjual sahamnya di bursa.
Salah satu cara perseroan, yang telah melakukan penawaran umum
terhadap sahamnya dan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia, untuk
mendapatkan penambahan modal sesuai ketentuan yang berlaku bagi perseroan
publik, maka tindakan yang dilakukan perseroan untuk meningkatkan modal dasar
adalah melalui penawaran umum terbatas dengan mekanisme mengeluarkan
saham baru yang masih ada dalam portepel dengan memberikan Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu (HMETD), atau lebih dikenal dengan rights issue, kepada
para pemegang sahamnya. HMETD ini merupakan suatu hak yang melekat pada
8
Irsan Nasarudin dan Indra Surya, op.cit., hal. 14.
9
Munir Fuady (a), Pasar Modal Modern: Tinjauan Hukum, Cet. 1., (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 1996), hal. 25.
Universitas Indonesia
4
saham yang memungkinkan bagi para pemegang saham yang bersangkutan untuk
membeli efek baru yang ditawarkan dan biasanya efek yang ditawarkan ini berupa
saham. Sehingga setiap pemegang saham memiliki kesempatan yang sama secara
proporsional terhadap setiap penawaran untuk penerbitan efek baru yang
diterbitkan oleh emiten.10
Rights adalah instrumen derivatif yang ditawarkan kepada publik melalui
pasar modal sesuai dengan mekanisme yang berlaku di pasar modal. Adapun yang
dimaksud dengan rights adalah penerbitan surat hak kepada pemegang saham
lama perseroan publik untuk membeli saham baru yang hendak diterbitkan.
Dengan rights itu, pemegang saham lama berhak untuk didahulukan mendapatkan
penawaran beli dari perusahaan secara proporsional pada harga yang telah
ditetapkan sebelumnya untuk jangka waktu pendek, tetapi pemilik rights itu tidak
mendapatkan dividen, karena ia bukan bukti pemilikan (equity).11
Dalam hal suatu perseroan melakukan aksi korporasi, yang salah satunya
berupa penambahan modal, harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).
RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak
diberikan kepada direksi atau komisaris. Sesuai ketentuan yang berlaku, RUPS
hanya dapat dilakukan apabila dihadiri oleh pemegang saham yang mencapai
kuorum kehadiran.
Bagi perseroan tertutup, untuk mendapatkan kuorum kehadiran dan
kuorum persetujuan 100% dari pemegang saham yang ada, pada umumnya
tidaklah sulit, dan akan dapat dilakukan hampir pada setiap saat yang
dikehendaki. Kapan saja dan di mana saja, sepanjang dilakukan di dalam wilayah
Indonesia, tanpa harus memperhatikan tata cara dan tenggang waktu
menyampaikan undangan dan pelaksanaan RUPS. Sebaliknya, bagi perseroan
terbuka, setiap saat merencanakan penyelenggaraan suatu RUPS dalam rangka
suatu tindakan korporasi yang akan dilakukan, selalu harus mempertimbangkan
biaya dan waktu yang diperlukan untuk melakukan persiapan bagi penunjukkan
10
Badan Pembinaan Hukum Nasional, Pengkajian Hukum Tentang Masalah Hukum
Dalam Transaksi Derivatif Perdagangan Saham, (Jakarta: 1997), hal. 7.
11
Ibid., hal. 203.
Universitas Indonesia
5
12
Felix Oentoeng Soebagjo, Akuisisi Perusahaan Di Indonesia: Tujuan, Pelaksanaan
Dan Permasalahannya, Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Hukum Keperdataan
pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia. 12 November 2008.
Universitas Indonesia
6
13
CP Prima (a), Profil Usaha, <http://www.cpp.co.id/entries.aspx?entry_id=1>, diunduh
tanggal 15 April 2009.
Universitas Indonesia
7
berikut ditegaskan definisi atau batasan istilah yang digunakan dalam penulisan
ini, yang antara lain:
c. Bursa Efek:
d. Efek:
14
M. Paulus Situmorang, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta: Mitra Wacana Media,
2008), hal. 145.
15
Indonesia (b), op. cit., Pasal 3 ayat (1).
16
Ibid., Pasal 1 angka 4.
17
Ibid., Pasal 1 angka 5.
18
Ibid., Pasal 1 angka 6.
Universitas Indonesia
8
i. Manajer Investasi:
19
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (a), Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal Tentang Peraturan Nomor IX.D.1 Tentang Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu, Nomor Kep-26/PM/2003, Angka 1 huruf a.
20
Indonesia (b), op. cit., Pasal 1 angka 7.
21
Investopedia, Debt/Equity Swap, <http://www.investopedia.com/terms/d/debtequity
swap.asp>, diunduh pada 4 Juli 2009. Terjemahan bebasnya adalah “Perjanjian pembiayaan
kembali di mana si berpiutang dapat menempatkan ekuitas sebagai ganti untuk pembatalan dari
utang.”
Universitas Indonesia
9
k. Penawaran Umum:
l. Perseroan Terbatas:
n. Prinsip Keterbukaan:
22
Indonesia (b), op. cit., Pasal 1 angka 11.
23
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (b), Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal Tentang Peraturan Nomor IX.E.1 Tentang Transaksi Afiliasi Dan
Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu, Nomor Kep-521/BL/2008, Angka 1 huruf f.
24
Indonesia (b), op. cit., Pasal 1 angka 15.
25
Indonesia (a), op. cit., Pasal 1 angka 1.
26
Indonesia (b), op. cit., Pasal 1 angka 24.
Universitas Indonesia
10
p. Unit Penyertaan:
28
Indonesia (a), op.cit., Pasal 1 angka 4 jo. Pasal 75 ayat (1).
29
Indonesia (b), op. cit., Pasal 1 angka 29.
30
Sri Mamudji, et al., Metode Penelitian Dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hal. 68.
31
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet. 3., (Jakarta: UI Press, 1986),
hal. 16-17.
Universitas Indonesia
11
32
Ibid., hal. 55.
33
Ibid., hal. 21.
34
Ibid., hal. 12.
35
Sri Mamudji, et al., op.cit., hal. 30-31.
Universitas Indonesia
12
digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu tata cara
penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis.36
36
Ibid., hal. 67.
Universitas Indonesia
13
BAB 2
TINJAUAN PASAR MODAL INDONESIA
38
Ibid., hal. 2.
39
Ibid.
40
Ibid., hal. 3.
Universitas Indonesia
14
41
Ibid.
42
Ibid., hal. 3-4.
43
Ibid., hal. 4.
44
Ibid.
Universitas Indonesia
15
lainnya atau surat berharga yang merupakan derivatif dari surat berharga saham
atau sertifikat yang diperjualbelikan di pasar modal.45
Perbedaan antara pasar uang dan pasar modal bisa menjadi samar jika
dikaitkan dengan pembiayaan jangka panjang. Pada pasar yang modern dan
canggih dimungkinkan suatu perusahaan untuk memperoleh pembiayaan jangka
panjang di pasar uang melalui emisi commercial paper yang dilakukan secara
terus menerus.46
Pinjaman jangka panjang pemerintah dan sekuritas badan pemerintah
dapat juga dijual di pasar uang. Akan tetapi satu hal yang tetap berbeda adalah
bahwa instrumen pasar uang adalah utang dan jangka waktunya lebih pendek,
sedangkan pembiayaan jangka panjang dan atas modal sendiri (sekuritas)
sesungguhnya hanya dapat diperoleh dari pasar modal.47
Perlu juga kiranya dijelaskan mengenai keterkaitan Undang-Undang
Perseroan Terbatas (UUPT) dengan UUPM, yaitu dengan adanya ketentuan yang
menetapkan bahwa bagi perseroan terbuka berlaku ketentuan undang-undang ini
jika tidak diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar
modal.48 Pada dasarnya terhadap perseroan yang melakukan kegiatan tertentu di
bidang pasar modal, misalnya perseroan terbuka atau bursa efek berlaku ketentuan
dalam undang-undang ini. Namun, mengingat kegiatan perseroan tersebut
mempunyai sifat tertentu yang berbeda dari perseroan pada umumnya, perlu
dibuka kemungkinan adanya pengaturan khusus terhadap perseroan tersebut.
Pengaturan khusus dimaksud, antara lain mengenai sistem penyetoran modal, hal
yang berkaitan dengan pembelian kembali saham perseroan, dan hak suara serta
penyelenggaraan RUPS.49
Dalam hal ini, perjalanan eksistensi pasar modal Indonesia merupakan
suatu perjalanan sejarah yang cukup panjang. Demikian karena cikal-bakal pasar
45
Ibid., hal. 5.
46
Ibid., hal. 6.
47
Ibid.
48
Indonesia (a), op.cit., Pasal 154 ayat (1).
49
Ibid., Penjelasan Pasal 154 ayat (1).
Universitas Indonesia
16
terkait yang sudah mulai ada sejak abad ke-19, tepatnya sewaktu zaman
penjajahan kolonial Belanda.50 Berikut, penulis akan memaparkan perjalanan
pasar modal dari mulai berdirinya hingga sampai bertahannya pada saat ini.
i. Zaman Kolonial Belanda
Sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai membangun
perkebunan secara besar-besaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana
adalah dari para penabung yang telah dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung
tersebut terdiri dari orang-orang Belanda dan Eropa lainnya yang penghasilannya
sangat jauh lebih tinggi dari penghasilan penduduk pribumi.51
Atas dasar itulah maka pemerintahan kolonial waktu itu mendirikan pasar
modal. Setelah mengadakan persiapan, maka akhirnya berdiri secara resmi pasar
modal di Indonesia yang terletak di Batavia pada tanggal 14 Desember 1912 dan
bernama Vereniging voor de Effectenhandel dan langsung memulai
perdagangan.52
Pada awal pendirian bursa Batavia terdapat 13 anggota bursa, antara lain
Fa. Dunlop & Kolf; Fa. Gijselman & Steup; Fa. Monod & Co.; Fa. Andree
Witansi & Co.; Fa. A. W. Deelman; Fa. H. Jul Joostensz; Fa. Jeanette Walen; Fa.
Wiekert & Geerlings; Fa. Welbrink & Co.; Fa. Wieckert & V. d. Linden; Fa.
Vermeys & Co.; Fa. Cruyff & Co.; dan Fa. Gebroedres Dull.53
Sedangkan, efek yang diperjualbelikan adalah saham dan obligasi
perusahaan-perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang
diterbitkan pemerintah Hindia Belanda, baik pemerintah pusat, provinsi dan
kotapraja, serta efek-efek perusahaan di negeri Belanda.54
Perkembangan pasar modal di Batavia tersebut begitu pesat sehingga
menarik masyarakat kota lainnya. Untuk menampung minat tersebut, pada tanggal
50
Bapepamlk (a), Sejarah Pasar Modal, <http://www.bapepamlk.depkeu.go.id/old/profil/
sejarah.htm>, diunduh pada 4 Juni 2009.
51
Ibid.
52
Ibid.
53
Irsan Nasarudin dan Indra Surya, op.cit., hal. 64.
54
Ibid.
Universitas Indonesia
17
55
Bapepamlk (a), op. cit.
56
Ibid.
57
Ibid.
58
Ibid.
Universitas Indonesia
18
60
Ibid.
61
Ibid.
62
Ibid.
63
Ibid.
64
Irsan Nasarudin dan Indra Surya, op. cit., hal. 68.
Universitas Indonesia
19
65
Bapepamlk (a), op. cit.
66
Ibid.
67
Ibid.
68
Jasso Winarto, ed., Pasar Modal Indonesia: Retrospeksi Lima Tahun Swastanisasi
BEJ, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997), hal. 31.
69
C. S. T. Kansil dan Christine S. T. Kansil (a), Pokok-Pokok Hukum Pasar Modal, Cet.
3, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2004), hal. 26.
70
Ibid., hal. 24-25.
Universitas Indonesia
20
72
Ibid., hal. 31.
73
Bapepamlk (a), op. cit.
74
Irsan Nasarudin dan Indra Surya, op. cit., hal. 70.
Universitas Indonesia
21
75
Bapepamlk (a), op. cit.
76
M. Paulus Situmorang, op. cit., hal. 14-19.
Universitas Indonesia
22
Universitas Indonesia
23
Universitas Indonesia
24
Dengan demikian, sebagai wadah untuk mencari dana bagi perusahaan dan
wadah investasi bagi pemodal, keberadaan dan kegiatan pasar modal melibatkan
banyak pihak yang berkepentingan.78
Selanjutnya agar dapat tercipta iklim investasi yang baik dan
terselenggaranya pembinaan serta pengawasan yang lancar, perlu adanya suatu
lembaga yang berfungsi sebagai regulator yang dalam hal ini adalah Bapepam.79
Menurut Keputusan Presiden No. 58 Tahun 1984, Bapepam bertugas:80
a. Mengadakan penilaian terhadap perusahaan-perusahaan yang akan
menjual saham-sahamnya melalui pasar modal apakah telah memenuhi
persyaratan yang ditentukan dan sehat serta baik;
b. Menyelenggarakan pasar modal yang efektif dan efisien;
c. Terus-menerus mengikuti perkembangan perusahaan-perusahaan yang
menjual saham-sahamnya melalui pasar modal.
Berdasarkan ketentuan Pasal 3 dan Pasal 4 UUPM ditetapkan bahwa
pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan pasar modal
dilakukan oleh Bapepam yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri Keuangan, dengan tujuan untuk mewujudkan terciptanya kegiatan pasar
modal yang teratur, wajar dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan
masyarakat. Selain itu, dalam melaksanakan ketentuan tersebut Bapepam
memiliki kewenangan yang luas sebagaimana ditetapkan pada Pasal 5 UUPM.81
Pada awal beroperasinya pasar modal tahun 1977, Bapepam juga menjadi
pelaksana pasar modal dengan untuk pertama kalinya mengelola Bursa Efek
Jakarta sebelum kemudian diswastakan pada tahun 1995 bersamaan dengan
perubahan fungsi Bapepam sesuai dengan undang-undang baru di atas dan
penyempurnaan struktur pasar modal Indonesia, dimana Bapepam melakukan
fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap bursa efek, lembaga penyimpanan
dan penyelesaian, profesi penunjang dan lembaga penunjang serta perusahaan
78
Ibid., hal. 28.
79
Ibid.
80
Irsan Nasarudin dan Indra Surya, op. cit., hal. 115.
81
M. Paulus Situmorang, op.cit., hal. 28-29.
Universitas Indonesia
25
sekuritas.82
Sejak beroperasinya pasar modal tersebut tahun 1977 sampai dengan 1995
sudah terdapat tiga bursa efek, yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek
Surabaya (BES), dan Bursa Paralel Indonesia (BPI). BES mulai beroperasi
tanggal 16 Juni 1989 yang dikelola oleh suatu perseroan terbatas milik swasta,
yaitu PT Bursa Efek Surabaya. BPI dibuka satu tahun sebelumnya, yaitu tanggal 2
Juni 1988 dan dikelola oleh PPUE dengan organisasinya terdiri dari para broker
dan dealer.83
BEJ sendiri berdiri saat diaktifkannya pasar modal tanggal 10 Agustus
1977, yang seperti dikemukakan untuk pertama kalinya dikelola oleh pemerintah
atau dalam hal ini Bapepam. BEJ merupakan salah satu unit organisasi Bapepam
dan pada tahun 1995, BEJ berdiri sendiri sebagai perusahaan swasta seperti BES,
sedangkan BPI merger dengan BES.84
Bapepam merupakan instansi setingkat Direktorat Jenderal yang berada di
bawah Departemen Keuangan dan dipimpin oleh seorang ketua yang bertanggung
jawab langsung kepada Menteri Keuangan.85
Meskipun demikian, pada beberapa tahun terakhir pasca kasus Bank Bali
dan pembekuan berbagai bank yang lalu, telah ada pemikiran dan rencana
pemerintah untuk membentuk lembaga yang independen seperti halnya Bank
Indonesia, yaitu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mempunyai fungsi
pengawasan dan pengaturan terhadap lembaga-lembaga keuangan dengan unit
organisasi yang terdiri dari unsur Bapepam dan beberapa unit di lingkungan
Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan dan unsur Bank Indonesia.86
Dalam kegiatan pasar modal, Bapepam bertindak sebagai wasit yang adil
bagi pelaku pasar modal, yakni emiten, penjamin emisi, investor dan broker atau
dealer. Bapepam bertindak sebagai ‘bapak asuh’ dari pelaku pasar modal, dengan
82
Ibid., hal. 31.
83
Ibid.
84
Ibid., hal. 32.
85
Ibid.
86
Ibid.
Universitas Indonesia
26
88
Irsan Nasarudin dan Indra Surya, op. cit., hal. 268. Perdagangan orang dalam, yang
dalam bahasa Inggris disebut dengan insider trading, adalah orang dalam yakni komisaris,
direktur, atau pegawai, pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik, orang
perseorangan yang karena kedudukan atau profesinya atau karena hubungan usahanya dengan
emiten atau perusahaan publik memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi orang dalam,
atau pihak yang dalam waktu enam bulan terakhir tidak lagi menjadi pihak sebagaimana telah
disebutkan sebelumnya. Sedangkan, yang dimaksud dengan informasi orang dalam, menurut
Penjelasan Pasal 95 UUPM, adalah informasi material yang dimiliki oleh orang dalam yang belum
tersedia untuk umum.
89
M. Paulus Situmorang, op.cit., hal. 33.
90
Ibid.
91
Ibid.
Universitas Indonesia
27
92
Ibid., hal. 34.
93
Indonesia (b), op. cit., Pasal 1 angka 4.
94
M. Paulus Situmorang, op.cit.
95
Indonesia (b), op. cit., Pasal 6 ayat (1).
96
M. Paulus Situmorang, op.cit.
97
Ibid.
Universitas Indonesia
28
98
I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, (Jakarta: Yayasan Sad Satria
Bhakti, 2000), hal. 181.
99
Irsan Nasarudin dan Indra Surya, op. cit., hal. 126.
100
Ibid., hal. 126-127.
101
IDX (a), Sejarah, <http://www.idx.co.id/MainMenu/TentangBEI/History/tabid/61/
lang/idID/language/id-ID/Default.aspx>, diunduh pada 19 Juni 2009.
Universitas Indonesia
29
untuk menggabung BEJ sebagai pasar saham dengan BES sebagai pasar obligasi
dan derivatif.102
102
Wikipedia (a), Bursa Efek Indonesia, <http://id.wikipedia.org/wiki/Bursa_Efek_
Indonesia>, diunduh pada 19 Juni 2009.
103
Indonesia (b), op.cit., Pasal 1 angka 9.
104
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal Di Indonesia:
Pendekatan Tanya Jawab, (Jakarta: Salemba Empat, 2001), hal. 18.
105
Ibid. Kliring adalah proses penentuan hak dan kewajiban anggota bursa yang timbul
dari transaksi bursa. Dengan adanya kliring maka tercipta suatu sistem pelaporan dan konfirmasi
transaksi bursa, kejelasan hak dan kewajiban penyelesaian, peningkatan efisiensi dan efektivitas
penyelesaian transaksi bursa, peluang penanggulangan potensi kegagalan penyelesaian, serta
adanya catatan dan dokumentasi yang baik.
106
Ibid. Penjaminan berfungsi untuk memberikan kepastian dipenuhinya hak dan
kewajiban anggota bursa yang timbul dari transaksi bursa.
107
Ibid.
Universitas Indonesia
30
108
M. Paulus Situmorang, op.cit., hal. 35.
109
Ibid.
110
Ibid.
111
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, op. cit. Bank kustodian adalah bank
yang bertindak sebagai tempat penyimpanan dan penitipan uang, surat-surat berharga maupun
barang-barang berharga.
112
Indonesia (b), op.cit., Pasal 1 angka 10.
113
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, op. cit.
114
Ibid., hal. 18-19.
Universitas Indonesia
31
115
Ibid., hal. 19.
116
M. Paulus Situmorang, op.cit., hal. 36.
117
Ibid.
118
Ibid., hal. 36-37.
Universitas Indonesia
32
berharga tersebut;
e. Kepercayaan terhadap emiten bisa timbul karena faktor-faktor yang
berasal dari dalam perusahaan itu sendiri, misalnya reputasi komisaris,
reputasi direksi, kemampuan bekerja secara efisien, kemampuan
memperoleh laba, dan sebagainya.
119
Ibid., hal. 37.
120
Ibid.
121
Ibid., hal. 37-38.
Universitas Indonesia
33
123
Ibid.
124
Ibid., hal. 39.
125
Ibid.
126
Ibid.
Universitas Indonesia
34
128
M. Paulus Situmorang, op. cit., hal. 40.
Universitas Indonesia
35
130
Ibid.
131
Ibid., hal. 46.
132
Ibid.
Universitas Indonesia
36
133
Ibid., hal. 47.
134
Ibid.
135
Ibid., hal. 48.
136
Ibid., hal. 50.
Universitas Indonesia
37
137
Ibid., hal. 51.
138
Ibid., hal. 52-53.
139
Ibid., hal. 53.
140
Ibid.
Universitas Indonesia
38
141
Ibid.
142
Ibid., hal. 55.
143
Ibid., hal. 58.
144
Irsan Nasarudin dan Indra Surya, op. cit., hal. 185.
145
M. Paulus Situmorang, op. cit., hal. 58.
Universitas Indonesia
39
146
Ibid., hal. 58-59.
147
Ibid., hal. 59-60.
148
Ibid., hal. 60.
149
Ibid.
150
Ibid.
151
Irsan Nasarudin dan Indra Surya, op. cit., hal. 187.
152
M. Paulus Situmorang, op. cit.
Universitas Indonesia
40
154
M. Paulus Situmorang, op. cit., hal. 61.
155
Irsan Nasarudin dan Indra Surya, op. cit., hal. 155-156.
156
M. Paulus Situmorang, op. cit., hal. 61-62.
157
Indonesia (b), op. cit., Penjelasan Pasal 18 ayat (1) huruf b. Kontrak investasi kolektif
adalah kontrak antara manajer investasi dan bank kustodian yang mengikat pemegang unit
penyertaan di mana manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi
kolektif dan bank kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif.
158
M. Paulus Situmorang, op. cit., hal. 62.
Universitas Indonesia
41
Dan, dalam penjelasan Pasal 18 ayat (1) huruf b UUPM disebutkan bahwa,
reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif menghimpun dana dengan
menerbitkan unit penyertaan kepada masyarakat pemodal dan selanjutnya dana
tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar
modal dan pasar uang.
Berdasarkan jenis portofolio investasinya, reksa dana yang ditawarkan di
pasar modal dapat dibedakan dalam empat jenis sebagai berikut:159
a. Reksa dana pasar uang, reksa dana ini hanya melakukan investasi pada
efek yang bersifat utang dengan masa jatuh tempo kurang dari satu
tahun (jangka pendek);
b. Reksa dana saham, reksa dana ini melakukan investasi minimal 80%
dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat ekuitas (saham);
c. Reksa dana pendapatan tetap (fixed income), reksa dana ini melakukan
investasi minimal 80% dari aktivanya dalam bentuk efek yang bersifat
utang (obligasi);
d. Reksa dana campuran (balance fund), reksa dana ini melakukan
investasi dalam bentuk ekuitas (saham) dan efek yang bersifat utang
(obligasi) dengan komposisi portofolio investasi yang bervariasi.
159
Ibid., hal. 65.
Universitas Indonesia
42
Indeks LQ 45.160
b. Real Estate Investment Trusts (REITs)
REITs, yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan dana investasi
real estat, adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana
dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan pada aset
real estat, aset yang berkaitan dengan real estat dan atau kas dan setara
kas.161 REITs merupakan instrumen investasi berupa surat berharga
yang dapat dibeli oleh investor dari perusahaan real estat yang
menerbitkan REITs. Surat berharga ini mirip dengan surat saham yang
mencerminkan kepemilikan atas sebuah perusahaan tertentu. Salah
satu keunggulan REITs adalah perlakuan khusus perpajakan, dimana
di sejumlah negara, instrumen REITs ini bebas dari pajak penghasilan.
Struktur REITs ini mirip dengan reksa dana namun penempatan
asetnya adalah pada instrumen properti. REITs dapat bersifat ‘terbuka’
yaitu dapat diperdagangkan di bursa ataupun bersifat ‘tertutup’.
Namun, untuk menikmati perlakuan khusus tersebut, REITs
diharuskan membatasi kegiatan operasional dan investasinya. REITs
dapat dikelompokkan berdasarkan pembatasan atas struktur
kepemilikan, jenis pendapatan yang dapat dihasilkan dan jenis aset
yang dapat dimiliki, struktur manajemen, dan kebijakan keuangan. Di
Indonesia memang belum sepenuhnya mengenal wahana investasi
REITs, sedangkan di negara lain REITs pada umumnya dikenal
sebagai reksa dana tertutup yang dibentuk secara khusus untuk
memiliki aset properti, hak tanggungan ataupun keduanya. REITs
merupakan konsep bentuk hukum trust, yang memang tidak dikenal di
Indonesia, namun di Indonesia dikenal suatu bentuk yang sepadan atau
menyerupai trust yaitu KIK yang merupakan bentuk formal dari skema
160
IDX (b), Mengenal ETF,
<http://www.idx.co.id/MainMenu/Education/MengenalETF/ tabid/196/lang/id-ID/language/id-
ID/Default.aspx>, diunduh pada 28 Mei 2009.
161
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (c), Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal Tentang Peraturan Nomor IX.M.1 Tentang Pedoman Bagi Manajer
Investasi Dan Bank Kustodian Yang Melakukan Pengelolaan Dana Investasi Real Estat Berbentuk
Kontrak Investasi Kolektif, Nomor Kep-425/BL/2007, Angka 1 huruf a.
Universitas Indonesia
43
Opsi adalah suatu hak yang didasarkan pada suatu perjanjian untuk
membeli atau menjual suatu komoditi, surat berharga keuangan, atau
suatu mata uang asing pada suatu tingkat harga yang telah disetujui
pada setiap waktu dalam masa tiga bulan kontrak. Opsi mempunyai
dua tipe, yaitu opsi beli (call option) dan opsi jual (put option). Opsi
beli adalah suatu hak untuk membeli sebuah aset pada harga
kesepakatan dan dalam jangka waktu tertentu yang disepakati, baik
pada akhir masa jatuh tempo ataupun diantara tenggang waktu masa
sebelum jatuh tempo. Opsi jual adalah suatu hak untuk menjual sebuah
aset pada harga kesepakatan dan dalam jangka waktu tertentu yang
disepakati, baik pada akhir masa jatuh tempo ataupun diantara
tenggang waktu masa sebelum jatuh tempo. Instrumen ini disebut opsi
oleh karena perjanjian ini memberikan ‘hak’ kepada pemegang opsi
untuk menentukan apakah akan melaksanakan atau tidak (atau biasa
162
Wikipedia (b), Dana Investasi Real Estat,
<http://id.wikipedia.org/wiki/Dana_investasi _realestat>, diunduh pada 28 Mei 2009.
163
A. Abdurrahman, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Dan Perdagangan, (Jakarta:
Pradnya Paramita, 1991), hal. 756.
164
Jack Clark Francis, Investment, (New York: McGraw-Hill, 1991), hal. 675.
Universitas Indonesia
44
disebut exercise) opsi yang dipegangnya, yaitu hak membeli (pada opsi
beli) atau hak menjual (pada opsi jual) dan pihak yang menjual opsi
atau yang biasa disebut penerbit opsi wajib untuk memenuhi hak opsi
dari pemegang opsi tersebut sesuai dengan ketentuan yang
disepakati.165 Menurut penjelasan Pasal 1 angka 5 UUPM, yang
dimaksud dengan opsi adalah hak yang dimiliki oleh pihak untuk
membeli atau menjual kepada pihak lain sejumlah efek pada harga dan
dalam waktu tertentu.
d. Waran (warrant)
Waran adalah suatu opsi untuk membeli sejumlah tertentu instrumen
keuangan (saham) pada waktu tertentu dengan harga tertentu.166 Pada
dasarnya waran ini adalah sama dengan opsi, yaitu hak untuk membeli
sejumlah saham, namun waran ini dikeluarkan oleh pihak issuer atau
perusahaan yang menerbitkan efek. Kelemahan dari waran adalah
perolehan bunga yang lebih rendah, hilangnya kesempatan
mendapatkan capital gains dan menurunnya nilai earning per share
karena saham terdilusi.167 Menurut penjelasan Pasal 1 angka 5 UUPM,
yang dimaksud dengan waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu
perusahaan yang memberi hak kepada pemegang efek untuk memesan
saham dari perusahaan tersebut pada harga tertentu setelah enam bulan
atau lebih sejak efek dimaksud diterbitkan.
e. Indeks
Pengertian indeks menurut Wikipedia adalah:
165
Wikipedia (c), Opsi, <http://id.wikipedia.org/wiki/Opsi_(keuangan)>, diunduh pada
28 Mei 2009.
166
John D. Martin, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, cet. 2, (Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 1993), hal. 295.
167
Irsan Nasarudin dan Indra Surya, op. cit., hal. 204-205.
Universitas Indonesia
45
169
M. Paulus Situmorang, op. cit., hal. 133.
170
Ibid., hal. 133-134.
171
Ibid., hal. 134-135.
172
Wikipedia (e), Pasar Saham, <http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_saham>, diunduh
pada 29 Mei 2009.
Universitas Indonesia
46
174
IDX (c), Indeks Harga Saham & Obligasi, <http://www.idx.co.id/MainMenu/
Education/IndeksHargaSahamObligasi/tabid/195/lang/id-ID/language/en-US/Default.aspx>,
diunduh pada 29 Mei 2009.
Universitas Indonesia
47
175
Wikipedia (g), Indeks Hang Seng, <http://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_Hang_Seng>,
diunduh pada 29 Mei 2009.
176
Hang Seng Investment, Hang Seng Index, <http://www.hangseng.com/hsb/eng/per/
invs/hsss/etf2/home/hsi_theindex.html>, diunduh pada 29 Mei 2009.
177
Hang Seng Indexes, Company Profile, <http://www.hsi.com.hk/HSI-Net/HSI-Net>,
diunduh pada 20 Juni 2009.
178
Wikipedia (g), op. cit.
179
Hang Seng Indexes, op. cit.
180
Moneycontrol, History, <http://www.moneycontrol.com/live-market/nikkei>,
diunduh pada 20 Juni 2009.
Universitas Indonesia
48
181
Wikipedia (h), Nikkei 225, <http://en.wikipedia.org/wiki/Nikkei_225>, diunduh pada
20 Juni 2009.
182
Wikinvest, Nikkei 225 Index, <http://www.wikinvest.com/wiki/Nikkei_225>,
diunduh pada 20 Juni 2009.
Universitas Indonesia
49
BAB 3
HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU SEBAGAI SUATU
BENTUK AKSI KORPORASI DAN KETENTUANNYA DI INDONESIA
Universitas Indonesia
50
185
Ibid.
186
Ibid.
187
Ibid., hal. 153-154.
188
Ibid., hal. 154.
189
Ibid.
Universitas Indonesia
51
Di dalam pengertian lain, HMETD juga berarti hak yang melekat pada
saham yang memungkinkan para pemegang saham yang ada untuk membeli efek
baru, termasuk saham, efek yang dapat dikonversikan menjadi saham dan waran,
sebelum ditawarkan kepada pihak lain. Hak tersebut harus dapat dialihkan.190
Sehingga, perusahaan yang telah melakukan penawaran umum saham
apabila bermaksud untuk menambah modal sahamnya, termasuk melalui
penerbitan waran atau efek konversi, maka kepada setiap pemegang saham harus
diberi HMETD atas efek dimaksud sebanding dengan persentase kepemilikan
mereka. Hak tersebut dapat dialihkan kepada pihak lain, baik melalui perdagangan
di bursa maupun di luar bursa.191
190
Bapepamlk (b), Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, <http://www.bapepam.go.id/
pasar_modal/kamus/kamus_b.htm>, diunduh pada 4 Juni 2009.
191
M. Paulus Situmorang, op. cit., hal. 107.
192
Farida Syamsuddin, ed., Bunga Rampai Pasar Modal, (Jakarta: Info Pasar Modal),
hal. 5.
193
Ibid.
Universitas Indonesia
52
194
Ibid., hal. 6.
195
Ibid.
196
Pusat Pengkajian Hukum, op.cit., hal. 56. Terjemahan bebasnya adalah “Hak
memesan efek terlebih dahulu memiliki beberapa hal sebagai pertimbangan. Hak memesan efek
terlebih dahulu kemungkinan sebagai cara termurah untuk menambah modal suatu perseroan
publik. Lebih lanjut, HMETD tidak mengistimewakan pemilik modal yang baru dibandingkan
terhadap para pemegang saham terdahulu. Selanjutnya, dengan harga atau pendapatan yang
melekat pada hampir semua pelaksanaan HMETD, dapat diharapkan bahwa setiap kesempatan
untuk membeli lebih banyak saham dalam suatu perseroan publik akan diterima secara baik oleh
para pemegang saham.”
197
M. Paulus Situmorang, op. cit., hal. 107-109.
Universitas Indonesia
53
198
Ibid., hal. 110.
199
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (d), Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal Tentang Peraturan Nomor IX.D.4 Tentang Penambahan Modal Tanpa
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, Nomor Kep-44/PM/1998, Angka 1 huruf a.
Universitas Indonesia
54
sebagai berikut:200
1) Bank yang menerima pinjaman dari Bank Indonesia atau lembaga
pemerintah lain yang jumlahnya lebih dari 200% dari modal
disetor atau kondisi lain yang dapat mengakibatkan restrukturisasi
bank oleh instansi pemerintah yang berwenang;
2) Perusahaan selain bank yang mempunyai modal kerja bersih
negatif dan mempunyai kewajiban melebihi 80% dari aset
perusahaan tersebut pada saat RUPS yang menyetujui penambahan
modal;
3) Perusahaan yang gagal atau tidak mampu untuk menghindari
kegagalan atas kewajibannya terhadap pemberi pinjaman yang
tidak terafiliasi dan jika pemberi pinjaman tersebut atau pemodal
tidak terafiliasi menyetujui untuk menerima saham atau obligasi
konversi perusahaan untuk menyelesaikan pinjaman tersebut.
Penambahan modal dapat dilaksanakan melalui penawaran umum atau
tanpa melalui penawaran umum.201 Dalam hal penambahan modal dilaksanakan
melalui penawaran umum, maka pelaksanaannya mengikuti ketentuan Peraturan
Bapepam No. IX.A.1 tentang Ketentuan Umum Pengajuan Pernyataan
Pendaftaran serta ketentuan tentang penawaran umum lainnya.202
Dalam hal penambahan modal dilaksanakan tanpa melalui penawaran
umum, maka perusahaan perlu mengumumkan tersedianya informasi kepada
pemegang saham selambat-lambatnya 14 hari sebelum RUPS yang antara lain
memuat analisis dan pembahasan manajemen perusahaan mengenai kondisi
keuangan pro forma perusahaan serta pengaruhnya terhadap pemegang saham
setelah penambahan modal dan alasan bahwa penambahan modal tanpa HMETD
merupakan pilihan terbaik bagi seluruh pemegang saham, dengan memenuhi
prinsip keterbukaan.203
200
Ibid., Angka 1 huruf b.
201
M. Paulus Situmorang, op. cit., hal. 111.
202
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (d), op. cit., Angka 3.
203
Ibid., Angka 4.
Universitas Indonesia
55
204
Gunawan Widjaja, 150 Tanya Jawab Tentang Perseroan Terbatas, Cet. 2, (Jakarta:
Forum Sahabat, 2008), hal. 49.
205
Ibid., hal. 50.
206
Ibid.
207
Ibid., hal 37.
Universitas Indonesia
56
Dalam setiap forum, RUPS hanya dapat membicarakan agenda yang telah
ditentukan sebelumnya. Dalam hal tersebut, maka pemegang saham berhak
memperoleh keterangan yang berkaitan dengan perseroan dari direksi dan/atau
komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak
bertentangan dengan kepentingan perseroan.208
RUPS tidak berhak untuk membicarakan apalagi mengambil keputusan
dalam mata acara lain-lain, kecuali semua pemegang saham hadir dan/atau
diwakili dalam RUPS dan menyetujui penambahan mata acara rapat. Dengan
demikian berarti keputusan atas mata acara rapat yang ditambahkan harus
disetujui dengan suara bulat.209
RUPS diadakan di tempat kedudukan perseroan atau tempat perseroan
melakukan kegiatan usahanya, kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar,
tempat yang dimaksud terletak di dalam wilayah negara Republik Indonesia.210
RUPS adalah organ perseroan yang memiliki kewenangan sisa yang tidak
diberikan kepada direksi dan komisaris. RUPS mewakili kehendak dari pemegang
saham secara keseluruhan, baik sebagai akibat putusan dengan musyawarah
maupun putusan sebagai akibat dari hasil pemungutan suara yang sesuai dan
sejalan dengan ketentuan anggaran dasar dan/atau UUPT. Keputusan RUPS
berlaku sebagai aturan internal bagi perseroan terbatas. Dalam hal putusan
tersebut kemudian disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia,
didaftarkan dalam daftar perseroan, serta diumumkan dalam berita negara, maka
putusan tersebut mengikat pihak ketiga atau masyarakat luas.211
RUPS terdiri atas RUPS tahunan dan RUPS lainnya. RUPS tahunan
diadakan dalam waktu paling lambat enam bulan setelah tahun buku. Dalam
RUPS tahunan harus diajukan semua dokumen perseroan. RUPS lainnya dapat
diadakan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan.212 RUPS ini biasa disebut
208
Ibid., hal. 50.
209
Ibid., hal. 51.
210
Abdul Kadir Muhammad, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 1995), hal. 82.
211
Gunawan Widjaja, op.cit.
212
Abdul Kadir Muhammad, op cit.
Universitas Indonesia
57
213
C. S. T. Kansil dan Christine S. T. Kansil (b), Seluk Beluk Perseroan Terbatas:
Menurut Undang-Undang No. 40 Tahun 2007, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 12.
214
Abdul Kadir Muhammad, op cit.
215
Ibid.
216
Ibid.
Universitas Indonesia
58
hak suara yang sah, kecuali undang-undang atau anggaran dasar menentukan lain.
Keputusan RUPS diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Apabila
mufakat tidak tercapai, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak biasa dari
suara yang dikeluarkan secara sah, kecuali undang-undang dan/atau anggaran
dasar menentukan bahwa keputusan harus diambil berdasarkan suara yang lebih
besar dari suara terbanyak biasa. Setiap penyelenggaraan RUPS wajib dibuat
risalah dan dibubuhi tanda tangan ketua rapat dan paling sedikit satu orang
pemegang saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS.217
218
Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas: Doktrin, Peraturan Perundang-Undangan,
Dan Yurisprudensi, Cet. 2, (Jogjakarta: Total Media, 2009), hal. 179.
219
Simon Fisher, et al., Corporations Law, (Sidney: Butterworths, 2001), hal. 102.
Universitas Indonesia
59
Menurut sistem hukum kita, dalam suatu perseroan terbatas terdapat tiga
organ, yaitu RUPS, direksi dan komisaris. Menurut UUPT, RUPS merupakan
organ yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada direksi maupun
komisaris. Bila melihat pada bunyi ketentuan tersebut, sebenarnya menunjukkan
bahwa kekuasaan RUPS adalah tidak mutlak, artinya kekuasaan yang tertinggi
yang diberikan oleh undang-undang kepada RUPS terbatas pada lingkup tugas
dan wewenang yang tidak diberikan undang-undang dan anggaran dasar kepada
direksi dan komisaris. Dengan demikian, direksi dan komisaris mempunyai
wewenang yang tidak dapat dipengaruhi oleh RUPS. Tugas, kewajiban dan
wewenang dari setiap organ termasuk RUPS sudah diatur secara mandiri di dalam
UUPT. Setiap organ diberikan kebebasan bergerak asal semuanya dilakukan demi
tujuan dan kepentingan perseroan.221
Dari ketentuan di atas tidak dapat disimpulkan bahwa RUPS bukan
merupakan organ tertinggi dalam perseroan. Organ ini hanya memiliki wewenang
eksklusif yang tidak diberikan kepada direksi atau komisaris.222
Di dalam UUPT yang lama, UU No. 1 Tahun 1995, ditentukan bahwa
RUPS adalah organ tertinggi dalam perseroan. Pasal 1 angka 3 UUPT lama
tersebut menyebutkan bahwa RUPS adalah organ perseroan yang memegang
kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak
diserahkan kepada direksi atau komisaris.223
Walaupun RUPS diberikan kewenangan tersebut, bukan berarti RUPS
dapat bertindak sewenang-wenang. Hal ini mengingat RUPS juga harus
220
Ibid. Terjemahan bebasnya adalah “Menurut bahasa Inggris sederhana, suatu rapat
tidak dapat dilaksanakan hanya oleh satu orang sama halnya suatu rapat tidak dapat terlaksana
apabila tidak dihadiri sama sekali oleh pemegang saham. Tidak ada usaha yang dapat terlaksana
oleh rapat semacam itu.”
221
Dhaniswara K. Harjono, Pembaruan Hukum Perseroan Terbatas: Tinjauan
Terhadap Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, (Jakarta: PPHBI,
2008), hal. 317.
222
Ridwan Khairandy, op. cit., hal. 180.
223
Ibid.
Universitas Indonesia
60
224
Munir Fuady (b), Perseroan Terbatas: Paradigma Baru, Cet. 1, (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2003), hal. 153.
225
Dhaniswara K. Harjono, op. cit., hal. 318.
226
Ibid.
227
Ibid.
Universitas Indonesia
61
yang diberikan oleh undang-undang (de jure) kepada pemegang saham dan
kewenangan pada kenyataannya (de facto) yang dijalankan oleh RUPS dalam
perseroan terbatas tertentu. Sehingga terdapat perbedaan antara kewenangan
eksklusif dari undang-undang dan kewenangan sesuai dengan yang diatur dalam
anggaran dasar sebagaimana ketentuan Pasal 75 ayat (1) UUPT.228
Kewajiban dan wewenang organ perseroan terbatas yang diatur dalam
UUPT saat ini lebih mengarah kepada paham baru yaitu paham institusional
walaupun tidak serta merta meninggalkan paham klasik. Pada paham institusional,
ketiga organ perseroan terbatas masing-masing mempunyai kedudukan yang
otonom dengan kewenangannya sendiri-sendiri sebagaimana yang diberikan
menurut undang-undang dan anggaran dasar tanpa ada wewenang organ yang satu
boleh dikerjakan oleh organ yang lain. Dengan demikian, selama pengurus
menjalankan wewenangnya dalam batas-batas ketentuan undang-undang dan
anggaran dasar, maka pengurus tersebut berhak untuk tidak mematuhi perintah-
perintah atau instruksi-instruksi dari organ lainnya, baik dari komisaris maupun
RUPS.229
Walaupun tidak ada ketentuan yang tegas dalam undang-undang mengenai
batas-batas dan ruang lingkup kewenangan yang dapat dilakukan oleh RUPS
dalam suatu perseroan terbatas, tetapi dapat ditarik beberapa pedoman sebagai
berikut:230
a. RUPS tidak dapat mengambil keputusan yang bertentangan dengan
hukum yang berlaku;
b. RUPS tidak boleh mengambil keputusan yang bertentangan dengan
ketentuan dalam anggaran dasarnya. Namun demikian, anggaran dasar
dapat diubah oleh RUPS asal memenuhi syarat untuk itu;
c. RUPS tidak boleh mengambil keputusan yang bertentangan dengan
kepentingan yang dilindungi oleh hukum yaitu kepentingan
stakeholders, seperti pemegang saham minoritas, karyawan, kreditor,
228
Ibid., hal. 319.
229
Ibid.
230
Munir Fuady (c), Perlindungan Pemegang Saham Minoritas, (Bandung: CV Utomo,
2005), hal. 126-127.
Universitas Indonesia
62
231
Chatamarrasjid, Menyingkap Tabir Perseroan (Piercing The Corporate Veil): Kapita
Selekta Hukum Perusahaan, Cet. 1, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 30-33.
232
Indonesia (a), op. cit., Pasal 19 ayat (1).
233
Ibid., Pasal 38 ayat (1).
234
Ibid., Pasal 39.
235
Ibid., Pasal 41.
236
Ibid., Pasal 44 ayat (1).
237
Ibid., Pasal 71 ayat (1) dan (2).
238
Ibid., Pasal 94 ayat (1), Pasal 111 ayat (1), Pasal 109 ayat (2), Pasal 105 jo. Pasal 119,
Pasal 92 ayat (5).
239
Ibid., Pasal 96.
240
Ibid., Pasal 102 ayat (1).
Universitas Indonesia
63
241
Ibid., Pasal 123 ayat (3), 124, 125 ayat (4).
242
Ibid., Pasal 142 ayat (1) huruf a.
243
Ridwan Khairandy, op. cit., hal. 181.
244
Indonesia (a), op. cit., Pasal 64 ayat (2).
245
Ibid., Pasal 68 ayat (2).
246
Ibid., Pasal 69 ayat (1).
247
Misahardi Wilamarta, Hak Pemegang Saham Minoritas Dalam Rangka Good
Corporate Governance, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2002), hal. 154.
248
Ridwan Khairandy, op. cit., hal. 180.
Universitas Indonesia
64
250
Indonesia (b), op.cit., Penjelasan Umum.
251
Ibid., Pasal 82 ayat (2).
Universitas Indonesia
65
252
Ibid., Penjelasan Pasal 82 ayat (2).
253
Ibid., Penjelasan Pasal 82 ayat (1).
254
M. Paulus Situmorang, op. cit., hal. 145.
Universitas Indonesia
66
256
Ibid.
257
Ibid.
258
Ibid., hal. 146-147.
259
Ibid., hal. 147.
260
Ibid.
Universitas Indonesia
67
261
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (a), op. cit., Angka 2.
262
Ibid., Angka 6.
263
Ibid., Angka 14.
Universitas Indonesia
68
264
Indonesia (b), op.cit., Pasal 1 angka 26. Prospektus adalah setiap informasi tertulis
sehubungan dengan penawaran umum dengan tujuan agar pihak lain membeli efek.
265
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (a), op. cit., Angka 22.
266
M. Paulus Situmorang, op. cit., hal. 110.
267
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (a), op. cit., Angka 26.
Universitas Indonesia
69
268
Ibid., Angka 27.
Universitas Indonesia
70
BAB 4
TINJAUAN YURIDIS AKSI KORPORASI HAK MEMESAN EFEK
TERLEBIH DAHULU PADA PT. CENTRAL PROTEINAPRIMA, TBK.
270
Japfa, Products, <http://www.japfa.com.sg/japfa/shrimp_bi.html>, diunduh pada 29
Juni 2009.
271
PT. Central Proteinaprima, Tbk. (a), Catatan Atas Laporan Keuangan Konsolidasian,
hal. 10.
Universitas Indonesia
71
272
Ibid.
273
Ibid.
274
Ibid.
275
Ibid.
276
IDX (d), Profil Emiten, <http://www.idx.co.id/__jsx.old/issuers.asp?cmd=detail&id=
CPRO>, diunduh pada 29 Juni 2009.
Universitas Indonesia
72
a. Komisaris
1) Komisaris Utama : Hardian Purawimala Widjonarko
2) Wakil Komisaris Utama : Franciscus Affandy
3) Komisaris Independen : Djoko Muhammad Basoeki
b. Direksi
1) Direktur Utama : Erwin Sutanto
2) Wakil Direktur Utama : Mahar Atanta Sembiring
3) Direktur : MRT. Jimmy Joeng
4) Direktur : Achmad Wahyudi
5) Direktur : Gunawan Taslim
6) Direktur : Isman Haryanto
Sedangkan, struktur pemegang saham CP Prima per 31 Desember 2008
adalah sebagai berikut:277
278
Ibid., hal. 3.
Universitas Indonesia
73
279
IDX (e), Prospektus Ringkas, <http://www.idx.co.id/Portals/0/Emiten/200809/BFE
81B73-4027-4BA3-A0C5-875D41A009F2.PDF>, diunduh pada 3 Juli 2009.
280
PT. Central Proteinaprima, Tbk. (a), op.cit., hal. 11.
281
Ibid., hal. 15.
Universitas Indonesia
74
282
CP Prima (b), Struktur Perseroan, <http://www.cpp.co.id/entries.aspx?entry_id=6>,
diunduh pada 2 Juli 2009.
Universitas Indonesia
75
4.1.2. Perkembangan Unit Usaha Produksi dan Pengolahan Udang PT. Central
Proteinaprima, Tbk.
Pada tahun 2007, CP Prima melakukan transaksi restrukturisasi dengan
pihak hubungan istimewa tertentu yang bertujuan untuk memfokuskan pada usaha
budidaya perairan.285 Maka, CP Prima dan anak perusahaan, yang termasuk dalam
283
PT. Central Proteinaprima, Tbk. (a), op.cit., hal. 15.
284
Ibid.
285
Ibid., hal. 11.
Universitas Indonesia
76
286
Ibid.
287
Tempointeraktif, Kasus Dipasena,
<http://www.tempointeraktif.com/hg/timeline/2004/ 05/04/tml,20040504-01,id.html>, diunduh
pada 3 Juli 2009.
288
PT. Central Proteinaprima, Tbk. (b), op.cit.
289
PT. Central Proteinaprima, Tbk. (a), op.cit., hal. 11.
Universitas Indonesia
77
memperoleh biaya bagi penambahan modal usaha, maka suatu perseroan dapat
melakukan aksi penawaran umum terbatas dalam rangka HMETD. Dalam hal ini,
aksi tersebut dilakukan oleh CP Prima.
Perjalanan aksi tersebut dilakukan melalui tahap-tahap realisasi yang
cukup panjang. Hal ini bermula dari adanya pelaksanaan RUPSLB 290 yang
dihadiri oleh pemegang saham independen.
Kepentingan pelaksanaan penawaran umum terbatas perseroan dikaitkan
dengan kondisi keuangan perseroan dan rencana perseroan untuk mendapatkan
pendanaan dari pihak ketiga setelah diperbaikinya beberapa rasio keuangan
perseroan adalah menghimpun pinjaman jangka pendek sebagai tambahan modal
kerja.291
Oleh karena itu, pelaksanaan penawaran umum terbatas dalam rangka
HMETD sangat penting untuk dilakukan bagi perseroan guna menciptakan
struktur permodalan yang kuat serta menghindari perseroan dari kondisi cidera
janji.292
Kepentingan pelaksanaan penawaran umum terbatas terkait dengan
perkembangan harga saham perseroan yang lebih kecil dari harga pelaksanaan
penawaran umum terbatas dan dampaknya terhadap dilusi bagi pemegang saham
publik, maka perseroan berusaha menyesuaikan harga pelaksanaan dengan harga
pasar saham perseroan di bursa.293
Penjelasan mengenai ada atau tidak adanya perubahan dalam jumlah
saham yang ditawarkan dalam rangka penawaran umum terbatas tersebut beserta
latar belakang perubahannya, maka jumlah saham perseroan yang ditawarkan
dalam penawaran umum terbatas tersebut sebanyak-banyaknya 17.568.196.800
290
Indonesia (a), op.cit., Pasal 78 ayat (1) dan (4). RUPS ini disebut RUPS Luar Biasa
yang dapat diadakan setiap waktu berdasarkan kebutuhan untuk kepentingan perseroan, dalam hal
ini penawaran umum terbatas dalam rangka penerbitan HMETD, yang bukan merupakan kegiatan
rutin tahunan perseroan.
291
IDX (f), Pengumuman Keterbukaan Informasi PT Central Proteinaprima Tbk (CPRO)
No.Peng-857/BEI.PSR/KI/11-2008, <http://202.155.2.90/ann_pdf/PENG-857_BEI-PSR_KI_11-
2008.pdf>, diunduh pada 29 Juni 2009.
292
Ibid.
293
Ibid.
Universitas Indonesia
78
295
Gunawan Widjaja, op.cit., hal. 38-39.
296
Bapepamlk (c), Press Release, <http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/
publikasi_pm/ siaran_pers_pm/2009/pdf/Press_Release-CPRO.pdf>, diunduh pada 3 Juli 2009.
Universitas Indonesia
79
298
Ibid., hal. 249-250.
Universitas Indonesia
80
dilakukan sampai tiga kali. RUPS pertama harus dihadiri dan disetujui pemegang
saham independen yang mewakili lebih dari 50% saham yang dimiliki oleh
pemegang saham independen.299
Apabila dalam RUPS pertama tidak tercapai kuorum, maka RUPS kedua
harus segera dilakukan. Dan, dalam hal kuorum RUPS kedua tidak tercapai, maka
RUPS ketiga harus dilakukan.300
Berdasarkan ketentuan Peraturan Bapepam No. IX.E.1 tentang Transaksi
Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu Angka 3 huruf k ayat (4),
pelaksanaan RUPS hanya dapat menyetujui transaksi dimaksud apabila disetujui
oleh pemegang saham independen yang mewakili lebih dari 50% saham yang
dimiliki oleh pemegang saham independen yang hadir.
Dalam press release dari Bapepam, disebutkan bahwa berdasarkan Akta
Berita Acara RUPS, diketahui bahwa jumlah pemegang saham independen yang
hadir adalah 55,48% dari seluruh saham yang dimiliki oleh pemegang saham
independen. Namun berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam, terbukti bahwa
terdapat pemegang saham yang tidak independen yang memiliki sebanyak 9,51%
saham turut hadir dan dihitung dalam kuorum kehadiran RUPS tersebut. Dengan
demikian, pemegang saham independen yang sah hanya 45,97%.301
Oleh sebab itu, maka RUPS Independen dimaksud tidak dapat dilakukan,
karena tidak memenuhi kuorum kehadiran yang dibutuhkan. Sehingga RUPS
Independen dimaksud tidak sah.302
299
Ibid., hal. 250.
300
Ibid.
301
Bapepamlk (c), op.cit.
302
Ibid.
Universitas Indonesia
81
tersebut harus diungkapkan secepat mungkin, paling lambat dua hari setelah
transaksi dilakukan.303
Berkaitan dengan adanya transaksi ini pula, CP Prima harus melakukan
publikasi atas adanya RUPS Independen tersebut, yang menyepakati hal-hal
sebagaimana tersebut di atas. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pelaksanaan
prinsip good corporate governance (GCG), yang dalam bahasa Indonesia disebut
dengan tata kelola perusahaan yang baik, yang salah satu prinsipnya menghendaki
terciptanya transparansi dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan tiap-tiap
perseroan di Indonesia.
Prinsip GCG dalam perseroan harus dilandaskan pada prinsip-prinsip
transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran. Hal
ini perlu diterapkan ke setiap sendi kegiatan usaha perseroan agar mendapatkan
keseimbangan bagi pemenuhan kepentingan seluruh stakeholder.
Melalui persetujuan pemegang saham independen dan pengumuman
informasi material tersebut, maka perseroan dapat diketahui telah melaksanakan
hal yang penting untuk dilakukan sehingga transaksi tersebut dapat dilakukan
dengan baik.
Berkaitan dengan transparansi transaksi ini, UUPM Pasal 1 angka 25
menyebutkan bahwa prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang
mensyaratkan emiten, perusahaan publik dan pihak lain untuk menginformasikan
kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai
usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal
terhadap efek dimaksud dan atau harga dan efek tersebut.
Selain itu, Peraturan Bapepam No. X.K.1 Angka 1 menyatakan bahwa
setiap perusahaan publik atau emiten yang pernyataan pendaftarannya telah
menjadi efektif, harus menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan
kepada masyarakat secepat mungkin, paling lambat akhir hari kerja ke-2 setelah
keputusan atau terdapatnya informasi atau fakta material yang mungkin dapat
mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal.
Emiten wajib menyampaikan informasi secara lengkap dan akurat. Disebut
lengkap kalau informasi yang disampaikan itu utuh, tidak ada yang tertinggal atau
303
Irsan Nasarudin dan Indra Surya, op.cit., hal. 251.
Universitas Indonesia
82
4.2.3. Tinjauan Hukum Konversi Tagihan Menjadi Saham PT. Pertiwi Indonesia
terhadap PT. Central Proteinaprima, Tbk.
RUPS Independen dalam rangka penerbitan HMETD oleh CP Prima
tersebut, dilakukan dengan suatu kesepakatan berdasarkan kondisi perekonomian
global dengan melemahnya rupiah terhadap US dollar yang menyebabkan potensi
utang perseroan akan meningkat, sehingga perseroan akan berpotensi cidera janji
terhadap perjanjian kredit utang yang memiliki rasio utang terhadap modal. Untuk
mengantisipasi supaya perseroan tetap taat atas perjanjian kredit, maka perseroan
merasa penting sekali melakukan konversi utang subordinasi menjadi ekuitas
melalui proses penawaran umum terbatas.305
Penjelasan mengenai kepentingan pelaksanaan penawaran umum terbatas
dengan kondisi pinjaman subordinasi dari PT. Surya Hidup Satwa, yang
selanjutnya disebut SHS, akan dikonversikan menjadi saham disebabkan karena
nilai kurs US dollar terhadap rupiah semakin meningkat yaitu sebesar Rp.
304
Ibid., hal. 226.
305
IDX (f), op.cit.
Universitas Indonesia
83
12.500/USD, maka pinjaman perseroan dalam mata uang asing akan meningkat
besar sekali dan akan mengakibatkan rasio yang ada dalam perjanjian kredit
perseroan tidak dapat dipenuhi dan perseroan akan berada dalam posisi cidera
janji. Untuk menghindari hal tersebut, perseroan harus mengkonversi utang
subordinasi menjadi ekuitas.306
Sehubungan dengan status hak dari SHS dalam pelaksanaan haknya terkait
penawaran umum terbatas terkait adanya perjanjian novasi antara SHS dan PTPI,
maka SHS tidak akan melaksanakan haknya terkait dengan penawaran umum
terbatas dan hak tersebut diberikan kepada PTPI.307
Dalam hal rencana konversi tagihan menjadi saham tersebut, harus
dilakukan dengan mengacu kepada ketentuan Peraturan Bapepam No. IX.D.4
tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. Rencana
konversi tagihan menjadi saham dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
kemungkinan gagal bayar dari perseroan terhadap utang-utangnya dan tidak
dimungkinkan untuk penjadwalan kembali utang-utang tersebut sehingga
perseroan akan cidera janji.
Peraturan IX.D.4 menyebutkan bahwa perseroan dapat menambah modal
tanpa HMETD, sepanjang ditentukan dalam anggaran dasar, dengan ketentuan
yaitu perusahaan yang gagal atau tidak mampu untuk menghindari kegagalan atas
kewajibannya terhadap pemberi pinjaman yang tidak terafiliasi dan jika pemberi
pinjaman tersebut atau pemodal tidak terafiliasi menyetujui untuk menerima
saham atau obligasi konversi perusahaan untuk menyelesaikan pinjaman
tersebut.308
Apabila penambahan modal dilaksanakan sesuai dengan ketentuan di atas,
maka selain perseroan wajib mengumumkan tersedianya informasi kepada
pemegang saham selambat-lambatnya 14 hari sebelum RUPS yang antara lain
memuat analisis dan pembahasan manajemen perusahaan mengenai kondisi
keuangan pro forma perusahaan serta pengaruhnya terhadap pemegang saham
306
Ibid.
307
Ibid.
308
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (d), op. cit., Angka 1 huruf b
ayat (3).
Universitas Indonesia
84
setelah penambahan modal dan alasan bahwa penambahan modal tanpa HMETD
merupakan pilihan terbaik bagi seluruh pemegang saham dengan memenuhi
prinsip keterbukaan, juga harus mengungkapkan fakta material tentang kondisi
keuangan terakhir yang antara lain meliputi penjelasan mengenai akun persediaan
yang tidak likuid, pinjaman atau piutang ragu-ragu, kredit likuiditas Bank
Indonesia dan atau pinjaman atau piutang macet termasuk pinjaman atau piutang
kepada pihak terafiliasi.309
Dalam kasus ini, transaksi yang dilakukan PTPI dengan CP Prima
termasuk dalam transaksi afiliasi310 yaitu transaksi yang dilakukan oleh
perusahaan dengan afiliasi perusahaan.311 Dimana, PTPI merupakan salah satu
pemegang saham CP Prima.
Selain itu, PTPI juga merupakan pembeli siaga pada penawaran umum
terbatas tersebut. Maka, berdasarkan Peraturan Bapepam No. IX.D.1 Angka 26,
CP Prima wajib memperoleh jaminan dari PTPI, sebagai pembeli siaga, untuk
membeli efek sekurang-kurangnya pada harga penawaran atas efek dalam hal
terdapat sisa efek yang tidak diambil.
Sehingga, dalam hal ini, apabila terdapat sisa efek yang tidak diambil oleh
mayoritas pemegang saham yang lain, maka PTPI dapat mengkonversikan
tagihannya menjadi saham CP Prima. Rencana transaksi ini dapat dilakukan
mengingat persyaratan Peraturan Bapepam No. IX.D.4 telah dipenuhi karena telah
terlebih dahulu disetujui oleh para pemegang saham independen atau wakil
mereka yang diberi wewenang untuk itu di dalam RUPS Independen.312
Hal tersebut dapat diketahui demikian karena pada tahapan-tahapan RUPS
untuk transaksi dengan benturan kepentingan selalu mengharuskan adanya
persetujuan pemegang saham independen untuk menyetujui transaksi tersebut.
Dengan demikian, maka dapat dinyatakan bahwa transaksi tersebut telah disetujui
309
Ibid., Angka 4 dan 5.
310
Indonesia (b), op. cit., Pasal 1 angka 1 huruf f. Yang dimaksud dengan afiliasi pada
kasus ini adalah hubungan antara perusahaan dengan pemegang saham utama.
311
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (b), op. cit., Angka 1 huruf d.
312
Ibid., Angka 3 huruf b.
Universitas Indonesia
85
Universitas Indonesia
86
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian penulisan dalam kasus CP Prima di atas, dapat diambil
beberapa kesimpulan, guna menjawab pokok permasalahan pada penulisan skripsi
ini. Kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Dalam hal pelaksanaan RUPS Independen pada CP Prima, guna
melakukan penawaran umum terbatas dalam rangka HMETD dan
persetujuan konversi tagihan PTPI menjadi saham CP Prima, di mana
RUPS Independen tersebut terlaksana disebabkan adanya benturan
kepentingan dalam transaksi yang akan dilakukan oleh perusahaan
dimaksud, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan RUPS Independen itu,
tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Karena ketentuan di dalam bidang pasar modal mengharuskan
bahwa RUPS untuk transaksi yang mempunyai benturan kepentingan
harus dihadiri dan disetujui pemegang saham independen yang
mewakili lebih dari 50% saham yang dimiliki oleh pemegang saham
independen. Sedangkan, berdasarkan pemeriksaan oleh Bapepam,
diketahui bahwa jumlah pemegang saham independen yang sah, yang
hadir dalam pelaksanaan RUPS dimaksud hanya 45,97%. Sehingga,
pelaksanaan RUPS Independen tersebut menjadi tidak sah.
b. Setiap pengungkapan informasi material yang dilakukan oleh CP
Prima merupakan tanggung jawab dari sekretaris perusahaan
(corporate secretary) tersebut. Informasi itu merupakan panduan
penting bagi pemegang saham atau investor untuk mengambil
keputusan. Dalam Pasal 81 UUPM, disebutkan bahwa “Setiap pihak
yang menawarkan atau menjual efek dengan menggunakan prospektus
atau dengan cara lain, baik tertulis maupun lisan, yang memuat
informasi yang tidak benar tentang fakta material atau tidak memuat
informasi tentang fakta material dan pihak tersebut mengetahui atau
Universitas Indonesia
87
5.2. Saran
Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, telah diketahui bahwa
aksi korporasi yang dilakukan oleh CP Prima melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal khususnya ketentuan mengenai
transaksi benturan kepentingan tertentu dan keterbukaan informasi kepada publik.
Akibat dari pelanggaran ketentuan peraturan-peraturan tersebut dapat
merugikan investor yang akan menggunakan jasa dari pasar modal. Sehubungan
dengan hal ini, maka penulis menyarankan:
a. Terhadap ketentuan mengenai keterbukaan informasi atau transparansi
yang dilakukan oleh perseroan, maka diperlukan ketegasan terhadap
Universitas Indonesia
88
Universitas Indonesia
89
Universitas Indonesia