Anda di halaman 1dari 11

Page | 2

KEBUDAYAAN ISLAM

BAB I I
PEMBAHASAN
a.KEBUDAYAAN

1.      Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan


yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa,
dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian
mengenai kebudayaan yang mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni,
dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat

2.      Unsur-unsur kebudayaan

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau


unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
 Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok,
yaitu: alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, kekuasaan politik .
 Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya,
organisasi ekonomi, alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-
petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) ,
organisasi kekuatan (politik).
3.      Wujud Kebudayaan

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga:


gagasan, aktivitas, dan artefak.

         Gagasan (Wujud ideal)


Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan
ide-ide, gagasan, nilai-nilai,norma-norma, peraturan, dan sebagainya
yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud
kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam
pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan
gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan
Page | 3
KEBUDAYAAN ISLAM
ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis
warga masyarakat tersebut.
         Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut
dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas
manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul
dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan
adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari,
dan dapat diamati dan didokumentasikan.
         Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-
benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.
Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan
yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain.
Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah
kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
4.      Komponen Kebudayaan

Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua


komponen utama:

·        Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang
nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-
temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah
liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga
mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion
olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
·        Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan
dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan
lagu atau tarian tradisional.

5.      Penetrasi budaya

Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh


suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat
terjadi dengan dua cara:

·        Penetrasi damai (penetration pasifique)


Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya
pengaruh kebudayaan Hindudan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua
macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi
memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua
kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli
Page | 4
KEBUDAYAAN ISLAM
budaya masyarakat. Penyebaran kebudayaan secara damai akan
menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis. Akulturasi adalah
bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru
tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk
bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara
kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi adalah
bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru.
Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang
berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat
berbeda dengan kebudayaan asli.

Penetrasi kekerasan (penetration violante)


Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak.
Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman
penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan
goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyaraka.

B. KEBUDAYAAN ISLAM
SECARA umum arti kebudayaan yang sebenarnya ialah suatu hasil daya
pemikiran dan pemerahan tenaga lahir manusia, ia adalah gabungan antara tenaga
fikiran dengan tenaga lahir manusia ataupun hasil daripada gabungan tenaga batin
dan tenaga lahir manusia. Apa yang dimaksudkan gabungan antara tenaga batin
(daya pemikiran) dengan tenaga lahir ialah apa yang difikirkan oleh manusia itu terus
dibiat dan dilaksanakan. Apa yang difikirkannya itu dilahirkan dalam bentuk sikap.
Maka hasil daripada gabungan inilah yang dikatakan kebudayaan.

Dari akar kata madana lahir kata benda tamaddun yang secara literal berarti


peradaban (civilization) yang berarti juga kota berlandaskan kebudayaan (city base
culture) atau kebudayaan kota (culture of the city). Di kalangan penulis Arab,
perkataan tamaddun digunakan – kalau tidak salah – untuk pertama kalinya
oleh Jurji Zaydan dalam sebuah judul buku Tarikh al-Tamaddun al-Islami (Sejarah
Peradaban Islam), terbit 1902-1906. Sejak itu perkataan Tamaddun digunakan
secara luas dikalangan umat Islam. Di dunia Melayu tamaddun digunakan untuk
pengertian peradaban. Di Iran orang dengan sedikit berbeda menggunakan istilah
tamaddon dan madaniyat. Namun di Turkey orang dengan menggunakan
akar madinah atau madana atau madaniyyah menggunakan istilah medeniyet
dan medeniyeti. Orang-orang Arab sendiri pada masa sekarang ini menggunakan
kata hadharah untuk peradaban, namun kata tersebut tidak banyak diterima ummat
Islam non-Arab yang kebanyakan lebih menyukai istilah tamaddun. Di anak benua
Indo-Pakistan tamaddun digunakan hanya untuk pengertian kultur, sedangkan
peradaban menggunakan istilah tahdhib.

Kata peradaban seringkali dikaitkan dengan kebudayaan bahkan, banyak


penulis barat yang mengidentikan “kebudayaan” dan “peradaban” islam. Seringkali
peradaban islam dihubungkan dengan peradaban Arab meskipun sebenarnya antara
Arab dan Islam tetap bisa dibedakan. Adapun yang membedakan antara
kebudayaan tersebut adalah dengan adanya peningkatan peradaban pada masa
Page | 5
KEBUDAYAAN ISLAM
jahiliyah yang berasal dari kebodohan. Hal ini pada akhirnya berubah ketika islam
datang yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW di Arab. Sehingga pada masanya
kemudian islam berkembang menjadi suatu peradaban yang menyatu dengan
bangsa Arab bahkan berkembang pesat kebagian belahan dunia yang lainnya, islam
tidak hanya sekedar agama yang sempurna melainkan sumber peradaban islam itu
sendiri.

Landasan peradaban islam dalah kebudayaan islam terutama wujud


idealnya, sementara landasan kebudaan islam adalah agama. Dalam islam tidak
seperti masyarakat penganut agama yang lainnya, agama bukanlah kebudayaan
tetapi dapat melahirkan kebudayaan. Jika kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa
dan karsa manusia, maka agama islam adalah wahyu dari peradaban.

Peradaban merupakan kebudayaan yang berhubungan dengan ilmu


pengetahuan dan teknologi yang dimana kebudayaan tersebut tidak hanya
berpengaruh di daerah asalnya tapi juga mempengaruhi daerah-daeerah lain yang
menjadikan kebudayaan tersebut berkembang.

1. sejarah pemikiran islam


Perkembangan pemikiran dalam Islam, dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu : Pemikiran Ahl Fiqh, Pemikiran Teologi  Islam, Pemikiran Filsafat Islam., dan
Pemikiran Islam modern.
a. PERKEMBANGAN CORAK FIKR AHL FIQH
Perkembangan fiqh dimulai sejak zaman Rasulullah saw masih hidup, pada
masa ini tidak ada masalah yang berarti dimana hal tersebur dikarenakan
Nabi saw langsung menjasi pembuat fiqh dan melakukan ijtihad sendiri. Pada
masa Sahabat perkembangan fiqh terbagi menjadi dua, yaitu : kelompok alh
an-Nash (seperti abuu huraurah & Anas), dan ahl al-Rayi (seperti Umar bin
Khattab as). Setelah berakhirnya kepemimpinan Ali bin Abi tholib
perkembangan fiqh dinamakan Fiqh Tabi’in, yang mana pada masa ini fiqh
terbagi menjadi dua kelompok, yaitu : Ahl an-Nash (para Fuqoha’ al-Saba’ah /
Madinah), dan Ahl al-Ra’yi (Fuqoha’ al-Shittah / Kuffah). Lebih lanjut berikut
perkembangan fiqh serta corak yang mempengaruhinya
 Manhaj al-Fikr Fikih Ahl al-Madinah
Corak pemikiran banyak dipengaruhi oleh kebuadayaan syiria dan
kekuasaan Umayyah. Tokoh-tokohnya antara lain : al-Awza’i. Sedang
sifat pemikiran fikiq ahl al-madinah adalah  thesa atau dalam arti
bahwa fikih ahl al-madinah masih murni yang bersumberkan dari Al-
Qur’an dan Hadits.
 Manhaj al-Fikr Fikih Asy-Syafi’i
Corak pemikirannya lebih banyak dipengaruhi (didominasi) al-Qur’an
dan As-Sunnah. Toko-tokohnya antara lain : Asy-Syafi’i, Ibn Hambali,
dan Malik Ibn Abbas / Dawud Ibn Khalaf (keduanya cenderung juga
kepemikiran Fikih al-Madinah). Sedang sifat pemikiran fikiq Asy-Syafi’i
adalah  anti-thesa. Ini berarti juga bahwa pemikiran ahl asy-Syafi’i
sudah mengarah pada penggabungan antara fikih ahl al-madinah
(murni) dengan fikih ahl al-Iraq (yang sudah menggunakan rasional).
 Manhaj al-Fikr Fikih Ahl al-Iraq
Page | 6
KEBUDAYAAN ISLAM
Corak Pemikiran yang digunakan adalah dengan menggunakan
analogi dan dipengaruhi oleh kekuasaan Abbasyiyah. Tokoh-tokohnya
antara lain : Abu Hanifah, Asy-Syaibani (cendrung juga ke pemikiran
As-Syafi’i). Sedang sifat pemikiran fikiq ahl al-Iraq
adalah  sinthesa. Pemiiran ahl al-Iraq sudah mengarah kepada
penggunaan akal secara berlebihan walau tidak mengenyampingkan
Al-Qur’an dan As-Sunnah.
b. PERKEMBANGAN GOLONGAN TEOLOGI ISLAM
Tumbuh dan berkembangnya golongan-golongan teologi Islam,
muncul setelah peran kepemimpinan (Kekhalifahan) dalam Islam pindah dari
Rasullah saw ke para Sahabat (Khulafaur Rasyidin). Dan pembembangannya
semakin bertambah besar setelah terbunuhnya Ali bin Abi Tholib dan
pindahnya kepemimpinan kepada Muawiyyah (yang menerapkan sistem
kepemimpinan dengan model monarkhi/kerajaan)
Theologi merupakan usaha pemahaman yang dilakukan para ulama’
(teolog muslim) tentang akidah Islam yang terkandung dalam naqli (al-Qur’an
dan As-Sunnah). Tujuan usaha pemahaman tersebut adalah menetapkan,
menjelaskan atau membela akidah Islam, serta menolak akidah yang salah
dan atau bertentangan dengan akidah Islam. Dengan demikian fungsi Teologi
adalah bertugas menjelaskan dan memberikan pemahaman terhadap
kebenaran parrenial Islam dengan bahasa Kontekstual.
Adapun aliran-aliran Teologi Islam dapat dijabarkan antara lain
sebagai berikut :
 Golongan Khowarij (Teologi Eksklusif)
Khowarij ini muncul setelah perang siffin antara Ali dan Mu’awiyyah.
Inti dari pokok pikirannya adalah : (1) Bahwa, Ali, Usman dan orang-
orang yang turut dalam peperangan Jamal, dan orang-orang yang
setuju adanya perundingan antara Ali dan Mu’awiyyah, semua
dihukumkan orang-orang “Kafir”, (2) Bahwa, setiap umat Muhammad
yang terus-menerus membuat dosa besar, hingga matinya belum
taubat, orang itu dihukumkan kafir dan akan kekal di neraka, dan (3)
Bahwa, boleh keluar dan tidak mematuhi aturan-aturan kepala
negara, bila ternyata kepala negara itu seorang yang zalim atau
khianat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teologi golongan khowarij
bahwa orang yang berdosa besar dicap sebagai orang kafir, lawan
dari orang kafir adalah orang yang beriman, orang yang beriman wajib
berijtihad memerangi orang kafir, karena orang kafir halal darahnya.
(yang disebutkan orang kafir disini adalah sebagaimana disebutkan
diatas).
 Golongan Murji’ah (Teologi Inklusif)
Aliran ini timbul di Damaskus pada akhir abad pertama Hijrah. Aliran
ini berpendapat bahwa, orang-orang yang sudah mukmin yang
berbuat dosa besar, hingga matinya tidak juga taubat, orang itu belum
dapat dihukum sekarang. Terserah atau ditunda serta dikembalikan
saja urusannya kepada Allah kelak setelah hari kiamat. Pendapat ini
adalah kebalikan dari faham Khawarij. Selain itu faham ini
berpendapat bahwa “Tidak akan memberi bekas dan memudaratkan
Page | 7
KEBUDAYAAN ISLAM
perbuatan maksiat itu terhadap keimanan.Demikian pula sebaliknya,
Tidaklah akan memberi manfa’at dan memberi faedah ketaatan
seseorang, terhadap kekafirannya” (artinya : tidaklah akan berguna
dan tidaklah akan memberi pahala perbuatan baik yang dilakukan
oleh orang yang telah kafir).
 Golongan Khowarij (Teologi Rasional)
Tokohnya adalah Abu Huzdaifah washil bin ‘Atha Al-Ghazali. Aliran ini
berpendapat bahwa, manusia adalah merdeka dalam segala
perbuatan dan bebas bertindak. Sebab itu mereka diazab atas
perbuatan dan tindakannya. Tentang ketauhidan, mereka “menafikan”
dan meniadakan sifat-sifat Allah. Artinya Tuhan itu ada bersifat.
Karena seandainya bersifat yang macam-macam, niscaya Allah
Ta’ala berbilang (lebih dari satu). Inilah yang dimaksud merekaAhli
Tauhid, menafikan sifat-sifat Allah.
 Golongan Asy’ariyah
Golongan ini muncul pada abad ke 11, yang berkembang di Baghdad
dengan salah satu tokohnya adalah : Hakim al-Baqailani dan al-
Juwaini. Pokok pemikirannya cenderung pada pemikiran Rasional,
hampir sama dengan pemikiran golongan Mu’tazilah.
c. PERKEMBANGAN PEMIKIRAN FILSAFAT ISLAM (TOKOH-TOKOH
FILSAFAT ISLAM)
 Pemikiran Filsafat Al-Ghazali / 1050-1111 M (Tahafutut al-Falasifah)
Pokok pemikiran dari al-Ghozali adalah tentang Tahafutu al-
falasifah (kerancuan berfilsafat) dimana al-Ghazali menyerang para
filosof-filosof Islam berkenaan dengan kerancuan berfikir mereka. Tiga
diantaranya, menutur al-Ghazali menyebabkan mereka telah kufur,
yaitu tentang : Qadimnya Alam, Pengetahuan Tuhan, danKebangkitan
jasmani.
 Pemikiran Filsafat Ibn Rusyd 520 H/1134 M (Teori Kebenaran Ganda)
Salah satu Pemikiran Ibn Rusyd adalah ia membela para filosof dan
pemikiran mereka dan mendudukkan masalah-masalah tersebut pada
porsinya dari seranga al-Ghazali.Untuk itu ia menulis sanggahan
berjudul Tahafut al-Tahafut. Dalam buku ini Ibn Rusyd menjelaskan
bahwa sebenarnya al-Ghazalilah yang kacau dalam berfikirnya.
 Pemikiran Filsafat Suhrawardi / 1158-1191 M (Isyraqiyah / Illuminatif)
Pokok pemikiran Suhrawardi adalah tentang teori emanasi, ia
berpendapat bahwa sumber dari segala sesuatu adalah Nuur An-
Nuur (Al-Haq) yaitu Tuhan itu sendiri. Yang kemudian memancar
menjadi Nuur al-Awwal, kemudian memancar lagi mejadi Nuur kedua,
dan seterusnya hingga yang paling bawah (Nur yang semakin tipis)
memancar menjadi Alam (karena semakin gelap suatu benda maka ia
semakin padat).
Pendapatnya yang kedua adalah bahwa sumber dari Ilmu dan atau
kebenaran adalah Allah, alam dan Wahyu bisa dijadikan sebagai
perantara (ilmu) oleh manusia untuk mengetahui keberadaan Allah.
Sehingga keduanya, antara Alam dan Wahyu adalah sama-sama
sebagai ilmu.
Page | 8
KEBUDAYAAN ISLAM
Pemikiran Filsafat Islam Lainnya
Disanping ketiga tokoh pemikir filsafat Islam tersebut diatas, berikut
tokoh-tokoh pemikir filsafat Islam lainnya, antara lain :
1. Al-Kindi (806-873 M)
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : Relevansi
agama dan filsafat, fisika dan metafisika (hakekat Tuhan bukti
adanya Tuhan dan sifat-sifatNya), Roh (Jiwa), dan Kenabian.
2. Abu Bakar Ar-Razi (865-925 M)
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : Akal dan
agama (penolakan terhadap kenabian dan wahyu), prinsip lima
yang abadi, dan hubungan jiwa dan materi.
3. Al-Farabi (870-950 M)
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : kesatuan
filsafat, metafisika (hakekat Tuhan), teori emanasi, teori edea,
Utopia jiwa (akal), dan teori kenabian.
4. Ibnu Maskawih (932-1020 M)
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : filsafat
akhlaq, dam filsafat jiwa.
5. Ibnu Shina (980-1036 M)
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : fisika dan
metafisika, filsafat emanasi, filsafat jiwa (akal), dan teori
kenabian.
6. Ibnu Bajjah (1082-1138 M)
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : metafisika,
teori pengetahuan, filsafat akhlaq, dan Tadbir al-
mutawahhid (mengatur hidup secara sendiri).
7. Ibnu Yaufal (1082-1138 M)
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah : percikan
filsafat, dan kisah hay bin yaqadhan.
d. PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MODERN
 Islam Tekstual
Corak pemikirannya masih bersifat fundamental, Tekstualis, dan
Skeptis. Dalam hal ini antara Islam dengan Modernitas masih
dipertentangkan belum ada titik temu dan modernitas belum bisa
menyatu dengan Islam.
 Islam Revivalism
Pemikir Islam Revivalism sudah mengkombinasikan antara Islam
dengan Modernitas walau masih sedikit, dan masih dikuatkan nilai-
nilai Ke-Islamanya.
  Islam Modern
Corak pemikiran dari tokoh Islam modern sudah memasukkan lebih
banyak modernitas kedalam nilai-nilai Islam. Sehingga pemikirannya
sudah dapat dikatakan liberal walaupun masih ada kendali
Fundamentalisnya (Ke-Islamannya). Tokohnya antara lain Nurcholis
Madji, Abdurrahman Wahid, dll.
 Islam Neo-Modernis
Page | 9
KEBUDAYAAN ISLAM
Dalam hal ini tokoh pemikir Islam, pemikirannya sudah mengarah
kepada Liberalis, Kontektual, dan Substantive. Salah satu tokoh
Pemikir Islam Neo-Modernis adalah Ulil Absor Abdala. Dalam hal ini
antara Islam dengan modernitas sudah tidak ada pemisahnya, artinya
sudah menyatu.
2. MASJID SEBAGAI PUSAT PERADABAN ISLAM
a. Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Proses menuju ke arah pemberdayaan umat dimulai dengan
pendidikan dan pemberian pelatihan-pelatihan. Masjid seharusnya
dapat dimanfaatkan sebagai tempat berlangsungnya proses
pemberdayaan tersebut, bahkan sebagai pusat pembelajaran umat,
baik dalam bentuk pengajian, pengkajian, seminar dan diskusi
maupun pelatihan-pelatihan keterampilan, dengan peserta minimal
jamaah disekitarnya.
b. Pusat Perekonomian Umat
Soko guru perekonomian Indonesia katanya koperasi, namun pada
kenyataannya justru koperasi menjadi barang yang tidak laku. tidak
ada salahnya bila masjid mengambil alih peran sebagai koperasi yang
membawa dampak positif bagi umat di lingkungannya. Bila konsep
koperasi digabungkan dengan konsep perdagangan ala pusat-pusat
pembelanjaan yang diminati karena terjangkaunya harga barang, dan
dikelola secara professional oleh dewan pengurus maka masjid akan
dapat memakmurkan jamaahnya. Sehingga akhirnya jamaahnya pun
akan memakmurkan masjidnya. 
c. Pusat Penjaringan Potensi Umat
Masjid dengan jamaah yang selalu hadir HANYA sekedar untuk
menggugurkan kewajibannya terhadap Tuhan bisa saja mencapai
puluhan, ratusan bahkan ribuan orang jumlahnya. Masjid dengan
jamaah yang selalu hadir sekedar untuk menggugurkan kewajibannya
terhadap Tuhan bisa saja mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan
orang jumlahnya. Dari berbagai macam usia, beraneka profesi dan
tingkat (strata) baik ekonomi maupun intelektual, bahkan sebagai
tempat berlangsungnya akulturasi budaya secara santun.
d. Pusat Ke-Pustakaan
Perintah pertama Tuhan kepada Nabi terakhir adalah "Membaca", dan
sudah sepatutnya kaum muslim gemar membaca dalam pengertian
konseptual maupun kontekstual. Maka dengan sendirinya hampir
menjadi kemutlakkan bila masjid memiliki perpustakaan sendiri.

BAB III
PENUTUP
Page | 10
KEBUDAYAAN ISLAM

A. Kesimpulan
Untuk membangkitkan kembali kebudayaan Islam sangat tergantung pada
keberhasilan dalam bidang sains melalui prestasi institusional dan epistemologis
menuju pada proses dekonstruksi epistemologi sains moderen yang memungkinkan
nilai-nilai Islam terserap secara seimbang ke dalam sistem pengetahuan yang
dibangun tanpa harus menjadikan sains sebagai alat legitimasi agama dan
sebaliknya. Ini sejalan dengan gagasan islamisasi pengetahuan yang pernah
dilontarkan oleh Ismail Raji Al-faruqi.
Mengapa masyarakat Islam perlu melakukan reformasi sains moderen?
Bukankah sains moderen telah begitu banyak memberikan manfaat bagi manusia?
Pernyataan ini mungkin benar jika kita melihat tanpa sikap kritis bagaimana sains
moderen membuat kehidupan (sekelompok) manusia menjadi lebih sejahtera.
Argumen yang masuk akal datang dari Sal Restivo yang mengungkap bagaimana
sains moderen adalah sebuah masalah sosial karena lahir dari sistem masyarakat
moderen yang cacat. Secara historispun kita bisa memahami bagaimana sains
moderen lahir sebagai mesin eksploitasi sistem kapitalisme. Paul Feyerabend
bahkan mengkritik sains moderen sebagai ancaman terhadap nilai-nilai demokrasi,
kualitas hidup manusia, dan bahkan kelangsungan hidup bumi beserta isinya. Dalam
kondisisi seperti ini, Islam semestinya dapat menjadi suatu alternatif dalam
mengembangkan sains ke arah yang lebih bijak.
Insya Allah

B.Saran
Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk
meletakan Islam dalam kehidupan keseharian kita. Kita pun dapat
membangun kebudayaan Islam dengan landasan konsep yang berasal
dari Islam pula.
Wallahu ‘alam bishawab

DAFTAR PUSTAKA

Putra, Prast. Kebudayaan Islam. Dalam situs http://www.Prastputra.blogspot.com//.


Page | 11
KEBUDAYAAN ISLAM

dikunjungi 12 Januari 2010.

Rusdi. Kebudayaan Islam. Dalam situs http://www.rusditik.multiply.com//.

dikunjungi 12 Januari 2010.

Nashir, Ja’far. Sejarah Pemikiran Islam. Dalam situs http://www.Prastputra.


blogspot.com//. dikunjungi 12 Januari 2010.
Page | 12
KEBUDAYAAN ISLAM

Anda mungkin juga menyukai