23
Putranto et al.
yang lebih baik yaitu minyak sehat (healthy umumnya bersifat ekstraseluler. Isolasi gen
oil). Healthy Econa Cooking Oil telah yang menyandi protein lipase merupakan
diproduksi massal pada tahun 2001 oleh Kao salah satu langkah awal produksi lipase
Industries of Japan bekerjasama dengan dalam skala besar melalui rekayasa genetika.
Novozymes, Co. Bahan utama yang White et al. (1990) mengemukakan bahwa
terkandung di dalam minyak ini adalah Polymerase Chain Reaction (PCR)
DAG yang dibuat secara enzimatik merupakan metode deteksi yang tergolong
menggunakan minyak murni. Dalam jangka mudah untuk mengetahui keberadaan gen
panjang minyak ini mampu mencegah target di dalam organisme uji. Pasangan
peningkatan lemak tubuh, terutama lemak primer heterologous yang dirancang ber-
yang terdeposit dalam organ internal (Kao dasarkan daerah terkonservasi pada gen
Corporation, 2004). Contoh lain dari healthy target dapat digunakan dalam PCR tersebut.
oil yang telah beredar di pasaran Tujuan penelitian ini untuk mendeteksi dan
internasional adalah Evona Oil dan Bio-Oil. mengkarakterisasi gen LIPASE pada
Produksi lipase telah dilakukan di beberapa galur kapang.
beberapa negara maju. Harga lipase impor
relatif mahal, misalnya harga lipase dengan
merk dagang Lipozyme IM, BIO-lipase, dan Bahan dan Metode
Lipolase mencapai 25 juta rupiah per kg
(Kao Corporation, 2004). Indonesia dengan
keanekaragaman hayatinya berpeluang besar Bahan yang digunakan adalah mise-
untuk mengembangkan produksi lipase dari lium empat galur kapang koleksi Balai
mikroba lokal. Eksplorasi mikroba lipolitik Penelitian Bioteknologi Perkebunan
lokal telah banyak dilakukan, namun hingga Indonesia yaitu Monilia sitophila, Rhizopus
saat ini lipase komersial belum terdapat di oryzae, R. microsporus, dan Absidia
pasaran. Kondisi kultur optimum untuk corymbifera yang berumur 48-72 jam
mikroba sumber belum ditemukan, sehingga inkubasi pada suhu 37°C dalam kultur cair
penggunaan isolat alami sebagai sumber Yeast Malt Extract. Reagen PCR yang
lipase memiliki daya hasil yang relatif digunakan diperoleh dari Promega (WI,
rendah. Kapang merupakan mikroba yang USA). Primer PCR (ITS-4, ITS-5, dan RLP)
80% kebutuhan substratnya dipenuhi oleh dan bahan-bahan kimia lain diperoleh dari
makromolekul yang memiliki rantai karbon. Sigma Chem. Co. dan perusahaan lokal.
Beberapa jenis kapang diketahui tumbuh
pada habitat yang mengandung minyak, Perancangan primer heterologous dengan
misalnya tandan kelapa sawit. Beberapa menggunakan pendekatan bioinformatika
kapang penghasil lipase antara lain adalah
Aspergillus niger, Mucor miehei, Monilia Pengumpulan data sekuen nukleotida
sitophila, Rhizopus delemar, dan lipase berbagai kapang diperoleh dari data-
R. javanicus (Onions et al., 1981 & Yamane, base di situs www.ncbi.nlm.nih.gov. Konver-
1987). si sekuen nukleotida menjadi sekuen asam
Nining (2005) memperlihatkan bahwa amino dilakukan menggunakan program
M. sitophila mampu mengubah CPO Bioedit 7.0 dengan memperhatikan adanya
menjadi DAG dan produk samping asam mekanisme splicing (penghilangan intron).
lemak. Lipase yang berasal dari mikroba Pencarian daerah konservatif (homologi
24
Karakterisasi gen penyandi Lipase dari kapang....
tinggi) berdasarkan penjajaran sekuen asam dilakukan dengan sentrifugasi pada 13000
amino, yang dianalisis menggunakan rpm dengan suhu 4°C selama 10 menit.
algoritma Clustal-W. Setelah diperoleh Setelah supernatan dibuang, pelet dicuci
output dari program Clustal-W, sekuen asam dengan 500 µL isopropanol kemudian
amino kembali dikonversi menjadi sekuen dibolak-balik beberapa kali, dan didiamkan
nukleotida. Sekuen yang mengandung dalam es selama 10 menit. Sentrifugasi
daerah konservatif, diproses dengan meng- dilakukan pada 13000 rpm dengan suhu 4°C
gunakan program Primer3 untuk peran- selama 10 menit. Ke dalam pelet ditam-
cangan primer. Dari program Primer3 bahkan 1 volume 70% ethanol dingin untuk
diperoleh beberapa pasang sekuen primer. pengendapan DNA. Kemudian endapan
DNA dipisahkan dengan sentrifugasi pada
8000 rpm dengan suhu 4°C selama lima
Isolasi DNA genomik menit. Sisa etanol dibuang, dan pelet
dikering anginkan hingga bau etanol tidak
Isolasi DNA genomik empat galur tercium lagi. Pelet DNA diresuspensikan
kapang dilakukan menggunakan metode kembali dalam 5 µL H2O bebas nuklease.
Moller et al. (1992) yang dimodifikasi. Di Penentuan kuantitas DNA dilakukan dengan
dalam mortar, sebanyak 1-2 gram miselium spektrofotometer.
ditambahkan 0,1- 0,2 gram Polyvinylpirro-
lidone (PVPP) dan N2 cair kemudian Reaksi PCR
digerus. Serbuk halus yang dihasilkan
dimasukkan ke dalam tabung yang berisi Analisis PCR dilakukan dengan total
5-10 mL bufer ekstraksi (1 M Tris-HCl pH reaksi 25 µL, yang mengandung 1,5 µL
8,0; 0,5 M EDTA pH 8,0, 10% SDS) dan MgCl2, 2,5 bufer ekstraksi 10X, 0,5 dNTPs
ditambahkan 0,1 gram Proteinase K kemu- 10µM, 0,5 µL Taq DNA Polymerase 5u/µL,
dian diinkubasi pada suhu 60°C selama 17 µL ddH2O, 2 µL primer (reverse dan
60 menit. Dalam kurun waktu inkubasi forward). Program PCR terdiri dari pre-
dilakukan dua kali vortex. Setelah dicampur denaturation suhu 95°C selama lima menit,
dengan 1,4 mL 5N NaCl dan 650 µL 10% dan 35 siklus reaksi yang terdiri dari
CTAB kemudian diinkubasi pada suhu 65°C denaturasi suhu 95 °C selama 30 detik,
selama 10 menit. annealing suhu 50 °C selama 30 detik dan
Pemisahan protein dilakukan dengan extension suhu 72 °C selama 90 detik. Pada
penambahan 1 volume kloroform : isoamil- tahap akhir proses PCR dilakukan final
alkohol (24:1), diinkubasi di dalam es extension suhu 72 °C selama lima menit.
selama 30 menit, kemudian disentrifus pada Sebanyak 5 µL hasil PCR di running dengan
13000 rpm dengan suhu 4°C selama elektroforesis gel agarosa 1,2 %.
10 menit. Ekstraksi diulang sebanyak tiga
kali. Supernatan (600 µL) diambil secara Sekuensing dan Analisis BLAST
hati-hati dan dipindahkan ke dalam tabung
mikro-sentrifus baru yang telah mengandung Sekuensing dilakukan di BPPT
2,25 mL 5M Ammonium asetat pH 7,0, Puspiptek Serpong. Analisis BLAST dilaku-
kemudian diinkubasi semalam pada suhu kan menggunakan program pada situs
4°C. Setelah itu pengendapan DNA http://www. ncbi.nlm.nih.gov/BLAST/.
25
Putranto et al.
Tabel 1.Kualitas dan kuantitas DNA genomik yang diisolasi dari empat galur kapang.
Table 1. Quantity and quality genomic DNA isolated from four strains of molds.
Galur kapang (Strains) Rasio serapan Kuantitas (Quantity)
Absorbance ratio (nm) (µg/mL)
A260/280 A260/230
M. sitophila 1,798 1,330 2456
R. oryzae 1,991 1,391 2440
R. microsporus 1,761 1,237 2435
A. corymbifera 1,489 1,067 3445
10 kb
M 1 2 3 4 M
Gambar 1. Profil DNA genomik empat galur kapang (M.) marka DNA 1 kb; (lini 1.) M. sitophila, konsentrasi
24,560 µg; (2.) R. oryzae, konsentrasi 24,400 µg; (3.) R. microsporus, konsentrasi 24,350 µg; (4.)
A. corymbifera, konsentrasi 34,450 µg.
Figure 1. Genomic DNA profile from four mold strains (M.) 1 kb marker ladder; (lane 1.) M. sitophila,
quantity 24.560 µg; (2.) R. oryzae, quantity 24.400 µg; (3.) R. microsporus, quantity 24.350 µg;
(4.) A. corymbifera, quantity 34.450 µg.
26
Karakterisasi gen penyandi Lipase dari kapang....
Tingkat kesulitan tertinggi dalam isolasi teristik primer RLP hasil rancangan
DNA kapang adalah pada tingginya berdasarkan dua belas sekuen gen LIPASE
kandungan polifenol dan polisakarida yang dari GenBank .
harus dipisahkan. Secara sederhana kesulitan
ini dapat diatasi dengan ekstraksi kloroform:
isoamilalkohol (24:1) yang diulang Amplifikasi gen LIPASE
sebanyak tiga kali. Masalah lain yang Untuk lebih memastikan kualitas
dihadapi adalah DNA sukar mengendap DNA genomik kapang maka dilakukan PCR
dengan sempurna. Masalah ini dapat diatasi dengan primer universal ITS-4 (5’-
dengan penambahan senyawa organik 5 M TCCTCCGCTTATTGATATGC-3’) dan
ammonium asetat pH 7. Secara kuantitas, ITS-5 (5’-GGAAGTAAAAGTCGTAACA
rendemen DNA yang diperoleh cukup AGG-3’) (White et al., 1990). Amplifikasi
tinggi, yaitu 2000-3500 µg/mL per 1-2 gram DNA M. sitophila dan R. oryzae dengan
sampel miselium. pasangan primer tersebut menghasilkan
fragmen DNA yang sangat jelas dengan
Perancangan primer heterologous
ukuran sekitar 650 bp (Gambar 2). Kedua
Dua belas sekuen gen LIPASE dari dua kapang lain R. microsporus dan A. corym-
belas galur kapang dengan nomer assesi bifera juga menunjukkan hasil yang sama
DQ080073, AY513724, AF229435, E11105, (data tidak ditampilkan). Fragmen ITS
D13206, AB013496, E03934, AY303124, tersebut digunakan sebagai marka positif
D90315, AF330635, AF288219, dan reaksi PCR.
AF288685 digunakan untuk mendesain Amplifikasi DNA keempat galur
primer RLP untuk amplifikasi gen LIPASE . kapang diuji dengan pasangan primer RLP
Hasil penjajaran (alignment) dengan Clustal- hanya menghasilkan fragmen DNA pada
W memperlihatkan bahwa sekuen-sekuen DNA R. oryzae dan A. corymbifera (Gambar
gen LIPASE tersebut memiliki daerah 3.). Sekuensing kedua amplikon R. oryzae
terkonservasi yang relatif panjang. dan A. corymbifera telah berhasil dilakukan.
Perancangan primer disesuaikan dengan Sekuen protein selanjutnya disebut AcLIP
mengambil daerah terkonservasi (Hughes dan RoLIP. Hasil analisis BLASTx menun-
et al., 2000). Pemilihan melting temperature jukkan bahwa kedua protein tersebut memi-
(Tm) dan kandungan GC diusahakan tidak liki homologi tinggi (90-99% asam amino)
berbeda jauh. Tabel 2. menunjukkan karak- dengan protein Rhizopus niveus lipase
Tabel 2. Karakteristik pasangan primer RLP hasil rancangan berdasarkan 12 sekuen gen LIPASE dari
GenBank.
Table 2. Characteristics RLP primer pair design based on 12 sequences LIPASE gene from GenBank.
27
Putranto et al.
5 kb
1 kb
1 kb
500 bp 650 bp
650 bp 466 kb
M 1 2 M - + 1 2 3 4
Gambar 2. Amplifikasi DNA M. sitophila dan Gambar 3. Amplifikasi DNA kapang M. sitophila;
R. oryzae dengan primer ITS-4 dan R. oryzae; R. microsporus; dan A. corym-
ITS-5 (M.) marka DNA 1 kb; (1.) bifera dengan pasangan primer RLP,
M. sitophila; (2.) R. oryzae. suhu annealing 60°C (M.) marka DNA
Figure 2. Amplification M. sitophila and R. oryzae 1 kb; (-) kontrol negatif; (+) kontrol
positif; (1.) M. sitophila; (2.) R. oryzae;
DNA using ITS-4 and ITS-5 primers
(3.) R. microsporus; (4.) A. corymbifera.
(M.) 1 kb marker ladder; (1.)
M. sitophila; (2.) R. oryzae. Figure 3. Amplification DNA M. sitophila;
R. oryzae; R. microsporus; and A. corym-
RNL (AAC60540.2), lipase Rhizopus niveus bifera with pair of RLP primers,
(BAA31548.1), lipase precursor R. oryzae annealing at 60°C (M.) 1 kb marker
(AAF32408.1), dan lipadyou-2 R. oryzae ladder ;(-) negative control; (+) positive
control; (1.) M.sitophila; (2.) R.oryzae;
(AAS84458.1) (Gambar 4). Hasil penjajaran
(3.) R.microsporus; (4.) A.corymbifera
protein menunjukkan bahwa urutan asam
amino berbeda di tiga posisi yaitu asam cluster. Boleh dikatakan kedua gen tersebut
amino ke-257, 348, dan 377 (Gambar 4). adalah satu jenis protein yang sama apabila
Fadılo˘glu & Erkmen (1999) mengemuka- ditranslasikan. Lipase merupakan enzim
kan perbedaan pada asam amino kemung- yang memiliki karakter spesifik tergantung
kinan berpengaruh pada bentuk, struktur, organisme penghasilnya. Beberapa lipase
dan reaktivitas protein tersebut. yang dihasilkan organisme-organisme dalam
Dari dua fragmen gen penyandi protein satu genus juga memiliki karakter berbeda
lipase yang telah diketahui identitasnya meskipun secara umum memiliki motif asam
(AcLIP dan RoLIP), pohon filogenetis lebih amino yang sama untuk tiap organisme.
memperjelas hubungan kekerabatan kedua- Motif asam amino ini berupa urutan asam
nya. Keduanya berada dalam cluster yang amino Glisin-X-Serin-X-Glisin (G-X-S-X-
sama (Gambar 5). AcLIP lebih dekat dengan G) yang juga merupakan sisi aktif dari
cluster R. niveus dan RoLIP lebih dekat enzim ini, dimana X dapat digantikan oleh
dengan R. oryzae. Meskipun demikian hasil Histidin, Leusin, atau Tirosin (Salomon,
penjajaran Clustal-W sebelumnya memper- 2003). Pengaruh lingkungan kemungkinan
lihatkan tingkat homologi yang tinggi turut memberikan peranan terhadap orga-
(96-99%) antara kedua gen-gen dalam nisme penghasil lipase.
28
Karakterisasi gen penyandi Lipase dari kapang....
Gambar 4. Penjajaran asam amino dari AcLIP, RoLIP dan homolognya (untuk nomor asessi , lihat text). RNL
(Rhizopus niveus lipase); RnLIP3 (R. niveus lipase-3); RnLIP (R. niveus lipase precursor);
RoLIPdy2 (R. oryzae lipadyou-2); RoLIP2 (R. oryzae lipase precursor).
Figure 4. Amino acid alignment of AcLIP and its closest homologoues (for accession numbers, see the text).
RNL (Rhizopus niveus lipase); RnLIP3 (R. niveus lipase-3); RnLIP (R. niveus lipase precursor);
RoLIPdy2 (R. oryzae Lipadyou-2); RoLIP2 (R. oryzae lipase precursor).
29
Putranto et al.
RsLIPRs
RoLIP
RNL
CdLIP
YlLIP2
PeLIP
GzLIP
0,1 PcMDGL
AtLIP
Gambar 5. Pohon filogenetis dari RoLIP terhadap beberapa protein lipase pada beberapa galur mikroba
terdekat. RNL (Rhizopus niveus lipase); RoLIP (R. oryzae lipase precursor); RsLIPRs(R. stolonifer
0.1
lipase lipRs); CdLIP (Candida deformans DAG lipase); YILIP2 (Yarrowia lipolytica YlLIP2);
PeLIP (Penicillium expansum lipase precursor); GzLIP (Gibberella zeae lipase); PcMDGL
(Penicillium camembertii mdlA for mono-and DAG lipase); AtLIP (Aspergillus tubingensis lipase)
Figure 5. Phylogenetic tree of RoLIP and several lipase protein of closest microbe strains. RNL (Rhizopus
niveus lipase); RoLIP (R. oryzae lipase precursor); RsLIPRs (R. stolonifer lipase lipRs); CdLIP
(Candida deformans DAG lipase); YILIP2 (Yarrowia lipolytica YlLIP2); PeLIP (Penicillium
expansum lipase precursor); GzLIP (Gibberella zeae lipase); PcMDGL (Penicillium camembertii
mdlA for mono- and DAG lipase); AtLIP (Aspergillus tubingensis lipase).
31
Putranto et al.
Winarno, F.G. (1986). Kimia Pangan dan Gizi. Yamane, T. (1987). Enzyme technology for the
Jakarta, PT. Gramedia. 253 p. lipids industry: An Engineering overview.
In Applewhite, T. H. (ed.). Proceeding of
Yamaguchi, S. & T. Mase. (1990). Purification World Conference on Biotechnology for
and characterization of mono-and the Fats and Oils Industry. AOAC.
diacylglycerol lipase isolated from Champaign, p. 17-22.
32