Anda di halaman 1dari 6

PESAN SHIHAN SEPTEMBER 2010

Renungan dibulan Agustus 2010

Pada tanggal 17 Agustus 2010, telah genap berusia 65 tahun bangsa dan negara kita Indoesia, 65 tahun
yang lalu Bung Karno dengan kata-kata yang tegas, keras dan menggelegar menyatakan : Bahwa bangsa
Indonesia telah merdeka! Serta dengan bangga memproklamirkan langsung keseluruh dunia, kelahiran
sebuah bangsa dan negara yang besar : Republik Indonesia! Proklamasi tersebut juga dengan tegas
menyatakan berakhirnya penjajahan atas bangsa Indonesia yang telah berlangsung selama 350 tahun!
Sejak saat itu, bangsa Indonesia telah menjadi bangsa yang bebas dan merdeka, berdiri sejajar dengan
bangsa-bangsa yang lain didunia!

Apakah kita telah benar-benar merdeka? Merdeka dari kemiskinan ( jasmani dan rohani ) ? Merdeka dari
kebodohan ( intelektual dan spiritual )? Merdeka dari penjajahan ekonomi dan budaya? Merdeka dari
diskriminasi SARA? Merdeka untuk beribadah? Merdeka dari penindasan dan kekerasan? Merdeka dari
rasa takut dan ancaman? Merdeka dari korupsi? Merdeka dari penyakit? Apakah cita-cita dari Bapak
bangsa dan para pejuang yang telah mengorbankan jiwa dan raganya sudah terlaksana? Apakah
kehidupan berbangsa dan bernegara telah sesuai dengan UUD 45 dan Pancasila?

Ketika kita tanyakan pada para pemimpin-pemimpin kita yang tercinta, kita pasti akan mendapatkan
jawaban-jawaban normatif, retorika-retorika palsu dan janji-janji yang muluk, serta bualan yang
membuai! Bahwa : Semuanya sudah konsitusional, politik stabil, demokrasi terpelihara, HAM dijunjung
tinggi,keamanan kondusif, hukum berhasil ditegakkan, korupsi menurun, inflasi rendah, harga-harga
terkendali, kemiskinan berkurang, cadangan pangan cukup, dan sebagainya, tetapi jika kita mau
mencermati berita dari media cetak atau electronik, keadaan negeri yang sudah merdeka selama 65 tahun,
ternyata masih sangat jauh dari cita-cita para Bapak bangsa dan para pejuang kemerdekaan, bahkan saya
yakin mereka sedang menangis dan menangisi bangsa ini! Karena kenyataan sangat bertolak belakang
dengan cita-cita dan harapan mereka! Bahkan dari semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, dari
sosial, politik, ekonomi, agama, pertahanan, keamanan, nasionalisme dan budaya, semuanya bergerak
kearah titik nadir!

Setelah reformasi, secara kasat mata kita bisa melihat polah dan pokal pemimpin kita dalam berpolitik,
demokrasi yang menjadi amanat reformasi tahun 1998, ternyata malah melahirkan anak haram yang
bernama : Politik kekuasaan! Mulai dari pillur, pilkada, pilgub, pillegis, pilpres langsung, demi
kekuasaan semuanya dihalalkan! Tebar pesona, sebar janji, bagi uang, dagang sapi, main kayu, jegal
menjegal, intrik, pemerasan, perselingkuhan dan pengerahan masa demi kekuasaan. marak diseluruh
pelosok tanah air! Bahkan karena nikmat dan manisnya kekuasaan, sistem monarki mulai kambuh, anak
dan isteri jadi penerus dinasti!

Pada masa Pemerintahan SBY jilid II, para anggota DPR setelah dilantik dengan biaya Rp. 11 miliar,
sedikitpun tidak ada perubahan perilaku membolos sidang, asyik ngobrol, main game, ber face book dan
ber twetter ria! Bahkan tidak sedikit yang terkantuk-kantuk diruang sidang dan tertidur pulas! Para
legislatif kita selain kurang produktif, Undang-Undang yang dihasilkan tak jarang yang kontroversial dan
cenderung mengadu domba masyarakat! Selain gaji yang tinggi sebesar Rp. 59,77 juta perbulan, masih
mendapat tunjungan reses, kunjungan kerja, rapat, dan pembuatan undang-undang, mereka masih
mendapatkan anggaran perjalanan dinas pindah sebesar Rp. 46,5 juta/per anggota, bahkan setelah mandul
mengemban hak angket dan menyatakan pendapat kasus Century yang menelan biaya puluhan milyar,
mereka mendapatkan anggaran renovasi rumah dinas sebesar Rp. 445 miliar, dan berupaya meraup dana
aspirasi untuk pembangunan daerah pemilihannya atau yang disebut sebagai gentong babi sebesar Rp. 15
miliar peranggota dengan nilai total Rp. 8,2 triliun! Permintaan dana sebesar Rp. 2 trilyun terkait
optimalisasi penerimaan negara dari pajak, serta muncul gagasan untuk membangun rumah aspirasi bagi
tiap anggota DPR! Bahkan beberapa hari ini santer bertiup kabar pembangunan gedung baru DPR yang
super mewah dengan ruang rekreasi, restoran, kolam renang, spa dan kebugaran, dengan anggaran 1,6
triyun! ( Kompas 2 September 2010 )

Memasuki tahun 2010, dibidang hukum kita disuguhi parodi satir Century, pembunuhan yang melibatkan
Ketua KPK Antasari Azhar, drama cicak dan buaya, pelemahan KPK, kasus penyuapan 30 anggota DPR
periode 1999 – 2004, dalam pemilihan deputy senior BI Miranda Gultom, berita kamar suite rutan
Artalita Suryani, rekayasa kasus Bibit dan Chandra, makelar kasus Anggodo yang melibatkan para
petinggi hukum, kasus mafia pajak dan hukum GayusTambunan, peniup peluit Susno Duaji, rekening
gendut petinggi-petinggi POLRI, berita remisi dan grasi buat para pembunuh Munir dan para koruptor
pada hari proklamasi, kasus-kasus tersebut selain secara gamblang membuktikan adanya rekayasa kasus
untuk menjebloskan yang tidak berduit atau untuk menyelamatkan yang memiliki uang, juga
membuktikan adanya mafia hukum yang melibatkan pengacara, polisi, jaksa dan hakim, juga
menunjukkan wajah hukum kita yang bengis terhadap rakyat kecil, jika dibanding dengan kasus ibu yang
memungut coklat dan kapas, bapak yang memulung ranting dan rontokan biji sawit, e mail keluhan Prita
Mulyasari dan rumah dinas para janda pejuang dan lain-lain, perlakuannya jelas sangat mencederai rasa
keadilan!

Bangsa Indonesia yang dulu terkenal ramah tamah, sopan dan santun, guyub rukun, serta cinta damai,
sekarang telah berubah menjadi bangsa yang pemarah dan anarkis! Kekerasan menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan kita,setiap hari dimedia cetak dan electronik dihiasi dengan berita perkelahian
antar pelajar dan mahasiswa, antar ormas dan golongan, antar aparat dan masa, telah menjadi tontonan
harian, selain itu kekerasan dan pemaksaan kehendak dengan dalih agama marak dimana-mana!
Pertandingan sepak bola yang berakhir dengan ricuh, bahkan konser musik juga telah menjadi ajang
kerusuhan! Setiap hari selalu terjadi unjuk rasa yang tidak jarang berakhir dengan rusuh! Peristiwa sepele
dan remeh juga bisa memicu amuk masa! Bahkan ditengarai budaya kekerasan telah merasuk kedalam
kehidupan sekolah dan kampus, yang telah banyak menelan korban jiwa anak-anak kita! Pada hari sabtu
tanggal 29 Agustus 2010, kita semua tersentak dengan tindakan represif aparat terhadap masyarakat sipil
di Buol Sulteng, yang memakan 7 orang korban mati, dan puluhan orang terluka!

Dibidang keamanan juga sangat memprihatinkan, kejahatan semakin terorganisir, dan melibatkan
kelompok terlatih dengan senjata api laras panjang, bahkan puncaknya dalam bulan Agustus ini, dalam
sehari terjadi 5 kali perampokan secara bersamaan dibeberapa kota besar! Keamanan menjadi semakin
langka dinegeri kota, dijalan, dibus kota, taxi, dikantor, disekolah, ditoko, bahkan dirumah, jika kita lena
kita bisa menjadi korban kejahatan! Kejahatan penculikan dan hipnotis atau gendam juga marak
dibeberapa kota, bahkan ditengarai para penjahat lintas negara, memanfaatkan lemahnya keamanan
dengan leluasa beroperasi dinegeri kita! Selain itu, penipuan dengan kedok simpan pinjam, investasi dan
arisan juga memakan korban masyarakat kecil yang tergiur dengan keuntungan yang besar!

Dibidang ekonomi makro memang sangat membuai, nilai Rupiah menguat terhadap Dollar, cadangan
devisa cukup, tetapi ekonomi micro sangat jeblok, inflasi tinggi, harga-harga terutama pangan tidak
terkendali, lapangan kerja tidak sesuai dengan angkatan kerja baru, pengangguran meningkat, kemiskinan
meluas, secara kasat mata bisa kita lihat ketika pembagian zakat, sembako gratis dan nasi bungkus,
pesertanya tumpah ruah dan kacau balau tidak terkendali akibat berebut jatah, pada tahun 2009 banyak
yang terluka dan mati akibat tergencet dan diinjak-injak! Selain itu keributan dan kekerasan yang timbul
akibat pembagian BLT beberapa waktu yang lalu, menunjukkan, bahwa : bangsa ini tidak hanya miskin
jasmani, tetapi sudah menjadi miskin rohani! Penyakit jadul seperti HO atau busung lapar, kekurangan
gzi yang indentik dengan kemiskinan muncul kembali dibeberapa daerah, bahkan terbetik kabar dari
Makasar beberapa waktu yang lalu, seorang ibu beserta dengan 2 anaknya mati kelaparan! Sungguh
sangat ironis bisa terjadi dibumi pertiwi yang amat subur dan agamis ini!

Kesehatan telah menjadi sesuatu yang sangat mewah bagi masyarakat luas, harga obat-obatan dan biaya
perawatan yang mahal, cenderung tidak terjangkau oleh masyarakat luas, sehingga banyak terjadi kasus
penyanderaan pasien karena tidak mampu melunasi biaya pengobatan! Selain itu drama pilu masyarakat
kecil yang tidak mampu berobat, terus berlangsung diseluruh pelosok tanah air! Insitusi-insitusi
kesehatan, telah kehilangan rohnya yang suci untuk menolong orang yang sakit, dan telah berubah
menjadi rumah jagal, yang tanpa belas kasihan membantai para pasiennya!

Demikian juga dengan pendidikan, pendidikan telah kehilangan rohnya yang luhur, pendidikan yang
seharusnya holistic dengan memadukan unsur kognitif, psycho motoric dan afectif, telah menjadi
pendidikan tunggal kognitif, yang memperlakukannya seperti mesin cetak yang memproduksi barang
dengan motif dan corak yang sama! Selain itu pendidikan juga telah berubah visi dan misinya menjadi
perusahaan untuk mendulang uang, tak pelak lagi pendidikan menjadi semakin mahal dan komersial,
sehingga tidak terjangkau oleh masyarakat umum! Tak ayal lagi pendidikan formal menjadi sebuah
komoditi yang sangat mewah, yang hanya menjadi sebuah mimpi bagi anak-anak keluarga miskin!
Akhirnya beberapa juta anak-anak kita tidak bisa mendapatkan haknya untuk sekolah dan meneruskan
pendidikan, hanya karena tidak mampu membayar biaya sekolah!

Dibidang pertahanan, belum pernah negara kita berada dalam kondisi lemah seperti saat ini, alutsita yang
sudah kedaluwarsa, sehingga menyebabkan jatuhnya pesawat Hercules dan helicopter beserta para
prajuritnya yang terbaik! Kapal-kapal perang dan pesawat tempur yang rusak dan mangkrak, biaya
operasional yang minim, kesejahteraan prajurit yang rendah dengan peralatan yang usang, menyebabkan
kita tidak mampu lagi menjaga kedaulatan serta melindungi kekayaan bumi dan laut kita! Kedaulatan
negara kita baik darat, laut dan udara menjadi ajang pelanggaran oleh bangsa manca, kasus lepasnya
pulau Sipadan dan Ligitan, kasus Ambalat, kasus penggeseran patok batas negara, dan pencurian kayu
diperbatasan merajalela, dan yang terakhir adalah kasus pencurian ikan serta penangkapan 3 orang
petugas KKP diperairan Batam oleh negara jiran, yang terjadi beberapa hari sebelum peringatan 17
Agustus 2010, menjadi fakta yang tidak bisa dibantah, bahwa negara kita sekarang telah menjadi seekor
burung Garuda yang sakit dan kehilangan tajinya!

Lemahnya negara kita menyebabkan kita tidak dihargai oleh negara tetangga kita, kita dilecehkan dengan
sebutan bangsa Indon, pendatang haram, bahkan negara jiran tersebut membentuk pasukan rela untuk
menangkapi saudara kita, dengan imbalan 250 ringgit perorang, yang merangsang mereka dengan rajin
beroperasi dijalan-jalan, dikampung-kampung, bahkan dari rumah kerumah! Saking getolnya mereka
memburu saudara-saudara kita, seorang wasit Karate kita yang resmi diundang dikejuaraan Karate
internasional, digaruk pasukan rela ketika sedang asyik berbelanja, setelah campur tangan Kedubes kita di
Kuala lumpur, saudara kita tersebut baru dilepas dari kantor polisi diraja Malaysia dalam kondisi babak
belur karena dipermak oleh aparat!

Selain itu tanah air seolah-olah juga tidak bersahabat dengan kita! Banjir bandang, tanah longsor,
tsunami, kekeringan, kebakaran hutan, gunung meletus, dan gempa datang silih berganti, seolah tanpa iba
memberi cobaan pada bangsa kita! Tanggal 28 Agusus 2010, gunung Sinabung di Sumatera utara
meletus, gunung yang telah tidur selama lebih dari 400 tahun tiba-tiba aktif kembali! Karena kelalaian
dan keserakahan kita didalam mengelola sumber daya alam, baik tanah, hutan, tambang dan laut, kini
sumber daya alam kita rusak berat, bahkan sudah mulai tidak ramah lagi pada bangsa kita!

Dibidang olah raga juga tidak kalah memilukan, negara yang dulu sangat disegani dibidang olah raga,
kini tinggal kenangan manis! Jika dulu negara kita selalu menjadi jawara dipesta olah raga Sea games,
akhir-akhir ini dengan susah payah hanya bisa menduduki peringkat ke 3 setelah Muangtai dan Malaysia,
bahkan ranking ke 3 inipun kelihatannya mulai sulit dipertahankan dengan masuknya Vietnam dalam
kancah Sea games! Demikian juga nasib oleh raga kebanggaan nasional : bulu tangkis dan sepak bola
yang selalu mengharumkan nama bangsa dikancah internasional, kini tinggal kenangan! Beberapa tahun
ini, didalam seri kejuaraan bulu tangkis international, para pebulu tangkis kita tidak jarang hanya
menjadi penggembira, demikian juga dengan sepak bola kita, yang selalu tersisih dan menjadi penonton
dibabak awal seleksi Asian games, Olympiade, Kejuaraan Asia dan Dunia, bahkan belum lama ini
muncul wacana konyol untuk menaturalisasi pemain asing , untuk mendongkrak prestasi dan kebanggaan
nasional!

Mengapa tanah air kita kita yang subur makmur lohjinawi, rakyatnya miskin dan melarat, bahkan mati
kelaparan? Mengapa bangsa yang dulu terkenal rajin dan pekerja keras, sekarang menjadi bangsa yang
pemalas, peminta-minta, bahkan demi BLT, zakat dan sembako gratis, tanpa malu lagi memiskinkan diri?
Mengapa bangsa yang dulu terkenal ramah tamah, sopan dan santun dan halus budi pekertinya, memiliki
cinta kasih dan damai, sekarang menjadi bangsa yang kasar, arogan, pemarah, mudah tersinggung, kejam
dan anarkis? Mengapa para pemimpin kita yang dulu terkenal jujur, bersih, dan sederhana, sekarang
menjadi serakah dan koruptif? Mengapa bangsa yang dulu dicemburui oleh negara lain dalam masalah
kerukunan beragama, sekarang menjadi bangsa yang tidak mengenal toleransi? Mengapa bangsa yang
dulu terkenal memiliki intelektual yang tinggi, sekarang menjadi terkenal sebagai pekerja kasar, baik di
Hong Kong, Taiwan, Asean dan Timur tengah? Mengapa negeri besar yang dulu disegani oleh bangsa
manca bahkan Amerika dan Inggris, sekarang menjadi negara yang lemah, serta menjadi bulan-bulanan
oleh negara gurem? Mengapa bangsa yang dulu memiliki prestasi yang membanggakan dibidang olah
raga, sekarang tidak pernah terdengar lagi prestasinya? Mengapa bangsa yang dulu memiliki nasionalisme
yang tinggi, sekarang menjadi bangsa yang rela dihina demi sesuap nasi? Mengapa bangsa yang dulu
tinggi martabatnya, sekarang tanpa malu lagi memiskinkan diri, demi BLT, zakat, sembako dan nasi
bungkus? Mengapa bangsa yang sangat religius ini ( 100% beragama ), justru melakukan perbuatan yang
tercela dan dilarang oleh agama? Dan masih ada sepuluh ribu mengapa!

Itulah buah dari pendidikan yang sesat, pendidikan yang yang menyembah-nyembah dan mendewa-
dewakan pendidikan kognitif ( kecerdasan iptek ), dan mencampakkan pendidikan psycho motoric
( kecerdasan mental dan semangat ) dan afektif ( kecerdasan moral dan budi pekerti )! Padahal pendidikan
psycho motoric dan afectif itu, sebenarnya adalah pendidikan nation building dan character building, tak
pelak lagi ibarat kotak Pandora yang terbalik, semua isinya tumpah ruah memenuhi kehidupan berbangsa
dan bernegara! Bahkan setelah reformasi, keadaan justru malah makin parah! Korupsi seperti penyakit
kanker ganas yang menyebar keseluruh daerah dan merusak sendi kehidupan, bahkan tidak ada sebuah
instansi pemerintah yang imun korupsi! Mulai dari DPR, Departemen Agama, Keuangan, Kesra,
Pedidikan, Kesehatan, Kehutanan, Pertambangan, Kepolisian, Kejaksaan dan Kehakiman, Gubernur Bank
Indonesia, Direktorat Pajak dan Bea cukai. dari Gubernur sampai Bupati, Camat, Lurah dan Kadus,
Bulog, Pertamina, PLN dan Garuda Indonesia, dan lain-lain, semuanya menjadi sarang korupsi! Meski
pelakunya telah dihukum, tetapi pengusutannya yang hanya sebatas pada level bawah, momentum-
momentum untuk membersihkan instansi bersangkutan lewat begitu saja! Akhirnya karena tidak ada efek
jera, karena hukuman yang bisa diatur, rutan yang relatif nyaman dan bisa diatur dengan duit, serta setiap
tahun masih diberi 2 x remisi gede, bahkan dapat grasi, maka kasus demi kasus selalu terulang dan
berulang!

Guru besar Emeritas Universitas Negeri Jakarta Bapak HAR Tilaar mengatakan : Pendidikan harus
diwujudkan untuk kepentingan anak-anak Indonesia, dalam kontek sosial dan budaya masyarakat,
terlupakannya hal mendasar ini dalam pendidikan, bukannya menghasilkan manusia budaya, melainkan
manusia buaya! ( Kompas 1 September 2010 ) 34 tahun pendidikan orde baru telah menghasilkan
manusia berkarakter buaya, pintar, licik, pandai berpura-pura, piawai berakting. serakah dan kejam!
Ketika buaya-buaya tersebut berebut kekuasaan, mereka menampilkan wajah sebagai pembela rakyat
kecil, tetapi begitu mereka berhasil menduduki kekuasaan, mereka berubah menjadi sekawanan buaya
yang berebut dan mencabik-cabik mangsanya!

Disingkirkannya pendidikan kebangsaan dan karakter dari kurilum pendidikan nasional sejak
pemerintahan orde baru, menjadi penyebab utama karut marut kehidupan berbangsa dan bernegara!
Pendidikan yang benar, seharusnya menghasilkan calon-calon pemimpin dan wirausaha yang cerdas,
memiliki moral yang mulia, budi pekerti yang luhur, mental yang kuat, serta semangat yang pantang
menterah, yang bisa mengolah kekayaan alam dan memimpin dan menyejahterakan bangsa ini!
Pendidikan yang menitik beratkan pada pelajaran kognitif, serta menyingkirkan pendidikan psycho
motoric dan afectif, pasti hanya menghasilkan pemimpin dan wirausaha yang pintar, tetapi tidak punya
roh dan hati, yang akan membawa bangsa dan negara ini kejurang kehancuran dan kesengsaraan!

Tidak bisa dibantah lagi, jika ingin mengembalikan kejayaan nusa dan bangsa, kita harus mengembalikan
roh dari pendidikan sebagai insitusi untuk mencerdaskan anak bangsa, bukan sebagai insitusi untuk
mencari uang! Mengembalikan jati diri pendidikan sebagai lembaga nation building dan character
building, untuk membentuk calon-calon pemimpin dan wirausaha yang berkarater luhur dan mulia!
Mengembalikan pendidikan kemisinya yang sejati, pendidikan yang bersifat plural dan holistik,
pendidikan yang berkarakter praksis, bukan pelajaran yang bersifat hafalan, pendidikan yang
mencerdaskan bukan pendidikan yang membodohkan, pendidikan yang membebaskan anak-anak kita
untuk mengembangkan bakat, minat dan talentanya, bukan pendidikan yang malah memenjarakan mereka
didalam kotak yang sama, pendidikan yang mencerahkan jati diri anak-anak kita untuk berkarya sesuai
dengan kompetensi, bukan pendidikan yang malah membutakan dan menggiring mereka masuk kedalam
lorong yang gelap, sempit dan buntu!

Sejak jaman orde baru, pendidikan kita tidak ada arah yang jelas, bahkan bergerak dengan liar tidak
terkendali! Ganti menteri ganti program, presiden baru kebijaksanaanpun baru! Jelas sekali pemerintah
harus bersama para ahli-ahli pendidikan kita, duduk bersama untuk menyusun blue print atau cetak biru
pendidikan kita, kurangi kurikulum pelajaran, mulai menyusun kurikulum sesuai dengan kompentensi dan
kebutuhan daerah masing-masing, jadikan seni bertarung dan olah raga sebagai kurikulum wajib sejak
dari sekolah dasar, karena jati diri seni bertarung dan olah raga adalah pendidikan psycho motoric dan
afektif, atau yang sering disebut sebagai nation building dan character building, untuk mendidik calon-
calon pemimpin dan wirausaha! Saya yakin jika cetak biru pendidikan kita terwujud, dan secara konsisten
dijalankan siapapun presidennya, maka dalam waktu satu generasi atau kurang lebih 30 tahun, bangsa kita
pasti akan menjadi bangsa terkemuka dan sejahtera, yang akan berdiri sejajar dengan negara-negara super
power didunia!

Bulan Ramadan sudah memasuki masa akhir, gema takbir sudah sayup-sayup terdengar, pada akhir
tulisan ini, perkenankanlah saya secara pribadi dan mewakili seluruh jajaran Pengurus Pusat Akademi
seni bertarung Kyokushin Indonesia, mengucapkan : Selamat hari raya Idul fitri 1431 H! Mohon maaf
lahir dan batin!

Osu!

Anda mungkin juga menyukai