Anda di halaman 1dari 11

Kaktus (diambil dari bahasa Yunani: Kaktos) adalah nama yang diberikan untuk anggota

tumbuhan berbunga famili Cactaceae. Kaktus dapat tumbuh pada waktu yang lama tanpa air.
Kaktus biasa ditemukan di daerah-daerah yang kering (gurun). Kata jamak untuk kaktus
adalah kakti. Kaktus memiliki daun yang berubah bentuk menjadi duri sehingga dapat
mengurangi penguapan air lewat daun. Oleh sebab itu, kaktus dapat tumbuh pada waktu yang
lama tanpa air. (Wikipedia).
-

Habitat

Hanya seperempat dari keseluruhan total spesies kaktus yang hidup di daerah gurun.[5] Sisanya hidup
pada daerah semi-gurun, padang rumput kering, hutan meranggas, atau padang rumput.[5] Umumnya,
tumbuhan ini hidup di daerah beriklim tropis dan subtropis.[5]

Morfologi

Kaktus termasuk ke dalam golongan tanaman sukulen karena mampu menyimpan persediaan air di
batangnya.[5] Batang tanaman ini mampu menampung volume air yang besar dan memiliki bentuk
yang bervariasi.[5] Untuk dapat bertahan di daerah gurun yang gersang, kaktus memiliki metabolisme
tertentu.[5] Tumbuhan ini membuka stomatanya di malam hari ketika cuaca lebih dingin dibandingkan
siang hari yang terik.[5] Pada malam hari, kaktus juga mengambil CO2 dari lingkungan dan
menyimpannya di vakuola untuk digunakan ketika fotosintesis berlangsung (terutama pada siang hari).
[5] Banyak spesies dari kaktus yang memiliki duri yang panjang serta tajam.[5] Duri tersebut
merupakan modifikasi dari daun dan dimanfaatkan sebagai proteksi terhadap herbivora.[5] Bunga
kaktus yang berfungsi dalam reproduksi tumbuh dari bagian ketiak atau areola dan melekat pada
tumbuhan serta tidak memiliki tangkai bunga[5].

Hama dan penyakit

Penyakit yang umumnya menyerang kaktus disebabkan oleh bakteri dan cendawan.[6] Infeksi akibat
bakteri dan cendawan dapat menyebar dengan cepat sehingga perlu dilakukan pembuangan bagian
yang terinfeksi kemudian dilakukan pencangkokan.[6] Hama yang sering menyerang kaktus adalah
tungau (Tetranychus urticae) dan kutu yang menghisap cairan kaktus.[6] Kerusakan bagian tertentu
dari kaktus juga dapat disebabkan terbakarnya jaringan akibat sinar matahari.[6] Apabila kaktus yang
biasa diletakkan di tempat teduh secara tiba-tiba dipindahkan ke lokasi yang terkena sinar matahari
secara langsung maka akan timbul perubahan warna menjadi putih atau coklat pada bagian yang
terekspos oleh sinar matahari.

Kegunaaan kaktus bagi manusia

Berbagai jenis kaktus telah lama dimanfaatkan manusia sebagai sumber pangan, salah satunya adalah
Opuntia[7]. Spesies ini banyak dikultivasi untuk diambil buah dan batang mudanya.[7] Buah Opuntia
banyak diolah menjadi selai yang disebut queso de tuna[7] Sementara itu, batang muda Opuntia yang
dikenal sebagai nopalitos akan dikuliti dan digoreng, dikukus, atau diolah menjadi acar dalam cuka
asam-manis. Sekarang ini, Opuntia juga masih dimanfaatkan sebagai pakan ternak, kosmetik, dan obat-
obatan.[8] Dulunya, spesies kaktus Carnegiea gigantean dimanfaatkan sebagai bahan dasar tepung
untuk pembuatan roti.[5] Namun tepung ini sudah tidak lagi dimanfaatkan karena masyarakat lebih
menyukai tepung dari jagung.[5] Bagian akar dari Echinocactus platycanthus juga diolah dalam cairan
gula untuk dijadikan permen.[5] Bagian akar berkayu ataupun pembuluh vaskular yang mengandung
lignin dari kaktus juga dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan bahan bakar.

Kantong semar

Genus Nepenthes (Kantong semar, bahasa Inggris: Tropical pitcher plant), yang termasuk dalam
familia monotipik, terdiri dari 80-100 spesies, baik yang alami maupun hibrida. Genus ini merupakan
tumbuhan karnivora di kawasan tropis Dunia Lama, kini meliputi negara Indonesia (55 spesies, 85%),
Republik Rakyat Cina bagian selatan, Malaysia, Filipina, Madagaskar, Seychelles, Australia, Kaledonia
Baru, India, dan Sri Lanka. Habitat dengan spesies terbanyak ialah di pulau Borneo dan Sumatra.

Tumbuhan ini dapat mencapai tinggi 15-20 m dengan cara memanjat tanaman lainnya. Pada ujung daun
terdapat sulur yang dapat termodifikasi membentuk kantong, yaitu alat perangkap yang digunakan
untuk memakan mangsanya (misalnya serangga, pacet, anak kodok) yang masuk ke dalam.

Kantong Semar Tanaman Karnivora

Kantong semar atau dalam bahasa latinnya Nepenthes sp (dalam bahasa Inggris disebut Tropical
pitcher plant) adalah Genus tanaman yang termasuk dalam famili monotipik. Tanaman yang terdiri atas
sedikitnya 103 spesies ini mempunyai keunikan karena hampir seluruhnya merupakan tanaman
karnivora, pemakan daging. Selain karnivora juga memiliki keunikan pada bentuk, ukuran, dan corak
warna kantongnya. Karenanya tidak sedikit orang yang memeliharanya. Namun keberadaan Kantong
semar (Nepenthes) di habitat aslinya justru terancam kepunahan. Bahkan juni 2009 silam, LIPI
mengumumkan beberapa spesies Kantong semar (untuk menghindari perburuan, nama spesiesnya
dirahasiakan) sebagai tanaman paling langka di Indonesia.

Kantung Semar tumbuh tersebar mulai dari Australian bagian utara, Asia Tenggara, hingga Cina bagian
selatan. Selain itu Nepenthes sp juga terdapat di Madagaskar, Kaledonia Baru, India dan Sri Lanka.
Indonesia sendiri merupakan negara yang memiliki ragam spesies terbanyak. Sedikitnya terdapat 64
spesies Kantong semar di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 32 jenis terdapat di Borneo (Indonesia,
Malaysia, Brunei Darussalam), 29 spesies terdapat di Pulau Sumatera, 10 jenis di Pulau Sulawesi, 9
jenis di Papua, 4 jenis di Maluku dan 2 jenis di Jawa.

Habitat dan Ciri Fisik Kantong Semar

Tumbuhan ini mampu hidup di hutan hujan tropik dataran rendah, pegunungan, hutan gambut, hutan
meranggas, gunung kapur hingga padang savana. Tumbuhan sebagian besar hidup secara empifit, yaitu
menempel pada batang atau dahan pohon lain dengan panjang batang mencapai hingga 20 meter.
Sementara Kantong semar yang hidup di daerah savana umumnya hidup terestrial, tumbuh tegak
dengan panjang batang kurang dari 2 meter.

Pada umumnya, tumbuhan karnivora ini memiliki sulur pada ujung daunnya. Sulur ini dapat
termodofikasi membentuk kantong yaitu alat perangkap yang digunakan untuk menangkap
memangsanya seperti serangga dan kodok. Kantong ini sendiri secara keseluruhan terdiri atas lima
bentuk, yaitu tempayan, oval, silinder, corong dang pinggang.

Tumbuhan karnivora ini termasuk jenis flora berumah dua. Artinya, tiap tanaman hanya memiliki satu
jenis kelamin bunga. Jadi untuk bisa menghasilkan keturunan, si Karnivora ini musti melakukan
perkawinan silang. Hal itulah yang menyebabkan banyak terdapat species Nepenthes yang terlahir dari
hasil persilangan alami. Kantong semar juga dapat berkembang biak secara vegetatif dengan
menggunakan tunas.

Pungu Api

Daun memiliki zat perekat berupa enzim dan berbulu lembut.


Serangg menempel, lengket, diserap nitrogen dari tubuh serangga dan serangga mati.
Daun memiliki zat perekat dan berbulu lembut.

Teratai

Teratai (Nymphaea) adalah nama genus untuk tanaman air dari suku Nymphaeaceae. Dalam bahasa
Inggris dikenal sebagai water-lily atau waterlily. Di Indonesia, teratai juga digunakan untuk menyebut
tanaman dari genus Nelumbo (lotus). Pada zaman dulu, orang memang sering mencampuradukkan
antara tanaman genus Nelumbo seperti seroja dengan genus Nymphaea (teratai). Pada Nelumbo, bunga
terdapat di atas permukaan air (tidak mengapung), kelopak bersemu merah (teratai berwarna putih
hingga kuning), daun berbentuk lingkaran penuh dan rimpangnya biasa dikonsumsi.

Tanaman tumbuh di permukaan air yang tenang. Bunga dan daun terdapat di permukaan air, keluar dari
tangkai yang berasal dari rizoma yang berada di dalam lumpur pada dasar kolam, sungai atau rawa.
Tangkai terdapat di tengah-tengah daun. Daun berbentuk bundar atau bentuk oval yang lebar yang
terpotong pada jari-jari menuju ke tangkai. Permukaan daun tidak mengandung lapisan lilin sehingga
air yang jatuh ke permukaan daun tidak membentuk butiran air.

Bunga terdapat pada tangkai yang merupakan perpanjangan dari rimpang. Diameter bunga antara 5-10
cm.

Teratai terdiri dari sekitar 50 spesies yang tersebar dari wilayah tropis hingga daerah subtropis seluruh
dunia. Teratai yang tumbuh di daerah tropis berasal dari Mesir.

Manfaat

Teratai menjadi tanaman di kebun-kebun karena bunganya yang indah. Pelukis Perancis bernama
Claude Monet terkenal dengan lukisan bunga teratai.

Keunikan

Teratai merupakan tanaman air yang unik. Teratai yang tumbuh di air yang sangat berlumpur (kotor,
coklat), warna bunganya lebih cemerlang. Warna bunga bila putih lebih putih, bila merah lebih merah,
bila merah muda makin terang warnanya.

Sejarah

Pada zaman Mesir kuno, teratai dan lotus banyak tumbuh di pinggir Sungai Nil. Nymphaea caerulea
dan Nymphaea lotus adalah dua spesies yang berasal dari Mesir. Bunga N. caerulea hanya berumur
sehari, mekar di pagi hari dan tenggelam di bawah air di senja hari. Bunga dari N. lotus mekar pada
malam hari dan menguncup di pagi hari. Peninggalan dari kedua jenis teratai asli Mesir ini ditemukan
di makam Ramses II.

Pembudidayaan

Berkembangbiak dengan biji, atau melalui akar rimpang. Akar rimpang dipotong kecil-kecil dan
ditanam dalam lumpur. Usahakan agar sebagian dari akar tersebut menyembul diatas lumpur atau
tanah dasar kolam.
Akar rimpang ini kelak akan tumbuh merebak keatas dan membentuk tanaman baru. Tanaman ini
berbunga selama musim panas dan hujan. Digunakan sebagai bunga potong juga akar rimpangnya
dapat dimakan, biasanya dipanen pada bulan Oktober.

Untuk perawatannya sendiri, tanaman teartai sangat menyukai air yang bersih oleh karena itu biasakan
untuk mengganti air yang ada.

Eceng gondok

Eceng gondok atau enceng gondok (Latin:Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan air
mengapung. Selain dikenal dengan nama eceng gondok, di beberapa daerah di Indonesia, eceng gondok
mempunyai nama lain seperti di daerah Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, di Lampung dikenal
dengan nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama Ilung-ilung, di Manado dikenal dengan nama
Tumpe.[1] Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuan bernama
Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika
sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brasil.[2] Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh
yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan.
Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.

Deskripsi

Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 -
0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya
meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau.
Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk
bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar
serabut.
Habitat

Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau,
tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat mentolerir perubahan yang ektrim dari
ketinggian air, laju air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air.
[3] Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien
yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium (Laporan FAO). Kandungan garam
dapat menghambat pertumbuhan eceng gondok seperti yang terjadi pada danau-danau di daerah pantai
Afrika Barat, di mana eceng gondok akan bertambah sepanjang musim hujan dan berkurang saat
kandungan garam naik pada musim kemarau.

Rafflesia Arnoldii

Padma raksasa (Rafflesia arnoldii) merupakan tumbuhan parasit obligat yang terkenal karena
memiliki bunga berukuran sangat besar, bahkan merupakan bunga terbesar di dunia. Ia tumbuh di
jaringan tumbuhan merambat (liana) Tetrastigma dan tidak memiliki daun sehingga tidak mampu
berfotosintesis. Tumbuhan ini endemik di Pulau Sumatera, terutama bagian selatan (Bengkulu, Jambi,
dan Sumatera Selatan). Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan daerah konservasi utama spesies ini.
Jenis ini, bersama-sama dengan anggota genus Rafflesia yang lainnya, terancam statusnya akibat
penggundulan hutan yang dahsyat. Di Pulau Jawa tumbuh hanya satu jenis patma parasit, Rafflesia
patma.

Bunga merupakan parasit tidak berakar, tidak berdaun, dan tidak bertangkai. Diameter bunga ketika
sedang mekar bisa mencapai 1 meter dengan berat sekitar 11 kilogram. Bunga menghisap unsur
anorganik dan organik dari tanaman inang Tetrastigma. Satu-satunya bagian yang bisa disebut sebagai
"tanaman" adalah jaringan yang tumbuh di tumbuhan merambat Tetrastigma. Bunga mempunyai lima
daun mahkota yang mengelilingi bagian yang terlihat seperti mulut gentong. Di dasar bunga terdapat
bagian seperti piringan berduri, berisi benang sari atau putik bergantung pada jenis kelamin bunga,
jantan atau betina. Hewan penyerbuk adalah lalat yang tertarik dengan bau busuk yang dikeluarkan
bunga. Bunga hanya berumur sekitar satu minggu (5-7 hari) dan setelah itu layu dan mati. Presentase
pembuahan sangat kecil, karena bunga jantan dan bunga betina sangat jarang bisa mekar bersamaan
dalam satu minggu, itu pun kalau ada lalat yang datang membuahi.

Padi

Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu
pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga
(genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar.

Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun
demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia.
Ciri-ciri umum

Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim: Graminae atau Glumiflorae).
Terna semusim, berakar serabut; batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian
pelepah daun yang saling menopang; daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset,
warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang;
bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret, yang terletak pada satu
spikelet yang duduk pada panikula; buah tipe bulir atau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana
buah dan bijinya, bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea
dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam, struktur dominan adalah endospermium yang
dimakan orang.

Penyebaran dan adaptasi

Asal-usul padi budidaya diperkirakan berasal dari daerah lembah Sungai Gangga dan Sungai
Brahmaputra dan dari lembah Sungai Yangtse. Di Afrika, padi Oryza glaberrima ditanam di daerah
Afrika barat tropika.
Padi pada saat ini tersebar luas di seluruh dunia dan tumbuh di hampir semua bagian dunia yang
memiliki cukup air dan suhu udara cukup hangat. Padi menyukai tanah yang lembab dan becek.
Sejumlah ahli menduga, padi merupakan hasil evolusi dari tanaman moyang yang hidup di rawa.
Pendapat ini berdasar pada adanya tipe padi yang hidup di rawa-rawa (dapat ditemukan di sejumlah
tempat di Pulau Kalimantan), kebutuhan padi yang tinggi akan air pada sebagian tahap kehidupannya,
dan adanya pembuluh khusus di bagian akar padi yang berfungsi mengalirkan udara (oksigen) ke
bagian akar.

BUNGA KARANG

Definisi:

1. binatang laut yang hidup berkumpul menjadi satu, rangkanya merupakan bahan yang elastis,
bila dibasahi dapat mengisap air
2. rangka binatang laut yang dipakai sebagai alat untuk menggosok (membersihkan); spons
3. noda berupa bubuk garam putih pada permukaan bata pada waktu mengering

Tumbuhan Venus

Tumbuhan yang lebih dikenal dengan Venus Fly Trap ini gemar sekali mengonsumsi serangga,
seperti lalat dan juga larva kecil. Bentuk dan warnanya sangat menarik, menyerupai buku yang
sedang dibuka. Bagian luarnya berwarna hijau sedangkan bagian dalamnya berwarna merah. Di
bagian sisi atas daunnya terdapat rambut-rambut halus yang cukup panjang berwarna merah.
Bentuk daun dan aroma sedap yang dikeluarkan oleh kelenjar-kelenjar di sekeliling daunnya
menarik serangga untuk mendekat kemudian hinggap pada daun venus.

Bagi serangga, tumbuhan ini tidak terlihat menyeramkan. Namun, ketika serangga mendekat dan
menyentuh rambut-rambut venus, dengan sekejap tumbuhan ini langsung menutup daunnya dan
memakan serangga. Gerakan-gerakan serangga yang ingin melepaskan diri dari tumbuhan ini justru
akan semakin mempererat perangkap daun venus. Serangga terperangkap dan terjepit di antara daun-
daun venus. Kemudian tumbuhan ini mengeluarkan cairan untuk menghancurkan dan melarutkan
daging serangga. Proses menghancurkan serangga hingga seperti bubur bisa mencapai 5 sampai 12
hari. Setelah proses tersebut, daun venus akan kembali menggerakkan daunnya untuk kembali terbuka.
Untuk satu daun venus bisa memakan 2 sampai 3 serangga, baru setelah itu daun venus akan mati.

Tumbuhan venus ini memiliki kemampuan menutup daunnya dengan kecepatan tinggi. Bayangkan
saja, venus lebih cepat menangkap lalat dari pada manusia menangkap seekor lalat.

Terumbu karang
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan
alga yang disebut zooxanhellae.[1] Terumbu karang termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas
Anthozoa yang memiliki tentakel.[1] Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu
Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul,
Morfologi dan Fisiologi.[2]
Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut Polip.[3] Dalam bentuk sederhananya,
karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang
terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh Tentakel.[3] Namun pada kebanyakan Spesies, satu individu
polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni.[4] Hewan ini memiliki
bentuk unik dan warna beraneka rupa serta dapat menghasilkan CaCO3.[1] Terumbu karang merupakan
habitat bagi berbagai spesies tumbuhan laut, hewan laut, dan mikroorganisme laut lainnya yang belum
diketahui.

Anda mungkin juga menyukai