Anda di halaman 1dari 1

1~'eru6a(ucn Wakna dan (Bentukvpacara Vnclhuh-vncChuh

hubungan manusia dengan lingkungannya. Aturan-aturan tersebut penuh dengan

muatan sistem-sistem nilai, karena pada dasarnya aturan-aturan tersebut bersumber

pada etos dan pandangan hidup.

Salah satu ciri agama adalah kepercayaan kepada makhluk-makhluk dan

kekuatan supranatural. Dalam usahanya untuk mengendalikan dengan menggunakan

sarana agama, apa yang tidak dapat dikendalikan dengan cara-cara lain, manusia

berpaling kepada doa, korban dan kegiatan upacara pada umumnya. Dibelakangnya

ada anggapan tentang alam makhluk-makhluk supranatural, yang menaruh perhatian

kepada urusan manusia dan kepada siapa permohonan pertolongan dapat ditujukan

( Havilland 1988:197 ).

Menurut F.C. Wallace (dalam Havilland 1988:I95-196), agama didefinisikan

sebagai "seperangkat upacara yang diberi rasionalisasi mitos, dan yang menggerakkan

kekuatan-kekuatan supranatural dengan maksud untuk mencapai atau menghindarkan

sesuatu perubahan keadaan manusia atau alam". Definisi ini mengandung pengakuan

bahwa kalau tidak dapat mengatasi masalah serius yang menimbulkan kegelisahan

mereka, manusia berusaha mengatasinya dengan memanipulasi makhluk dan kekuatan

supranatural. Untuk itu digunakan upacara keagamaan yang oleh Wallace dipandang

sebagai gejala agama yang utama atau "agama sebagai perbuatan" (religion in

action). Fungsinya yang utama adalah untuk mengurangi kegelisahan dan untuk

memantapkan kepercayaan kepada diri sendiri, yang penting untuk memelihara

keadaan manusia agar tetap siap untuk menghadapai realitas. Inilah yang merupakan

nilai agama untuk menghadapi hidup.

Anda mungkin juga menyukai