Anda di halaman 1dari 12

Dasar-Dasar Pendidikan

stilah PendidikanPendidikan / Paedagogiek berasal dari bahasa Yunani Pedagogues, dan


Latin Paedagogus . Artinya pemuda yang bertugas mengantar anak ke s ekolah, serta
menjaga anak tersebut agar ia bertingkah laku / berprilaku susila dan disiplin.
Sekolah/scole secara bahasa berarti waktu luang.
John Dewey
Pendidikan adalah pros es pembentukan kecakapan-kecakapan foundamental secara
intelektual dan emosional kearah alam sesama manusia.
Langeveld mendefinis ikan :
Mendidik adalah mempengaruhi anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi
dewasa. Us aha membimbing adalah usaha yang sadari dan dilaksanakan dengan sengaja
antara orang dewasa dengan anak/yang belum dewasa.
Unsur-unsur Ilmu Pendidikan1. Ilmu Pengetahuan yang berdiri sendiri2. Mempunyai
obyek s endiri. Obyek Formal; yaitu gejala insani yang disebut pendidikan adalah proses
atau s ituasi pendidikan yang menunjukan keadaan nyata yang dilakukan atau dialami
manus ia, dan yang harus difahami oleh manusia. Sedangkan Oby ek M ateril ilmu
pendidikan adalah manusia itu s endiri.3. Pemikiran ilmiah tentang obyek itu sendiri.
Yang disebut p endidiakan adalah proses atau situas i pendidikan yang tersus un secara
kritis, metodis, dan s istematis.4. Ilmu terapan (praktis), serta mempunyai dua segi;
teoritis dan praktis5. Bersifat Normatif. Pemahaman mengenai unsur-unsur dasar ilmu
pendidikan menjadi instrumen untuk dapat memahami sifat-sifat ilmu pendidikan sebagai
ilmu pengetahuan, antara lain : Empiris, Rohani, Teoritis-Sistematis, Deskriptif,
Normatif- Preskriptif, His toris, dan Praktis.
Batasan Ilmu Pendidikan1. Suatu ilmu yang bukan saja menelaah obyeknya untuk
mengetahui betapa keadaan atau hakikat obyek itu, melainkan mempelajari pula betapa
kehendaknya bertindak.2. Teori / perenungan tentang pendidikan lebih luas. Ilmu
pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktek pendidikan.3. Ilmu
pendidikan mempelajari suasana dan proses pendidikan.
4. Pemikiran ilmiah realitas yang kita sebut pendidikan (mendidik dan dididik).
Sementara itu p emikiran ilmiah bersifat :
a. Kritis : semua pernyataan, s emua affirmasi harus mempunyai dasar yang cukup kuat.
Sikap kritis antara lain ingin mengetahui dengan sun guh-sungguh, s erta ingin mengalami
sesuatu dengan sebetul-betulnya dan dasar-dasarnya.
b. M etodis : dalam proses pendidikan setiap orang menggunakan cara tertentu.c.
Sistematis : proses pemikiran ilmiah dijiwai oleh suatu idea yang menyeluruh (universal)
dan menyatukan, sehingga pemikiran-pemikirannya dan pendapat-pandapatnya tidak
tanpa bimbingan, melainkan merupakan kesatuan.
Posisi Manusia dalam Pendidikan
1. Bers ifat antropologis : manusia memiliki potensi
2. Pendidikan bers ifat normatif : perlakuan
3. Pendidikan bers ifat praktis : dipraktekkan sebagai aplikasi dari teori
Sifat pendidikan yang antrop ologis, normatif, dan praktis artinya / tidak lain berpangkal
dari dasar manusia itu sendiri. Dalam pendidikan manusia bertindak s ebagai obyek.
Adapun cara yang dilakukan dalam pendidikan sup aya potensi anak berkembang
diantaranya :
1. segi antropologi : kita harus meyakini bahwa setiap anak mempunyai potens i masing-
mas ing. Dengan potensi yang ada, kita bisa mengembangkan bakat dan kemampuan anak
dalam berbagai bidang.
2. segi normatif : setiap anak tidak bisa diperlakukan dengan cara yang sama. Kita harus
mengetahui cara mendidik bagaimana yang paling cocok untuk seorang anak yang kita
hadapi. Terlebih lagi, memberikan kesempatan kepada anak untuk tumbuh ses uai dengan
potensinya itu lebih baik.
3. segi praktis : guru harus bisa mengarahkan siswa ses uai dengan potensi bukan dengan
intervensi.
Asumsi dalam pendidikan
Setiap apa yang ada di dunia, baik itu ilmu pengetahuan, teori, maupun praktis bers umber
dari sebuah asums i dasar. Dalam pendidikan, kita memiliki asumsi bahwa manusia dpat
dididik. Asums i itu adalah manusia disebut sebagai homo educandum; yang artinya,
manus ia perlu di didik agar potensi yang ada dalam dirinya dapat berkembang. Dan yang
kedua, manusia dianggap sebagai homo educabile; artinya setiap manusia dapat mendidik
manus ia yang lain.
Sikap Seorang Guru
1. Guru harus bersikap renggang dalam artian dapat menjaga jarak dengn sis wanya.
Dengan hal ini, guru mencoba agar sis wa bisa mandiri dan guru tidak bersifat suby ektif
terhadap muridnya. Guru harus dapat mencetak muridnya sebagai manusia dengan
potensi yang murid miliki sendiri, dan guru juga harus dapat membuat seorang sis wa
didiknya menjadi mandiri, tidak tergantun g kepada guru.
2. Guru harus mempunyai daya antisifatif, yaitu guru harus mempunyai pengetahuan,
kemampuan dan kemauan untuk menghadirkan masa yang akan datang pada saat guru
sedang melakukan proses pembelajaran. Kegagalan antisifatif s eorang guru dalam
menghadirkan masa yang akan datang disebut dehumanisas i.
3. Guru harus bersikap progresif, mengikuti perkembangan zaman
Guru harus bersifat p resent. Artinya memiliki kemampuan dalam menghadirkan sesuatu
saat mendidik seorang siswa.

Unsur Uns ur Pendidikan


1. Komunikas i
Komunikas i diartikan adanya interaksi hubungan timbal balik dari anak dengan orang tua
atau pendidik, atau dari orang yang belum dewas a kepada orang yang sudah dewasa dan
lain sebagainya.
2. Kes engajaan
Komunikas i yang terjadi itu merupakan suatu proses kesengajaan perbuatan yang disadari
oleh orang-orang dewasa demi anak.
3. Normative
Adanya komunikasi tadi dibatasi adanya ketentuan suatu norma adat, agama, hukum,
sosial dan atau norma pendidikan formal.
4. Kewibawaan
Perilaku orang dewasa hendaknya ada unsur wibawa dalam arti diharapkan baik secara
sadar atau tidak anak yang belum dewasa, patuh akan hasil didikan orang dewasa. Secara
sukarela (kewajiban adalah “p engaruh yang diterima dengan sukarela” dimiliki oleh
orang yang dewasa).
5. Unsur anak
Keadaan anak yang akan menerima pelayanan pendidikan s esuai dengan tingkat
perkembangan dan kenalilah anak sebaik-baiknya.
6. Unsur Kedewasaan
Kedewasaan dalam arti pisik maupun psikis ses uai dengan norma-norma yang berlaku.
(“anak-anak adalah pendidik terbaik bagi dirinya, sedangkan guru pertamanya adalah
orang tua”).

. Pengertian Pendidikan dan Ilmu Pendidikan

Diibaratkan ketika seorang anak kecil yang dihadapkan pada dua hal yang berbeda, roti
dan api. Sang anak kecil yang tak mempunyai pengetahuan dan pengalaman apa-apa
tentang kedua hal tersebut, akhirnya memilih api. Ketika api tersebut dipegang, maka
seketika itu pula dia menarik tangannya karena rasa panas yang timbul.

Dari perumpamaan di atas, kita dapat menarik mengambil bahwa dimisalkan


pengalaman anak kecil yang menarik tangannya seketika saat api disentuhnya adalah
sebuah pendidikan, maka akan timbul suatu rasa keingintahuan, apa ini dan mengapa ini
panas ? M aka inilah yang disebut selanjutnya dis ebut sebagai ilmu pendidikan.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah pros es pengalaman belajar
yang diperoleh seseorang dalam semua lingkungan yang berlangsung s eumur hidup,
sedangkan ilmu pendidikan adalah cara-cara, metode-metode dan sistem-sistem yang
dipergunakan untuk memperoleh pendidikan.

2. Esensi Pendidikan dan Ilmu Pendidikan menurut Pandangan Para Ahli

a. Pendidikan

Prof. M. J. Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah s etiap usaha pengaruh


perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju pada pendewas aan anak
atau membantu anak agar cukup cakap melaks anakan tugas hidupnya sehari-hari.

Langeveld memus atkan pendidikan pada dua tujuan utama yaitu :

Ä Pendewasaan diri, dengan ciri-cirinya yaitu : kematangan berpikir, kematangan


emos ional, memiliki harga diri, sikap dan tingkah laku yang dapat diteladani serta
kemampuan pengevaluasian diri.

Ä Kecakapan atau sikap mandiri, yaitu dapat ditandai pada sedikitnya ketergantungan
pada orang lain dan selalu berus aha mencari s esuatu tanpa melihat orang lain.
Berbeda dengan pendapat John Dewey, yang berpendapat bahwa pendidikan adalah
proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental s ecara intelektual dan emosional
ke arah alam dan manus ia.

Intinya adalah kecakapan intelektual pada :

 Alam, yaitu segala hal yang berada di luar diri kita. Sebagai lingkungan kita
tinggal, tempat mendapatkan kehidupan dan pengetahuan, serta
 Manusia, s elaku pelaku sosial yang selaku pelaku interaksi diantara sesama.

J.J. Rous seau memberikan pengertian bahwa pendidikan adalah pemberian pembekalan
yang tidak ada pada mas a kanak-kanak tetapi sangat dibutuhkan pada waktu dewasa.
Mengapa mesti ada pembekalan ? karena adanya kemampuan dan potensi yang berbeda
pada setiap orang. Hal ini akan menimbulkan kepincangan, bila tidak ada hal yang dapat
membantu mempercepat pros es pendewasaan diri. Oleh karenanya, diharapkan
pembekalan yang diberikan dapat hampir atau bahkan menyamakan waktu kedewas aan.
Cara-cara yang dilakukan untuk pembekalan misalnya motivasi dan supp ort, memberi
contoh keteladanan, menunjukkan fakta yang ada dan kebersamaan dalam pergaulan.

Sementara itu, Prof. Dr. N . Driyakara menyatakan pendidikan sebagai pemanusiaan


manus ia muda atau pengangkatan manus ia muda ke taraf insani. Insani sebagai tujuan
utama yang dimaksud adalah manusia yang dapat mengenali siapa dirinya dan Tuhannya.

Ahmad D. Marimba menafsirkan pendidikan sebagai bimbingan atau pimpinan secara


sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju
terbentuknya kepribadian utama. Dengan unsur dan inti pendidikan adalah usaha atau
bimbingan, pendidik, anak didik (terdidik), tujuan dan alat.

UU No. 2 Tahun 1999, menjelaskan pendidikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan
pes erta didik melalui kegitan bimbingan, pengajaran dan pelatihan bagi peranannya yang
akan datang. Tiga inti yang ada dalam pendidikan adalah : bimbingan dan pengajaran
sebagai pemberian pengetahuan kepada adak didik dan pelatihan sebagai aplikasi dari
pengetahuan yang telah ada.

b. Ilmu Pendidikan

Prof. Dr. N . Driyakara menjelaskan ilmu pendidikan s ebagai pendidikan ilmiah tentang
realitas yang kita sebut pendidikan. Sedangkan dapat dikatakan ilmiah bila memenuhi 3
syarat yaitu teruji kebenarannya, sistematis dan tidak terbantahkan.

Prof. M. J. Langeveld mengemukakan bahwa ilmu pendidikan adalah setiap s uatu ilmu
yang bukan saja menelaah objeknya untuk mengetahui betapa keadaan atau hakiki obyek,
melainkan betapa hendaknya dia bertindak. Hal ini dapat dijelas kan dengan adanya
keseimbangan antara teori pengetahuan dan praktek dalam kehidupan masyarakat.
Sementara itu Sutari Imam Barnadib berpendapat bahwa ilmu pendidikan adalah
mempelajari suasana dan proses-proses pendidikan. Proses yang dimaksud adalah cara-
cara yang dilakukan untuk memperoleh pendidikan s ecara s istematis dan bertahap.

Sebagai kesimpulan, jika pendidikan adalah proses-p roses yang dilakukan dalam usaha
pencarian pengetahuhan untuk p endewasaan diri manusia dalam upaya menghadapi tugas
hidupnya, maka ilmu pendidikan adalah ilmu yang menelaah dan mempelajari tentang
situasi dan proses -proses terjadi dan terlaks ananya pendidikan.

Salah s atu usaha untuk meningkatkan kualitas s umber daya manusia adalah melalui
proses pembelajaran di sekolah. Guru s ebagai sumber daya pendidikan yang memegang
peran penting, harus dibina dan dikembangkan terus-menerus, agar dapat melakukan
tugas dan fungs inya secara profesional. Oleh karena itu, sehingga pembahas an mengenai
perlunya supervisi pendidikan itu bertolak dari anggapan bahwa guru adalah suatu profesi
yang selalu berkembang, dan perkembangan profesi itu sangat ditentukan oleh faktor
internal maupun faktor external guru itu sendiri.

Guru y ang profesional memiliki ciri-ciri antara lain :

1. Memiliki kemampuan sebagai orang ahli dalam bidang mendidik dan mengajar.
2. Memiliki rasa tanggung jawab, yaitu mempunyai komitmen dan kepedulian
terhadap tugasnya.
3. Memiliki rasa s ejawat dan menghayati tugasny a sebagai suatu karier hidup serta
menjunjung tinggi kode etik jabatan guru (Sahertian, 2000).

PENGERTIAN S UPERVIS I PEND ID IKAN

Dari segi etimologi, s upervisi diambil dari kata sup er artinya mempunyai kelebihan
tertentu seperti kelebihan dalam kedudukan, pangkat dan kualitas, sedangkan visi artinya
melihat atau mengawasi.

Sedangkan dalam arti terminologi, ada beberapa definis i yang akhirnya dari beberapa
definisi itu dapat disimpulkan bahwa s upervisi pendidikan adalah suatu aktivitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai s ekolah lainnya
dalam melakukan pekerjaannya secara aktif.

TUJUAN S UPERVIS I Pendidikan

Adapun tujuan s upervisi pendidikan dapat dirinci s ebagai berikut :

1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar.


2. Mengendalikan penyelenggaraan bidang teknis edukatif di sekolah ses uai dengan
ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan.
3. Menjamin agar kegiatan s ekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, sehingga berjalan lancar dan berhasil secara optimal.
4. Menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya.
5. Memberikan bimbingan langs ung untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan,
serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi sekolah s ehingga dapat
dicegah kesalahan yang lebih jauh.

Dalam buku Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan A gama dijelaskan bahwa


kegiatan supervisi pada dasarnya akan diarahkan pada hal-hal sebagai berikut :

1. Membangkitkan dan merangs ang semangat guru dan pegawai sekolah.


2. Mengembangkan dan mencari metode-metode belajar mengajar yang baru yang
lebih sesuai dan lebih baik.
3. Mengembangkan kerjas ama yang baik dan harmonis antara guru dan siswa, serta
guru dengan s eluruh tenaga pengajar yang lain, kepala sekolah dan seluruh staf
yang berada dalam sekolah yang bersangkutan.
4. Berus aha meningkatkan kualitas wawasan dan pengetahuan guru dan pegawai
dengan cara melakukan pembinaan secara berkala.

Selain itu, ada 2 sasaran pokok dalam supervisi, yaitu :

1. Supervisi terhadap kegiatan yang bers ifat teknis edukatif, yang meliputi
kurikulum, PBM dan evaluasi.
2. Supervisi teknis administratif, meliputi administrasi pers onal, material, keuangan
serta administrasi sarana dan prasarana pendidikan.

PRINS IP S UPERVISI Pendidikan

1. Prinsip Ilmiah, dengan ciri-ciri :


1. Kegiatan sup ervisi dilaksanakan berdasarkan data yang objektif yang
diperoleh dalam kenyataan proses pelaksanaan PBM (Proses Belajar
Mengajar).
2. Untuk memperoleh data diperlukan alat perekam data (angket, obs ervasi,
percakapan pribadi, dan lain-lain).
3. Setiap kegiatan sup ervisi dilaksanakan secara sistematis , terencana dan
kontinu.
2. Prinsip Demokratis

Yakni dilaksanakan berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab sehingga guru


merasa perlu untuk mengembangkan tugasnya. Demokratis mengandung makna
menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru.

1. Prinsip Kerja Sama


Yakni mengembangkan usaha bersama atau “sharing of idea, sharing of experience”
serta memberi support, dorongan dan menstimulasi guru sehingga mereka merasa tumbuh
bersama.

1. Prinsip Demokratis dan Kreatif

Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreativitasnya jika
supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan menakutkan.

FUNGS I S UPERVISI PEND IDIKAN

Fungsi s upervisi pendidikan dapat diperinci sebagai berikut :

1. Mengadakan penilaian terhadap pelaksanaan kurikulum dengan s egala s arana dan


prasarana.
2. Membantu s erta membina guru dengan cara memberikan petunjuk s ehingga
keterampilan dan kemampuannya meningkat.
3. Membantu kepala sekolah/ guru untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah.

RUANG LINGKUP SUPERVISI PENDIDIKAN

Program sup ervisi pendidikan meliputi penelitian dan pembinaan mengenai hal-hal
sebagai berikut :

1. Supervisi Pelaks anaan Kurikulum


1. Pembagian tugas
2. Rencana tahunan sekolah
3. Jadwal dan rencana tahunan guru
4. Penerapan satuan pelajaran sebagai sistem dan penyampaian materi
pelajaran
5. Pelaks anaan PBM yang meliputi :
1. Cara mengkoordinasi kegiatan belajar mengajar.
2. Perencanaan evaluasi belajar (harian, semester dan UAN)
3. Program bimbingan siswa
2. Supervisi Ketenagaan
1. Kehadiran guru di sekolah dan di kelas
2. Partisipasi guru dalam kegiatan kurikuler dan ko-kurikuler
3. Partisipasi guru dalam penataran, lokakarya, workshop , dan lain-lain
4. Statistik peresensi guru, dan lain-lain
3. Supervisi Ketatausahaan

Menilai :

1. Administrasi tata usaha


2. Pelaks anaan usul kenaikan pangkat guru dan pegawai
3. Pelaks anaan kenaikan gaji berkala guru dan pegawai
4. Buku kas umum, SPP, koperas i dan lain-lain
5. Supervisi Sarana dan Prasarana Pendidikan

Menilai :

1. Penyelenggaraan dan keadaan perpustakaan sekolah


2. Penyelenggaraan dan keadaan laboratorium
3. Pemeliharaan gedung, bangunan dan halaman sekolah
4. Pengadaan dan penggunaan alat dan perabot kantor
5. Pengadaan, penggunaan dan pemeliharaan alat pengajaran
6. Pengadaan, penggunaan dan pemeliharaan material
7. Supervisi Hubungan Sekolah dan M asy arakat
1. Bentuk dan sifat kerjasama antar sekolah dan masy arakat
2. Manfaat kerjasama antar sekolah dan masyarakat
3. Pembinaan, efektivitas dan efisiens i kerjasama

TIPE S UPERVISI PENDIDIKAN

Bentuk supervisi dapat dibedakan atas :

1. Tipe otokratis y aitu menganggap bahwa ia s ebagai penentu segala kebijakan dan
bagaimana menjalankannya.
2. Tipe demokratis yaitu supervisi berfungsi membina otoritas s upervisor s eimbang
dengan otoritas pihak yang disupervisi.
3. Tipe demokratis semu yaitu supervisor dengan licik memaksakan keinginannya,
namun nampak seolah-olah demokratis.
4. Tipe manipulasi diplomasi yaitu supervisor melaksanakan prinsip demokrasi
seperti rapat, namun dengan kelihaiannya ia menggiring pikiran peserta ses uai
kehendaknya.
5. Tipe laisse-fir e yaitu supervisor menginterpretas ikan demokrasi dengan
memberikan kebebasan kepada bawahannya, s ehingga sup ervisor kehilangan
otoritasnya s endiri.

PROS ES S UPERVIS I PENDID IKAN

1. Supervisi Preventif

Dalam proses s upervisi, supervisor memberikan nasehat-nasehat untuk menghindari


kesalahan-kesalahan.

1. Supervisi Korektif

Dalam proses s upervisi, supervisor bers ifat mencari kesalahan bawahannya, baik secara
prinsipil, teknis, maupun dalam melaksanakan instruksi dari sup ervisor.

1. Supervisi Konstruktif
Dalam s upervisi, supervisor memperhatikan prestas i bawahannya (seperti : inisiatif, daya
cipta, penelitian, dan lain-lain) yang kemudian memberikan berbagai macam
penghargaan yang sesuai.

1. Supervisi Koop eratif

Dalam s upervisi, s upervisor mengutamakan kerjasama, partisipas i, musyawarah dan


toleransi dengan bawahan demi kemajuan pendidikan.

PERANAN S UPERVIS I PENDID IKAN

Supervisi berfungsi membantu (ass isting), memberikan supp ort (s upporting), dan
mengikutsertakan, sehingga peranan s upervisi pendidikan menurut Pieter F. Olivia
(dalam Sahertian, 2000) adalah :

1. Sebagai koordinator
2. Sebagai konsultan
3. Sebagai pemimpin kelompok
4. Sebagai evaluator

TEKNIK S UPERVISI PEND IDIKAN

Menurut Ary Gunawan, ada 2 jenis teknik supervisi pendidikan yaitu :

1. Teknik Kelompok (Group Technique)

Jika menurut supervisor permasalahannya sejenis, maka penyelesaiannya dapat dilakukan


dengan “teknik kelompok”.

1. Teknik Individual (Individual Technique)

Bila mas alah yang dihadapi bersifat pribadi, maka teknik yang digunakan adalah teknik
individual sehingga dijamin kerahasiaannya.

Menurut J ohn M inor Gwin (dalam Sahertian, 2000) bahwa teknik individual itu seperti :

1. Kunjungan kelas
2. Observasi kelas
3. Percakapan pribadi
4. Intervisitasi
5. Menyeleksi berbagai materi untuk mengajar

INSTRUMEN S UPERVIS I PENDID IKAN

Untuk melakukan sup ervisi, supervisor menyiapkan instrumen, agar penilaian benar-
benar s esuai dengan prinsip-prinsip yang ada.
1. Kunjungan/ observasi kelas (S.1)
2. Data sikap profesional guru (S.2)
3. Laporan data sikap profesional guru dari kepada sekolah kepada pengawas (S.3)

Petunjuk Penggunaan Instrumen S .1

1. Bertujuan untuk mencatat data kemajuan tentang PBM


2. Berfungs i memperbaiki s ituasi belajar mengajar
3. Mengisi instrumen S.1 setelah sup ervisor mengadakan observasi PBM , maka
kolom A, B, C , D, E diis i tanda cek (ü) sesuai dengan hasil observasi
4. Persentase penilaian diklasifikasikan atas dasar tingkat :

A = 81% – 100% = Baik sekali

B = 61% – 80% = Baik

C = 41% – 60% = Sedang

D = 21% – 40% = Kurang

E = 1% – 20% = Sangat kurang

1. Huruf A, B, C, D, E dihitung dengan mengalikannya dalam angka persentas e,


kemudian dinyatakan dengan huruf yang sesuai dengan kriteria tersebut.

Petunjuk Penggunaan Instrumen S .2

1. Tujuan instrumen S.2 merupakan data sikap profesional guru.


2. Sikap profesional guru dilihat dari moral kerjanya yang terealisasi dalam reaksi
mental emosional guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
3. Berfungs i sebagai sumber data untuk melihat profesional guru s aat menjalankan
tugasnya, yang dilihat dari :
1. Partisipasi guru
2. Keaktifan guru
3. Kerjas ama guru dengan seluruh staf di sekolah
4. Cara mengisi instrumen S.2 :

- Kriteria yang digunakan sama dengan instrumen S.1

- Setiap pertanyaan diberi tanda cek (ü)

- Analisis dan kesimpulan diis i seperti instrumen S.1 nomor 1, 2 dan 3.

Petunjuk Penggunaan Instrumen S .3


Tujuan instrumen S.3 adalah memberikan gambaran tentang sikap profesional seluruh
guru pada s eluruh wilayah pembinaan.

Isinya merupakan kumpulan hasil penilaian dari instrumen S.2.

JENJANG JABATAN DAN PANGKAT S ERTA PERS YARAT AN REKRUTMEN


PENGAWAS PENDID IKAN AGAMA

Berdasarkan Kep. M ENPAN 118/1996 tentang jabatan fungs ional pengawas dan angka
kreditnya dijelas kan :

1. Jenjang Jabatan Pengawas


1. Pengawas Sekolah Pratama : Golongan III/A, III/B.
2. Pengawas Sekolah Muda : Golongan III/C, III/D
3. Pengawas Sekolah Madya : Golongan IV/A, IV/ B, IV/C.
4. Pengawas Sekolah Utama : Golongan IV/D, IV/E.
2. Syarat-syarat Rekrutmen Pengawas
1. Pengangkatan pertama kali

1.1. M enag bagi pengawas s ekolah utama (IV/D dan IV/ E)

1.2. Sekretaris Jenderal Depag bagi pengawas sekolah madya (IV/B dan IV/C)

1.3. Kepala biro kepegawaian Depag bagi pengawas s ekolah madya (IV/A)

1.4. Kakanwil Depag bagi pengawas s ekolah Pratama (III/A sampai III/D)

1. Persy aratan umum

2.1. M emiliki keterampilan dan keahlian yang s esuai.

2.2. Berkedudukan dan berpengalaman sebagai guru agama minimal 6 tahun

2.3. Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan kedinasan di bidang pengawasan


pendidikan agama.

2.4. Usia maksimal 5 tahun sebelum usia pensiun

1. Persy aratan khus us

3.1. Pengawas pelajaran agama yang bertugas pada TK, RA, BA, SD, SD LB, M I,
MD (pendidikan minimal D II y ang sesuai, berkedudukan minimal penata muda).

3.2. Pengawas pelajaran agama yang bertugas pada SM P, SM A/ SM K, atau MTs.,


MA (berpendidikan minimal S.1, berkedudukan minimal memiliki salah satu spesialisasi
mata pelajaran).
1. Kompetens i

4.1. Kompetens i akademik

4.2. Kompetens i praktis

4.3. Kompetens i pendukung

Anda mungkin juga menyukai