Anda di halaman 1dari 4

Kesenian Suku Bangsa Loloan di Bali

Di Bali banyak kesenian tradisional yang masih hidup dan berkembang sampai saat ini. Kesenian
tersebut tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat pendukungnya. Di
antara sekian banyak kesenian tradisional yang hidup dan berkembang di Bali, salah satu di
antaranya adalah kesenian tradisional Suku Bangsa Loloan yang terdapat di Kabupaten Jembrana.
Keberadaan kesenian ini perlu diungkap agar dapat diketahui oleh masyarakat luas.
Sekilas Sejarah Loloan
Asal usul kata Loloan bermula pada saat Syarif Abdullah bin Yahya Al Qadry menyusuri sungai
Ijogading. Beliau sangat terkesan dengan pemandangan di sekitar sungai yang berkelok-kelok dan
mengingatkan pada kampung halamannya. Syarif Abdullah bin Yahya Al Qadry berteriak-teriak
sambil memberikan komando kepada para pengikutnya dalam bahasa Kalimantan ”liloan-liloan”yang
artinya berbelokan atau sungai yang berbelok-belok. Kata ”liloan” yang artinya berbelokan
kemudianberubah menjadi ”Loloan” yang artinya berkelok-kelok. Menurut Zaidah Mustapa (1978)
menyebutkan bahwa kata Loloan berasal dari kata ”loloh” (Bahasa Bali) yang artinya obat-obatan
atau jamu. Hal ini didasarkan pada keahlian yang dimiliki oleh Syarif Abdullah bin Yahya Al Qadry
beserta pengikutnya yang terkenal dengan obat-obatannya yang mujarab untuk menyembuhkan
berbagai penyakit, sehingga relatif banyak orang-orang Bali yang mengkonsumsi obat-obatan atau
”loloh” buatannya.
Pada tahun 1800, Syarif Abdullah bin Yahya Al Qadry bersama pengikutnya mulai mendirikan
permukiman yang berupa rumah-rumah panggung. Kemudian pada tahun 1804 membangun
benteng pertahanan laskar muslim yang diberi nama Benteng Fatimah yang letaknya di Loloan
Timur. Mereka merubah kapal-kapal perang menjadi kapal niaga, yang kemudian melakukan
perniagaan sampai ke Singapura dan dataran Melayu. B. KESENIAN SUKU BANGSA LOLOAN
Dalam tulisan ini akan menyajikan tentang seni budaya Loloan yang terdapat di Kelurahan Loloan
Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana Propinsi Bali. Sebagai perbandingannya disinggung pula
sepintas tentang kesenian yang sangat menonjol yang merupakan kesenian unggulan Kabupaten
Jembrana yaitu kesenian Jegog.
Kesenian atau seni budaya Loloan yang akan dibahas dalam tulisan ini ada dua macam kesenian yang
masih hidup dan berkembang saat ini walaupun tidak begitu pesat adalah kesenian Rebana dan Silat
Bugis. Segala bentuk pandangan masyarakat Bugis terhadap lingkungannya baik itu terhadap hukum
dan politik, struktur kelas dan lembaga, dan sumber-sumber sosial, akan masuk ke dalam jiwa
masing-masing individu maupun kelompok dari masyarakat Bugis itu sendiri, yang kemudian
berusaha untuk mewujudkannya dalam super struktur dengan menggunakan salah satu proses
simbolisnya yaitu kesenian. Dengan demikian dalam kesenian akan nampak situasi dan kondisi yang
melatarbelakangi kehidupan seniman itu sendiri, serta bagaimana penggunaan dan fungsi kesenian
tergantung pada hukum dan politik yang berlaku, selain berfungsi tetap dalam bidang keagamaan.
Adapun jenis kesenian suku bangsa Loloan, yaitu 1. Seni Rebana.
Mengutip penjelasan dari beberapa informan yang berada di Kelurahan Loloan Timur ditambah
dengan beberapa sumber baik berupa skripsi maupun buku-buku tentang Loloan, dapat
dikemukakan bahwa salah satu bentuk ekspresi seni yang mula-mula muncul di Loloan adalah
kesenian Burdah dengan zanji dan zikir. Kesenian ini dimainkan dengan dua buah rebana yang
bergaris tengah setengah depa. Syair-syair zikirnya dan berzanjinya dinyanyikan oleh delapan sampai
sepuluh orang dalam suatu perkumpulan. Kesenian ini dipertunjukkan pada saat salah seorang istri
penduduk hamil tua yang dalam arti menyambut kelahiran seorang bayi. Selain itu juga diadakan
pada perayaan Maulud Nabi dengan maksud untuk memperkenalkan silsilah serta hikayat Nabi-nabi
terdahulu. Seni Burdah ini kemudian berkembang seiring dengan semakin beragamnya suku bangsa
atau etnik yang ada di Loloan yang kemudian dikenal dengan sebutan seni adrah yang masih
menggunakan kendang rebana sebagai unsur utamanya.Pertunjukkan seni adrah mempunyai tema
dan isi cerita yang mengambil dari kejayaan Islam pada zaman Khalif Harun Al-Rasyid. Para pemain
dari kesenian adrah ini semuanya hanya laki-laki saja. Dalam pertunjukkan kesenian rebana
dinyanyikan lagu-lagu dengan syair-syair untuk mengagungkan nama Allah. Dalam syair itu ada yang
disebut dengan ”mesair”, yang dimaksudkan untuk menambah iman Islam pada bayi yang akan
dilahirkan. Ada juga yang disebut dengan ”mekayat” yang isinya mengisahkan pahlawan-pahlawan
Islam pada masa keemasannya. Syair-syair ini dikumandangkan dengan maksud agar bayi yang
dilahirkan memiliki sifat-sifat pahlawan, soleh, arif dan bijaksana bila bayinya laki-laki dan memiliki
sifat yang rajin, slehah serta beriman apabila bayinya perempuan.
Upacara keagamaan yang menggunakan seni rebana dalam prosesi upacaranya adalah upacara
ngelenggang dan untuk acara sunatan atau kawinan hukumnya adalah sunnah sesuai dengan
sholawat dalam acara kawinan atau sunatan, karena syair-syair yang dikumandangkan adalah
sholawat.

2. Fungsi Spiritual.
Spiritual dalam tulisan ini adalah semangat. Mengutip pendapatnya Soedarsono (1992) bahwasanya
bunyi terompet, drum, gong dan sebagainya dapat merupakan isyarat militer guna membangkitkan
semangat tempur pasukan di medan laga. Selama beberapa abad terompet dan gendang dibunyikan
untuk menandai kehadiran raja atau bangsawan di suatu tempat. Beberapa kebudayaan tertentu
alat musik dianggap memiliki kekuatan magis serta dijadikan status sosial pemiliknya.
Kesenian atau yang sering disebut seni budaya Loloan keberadaannya sekarang tidak seperti pada
saat seni budaya tersebut muncul, dengan kata lain sekarang telah mengalami perubahan-
perubahan sejalan dengan perubahan sosial masyarakatnya, yang sudah tentu sangat dipengaruhi
oleh perkembangan zaman yang ada seperti sekarang ini. Seni budaya yang ada sekarang sudah
menyesuaikan dengan perkembangan masyarakatnya. Pada dasarnya kesenian yang hidup dan
didukung oleh masyarakat disekitarnya adalah kesenian (seni budaya) yang dapat menyesuaikan diri
dengan zamannya. Dalam proses penyesuaian itulah seni budaya yang bersangkutan menjadi
berubah bentuknya, mengalami pergeseran nilai dan fungsi. Sejalan dengan perubahan sosial
masyarakat, kesenian atau seni budaya mengalami perubahan dan pergeseran.
4. Fungsi Sosial.
Kesenian/seni budaya merupakan ekspresi kebudayaan manusia yang timbul karena proses sosial
budaya. Selanjutnya kesenian/seni budaya yang di dalamnya terdapat beragam peralatan musiknya
disebutkan sebagai alat komunikasi, menyelenggarakan keserasian, norma-norma masyarakat,
pengukuhan institusi sosial, kontibusi dari kelangsungan dan stabilitas kebudayaan, dan kontribusi
dari integrasi masyarakat (Marriam, 1964).
Eksistensi kesenian memiliki peranan yang sangat penting dalam segenap aktivitas yang
berhubungan dengan kehidupan sosial dalam masyarakat baik dalam anggota kelompok
kesenian/seni budaya maupun dengan masyarakat luar. Kuatnya hubungan antar individu, nilai
solidaritas dalam kelompok maupun luar kelompok. Hal ini juga terjadi di lingkungan kelompok seni
budaya Loloan. Dalam kelompok seni budaya Loloan seperti Rebana dan silat Bugis terdapat
hubungan atau ikatan yang relatif kuat di antara anggotanya. Dengan demikian terbentuklah
kerukunan, kekompakan, kebersamaan dan rasa saling memiliki terhadap seni budaya tersebut. Di
sisi lain juga terjadi proses saling tolong menolong di antara sesama anggota kelompok seni budaya
itu.
Pengembangan seni budaya tradisional masyarakat di Kelurahan Loloan khususnya dan Kabupaten
Jembrana umumnya telah melakukan terobosan-terobosan untuk tetap menjaga agar seni budaya
Loloan yang mereka miliki tetap eksis dan bahkan berkembang, sehingga menjadi seni budaya yang
dikenal oleh masyarakat luar dan bahkan di kenal oleh bangsa lain.

Makna Kesenian Bagi Suku Bangsa Loloan.


Nilai atau makna biasanya dianggap sebagai sesuatu yang berhubungan dengan kebudayaan atau
secara lebih khusus berhubungan dengan dunia simbolik dalam kebudayaan. Dunia simbolik
merupakan dunia yang menjadi tempat diproduksi dan disimpan muatan mental dan muatan
kognitif baik berupa makna dan simbol maupun nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam suatu
kebudayaan (Kleden dalam Kalam, 1996). Nilai atau makna biasanya diangap sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan kebudayaan atau secara lebih khusus berhubungan dengan dunia simbolik
dalam kebudayaan. Dunia simbolik merupakan dunia yang menjadi tempat diproduksi dan disimpan
muatan mental dan muatan kognitif baik berupa makna dan simbol maupun nilai-nilai dan norma-
norma yang ada dalam suatu kebudayaan (Kleden dalam Kalam, 1996).
Kesenian pada dasarnya memiliki 4 (empat) cabang seni dengan media ungkap atau ekspresi yang
berbeda-beda yaitu : seni rupa, seni musik, seni drama atau teater dan seni tari. Keempat cabang
seni tersebut merupakan hasil cipta rasa dan karsa manusia yang sarat akan nilai-nilai keindahan
atau estetika dan nilai moral atau etika (Wardana, 1990). Di antara semua unsur kebudayaan,
kesenian adalah yang paling menonjol dalam memberikan kesan serentak mengenai ciri khas, tata
nilai serta selera suatu bangsa yang memiliki kebudayaan yang bersangkutan (Sedyawati, 1993). Di
samping itu perkembangan dan berlangsungan sebuah kesenian tidak bisa terlepas dari suatu nilai
budaya dalam masyarakat. Nilai budaya terdiri dari konsep-konsep yang hidup dalam alam pikiran
sebagian warga masyarakat dan itu berkaitan dengan hal-hal yang harus mereka anggap bernilai
dalam kehidupan. Oleh karena itu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman manusia
untuk menentukan kelakuannya. Sistem-sistem kelakuan manusia lain yang tingkatannya lebih
konkret seperti aturan-aturan khusus, hukum dan norma-norma semuanya berpedoman kepada
sistem nilai budaya itu (Koentjaraningrat, 1974).

1. Makna Estetis.
Keindahan karya dan berkarya menjadi tidak terpisahkan karena makna dan peranannya pada
kejadian, bukan pembekuannya sebagai sosok atau rupa bentuk (Wiryomartono, 2001). Indah dalam
jiwa kita dapat menimbulkan rasa senang, puas, aman, nyaman dan bahagia dan apabila perasaan
itu sangat kuat kita merasa terpaku, terharu, terpesona serta menimbulkan keinginan untuk
mengalami kembali perasaan itu walaupun sederhana akan dinikmati berkali-kali (Hamalik, 2001).
Musik adalah rasa indah yang terkandung dalam diri seseorang atau sekelompok orang yang
diungkapkan melalui karya dalam perwujudan kombinasi nada-nada atau bunyi yang mengandung
irama atau ritme, harmoni serta mempunyai bentuk ruang dan waktu yang pada akhirnya dapat
menggugah rasa indah yang terkandung dalam diri seseorang atau sekelompok orang yang
menikmati karya tersebut terutama dalam aspek emosional (Kartawan, 2003). Sedangkan estetika
dalam pertunjukkan tari meliputi 1) kondisi penari; 2) gerakan tubuh; 3) tatarias; 4) busana atau
koetum; 5) musik; 6) tempat pertunjukkan dan 7) harmoni (Priyanto, 2002). Dalam kesenian suku
bangsa Loloan, yang merupakan gabungan atau terpadunya gerak dan musik akan terlihat relatif
lengkap keindahannya, karena ditampilkan keharmonisan antara gerakan dan musik yang
mengiringi, terlebih lagi apabila dilengkapi adanya pantun atau lagu-lagu pengiringnya.
Selain keindahan dari penyajian musik dan tariannya tidak dapat dilepaskan pula keindahan dari
penampilan pakaian yang dikenakan karena pakaian akan memberikan daya tarik tersendiri dalam
penampilan keseluruhannya. Demikian juga dengan tata rias pemain juga sudah lebih diperhatikan,
hal ini sesuai dengan pendapat bahwa kesenian timbul dam merupakan bagian terpenting dari
pengalaman hidup manusia dalam mencari dan mengagumi keindahan.
D. PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai