Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

KEWARGANEGARAAN

•Annisa Ayu Nurbani


•Dimas Apriliansyah P. S.
•Ghina Novita Sari
ANGGOT
•Latifatuzzarah Masithoh
A: •Mugi Ayu Ningtyas
•Muhammad Alfid K.
•TM. Rezqy P.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan


Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-
Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat diselesaikan.

Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata pelajaran


pkn kls 2 semester ganjil. Terima kasih disampaikan kepada
Bpk/Ibu guru pembimbing yang telah membimbing dan
memberikan pelajaran demi lancarnya tugas ini.

Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat


memenuhi tugas mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

 Annisa Ayu Nurbani
 Dimas Apriliansyah P. S.
 Ghina Novita Sari
 Latifatuzzarah Masithoh
 Mugi Ayu Ningtyas
 Muhammad Alfid K.
 TM. Rezqy P.

Depok, 22 Agustus 2010

Tugas Kewarganegaraan|Sosialisasi Pengembangan Budaya Politik | 2


SOSIALISASI PENGEMBANGAN BUDAYA POLITIK

1. Pengertian Umum

Sosialisasi Politik, merupakan salah satu dari fungsi-fungsi input sistem politik yang
berlaku di negara-negara manapun juga baik yang menganut sistem politik demokratis,
otoriter, diktator dan sebagainya. Sosialisasi politik, merupakan proses pembentukan sikap
dan orientasi politik pada anggota masyarakat.

Keterlaksanaan sosialisasi politik, sangat ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi,


dan kebudayaan di mana seseorang/individu berada. Selain itu, juga ditentukan oleh
interaksi pengalaman -pengalaman serta kepribadian seseorang. Sosialsiasi politik,
merupakan proses yang berlangsung lama dan rumit yang dihasilkan dari usaha saling
mempengaruhi di antara kepribadian individu dengan pengalaman-pengalaman politik
yang relevan yang memberi bentuk terhadap tingkah laku politiknya. Pengetahuan, nilai-nilai,
dan sikap -sikap yang diperoleh seseorang itu membentuk satu layar persepsi, melalui
mana individu menerima rangsangan-rangsangan politik. Tingkah laku politik
seseorang berkembang secara berangsur-angsur.

Jadi, sosialisasi politik adalah proses dengan mana individu-individu


dapat memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, dan sikap-sikap terhadap sistem
politik masyarakatnya. Peristiwa ini tidak menjamin bahwa masyarakat mengesahkan
sistempolitiknya, sekalipun hal ini mungkin bisa terjadi. Sebab hal ini bisa saja
menyebabkan pengingkaran terhadap legitimasi. Akan tetapi, apakah akan menuju kepada
stagnasi atau perubahan, tergantung pada keadaan yang menyebabkan pengingkaran
tersebut. Apabila tidak ada legitimasi itu disertai dengan sikap bermusuhan yang aktif
terhadap sistem politiknya, maka perubahan mungkin terjadi. Akan tetapi, apabila
legitimasi itu dibarengi dengan sikap apatis terhadap sistem politiknya, bukan tak mungkin yang
dihasilkan stagnasi
2.  Pengertian Menurut Para ahli

Berbagai pengertian atau batasan mengenai sosialisasi politik telah banyak dilakukan
oleh para ilmuwan terkemuka. Sama halnya dengan pengertian-pengertian tentang budaya
politik, sistem politik dan seterusnya, meskipun diantara para ahli politik terdapat
perbedaan, namun pada umumnya tetap pada prinsip-prinsip dan koridor yang sama.
Berikut ini akan dikemukana beberapa pengertian sosialisasi politik menurut para ahli
a. David F. Aberle, dalam “Culture and Socialization”

Sosialisasi politik adalah pola-pola mengenai aksi sosial, atau aspek-aspek tingkah laku,
yang menanamkan pada individu-individu keterampilan-keterampilan (termasuk ilmu
pengetahuan), motif-motif dan sikap-sikap yang perlu untuk menampilkan peranan-
peranan yang sekarang atau yang tengah diantisipasikan (dan yang terus berkelanjutan)

Tugas Kewarganegaraan|Sosialisasi Pengembangan Budaya Politik | 3


sepanjang kehidupan manusia normal, sejauh peranan-peranan baru masih harus terus
dipelajari.
b. Gabriel A. Almond

Sosialisasi politik menunjukkan pada proses dimana sikap-sikap politik dan pola-pola
tingkah laku politik diperoleh atau dibentuk, dan juga merupakan sarana bagi suatu
generasi untuk menyampaikan patokan-patokan politik dan keyakinan-keyakinan politik
kepada generasi berikutnya.

c. Irvin L. Child

Sosialisasi politik adalah segenap proses dengan mana individu, yang dilahirkan dengan
banyak sekali jajaran potensi tingkah laku, dituntut untuk mengembangkan tingkah laku
aktualnya yang dibatasi di dalam satu jajaran yang menjadi kebiasaannya dan bisa
diterima olehnya sesuai dengan standar-standar dari kelompoknya.
d. Richard E. Dawson dkk.

Sosialisasi politik dapat dipandang sebagai suatu pewarisan pengetahuan, nilai-nilai dan
pandangan-pandangan politik dari orang tua, guru,  dan sarana-sarana sosialisasi yang
lainnya kepada warga negara baru dan mereka yang menginjak dewasa.
e. S.N. Eisentadt, dalam From Generation to Ganeration

Sosialisasi politik adalah komunikasi dengan dan dipelajari oleh manusia lain, dengan
siapa individu-individu yang secara bertahap memasuki beberapa jenis relasi-relasi
umum. Oleh Mochtar Mas’oed disebut dengan transmisi kebudayaan.
f. Denis Kavanagh

Sosialisasi politik merupakan suatu proses dimana seseorang mempelajari dan


menumbuhkan pandangannya tentang politik
g. Rachman ( 2006)

pengertian sosialisasi Politik berasal dari dua kata yaitu Sosialisasi dan Politik. Sosialisasi
berarti pemasyarakatan dan Politik berarti urusan negara. Jadi secara etimologis
Sosialisasi Politik adalah pemasyarakatan urusan negara. Urusan Negara yang dimaksud
adalah semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

h. Michael Rush dan Phillip Althoff

Tugas Kewarganegaraan|Sosialisasi Pengembangan Budaya Politik | 4


Sosialisasi politik adalah proses oleh pengaruh mana seorang individu bisa mengenali
sistem politik yang kemudian menentukan persepsi serta reaksinya terhadap gejala-
gejala politik. Sosialisasi politik juga sarana bagi suatu suatu generasi untuk mewariskan
keyakinan-keyakinan politiknya kepada generasi sesudahnya. Sosialisasi politik ini
merupakan proses yang berlangsung lama dan rumit yang dihasilkan dari usaha saling
mempengaruhi di antara kepribadian individu dan pengalaman-pengalaman politiknya
yang relevan dan memberi bentuk terhadap tingkah laku politiknya

i. Alfian

Mengartikan pendidikan politik sebagai usaha sadar untuk mengubah proses sosialisasi
politik masyarakat, sehingga mereka mengalami dan menghayati betul nilai-nilai yang
terkandung dalam suatu sistem politik yang ideal yang hendak dibangun. Hasil dari
penghayatan itu akan melahirkan sikap dan perilaku politik baru yang mendukung
sistem politik yang ideal tersebut, dan bersamaan dengan itu lahir pulalah kebudayaan
politik baru. Dari pandangan Alfian, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yakni:

pertama  : sosialisasi politik hendaknya dilihat sebagai suatu proses yang berjalan terus-
menerus selama peserta itu hidup.

Kedua      : sosialisasi politik dapat berwujud transmisi yang berupa pengajaran secara
langsung dengan melibatkan komunikasi informasi, nilai-nilai atau perasaan-
perasaan mengenai politik secara tegas. Proses mana berlangsung dalam
keluarga, sekolah, kelompok pergaulan, kelompok kerja, media massa, atau
kontak politik langsung.
 

Dari sekian banyak definisi ini nampak mempunyai banyak kesamaan dalam
mengetengah-kan beberapa segi penting sosialisasi politik, sebagai berikut.

a. Sosialisasi secara fundamental merupakan proses hasil belajar, belajar dari pengalaman/
pola-pola aksi.
b. memberikan indikasi umum hasil belajar tingkah laku individu dan kelompok dalam
batas-batas yang luas, dan lebih khusus lagi, berkenaan pengetahuan atau informasi,
motif-motif (nilai-nilai) dan sikap-sikap.

c. sosialisasi itu tidak perlu dibatasi pada usia anak-anak dan remaja saja (walaupun
periode ini paling penting), tetapi sosialisasi berlangsung sepanjang hidup.

d. bahwa sosialisasi merupakan prakondisi yang diperlukan bagi aktivitas sosial, dan baik
secara implisit maupun eksplisit memberikan penjelasan mengenai tingkah laku sosial.

Dari sekian banyak pendapat di atas, menurut Michael Rush & Phillip Althoff, ada dua
masalah yang berasosiasi dengan definisi-definisi tersebut di atas.

Tugas Kewarganegaraan|Sosialisasi Pengembangan Budaya Politik | 5


Pertama   :  seluas manakah sosialisasi itu merupakan proses pelestarian yang sistematis?
Hal ini penting sekali untuk menguji hubungan antara sosialisasi dan perubahan
sosial; atau istilah kaum fungsionalis, sebagai pemeliharaan sistem. Dalam
kenyataan tidak ada alasan sama sekali untuk menyatakan mengapa suatu teori
mengenai sosialisasi politik itu tidak mampu memperhitungkan: ada atau
tidaknya perubahan sistematik dan perubahan sosial; menyediakan satu teori
yang memungkin pencantuman dua variabel penting, dan tidak membatasi diri
dengan segala sesuatu yang telah dipelajari, dengan siapa yang diajar, siapa yang
mengajar dan hasil-hasil apa yang diperoleh. Dua variabel penting
adalah pengalaman dan kepribadian dan kemudian akan dibuktikan bahwa
kedua-duanya, pengalaman dan kepribadian individu, lebih-lebih lagi
pengalaman dan kepribadian kelompok-kelompok individu- adalah fundamental
bagi proses sosialisasi dan bagi proses perubahan.
Kedua      : adalah berkaitan dengan keluasan, yang mencakup tingkah laku, baik yang
terbuka maupun yang tertutup, yang diakses yang dipelajari dan juga bahwa
berupa instruksi. Instruksi merupakan bagian penting dari sosialisasi, tidak perlu
disangsikan, orang tua bisa mengajarkan kepada anak-anaknya beberapa cara
tingkah laku sosial tertentu; sistem-sistem pendidikan kemasyarakatan, dapat
memasukkan sejumlah ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan;
negara bisa secara berhati-hati menyebarkan ideologi-ideologi resminya. Akan
tetapi tidak bisa terlalu ditekankan, bahwa satu bagian besar bahkan sebagian
terbesar sosialisasi, merupakan hasil eksperimen; karena semua itu berlangsung
secara tidak sadar, tertutup, tidak bisa diakui dan tidak bisa dkenali.

Istilah-istilah seperti “menanamkan” dan sampai batas kecil tertentu “menuntun pada


perkembangan” kedua-duanya cenderung mengaburkan segi penting dari sosialisasi.
Maka Michael Oakeshott menyatakan; “Pendidikan politik dimulai dari keminkamtaan
meminati tradisi dalam bentuk pengamatan dan peniruan terhadap tingkah laku orang tua
kita, dan sedikit sekali atau bahkan tidak ada satupun di dunia ini yang tampak di depan
mat akita tanpa memberikan kontribusi terhadapnya. Kita menyadari akan masa lampau
dan masa yang akan datang, secepat kesadaran kita terhadap masa sekarang.”

Jadi, walaupun kenyataan bahwa sosialisasi itu sebagian bersifat terbuka, sistematik dan
disengaja, namun secar atotal adalah tidak realistis untuk berasumsi bahwa makna setiap
pengalaman harus diakui oleh pelakunya, atau oleh yang melakukan tindakan yang
menyangkut pengalaman tersebut.

Kiranya kita dapat memahami bahwa sosialisasi politik adalah proses, dengan mana
individu-individu dapat memperoleh pengetahuan, nilai-nilai dan sikap-sikap terhadap
sistem politik masyarakatnya. Peristiwa ini tidak menjamin bahwa masyarakat
mengesahkan sistem politiknya, sekalipun hal ini mungkin terjadi. Sebab hal ini bisa saja
menyebabkan pengingkaran terhadap legitimasi; akan tetapi apakah hal ini menuju pada
stagnasi atau pada perubahan, tergantung pada keadaan yang menyebabkan pengingkaran

Tugas Kewarganegaraan|Sosialisasi Pengembangan Budaya Politik | 6


tersebut. Apabila tidak adanya legitimasi itu disertai dengan sikap bermusuhan yang aktif
terhadap sistem politiknya, maka perubahan mungkin saja terjadi, akan tetapi apabila
legitimasi itu dibarengi dengan sikap apatis terhadap sistem politiknya, bukan tidakmungkin
terjadi stagnasi.

3. Proses Sosialisasi Politik

Perkembangan sosiologi politik diawali pada masa kanak-kanak atau remaja.


Hasil riset David Easton dan Robert Hess mengemukakan bahwa di Amerika Serikat,
belajar politik dimulai pada usia tiga tahun dan menjadi mantap pada usia tujuh tahun.
Tahap lebih awal dari belajar politik mencakup perkembangan dari ikatan-ikatan
lingkungan,, seperti "keterikatan kepada sekolah-sekolah mereka", bahwa mereka berdiam di
suatu daerah tertentu. Anak muda itu mempunyai kepercayaan pada keindahan
negerinva, kebaikan serta kebersihan rakyatnya. Manifestasi ini diikuti oleh simbol-simbol
otoritas umum, seperti agen polisi, presiden, dan bendera nasional. Pada usia sembilan
dan sepuluh tahun timbul kesadaran akan konsep yang lebih abstrak, seperti pemberian
suara, demokrasi, kebebasan sipil, dan peranan warga negara dalam sistem politik.

Peranan keluarga dalam sosialisasi politik sangat penting.


Menurut Easton dan Hess, anak-anak mempunyai gambaran yang sama mengenai ayahnya
dan presiden selama bertahun-tahun di sekolah awal. Keduanya dianggap sebagai
tokohkekuasaan. Easton dan Dennis mengutarakan ada 4 (empat) tahap dalam proses
sosialisasi politik dari anak,  yaitu sebagai berikut.

a. Pengenalan otoritas melalui individu tertentu, seperti orang tua anak, presiden dan polisi.
b. Perkembangan pembedaan antara otoritas internal dan yang ekternal, yaitu antara
pejabat swasta dan pejabat pemerintah.

c. Pengenalan mengenai institusi-institusi politik yang impersonal, seperti kongres (parlemen),


mahkamah agung, dan pemungutan suara (pemilu).

d. Perkembangan pembedaan antara institusi-institusi politik dan mereka yang terlibat


dalam aktivitas yang diasosiasikan dengan institusi-institusi ini.

Suatu penelitian secara khusus telah dilakukan guna menyelidiki nilai-


nilai pengasuhan anak yang dilakukan oleh berbagai generasi orang tua di Rusia. Nilai-
nilai itu adalah sebagai berikut :
a. Tradisi; terutama agama, tetapi juga termasuk ikatan-ikatan kekeluargaan dan tradisi
pada umumnya
b. Prestasi; ketekunan, pencapaian/perolehan, ganjaran-ganjaran material mobilitas
sosial.

c. Pribadi; kejujuran, ketulusan, keadilan, dan kemurahan hati.

Tugas Kewarganegaraan|Sosialisasi Pengembangan Budaya Politik | 7


d. Penyesuaian diri; bergaul dengan balk, menjauhkan diri dari kericuhan,
menjaga keamanan dan ketentraman.

e. Intelektual; belajar dan pengetahuan sebagai tujuan.

f. Politik; sikap-sikap, nilai-nilai, dan kepercayaan berkaitan dengan pemerintahan.

Sosialisasi politik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses dengan jalan
mana orang belajar tentang politik dan mengembangkan orientasi pada politik.  Adapun sarana
alat yang dapat dijadikan sebagai perantara/sarana dalam sosialisasi politik, antara lain :

a. Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi seorang anak untuk tumbuh
dan berkembang.keluarga merupakan dasar pembantu utama struktur social yang lebih
luas, dengan pengertian bahwa lembaga lainya tergantung pada eksistensinya. Bagi
keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan
saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah.
Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended
family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri
atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota
keluarga inti. Fungsi keluarga antara lain:
1. Pengaturan seksual
2. Reproduksi
3. Sosialisasi
4. Pemeliharaan
5. Penempatan anak di dalam masyarakat
6. Pemuas kebutuhan perseorangan
7. Kontrol sosial

b. Teman Pergaulan
Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan
manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain
dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan
pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain
adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk
kepribadian seorang individu.

c. Lembaga pendidikan formal (sekolah)


Lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung.
Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian
(independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di
lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam
melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus
dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab. Sehingga sekolah dirasa sebagai

Tugas Kewarganegaraan|Sosialisasi Pengembangan Budaya Politik | 8


tempat yang cukup efektif dalam mendidik seorang anak untuk memupuk rasa tanggung
jawab untuk kewajiban dan haknya.

d. Media massa
Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar,
majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media
sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.

e. Pemerintah
Pemerintah merupakan agen sosialisasi politik secondary group. Pemerintah
merupakan agen yang punya kepentingan langsung atas sosialisasi politik. Pemerintah yang
menjalankan sistem politik dan stabilitasnya. Pemerintah biasanya melibatkan diri dalam
politik pendidikan, di mana beberapa mata pelajaran ditujukan untuk memperkenalkan
siswa kepada sistem politik negara, pemimpin, lagu kebangsaan, dan sejenisnya.
Pemerintah juga, secara tidak langsung, melakukan sosialisasi politik melalui tindakan-
tindakannya. Melalui tindakan pemerintah, orientasi afektif individu bisa terpengaruh dan
ini mempengaruhi budaya politiknya.

f. Partai Politik
Partai politik adalah agen sosialisasi politik secondary group. Partai politik biasanya
membawakan kepentingan nilai spesifik dari warga negara, seperti agama, kebudayaan,
keadilan, nasionalisme, dan sejenisnya. Melalui partai politik dan kegiatannya, individu
dapat mengetahui kegiatan politik di negara, pemimpin-pemimpin baru, dan kebijakan-
kebijakan yang ada.

g. Agen-agen lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga
dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan
lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri
tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan
tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat
besar.
Selain itu, sosialisasi politik juga ditentukan oleh faktor interaksi pengalaman-pengalaman
seseorang dalam keluarga, tempat tinggal, pendidikan dan pergaulannya. Karena hal ini
yang sangat berperan membentuk karakter anak untuk dewasa nantinya.

Khusus pada masyarakat primitif,  proses sosialisasi terdapat banyak perbedaan.


Menurut Robert Le Vine yang telah menyelidiki sosialisasi di kalangan dua suku bangsa di Kenya
Barat Daya: kedua suku bangsa tersebut merupakan kelompok-kelompok yang
tidak tersentralisasi dan sifatnya patriarkis. Mereka mempunyai dasar penghidupan yang sama
dan ditandai ciri karakteristik oleh permusuhan berdarah. Akan tetapi, suku Neuer
pada dasarnya bersifat egaliter (percaya semua orang sama derajatnya) dan pasif, sedangkan suku
Gusii bersifat otoriter dan agresif. Anak dari masing-masing suku didorong dalam menghayati tradisi
mereka masing-masing.

Tugas Kewarganegaraan|Sosialisasi Pengembangan Budaya Politik | 9


4. Sosialisasi Politik di berbagai Negara

a. Di Negara Liberal
Sosialisasi politik di negara liberal merupakan salah satu sebagai pendidikan
politik. Pendidikan politik adalah proses dialogik diantara pemberi dan penerima pesan.
Melalui proses ini, para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai,
norma-norma, dan simbol-simbol politik negaranya dari berbagai pihak seperti sekolah,
pemerintah, dan partai politik. Pendidikan politik dipandang sebagai proses dialog
antara pendidik, seperti sekolah, pemerintah, partai politik dan peserta didik dalam
rangka pemahaman, penghayatan, dan pengamalan nilai, norma dan simbol politik yang
dianggap ideal dan baik.
b. Di Negara Totaliter
Sosialisasi politik di negara totaliter merupakan indoktrinasi politik. Indoktrinasi
politik ialah proses sepihak ketika penguasa memobilisasi dan memanipulasi warga
masyarakat untuk menerima nilai, norma, dan simbol yang dianggap pihak yang
berkuasa sebagai ideal dan baik. Melalui berbagai forum pengarahan yang penuh
paksaaan psikologis, dan latihan penuh disiplin, partai politik dalam sistem politik
totaliter melaksanakan fungsi indoktinasi politik.
c. Di Negara Berkembang
Menurut Robert Le Vine dalam handout perkuliahan Rusnaini ( 2008:17)
berpendapat bahwa “sosialisasi politik pada negara berkembang cenderung mempunyai
relasi lebih dekat pada sistem-sistem lokal, kesukuan, etnis, dan regional daripada
dengan sistem-sistem politik nasional”. Ada 3 faktor penting dalm sosialisasi politik pada
masyarakat berkembang, yaitu :
1. Pertumbuhan pendidikan di negara-negara berkembang dapat melampui
kapasitas mereka untuk memodernisasi kelompok tradisional lewat
industrinalisasi dan pendidikan.
2. Sering terdapat perbedaan yang besar dalam pendidikan dan nilai-nilai
tradisional antara jenis kelamin, sehingga kaum wanita lebih erat terikat pada
nilai tradisional.
3. Mungkin pengaruh urbanisasi yang selalu dianggap sebgai saru kekuatan perkasa
untuk mengembangkan nilai-nilai tradisional.

d. Di Masyarakat Primitif
Proses sosialisasi politik pada masyarakat primitif sangat bergantung pada kebiasaan
dan tradisi masyarakatnya, dan berbeda pada tiap suku. Sosialisasi politik pada masyarakat
primitif sangat tergantung pada kebiasaan dan tradisi masyarakatnya, dan berbeda pada
tiap suku.

Tugas Kewarganegaraan|Sosialisasi Pengembangan Budaya Politik | 10


5. Metode Sosialisasi Politik yang dikemukakan oleh Rush dan Althof

a. Imitasi
Peniruan terhadap tingkah laku individu-individu lain. Imitasi penting dalam
sosialisasi masa kanak-kanak. Pada remaja dan dewasa, imitasi lebih banyakbercampur
dengan kedua mekanisme lainnya, sehingga satu derajat peniruannya terdapat pula
pada instruksi mupun motivasi.
b. Instruksi
Peristiwa penjelasan diri seseornag dengan sengaja dapat ditempatkan dalam
suatu situasi yang intruktif sifatnya.
c. Motivasi
Sebagaimana dijelaskan Le Vine merupakan tingkah laku yang tepat yang cocok
yang dipelajari melalui proses coba-coba dan gagal (trial and error).

Jika imitasi dan instruksi merupakan tipe khusus dari pengalaman, sementara motivasi lebih
banyak diidentifikasikan dengan pengalaman pada umumnya. Sosialisasi politik yang
selanjutnya akan mempengaruhi pembentukan jati diri politik pada seseorang dapat terjadi
melalui cara langsung dan tidak langsung. Proses tidak langsung meliputi berbagai bentuk
proses sosialisasi yang pada dasarnya tidak bersifat politik tetapi dikemudian hari berpengatuh
terhadap pembentukan jati diri atau kepribadian politik. Sosialisasi politik lnagsung menunjuk
pada proses-proses pengoperan atau pembnetukan orientasi-orientasi yang di dalam bentuk
dan isinya bersifat politik.

Tugas Kewarganegaraan|Sosialisasi Pengembangan Budaya Politik | 11

Anda mungkin juga menyukai