Sosialisasi An Budaya Politik
Sosialisasi An Budaya Politik
KEWARGANEGARAAN
Annisa Ayu Nurbani
Dimas Apriliansyah P. S.
Ghina Novita Sari
Latifatuzzarah Masithoh
Mugi Ayu Ningtyas
Muhammad Alfid K.
TM. Rezqy P.
1. Pengertian Umum
Sosialisasi Politik, merupakan salah satu dari fungsi-fungsi input sistem politik yang
berlaku di negara-negara manapun juga baik yang menganut sistem politik demokratis,
otoriter, diktator dan sebagainya. Sosialisasi politik, merupakan proses pembentukan sikap
dan orientasi politik pada anggota masyarakat.
Berbagai pengertian atau batasan mengenai sosialisasi politik telah banyak dilakukan
oleh para ilmuwan terkemuka. Sama halnya dengan pengertian-pengertian tentang budaya
politik, sistem politik dan seterusnya, meskipun diantara para ahli politik terdapat
perbedaan, namun pada umumnya tetap pada prinsip-prinsip dan koridor yang sama.
Berikut ini akan dikemukana beberapa pengertian sosialisasi politik menurut para ahli
a. David F. Aberle, dalam “Culture and Socialization”
Sosialisasi politik adalah pola-pola mengenai aksi sosial, atau aspek-aspek tingkah laku,
yang menanamkan pada individu-individu keterampilan-keterampilan (termasuk ilmu
pengetahuan), motif-motif dan sikap-sikap yang perlu untuk menampilkan peranan-
peranan yang sekarang atau yang tengah diantisipasikan (dan yang terus berkelanjutan)
Sosialisasi politik menunjukkan pada proses dimana sikap-sikap politik dan pola-pola
tingkah laku politik diperoleh atau dibentuk, dan juga merupakan sarana bagi suatu
generasi untuk menyampaikan patokan-patokan politik dan keyakinan-keyakinan politik
kepada generasi berikutnya.
c. Irvin L. Child
Sosialisasi politik adalah segenap proses dengan mana individu, yang dilahirkan dengan
banyak sekali jajaran potensi tingkah laku, dituntut untuk mengembangkan tingkah laku
aktualnya yang dibatasi di dalam satu jajaran yang menjadi kebiasaannya dan bisa
diterima olehnya sesuai dengan standar-standar dari kelompoknya.
d. Richard E. Dawson dkk.
Sosialisasi politik dapat dipandang sebagai suatu pewarisan pengetahuan, nilai-nilai dan
pandangan-pandangan politik dari orang tua, guru, dan sarana-sarana sosialisasi yang
lainnya kepada warga negara baru dan mereka yang menginjak dewasa.
e. S.N. Eisentadt, dalam From Generation to Ganeration
Sosialisasi politik adalah komunikasi dengan dan dipelajari oleh manusia lain, dengan
siapa individu-individu yang secara bertahap memasuki beberapa jenis relasi-relasi
umum. Oleh Mochtar Mas’oed disebut dengan transmisi kebudayaan.
f. Denis Kavanagh
pengertian sosialisasi Politik berasal dari dua kata yaitu Sosialisasi dan Politik. Sosialisasi
berarti pemasyarakatan dan Politik berarti urusan negara. Jadi secara etimologis
Sosialisasi Politik adalah pemasyarakatan urusan negara. Urusan Negara yang dimaksud
adalah semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
i. Alfian
Mengartikan pendidikan politik sebagai usaha sadar untuk mengubah proses sosialisasi
politik masyarakat, sehingga mereka mengalami dan menghayati betul nilai-nilai yang
terkandung dalam suatu sistem politik yang ideal yang hendak dibangun. Hasil dari
penghayatan itu akan melahirkan sikap dan perilaku politik baru yang mendukung
sistem politik yang ideal tersebut, dan bersamaan dengan itu lahir pulalah kebudayaan
politik baru. Dari pandangan Alfian, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yakni:
pertama : sosialisasi politik hendaknya dilihat sebagai suatu proses yang berjalan terus-
menerus selama peserta itu hidup.
Kedua : sosialisasi politik dapat berwujud transmisi yang berupa pengajaran secara
langsung dengan melibatkan komunikasi informasi, nilai-nilai atau perasaan-
perasaan mengenai politik secara tegas. Proses mana berlangsung dalam
keluarga, sekolah, kelompok pergaulan, kelompok kerja, media massa, atau
kontak politik langsung.
Dari sekian banyak definisi ini nampak mempunyai banyak kesamaan dalam
mengetengah-kan beberapa segi penting sosialisasi politik, sebagai berikut.
a. Sosialisasi secara fundamental merupakan proses hasil belajar, belajar dari pengalaman/
pola-pola aksi.
b. memberikan indikasi umum hasil belajar tingkah laku individu dan kelompok dalam
batas-batas yang luas, dan lebih khusus lagi, berkenaan pengetahuan atau informasi,
motif-motif (nilai-nilai) dan sikap-sikap.
c. sosialisasi itu tidak perlu dibatasi pada usia anak-anak dan remaja saja (walaupun
periode ini paling penting), tetapi sosialisasi berlangsung sepanjang hidup.
d. bahwa sosialisasi merupakan prakondisi yang diperlukan bagi aktivitas sosial, dan baik
secara implisit maupun eksplisit memberikan penjelasan mengenai tingkah laku sosial.
Dari sekian banyak pendapat di atas, menurut Michael Rush & Phillip Althoff, ada dua
masalah yang berasosiasi dengan definisi-definisi tersebut di atas.
Jadi, walaupun kenyataan bahwa sosialisasi itu sebagian bersifat terbuka, sistematik dan
disengaja, namun secar atotal adalah tidak realistis untuk berasumsi bahwa makna setiap
pengalaman harus diakui oleh pelakunya, atau oleh yang melakukan tindakan yang
menyangkut pengalaman tersebut.
Kiranya kita dapat memahami bahwa sosialisasi politik adalah proses, dengan mana
individu-individu dapat memperoleh pengetahuan, nilai-nilai dan sikap-sikap terhadap
sistem politik masyarakatnya. Peristiwa ini tidak menjamin bahwa masyarakat
mengesahkan sistem politiknya, sekalipun hal ini mungkin terjadi. Sebab hal ini bisa saja
menyebabkan pengingkaran terhadap legitimasi; akan tetapi apakah hal ini menuju pada
stagnasi atau pada perubahan, tergantung pada keadaan yang menyebabkan pengingkaran
a. Pengenalan otoritas melalui individu tertentu, seperti orang tua anak, presiden dan polisi.
b. Perkembangan pembedaan antara otoritas internal dan yang ekternal, yaitu antara
pejabat swasta dan pejabat pemerintah.
Sosialisasi politik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses dengan jalan
mana orang belajar tentang politik dan mengembangkan orientasi pada politik. Adapun sarana
alat yang dapat dijadikan sebagai perantara/sarana dalam sosialisasi politik, antara lain :
a. Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi seorang anak untuk tumbuh
dan berkembang.keluarga merupakan dasar pembantu utama struktur social yang lebih
luas, dengan pengertian bahwa lembaga lainya tergantung pada eksistensinya. Bagi
keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan
saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu rumah.
Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas (extended
family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri
atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota
keluarga inti. Fungsi keluarga antara lain:
1. Pengaturan seksual
2. Reproduksi
3. Sosialisasi
4. Pemeliharaan
5. Penempatan anak di dalam masyarakat
6. Pemuas kebutuhan perseorangan
7. Kontrol sosial
b. Teman Pergaulan
Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan
manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain
dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan
pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain
adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk
kepribadian seorang individu.
d. Media massa
Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar,
majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media
sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
e. Pemerintah
Pemerintah merupakan agen sosialisasi politik secondary group. Pemerintah
merupakan agen yang punya kepentingan langsung atas sosialisasi politik. Pemerintah yang
menjalankan sistem politik dan stabilitasnya. Pemerintah biasanya melibatkan diri dalam
politik pendidikan, di mana beberapa mata pelajaran ditujukan untuk memperkenalkan
siswa kepada sistem politik negara, pemimpin, lagu kebangsaan, dan sejenisnya.
Pemerintah juga, secara tidak langsung, melakukan sosialisasi politik melalui tindakan-
tindakannya. Melalui tindakan pemerintah, orientasi afektif individu bisa terpengaruh dan
ini mempengaruhi budaya politiknya.
f. Partai Politik
Partai politik adalah agen sosialisasi politik secondary group. Partai politik biasanya
membawakan kepentingan nilai spesifik dari warga negara, seperti agama, kebudayaan,
keadilan, nasionalisme, dan sejenisnya. Melalui partai politik dan kegiatannya, individu
dapat mengetahui kegiatan politik di negara, pemimpin-pemimpin baru, dan kebijakan-
kebijakan yang ada.
g. Agen-agen lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga
dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional, masyarakat, dan
lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri
tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan
tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat
besar.
Selain itu, sosialisasi politik juga ditentukan oleh faktor interaksi pengalaman-pengalaman
seseorang dalam keluarga, tempat tinggal, pendidikan dan pergaulannya. Karena hal ini
yang sangat berperan membentuk karakter anak untuk dewasa nantinya.
a. Di Negara Liberal
Sosialisasi politik di negara liberal merupakan salah satu sebagai pendidikan
politik. Pendidikan politik adalah proses dialogik diantara pemberi dan penerima pesan.
Melalui proses ini, para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai,
norma-norma, dan simbol-simbol politik negaranya dari berbagai pihak seperti sekolah,
pemerintah, dan partai politik. Pendidikan politik dipandang sebagai proses dialog
antara pendidik, seperti sekolah, pemerintah, partai politik dan peserta didik dalam
rangka pemahaman, penghayatan, dan pengamalan nilai, norma dan simbol politik yang
dianggap ideal dan baik.
b. Di Negara Totaliter
Sosialisasi politik di negara totaliter merupakan indoktrinasi politik. Indoktrinasi
politik ialah proses sepihak ketika penguasa memobilisasi dan memanipulasi warga
masyarakat untuk menerima nilai, norma, dan simbol yang dianggap pihak yang
berkuasa sebagai ideal dan baik. Melalui berbagai forum pengarahan yang penuh
paksaaan psikologis, dan latihan penuh disiplin, partai politik dalam sistem politik
totaliter melaksanakan fungsi indoktinasi politik.
c. Di Negara Berkembang
Menurut Robert Le Vine dalam handout perkuliahan Rusnaini ( 2008:17)
berpendapat bahwa “sosialisasi politik pada negara berkembang cenderung mempunyai
relasi lebih dekat pada sistem-sistem lokal, kesukuan, etnis, dan regional daripada
dengan sistem-sistem politik nasional”. Ada 3 faktor penting dalm sosialisasi politik pada
masyarakat berkembang, yaitu :
1. Pertumbuhan pendidikan di negara-negara berkembang dapat melampui
kapasitas mereka untuk memodernisasi kelompok tradisional lewat
industrinalisasi dan pendidikan.
2. Sering terdapat perbedaan yang besar dalam pendidikan dan nilai-nilai
tradisional antara jenis kelamin, sehingga kaum wanita lebih erat terikat pada
nilai tradisional.
3. Mungkin pengaruh urbanisasi yang selalu dianggap sebgai saru kekuatan perkasa
untuk mengembangkan nilai-nilai tradisional.
d. Di Masyarakat Primitif
Proses sosialisasi politik pada masyarakat primitif sangat bergantung pada kebiasaan
dan tradisi masyarakatnya, dan berbeda pada tiap suku. Sosialisasi politik pada masyarakat
primitif sangat tergantung pada kebiasaan dan tradisi masyarakatnya, dan berbeda pada
tiap suku.
a. Imitasi
Peniruan terhadap tingkah laku individu-individu lain. Imitasi penting dalam
sosialisasi masa kanak-kanak. Pada remaja dan dewasa, imitasi lebih banyakbercampur
dengan kedua mekanisme lainnya, sehingga satu derajat peniruannya terdapat pula
pada instruksi mupun motivasi.
b. Instruksi
Peristiwa penjelasan diri seseornag dengan sengaja dapat ditempatkan dalam
suatu situasi yang intruktif sifatnya.
c. Motivasi
Sebagaimana dijelaskan Le Vine merupakan tingkah laku yang tepat yang cocok
yang dipelajari melalui proses coba-coba dan gagal (trial and error).
Jika imitasi dan instruksi merupakan tipe khusus dari pengalaman, sementara motivasi lebih
banyak diidentifikasikan dengan pengalaman pada umumnya. Sosialisasi politik yang
selanjutnya akan mempengaruhi pembentukan jati diri politik pada seseorang dapat terjadi
melalui cara langsung dan tidak langsung. Proses tidak langsung meliputi berbagai bentuk
proses sosialisasi yang pada dasarnya tidak bersifat politik tetapi dikemudian hari berpengatuh
terhadap pembentukan jati diri atau kepribadian politik. Sosialisasi politik lnagsung menunjuk
pada proses-proses pengoperan atau pembnetukan orientasi-orientasi yang di dalam bentuk
dan isinya bersifat politik.