Anda di halaman 1dari 9

I Ketut Adnyana, dkk Efek Ekstrak Daun Jambu Biji

Efek Ekstrak Daun Jambu Biji Daging Buah Putih dan


Jambu Biji Daging Buah Merah Sebagai Antidiare

I Ketut Adnyana*, Elin Yulinah, Joseph I. Sigit, Neng Fisheri K., Muhamad Insanu

Unit Bidang Ilmu Farmakologi-Toksikologi, Departemen Farmasi, Institut Teknologi


Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132

(Diterima 10 Maret 2004, disetujui 28 April 2004)

Abstrak
Telah duji aktivitas antibakteri (penyebab diare) ekstrak etanol daun jambu biji daging buah
putih dan jambu biji daging buah merah (Psidium guajava L., Myrtaceae) terhadap bakteri
Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Shigella flexneri, dan Salmonella typhi dan uji
antidiare dengan metode proteksi terhadap diare imbasan-minyak jarak dan metode transit
intestinal pada mencit. Ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih memiliki
kemampuan hambat bakteri yang lebih besar daripada jambu biji daging buah merah (KHM
terhadap Escherichia coli (60 mg/ml vs >100 mg/ml), Shigella dysenteriae (30 mg/ml vs 70
mg/ml), Shigella flexneri (40 mg/ml vs 60 mg/ml), dan Salmonella typhi (40 mg/ml vs 60
mg/ml). Tidak terdapat perbedaan bermakna pada konsistensi feses, berat total feses, waktu
munculnya diare, lamanya diare, dan kecepatan transit usus untuk kedua ekstrak uji
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Frekuensi defekasi mencit yang diberi ekstrak
etanol daun jambu biji daging buah putih 150 mg/kg bb pada menit ke180-240
menunjukkan perbedaan bermakna dibanding kelompok kontrol (p<0,05).

Kata kunci : aktivitas antibakteri, metode transit intestinal, ekstrak etanol jambu biji
daging buah merah, ekstrak etanol jambu biji daging buah putih

Abstract
Antibacterial activity of ethanol extracts of white guava and red guava (Psidium guajava
L., Myrtaceae) leaves against Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Shigella flexneri, and
Salmonella typhi and antidiarrheal activity against minyak jarak-induced diarrhe and
intestinal transit time method in Swiss webster mice had been tested. The ethanol extracts
of white guava leaves showed stronger antibacterial activity than that of ethanol extracts of
red guava leaves against Escherichia coli (MIC of 60 mg/ml vs >100 mg/ml), Shigella
dysenteriae (MIC of 30 mg/ml vs 70 mg/ml), Shigella flexneri (MIC of 40 mg/ml vs 60
mg/ml), and Salmonella typhi (MIC of 40 mg/ml vs 60 mg/ml). There was no significant
differences in increased stool consistency, stool weight, onset and diarrhea duration, and
intestinal transit time in mice treated by both extracts compared to those of control group.
Frequency of defecacy of mice administered by ethanol extracts of white guava at a dose
of 150 mg/kg bw at minute 180-240 showed significantly different compared to that of
control group (p<0,05).

Key words : antibacterial activity, intestinal transit time method, ethanol extracts of red
and white guava leaves

19 – Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No.1, 2004


I Ketut Adnyana, dkk Efek Ekstrak Daun Jambu Biji

Pendahuluan
Diare adalah defekasi yang sering dalam sehari dengan feses yang lembek atau cair,
terjadi karena chymus yang melewati usus kecil dengan cepat, kemudian feses
melewati usus besar dengan cepat pula sehingga tidak cukup waktu untuk absorpsi,
hal ini menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Dehidrasi adalah
suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan kalium (hipokalemia) dan
adakalanya acidosis (darah menjadi asam), yang tidak jarang berakhir dengan
shock dan kematian. Keadaan ini sangat berbahaya terutama bagi bayi dan anak-
anak kecil, karena mereka memiliki cadangan cairan intrasel yang lebih sedikit
sedangkan cairan ekstra-selnya lebih mudah lepas daripada orang dewasa.

Telah diketahui oleh masyarakat umum bahwa ekstrak daun jambu biji memiliki
khasiat sebagai antidiare. Jambu biji (Psidium guajava) memiliki varietas antara
lain yang berdaging-buah warna putih dan yang berwarna merah. Mengingat
bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh diare, maka penelitian mencari ekstrak daun
jambu biji yang lebih efektif sangat penting untuk mencapai sasaran penanganan
diare.

Dalam penelitian ini efektivitas ekstrak daun jambu biji daging buah putih
dibandingkan dengan yang berwarna merah sebagai antidiare, berdasarkan
aktivitas antimikroba, konsistensi feses, berat feses, waktu diare, dan uji waktu
lintas usus.

Percobaan
Bahan
Ekstrak daun jambu biji daging buah putih, ekstrak daun jambu biji daging buah
merah, nutrien agar (Difco), NaCl 0,9 % b/v, cakram kertas, kapas berlemak,
kertas alumunium, suspensi 5 % norit dalam gom acacia 50 %, loperamid BPFI,
tetrasiklin BPFI, mencit jantan, dan bakteri penginfeksi penyebab diare:
Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Shigella flexneri dan Salmonella typhi.
Alat
Cawan petri, spektrofotometer Spektronik Bausch & Lomb, kuvet, alat suntik,
jarum oral mencit, seperangkat alat bedah, dan kandang metabolisme hewan.
Prosedur :
Pengumpulan, determinasi dan ekstraksi bahan
Daun jambu biji daging buah merah dan daun jambu biji daging buah putih yang
diperoleh dari pasar dideterminasi di Departemen Biologi FMIPA-ITB. Simplisia
yang diperoleh kemudian diekstraksi dengan cara refluks (etanol 95%, selama 2
jam).

Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No.1, 2004 - 20


I Ketut Adnyana, dkk Efek Ekstrak Daun Jambu Biji

Pembuatan media untuk bakteri


Media nutrient agar dibuat dengan cara mencampur 23 g nutrient agar dengan
1000 ml air suling dan dididihkan sampai melarut sempurna, dimasukkan ke dalam
botol untuk disterilisasi dengan autoklaf. Nutrient broth sebanyak 8 g dicampurkan
ke dalam 1000 ml air dan dididihkan sebelum digunakan dan distrerilisasi dengan
autoklaf.

Pembuatan suspensi bakteri


Suspensi bakteri dalam media cair setelah diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu
37°C dikocok menggunakan pengocok vortex, kepekatan suspensi bakteri diatur
sehingga jika diukur dengan menggunakan spektrofotometer Spektronik pada
panjang gelombang 530 nm memberikan transmitansi sebesar 25%.

Pengujian aktivitas antibakteri


Aktivitas antibakteri diuji dengan metode difusi agar menggunakan cakram kertas
dan metode pengenceran agar. (i) Metode difusi agar dilakukan dengan cara
mencampur sebanyak 50 µl masing-masing suspensi bakteri ke dalam 15 ml media
agar yang telah di cairkan dalam cawan petri steril dan kemudian dibiarkan
menjadi padat. Cakram kertas dengan diameter 6 mm diletakkan pada permukaan
media padat. Pada cakram diteteskan 20 µl masing-masing zat uji kemudian
dibarkan selama 30 menit pada suhu kamar sebelum dimasukkan ke inkubator 37°
C. (ii) Pengujian dengan metode pengenceran agar dilakukan dengan cara mele-
takkan 0,5 ml ekstrak uji pada cawan petri ditambah 14,5 ml media agar hangat
yang masih cair, dibiarkan mendingin, lalu digoreskan suspensi bakteri uji ke atas
permukaan agar.
Metode proteksi terhadap diare oleh Minyak jarak
Hewan percobaan berupa mencit putih jantan Swiss Webster sehat dengan bobot
20-25 g dan memiliki feses normal dikelompokkan secara acak menjadi 9
kelompok. Mencit dipuasakan selama satu jam sebelum percobaan dimulai, tiap
kelompok diberi sediaan per oral 0,5 ml/20 g bb, kemudian ditempatkan di dalam
bejana individual yang beralaskan kertas saring pengamatan yang terlebih dahulu
dikeringkan dan ditimbang. Satu jam setelah perlakuan, tiap mencit kecuali dari
kelompok normal diberi 0,75 ml minyak jarak. Respon tiap mencit diamati selang
30 menit sampai 4 jam, dan pada 5 jam setelah pemberian minyak jarak, meliputi
waktu terjadinya diare, frekuensi diare, konsistensi dan jumlah atau bobot feses
serta jangka waktu berlangsungnya diare.

Metode transit intestinal


Hewan percobaan berupa mencit putih Swiss Webster jantan dewasa sehat dengan
berat 20-25 g dipuasakan selama lebih kurang 18 jam namun tetap diberi minuman.
dikelompokkan secara acak ke dalam 8 kelompok. Pemberian ekstrak uji, pembawa

21 – Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No.1, 2004


I Ketut Adnyana, dkk Efek Ekstrak Daun Jambu Biji

atau pembanding diberikan pada saat t = 0. Setelah t = 45 menit, mencit diberi


suspensi norit sebanyak 0,1 ml/10 g secara oral. Pada t = 65 menit, mencit
dikorbankan secara dislokasi tulang leher. Usus mencit dikeluarkan secara hati-hati
jangan sampai terenggang. Panjang seluruh usus dan bagian usus yang yang
dilalui marker norit mulai dari pilorus sampai ujung akhir (berwarna hitam) diukur
dari masing-masing hewan kemudian dihitung perbandingan jarak yang ditempuh
marker terhadap panjang usus keseluruhan.

Hasil dan Pembahasan


Hasil percobaan in vitro menunjukkan bahwa ekstrak etanol jambu biji daging
buah putih memiliki konsentrasi hambat minimum (KHM) 40 mg/ml terhadap
bakteri Shigella flexneri, 30 mg/ml terhadap bakteri Shigella dysenteriae, 40 mg/ml
terhadap Escherichia coli, dan 60 mg/ml terhadap bakteri Salmonella typhi.

Tabel 1 Aktivitas ekstrak terhadap pertumbuhan Shigella dysentriae, Shigella flexneri, S.


typhi, E. coli

Konsentrasi Pertumbuhan bakteri


Kelompok (mg/ml) Shigella Shigella
S. typhi E. coli
dysentriae flexneri
10 + + + +
20 + + + +
30 – + + +
Ekstrak etanol 40 – – – +
jambu biji 50 – – – +
daging buah 60 – – – –
putih 70 – – – –
80 – – – –
90 – – – –
100 – – – –
10 + + + +
20 + + + +
30 + + + +
Ekstrak etanol 40 + + + +
jambu biji 50 + + + +
daging buah 60 + – – +
merah 70 – – – +
80 – – – +
90 – – – +
100 – – – +

Keterangan: n = 5, + = ada pertumbuhan, – = tidak ada pertumbuhan.

Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No.1, 2004 - 22


I Ketut Adnyana, dkk Efek Ekstrak Daun Jambu Biji

Ekstrak etanol jambu biji daging buah merah memiliki KHM 50 mg/ml terhadap bakteri
Shigella flexneri, 40 mg/ml terhadap bakteri Shigella dysenteriae, 40 mg/ml terhadap
Escherichia coli, dan tidak terdapat hambatan hingga konsentrasi 100 mg/ml terhadap
bakteri Salmonella typhi (Tabel 1).

Ekstrak etanol jambu biji daging buah putih memiliki aktivitas lebih kuat terhadap
Salmonella typhi dibandingkan dengan ekstrak etanol jambu biji daging buah
merah, dengan demikian ekstrak etanol jambu biji daging buah putih dapat lebih
manjur untuk mengobati diare yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.

Percobaan in vivo menunjukkan bahwa ekstrak jambu biji daging buah merah 150
mg/kg bobot badan mampu menekan frekuensi defekasi yang berbeda secara
bermakna dari kontrol positif, namun pada dosis 300 mg/kg bobot badan dan 600
mg/kg bobot badan tidak menekan frekuensi defekasi secara berarti (p<0,05). Hal
ini diperkirakan karena konsentrasi ekstrak yang kental sehingga mempengaruhi
fisiologis hewan uji yang mengakibatkan efek obat tidak begitu terlihat. Pengaruh
serupa juga terjadi pada konsistensi feses, pada dosis 150 mg/kg bobot badan
mampu meningkatkan konsistensi sehingga feses tidak berada dalam keadaan cair
pada menit ke-210. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada waktu diare, lama
diare, berat total feses, dan transit usus.

6
Frekuensi Defekasi

5
4
3
2
1
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Waktu Pengamatan (menit)

Kontrol Normal Loperamid


JP 150 mg/kg bb JP 300 mg/kg bb JP 600 mg/kg
Gambar 1 Profil frekuensi defekasi kelompok ekstrak etanol daun jambu biji daging
buah putih.
Keterangan : JP = Ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih,
n = 5(p<0,05)

Ekstrak daun jambu biji daging buah merah 150, 300, dan 600 mg/kg bobot badan
tidak menunjukkan terjadinya penekanan frekuensi defekasi pada mencit diare
yang diinduksi dengan minyak jarak. Ekstrak uji juga tidak memberikan perbedaan
bermakna pada konsistensi feses, waktu diare, lama diare, berat total feses pada
mencit diare dan waktu transit usus pada mencit normal.
23 – Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No.1, 2004
I Ketut Adnyana, dkk Efek Ekstrak Daun Jambu Biji

Frekuensi Defekasi
4

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Waktu Pengamatan (menit)

Kontrol Normal Loperamid


JP 150 mg/kg bb JP 300 mg/kg bb JP 600 mg/kg bb
Gambar 2 Profil frekuensi defekasi kelompok ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih
Keterangan : JP = Ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih, n = 5(p<0,05)

4
Konsistensi

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Waktu Pengamatan (menit)
Kontrol Normal Loperamid
JM 150 mg/kg bb JM 300 mg/kg bb JM 600 mg/kg bb
Gambar 3 Profil konsistensi feses kelompok ekstrak etanol daun jambu biji daging buah merah
Keterangan : JM = Ekstrak etanol daun jambu biji daging buah merah, n = 5 (p<0,05),
0 = tidak defekasi, 1 = keras, 2 = keras lembek, 3 = lembek keras, 4 =
berair masih berbentuk masa, 5 = berair tidak berbentuk masa.

Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No.1, 2004 - 24


I Ketut Adnyana, dkk Efek Ekstrak Daun Jambu Biji

4
Konsistensi
3

1
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Waktu Pengamatan (menit)
Kontrol Normal Loperamid
JP 150 mg/kg bb JP 300 mg/kg bb JP 600 mg/kg bb

Gambar 4 Profil konsistensi feses kelompok ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih
Keterangan : JP = Ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih, n = 5 (p<0,05),
0= tidak defekasi, 1 = keras, 2 = keras lembek, 3 = lembek keras, 4=berair
masih berbentuk masa, 5 = berair tidak berbentuk masa.

0,8
Ratio (X/Y)

0,6
JM 300 mg/kg bb
JM 150 mg/kg bb

JM 600 mg/kg bb

JP 600 mg/kg bb
JP 150 mg/kg bb

JP 300 mg/kg bb

0,4
Loperamid
Normal

0,2

0
1

Kelompok

Gambar 5. Grafik ratio panjang usus kelompok ekstrak etanol daun jambu biji daging buah merah
dan ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih.
Keterangan : x = panjang usus yang dilalui norit, y = panjang usus mencit, JP = ek-
strak etanol jambu biji daging buah putih, JM = ekstrak etanol jambu
biji daging buah merah.

25 – Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No.1, 2004


I Ketut Adnyana, dkk Efek Ekstrak Daun Jambu Biji

Kesimpulan
Ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih dan ekstrak etanol daun jambu
biji daging buah merah menghambat pertumbuhan Shigella dysenteriae masing-
masing pada konsentrasi 40 mg/ml dan 50 mg/ml, terhadap Shigella flexneri
masing-masing pada konsentrasi 30 mg/ml dan 40 mg/ml, terhadap Escherichia
coli masing-masing pada konsentrasi 40 mg/ml, dan terhadap Salmonella typhi
hanya ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih pada konsentrasi 60 mg/ml.
Ekstrak etanol daun jambu biji daging buah putih menunjukkan aktivitas
antibakteri yang lebih kuat dibandingkan ekstrak etanol daun jambu biji daging
buah merah. Kedua ekstrak uji tidak menunjukkan perbedaan efek yang bermakna
terhadap konsistensi feses, berat total feses, waktu munculnya diare, lamanya diare,
dan transit usus. Frekuensi defekasi ekstrak etanol daun jambu biji daging buah
putih 150 mg/kg bb pada menit ke-180 sampai 240 berbeda bermakna
dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0,05).

Daftar Pustaka
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1977, Materia Medika Indonesia,
Jakarta, 130–131, 134–136, 141–145.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1989, Materia Medika Indonesia
ed. 5, Jakarta.
3. Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia, ed. 4, Depkes RI, 896.
4. Guyton, A.C., 1990, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, terjema-
han P. Andrianto, ed 3, BCG, Jakarta, 573–583, 601–603, 605–606.
5. Hartarto, B., 1983, Uji Efek Infus Daun Psidium guajava (Myrtaceae), Kayu
Caesalpinia sappan (Caesalpiniaceae), Buah dan Kulit Buah Punica
granatum (Punicacae) sebagai Antidiare pada Mencit Putih Swiss-webster
dan sebagai Antibakteri, Tugas Akhir Sarjana Farmasi, Jurusan Farmasi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung,
Bandung, 13–17, 22–23.
6. Suryawati, S., Santoso, B. (Eds.), 1993, Penapisan Farmakologi Pengujian
Fitokimia dan Pengujian Klinik, Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam
Phytomedica, Jakarta, 19–21.
7. Muscthler, E., 1991, Dinamika Obat, terjemahan M. B. Widianto dan A. S.
Ranti, Penerbit ITB, Bandung, 542–544.
8. Syamsuhidayat, Sugati, S., dan Hutapea, J.R., 1991, Inventaris Tanaman O-
bat Indonesia, jil. 1, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Kesehatan, Jakarta, 188–189, 484–485, 366, 466, 476.
9. Tjay, T. dan Rahardja, K., 1986, Obat-Obat Penting, Pangeran Jayakarta,
Jakarta, 195-198.

Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No.1, 2004 - 26


I Ketut Adnyana, dkk Efek Ekstrak Daun Jambu Biji

10. Tortora, G., Nicholas, J. and Anagnostakos, P., 1990, Principles of Anatomy
and Physiology, New York; Harpen&Row Publishers, 772, 763,765,771–773.
11. Zuniarto, A.A., 1994, Uji Antidiare Infus Kulit Buah Delima Pada Tikus
Putih Jantan Balur Wistar, Bandung; Tugas Akhir Sarjana Farmasi, Jurusan
Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi
Bandung, 21–26.

27 – Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No.1, 2004

Anda mungkin juga menyukai