Anda di halaman 1dari 22

FONETIK:

SEBUAH PENGANTAR

Oleh: Makyun Subuki, M. Hum


Fonetik:
cabang linguistik yang mengkaji bunyi
bahasa
Klasifikasi pertama
 Fonetik impresionistik (impressionistic phonetics):
Penelitian terhadap bunyi bahasa dilakukan dengan
hanya mengandalkan ketelitian telinga.
 Fonetik instrumental (instrumental phonetics):
penelitian dilakukan dengan memanfaatkan bantuan
perangkat elektronik, sebagaimana yang banyak
dilakukan saat ini.
Klasifikasi kedua
 Fonetik artikulatoris (articulatory phonetics): kajian
terhadap cara bunyi diproduksi melalui organ artikulator
bunyi
 Fonetik akustik (acoustic phonetics): kajian terhadap
karakter fisik bunyi bahasa yang ditransmisikan melalui
gelombang bunyi
 Fonetik auditoris (auditory phonetics): kajian terhadap
respon perseptual atas bunyi bahasa yang diperantarai
oleh telinga, saraf pendengaran, dan selanjutnya
disampaikan kepada otak untuk diproses.
Bunyi Bahasa
 bunyi segmental
 bunyi non-segmental, atau bunyi
suprasegmental, dan atau fitur prosodi
(prosodic feature)
Bunyi segmental
 vokal (vowel/harakah)
 konsonan (consonant/sāmit)
Vokal
 bentuk mulut terbuka atau tertutup, misalnya vokal
[i] dan [u] adalah vokal tertutup, sedangkan [a] dan
[ɑ] adalah vokal terbuka
 posisi tinggi-rendahnya lidah dalam mulut, misalnya
dalam menghasilkan vokal [i] bagian depan lidah
meninggi (high-front), sedangkan dalam
menghasilkan vokal [Ɛ], [ɑ] dan [æ] posisi depan
lidah turun (low-front)
 bentuk bibir bundar atau tak-bundar, misalnya vokal
[u], [o], dan [ɔ] adalah vokal bundar (rounded
vowels), sedangkan vokal [i] dan [a] adalah vokal
tak-bundar (unrounded vowels)
Konsonan
 daerah artikulasi (places of articulation atau
makhraj)
 cara artikulasinya (manners of articulation atau
kayfiyah)
 mekanisme aliran udara (air stream mechanism)
 aktivitas pita suara (state of glottis/phonation
type).
Daerah Artikulasi 1: Glotal
Glotal (state of the glottis atau phonation type), meliputi tiga
artikulator bunyi:
 Laring atau halqy, yaitu rongga tulang rawan pada pangkal
batang tenggorokan;
 Pita suara, yaitu dua selaput dalam laring, kanan dan kiri,
yang mirip rak;
 Glotis atau hanjary, lubang di antara dua selaput pita suara.

Contoh: bunyi hamzah ‫[ ء‬ʔ], 'ayn ‫[ ع‬ʕ], aspirat bersuara ‫[ ه‬h],


dan aspirat tak bersuara ‫[ ح‬Ћ] merupakan bunyi khusus yang
diartikulasikan secara glotal.
Daerah Artikulasi 2: Supraglotal
 bilabial, atau syafawy, mencakup bunyi konsonan [p], [b], dan [m] yang
dihasilkan oleh kedua belah bibir.
 labiodental, atau syafawy asnāny, mencakup bunyi konsonan [f], dan [v]
yang dihasilkan dengan membuat getaran dan bagian depan gigi atas
 interdental, mencakup bunyi konsonan [θ] dan [ŏ] yang dihasilkan dengan
merapatkan dan menggetarkan lidah di antara gigi atas dan gigi bawah
 alveolar, atau gingival atau asnāny laśawy, mencakup bunyi konsonan [t],
[d], [n], [s], [z], [l], dan [r] yang dihasilkan dengan mempertemukan bagian
depan lidah dengan punggung gusi atau punggung belakang gigi atas
 palatal, atau kadang juga disebut alveopalatal dan ghāry, mencakup bunyi
konsonan [∫], [ś], [з] atau [ž], [č], dan [ĵ]
 velar, atau tabqy, mencakup bunyi konsonan [k], [g] dan [ŋ] yang dihasilkan
dengan mempertemukan bagian tengah lidah dengan langit-langit lunak
atau velum
 uvular, atau lahwy, mencakup bunyi konsonan [R], [q], [G], dan [k] yang
mufakhkham yang dihasilkan dengan mempertemukan bagian belakang
lidah dengan anak lidah atau tekak
Cara artikulasi
 Pertama, bersuara (voiced sound atau
mahmūs) jika pita suara bergetar dan tak
bersuara (voiceless sound atau majhūr) jika
pita suara tak bergetar
 Kedua, bunyi nasal (nasal sound atau anfy)
yang dihasilkan melalui penghambatan udara
penuh dan mengeluarkannya lewat hidung
dan bunyi yang selain nasal (oral sound)
Mekanisme aliran udara
 hambatan (stop atau īqāfi) dan letupan
(plosives atau infijāri)
 malaran (continuant)
Hambatan dan Letupan
 Stop dihasilkan dari hambatan yang bersifat
total, dan sebaliknya, jika hambatan dilepas
dengan mengeluarkan bunyi disebut letupan,
misalnya konsonan [b], [m], [t], [d], [n], [k],
[g], [ŋ], [ʔ], [ʕ], [h], [ć], [j], dan [q].
Malaran
 bercelah (fricative atau ihtikāky), dihasilkan dari penghambatan
udara secara terputus-putus sehingga menghasilkan gesekan,
misalnya konsonan [f], [v], [θ], [ŏ], [s], [z], [š], [ž], [G], [k h]
 afrikat, dihasilkan dengan hambatan yang diikuti oleh pelepasan
perlahan terhadap hambatan yang telah dilakukan, misalnya
konsonan [č] dan [ĵ] pada church dan judge dalam bahasa Inggris;
 liquid, dihasilkan dengan menghambat sebagian udara yang keluar
secara lemah sehingga tidak cukup kuat untuk menghasilkan
gesekan. Konsonan yang termasuk jenis ini adalah [l], lateral liquid
atau munharif, dan [r] retroflex liquid atau mukarrar
 luncuran (glides atau layn), dihasilkan dengan sangat sedikit, atau
tanpa, hambatan terhadap aliran udara yang keluar melalui mulut.
Sebagai bunyi transisional, glide sering dianggap sebagai semivokal.
Yang termasuk dalam konsonan jenis ini adalah [j] dan [w].
Diftong
 Selain vokal dan konsonan terdapat juga diftong, yaitu
untaian dua bunyi yang terdiri atas vokal dan luncuran
(glide). Beberapa kemungkinan tipe diftong adalah
penutupan depan (front closing), penutupan belakang
(back closing), pembukaan depan (front opening),
pembukaan belakang (back opening), dan pengetengahan
(centring).
Bunyi Suprasegmental:
 jangka (duration),
 tekanan (stress),
 nada (pitch)
Jangka
 kuantitas yang mengacu pada lamanya bunyi
ujaran, yang dapat berperan sebagai
1. bunyi segmental,
2. bunyi suprasegmental, dan
3. variabel independen
Jangka Segmental
 tempat dan cara artikulasinya, jangka pada vokal
berkaitan erat dengan ketinggian posisi lidah dalam
menghasilkan bunyi, misalnya vokal tinggi memiliki
durasi yang lebih pendek dari vokal rendah
 bunyi lain yang mendahului atau mengikutinya,
misalnya vokal pendek akan menjadi lebih panjang
jika berada sebelum [t], menjadi pendek jika berada
sebelum [k], dan semakin pendek jika berada
sebelum [p]
Jangka Suprasegmental
 Bersama tekanan
 Bersama intonasi
Jangka sebagai variabel independen
 pola morfologis, misalnya bentuk kataba [kataba] 'ia
laki-laki telah) menulis' dapat diinfleksi ke dalam
bentuk seperti katabā [kataba:] 'dua laki-laki (telah)
menulis' dan katabū [katabu:] 'mereka (banyak) laki-
laki (telah) menulis'; atau diderivasi ke dalam
bentuk, seperti kitāb [kita:b] 'buku' dan kātib [ka:tib]
'penulis
 phonological blocking, misalnya bentuk transfiks a-
a-a yang akan pada sayara [sayara] ‘ia laki-laki (telah)
berjalan’ menjadi sāra [sa:ra]
Nada (pitch)
 deretan teratur berbagai nada yang merupakan ciri khas
bagian ujaran yang dikenal dengan intonasi (intonation).
Ada dua fungsi utama intonasi
1. fungsi gramatikal, yang merupakan fungsi mendasar
atau primer;
2. fungsi emosional, atau fungsi sekunder
 penggunaan nada sebagai ciri distingtif yang
membedakan makna antara satu kata dengan kata
lainnya, misalnya terdapat dalam bahasa Cina
Tekanan
 karakteristik fisik yang menyebabkan suara
keras (loudness);
Dalam bahasa Inggris, misalnya, kata export dapat berbeda kelas,
bergantung kepada suku kata mana yang diberikan tekanan. Dalam bahasa
Arab, sebagai contoh lain, geminasi konsonan, seperti juga jangka, menjadi
variabel independen yang berasal dari proses morfologis tertentu dan
selanjutnya dapat mengubah makna brntuk dasarnya. Contoh, bentuk
kasara [kasara] dalam bahasa berarti pecah, dan bentuk turunannya dengan
geminasi konsonan kedua bentuk dasarnya, yaitu kassara [kassara], berarti
memecahkan

Anda mungkin juga menyukai