Anda di halaman 1dari 10

HAK MILIK INTELEKTUAL

Salah satu aspek hukum bisnis yang perlu mendapat perhatian adalah apa yang
dinamakan dengan Hak Milik Intelektual (HMI). Karena HMI ini berkaitan erat dengan aspek
hukum lainnya seperti aspek teknologi atau aspek ekonomis dan seni.
Kita ketahui bahwa HMI timbul atau lahir karena adanya intelektualitas seseorang
sebagai inti objek pengaturannya. Oleh karenanya, pemahaman terhadap hak ini pada dasarnya
merupakan pemahaman terhadap hak atas kekayaan yang timbul atau lahir dari inteletualitas
manusia.
Dengan adanya konsepsi berpikir seperti di atas, timbul kepentingan untuk
menumbuhkan dan mengembangkan system perlindungan hukum atas kekayaan tersebut.
Sebagai karya yang dihasilkan dari intelektualitas manusia, HMI hanya dapat diberikan kepada
penciptanya atau penemunya untuk menikmati atau memetik manfaat sendiri selama jangka
waktu tertentu, atau member izin kepada orang lain guna melakukannya.
Untuk memperjelas jenis – jenis HMI, maka secara umum HMI dapat dikelompokkan
atas 2 jenis, yaitu :
a. Hak milik industry (industrial property), yang terdiri atas :
- Paten (Patent);
- Merek (Merk);
- Desain produk industry (industrial design).
b. Hak cipta (copyrights).

HAK CIPTA
Karya – karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, pada dasarnya adalah
karya intelektualitas manusia yang dilahirkan sebagai perwujudan kualitas rasa, karsa dn
ciptanya. Karya – karya sepert itu pada akhirnya selain memiliki arti sebagai karya yang secara
fisik hadir di tengah – tengah manusia, juga hadir sebagai sarana pemenuhan kebutuhan batiniah
setiap orang. Dengan semakin banyak, semakin besar, dan semakin tinggi kualitasnya karya 0
karya seseorang, pada akhirnya akan member nilai terhadap harkt dan martabat manusia yang
melahirkannya dan kehidupan manusia pada umumnya.
Akhirnya dapat dikatakan bahwa hak cipta adalah hak khusus yang diberikan oleh
pemerintah kepada seseorang yang telah menciptakan sesuatu berdasarkan
pemikirannya/keahliannya dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra.
Lebih jelasnya, disebutkan bahwa yang termasuk sebagai karya cipta seseorang adalah :
1) Buku, pamphlet, dan semua hasil karya tulis lainnya;
2) Ceramah, kuliah, pidato, dan sebagainya;
3) Pertunjukan seperti music, karawitan, drama, tari, pewayangan, pantomim, dan
karya siaran antara lain untuk radio, televise, dan film, serta karya rekaman video;
4) Ciptaan tari (koreografi), ciptaan lagu atau music dengan atau tanpa teks, dan
karya rekaman suara atu bunyi;
5) Segala bentuk seni rupa seperti seni lukis, seni pahat, seni patung, dan seni
kaligrafi yang perlindungannya diatur dalam Pasal 10 Ayat (2);
6) Seni batik;
7) Arsitektur;
8) Peta;
9) Sinematografi;
10) Fotografi;
11) Program computer atau computer program;
12) Terjemahan, tasfiran, saduran, dan penyusunan bunga rampai.
Selain jenis ciptaan yang dapat dilindungi undang – undang, ada juga ciptaan yang tidak
dilindungi oleh undang – undang. Ciptaan – ciptaan yang tidak dilindungi tersebut adalah :
1) Hasil rapat terbuka Lembaga Tertinggi Negara dan Lembaga Tinggi Negara serta
Lembaga Konstitusional lainnya;
2) Peraturan perundang – undangan;
3) Putusan pengadilan dn penetapan hakim;
4) Pidato kenegaraan dan pidato pejabat pemerintah;
5) Keputusan badan arbitrase, keputusan panitia penyelesaian perselisihan
perburuhan, keputusan badan urusan piutang Negara, dan lain – lain.
Menurut teorinya, hak cipta dapat dibagi atas :
1. Hak moral (moral right), yaitu hak dari seorang pencipta yang tidak dapat diambil
sedemikin rupa tanpa izin dari pemegang hak cipta. Artinya hak untuk pemakaian,
untuk mengubah isi/nama/judul dari ciptaannya, untuk mengumumkan citaannya,
melekat pada penciptaannya. Orang lain dilarang untuk mengumumkan, memakai
atau mengubah hasil ciptaan seseorang.
2. Hak ekonomi (economic right), yaitu hak yang berkaitan dengan masalah yang
bersangkut – paut dengan keuangan dan penjualan hasil ciptanya. Disini pencipta
dapat melisensikannya kepada pihak lain dengan menerima royalty.
Dua macam hak cipta yang dapat diserahkan kepada pihak lain yang disebut dengan
lisensi dan assignment. Lisensi adalah suatu pemberian hak kepada orang lain oleh si pemegang
hak untuk dapat melaksanakan hak nya tadi. Sedangkan assignment adalah penyerahan untuk
keseluruhannya, sehingga dapat mencetak, menjual, memfilmkn, dan sebagainya. Penyerahan ini
bisa kepada seseorang. Tetapi moral right nya tetap dimiliki pencipta.
Menurut udang – undang, ada 3 sifat hukum hak cipta, yaitu :
1. Hak cipta dianggap sebagai benda yang bergerak dan immaterial, yang dapat
dialihkan kepada pihak lain;
2. Hak cipta harus dialihkan denga suatu akta tertulis, baik akta notaries maupun
akta di bawah tangan;
3. Hak cipta tidak dapat disita, alasannya adalah berhubung sifat ciptaan merupakan
hak pribadi yang manunggal dengan diri pencipta itu sendiri, sekalipun
penciptanya telah meninggal dunia dan menjadi ahli warisnya atau penerima
wasiat.

Pembatasan dan Masa Berlaku Hak Cipta


Di dalam Pasal 14 disebutkan tindakan yang tidak dianggap sebagai pelanggaran hak
cipta dengan syarat bahwa sumbernya harus disebut secara lengkap, yaitu sebagai berikut.
1. Pengutipan ciptaan pihak lain sampai sebanyak – banyaknya 10% dari kesatuan yang
bulat tiap ciptaan yang dikutip sebagai bahan untuk menguraikan masalah yang
dikemukakan.
2. Pengambilan ciptaan pihak lain seluruhnya maupun sebagai guna keperluan pembelaan di
dalam atau di luar pengadilan.
3. Pengambilan ciptaan pihak lain seluruhnya maupun sebagian guna keperluan ceramah
yang semata – mata untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan atau guna keperluan
pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut biaya.
4. Perbanyakan suatu ciptaan dalam bidang ilmu, seni dan sastra dalam huruf braile guna
keperluan para tuna netra, kecuali jika perbanyakan itu bersifat komersial.
5. Perbanyakan suatu ciptaan secara terbatas dengan fotokopi atau proses yang serupa oleh
perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan dan pusat dokumentasi
yang nonkomersial semata – mata untuk keperluan aktivitasnya.
6. Perubahan yang dilakukan atas karya arsitektur seperti ciptaan bangunan berdasarkan
pertimbangan pelaksanaan teknis.
7. Pembuatan salinan cadangan suatu program computer atau computer program oleh
pemilik program computer atau computer program yang dilakukan semata – mata untuk
digunakan sendiri.

Masa berlaku suatu hak cipta atas ciptaan berupa buku, pamphlet dan karya tulis lainnya,
seni tari, seni lukis, seni pahat, seni patung, seni batik, ciptaan lagu atau music, dan karya
arsitektur, oleh undang – undang diberikan selama hidup si pencipta ditambah 50 tahun setelah
pencipta meninggal dunia. Bila ciptaan tersebut dimiliki oleh 2 orang atau lebih, maka masa
berlakunya adalah selama hidup si pencipta yang terlama hidupnya ditambah 50 tahun sesudah si
pencipta yang terlama hidupnya meninggal dunia.
Untuk ciptaan berupa karya pertunjukan seperti music, karawitan, drama, tari,
pewayangan, pantomime, dan karya siaran untuk media radio, televisi, film dan video, ceramah,
kuliah, pidato, peta, karya sinematografi, karya rekaman suara atau bunyi, dan terjemhan atau
tafsir, mempunyai masa berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali diumumkan.
Sedangkan ciptaan berupa kary fotografi, program computer, saduran dan penyusunan
bunga rampai, mempunyai masa berlaku selama 25 tahun sejak pertama kali diumumkan.

Pendaftaran Ciptaan dan Sanksi Hukum


Dalam peraturan Pemerintahan Nomor : M.01-HC.03.01 Tahun 1987 diatur bahwa permohonan
pendaftaran ciptaan diajukan kepada Menteri Kehakiman melalui Direktur Paten dan Hak Cipta
dengan surat rangkap dua, ditulis dalam bahasa Indonesia di atas kertas folio berganda. Pada
surat permohonan harus diisikan hal – hal seperti :
a. Nama, kewarganegaraan dan alamat pencipta;
b. Nama, kewarganegaraan dan alamat pemegang hak cipta;
c. Nama, kewarganegaraan dan alamat kuasa;
d. Jenis dan judul ciptaan;
e. Tanggal dan tempat ciptaan diumumkan untuk pertama kali;
f. Uraian ciptaan dibuat rangkap tiga.

Ancaman hukuman secara pidana menurut undang – undang dapat dikelompokkan atas 4
kelompok, yaitu sebagai berikut.
a. Tehadap mereka yang melakukan perbuatan mengumumkan atau memperbanyak suatu
ciptaan atau member izin untuk itu, akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 tahun
dan/atau denda paling banyak Rp100.000.000,00
b. Apabila dengan sengaja melakukan tindakan berupa menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum, ancamannya pidana penjara 5 tahun dan/atau denda
paling banyak Rp50.000.000,00.
c. Setelah mendengar pertimbangan Dewan Hak Cipta, melanggar kebijaksanaan
pemerintah di bidang pertahanan dan keamanan Negara, kesusilaan, serta ketertiban umum,
ancamannya pidana penjara paling lama 3 tahun dan/atau denda paling banyak Rp25.000.000,00
d. Apabila melanggar hak cipta atas potret seseorang, ancamannya pidana penjara paling
lama 2 tahun dan/atau lebih denda paling banyak Rp15.000.000,00

HAK PATEN (Patent)


Objek pengaturan hak paten adalah penemuan di bidang teknologi. Penemuan di bidang
teknologi ini misalnya dapat berbentuk penemuan (inventions), pengetahuan secara ilmiah atau
varietas tumbuhan.
Pengertian paten adalah hak khusus yang diberikan Negara kepada penemu atas hasil
penemuannya di bidang teknologi untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri
penemuannya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada orang lain untuk
melaksanakannya. Sedangkan yang dimaksud dengan teknologi adalah ilmu pengetahuan yang
diterapkan dalam proses industry. Tenologi di sini biasanya lahir atau ditemukan melalui
kegiatan penelitian dan pengembangan (research and development).
Hak paten merupakan hak khusus (eksklusif). Artinya bahwa paten hanya diberikan
kepada pemegangnya untuk dalam jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri penemuan
tersebut, atau untuk member kewenangan kepada orang lain guna melaksanakannya. Hak paten
hanya diberikan kepada penemu sebagai satu – satunya yang berhak atas penemuannya. Ini
berarti orang lain hanya mungkin menggunakan penemuan tersebut kalau ada persetujuan atau
izin dari penemu selaku pemilik hak.
Berdasarkan PP Nomor 34 Tahun 1991 tanggal 11 Juni 1991, sebagai penjabaran Undang
– Undang Paten, ada 4 pengertian yang perlu diketahui dalam aitannya dengan paten, yaitu :
- Deskripsi atau uraian penemuan adalah penjelasan tertulis megenai cara
melaksanakan suatu penemuan sehingga dapat dimengerti oleh seseorang yang
ahli di bidang penemuan tersebut.
- Abstraksi adalah uraian singkat mengenai suatu penemuan yang merupakan
ringkasan dari pokok – pokok penjelasan deksripsi, kalim, ataupun gambar.
- Klaim adalah uraian tertulis mengenai inti penemuan atau bagian – bagian tertentu
dari suatu penemuan yang memuat tanda – tanda, symbol – symbol, angka, bagan,
atau diagram yang menjelaskan bagian – bagian dari penemuan.
Invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah
yang spesiifik di bidang teknologi, dapat berupa produk atau proses penyempurnaan dan
pengembangan produk atau proses. Sedangkan inventor adalah seorang ang secara sendiri
atau beberapa orang yang secara bersama – sama melaksanakan ide yang dituangkan ke
dalam kegiatan yang menghasilkan invensi. Penjelasan undnag – undang menegaskan
bahwa istilah invensi digunakan untuk penemuan dan istilah inventor digunakan untuk
penemu.

Subjek dan Lingkup Paten


Yang berhak memperoleh paten adalah inventor atau yang menerima lebih lanjut hak
inventor tersebut. Ketentuan ini member penegasan bahwa hanya penemu atau yang berhak
menerima lebih lanjut hak penemu, misalnya karena pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian, atau
sebab – sebab lain, yang berhak memperoleh paten atas penemuan yang bersangkutan.
Yang dianggap sebagai penemu adalah mereka yang untuk pertama kali mengajukan
permintaan paten, kecuali terbukti sebaliknya. Artinya undang – undang memakai titik tolak
bahwa orng atau badan yang pertama kali mengajukan permintaa paten dianggap sebagai
penemunya. Tetapi aabila di kemudian hari terbukti sebaliknya dengan bukti kuat dan
meyakinkan, maka status sebagai penemu dapat berubah.
Penemuan atas suatu paten dapat dibagi atas 2 lingkup pengaturan. Yaitu : Penemuan
yang dapat diberikan paten dan penemuan yang tidak dapat diberikan paten.
Penemuan yang dapat diberikan paten menurut undang – undan paten menganut prinsip
bahwa semua penemuan di bidang teknologi dapat diberi paten apabila memenuhi syarat – syarat
yang ditentukan. Tetapi karena prinsip seperti itu sifatnya terbuka, maka untuk menghindari
kesulitan, permusannya dibuat secara negative. Perumusan yang bersifat negative ini tentu saja
akan menimbulkan pertanyaan. Tetapi sebenarnya hal ini lebih bersifat pada teknis perundang –
undangan saja. Oleh karena bidang yang tidak dapat diberi paten lebi sedikit, maka penyebutan
bidang – bidang tersebut tentu lebih mudah dilakukan.
Dua hal dapat dikatakan ahwa suatu penemuan tidak dianggap baru, yaitu jika pada saat
pengajuan permintaan paten :
a. Penemuan tersebut telah diumumkan di Indonesia atau di luar Indonesia dalam
satu tulisan sedemikian rupa sehingga memungkinkan seorang ahli untuk
melaksanakan penemuan tersebut;
b. Penemuan tersebut telah diumumkan di Indonesia dengan penguraian lisan atau
melalui peragaan penggunaannya atau dengan cara lain sedemikian rupa sheingga
memungkinkan seorang ahli untuk melaksankan penemuan tersebut.
Dalam Undang – Undang Paten disebutkan tidak semua penemuan dapat diberikan paten,
karena dalam Pasal 7 ditegaskan bahwa paten tidak diberikan untuk penemuan tentang :
a. Proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau pelaksanaannya
bertentangan dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku, moralitas
agama, ketertiban umum, atau kesusilaan;
b. Metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan atau pembedahan yang
diterapkan terhadap manusia dan atau hewan;
c. Teori dan metode di bidang ilmu pengetahuan dan matematika;
d. Semua mahluk hidup, kecuali jasad renik dan proses biologi yang esensial untuk
memproduksi tanaman atau hewan, kecuali prosese non-biologis atau proses
mikrobiologis.
Pemegang paten memiliki hak eksklusif yang artinya hak yang hanya diberikan kepada
pemegang paten untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan sendiri haknya secara
komersial atau memberikan hak lebih lanjut kepada orang lain, dengan demikian orang
lain dilarang untuk melaksanakan paten yang dimiliki tanpa persetujuannya, yaitu :
a. Dalam hal paten-produk : membuat, menggunakan, menjual, mengimpor,
menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau
diserahkan produk yang diberi paten.
b. Dalam hal paten-proses : menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk
membuat barang dan tindakan lainnya sebagaimana dimaksud dalam huruf a di
atas.

Permohonan Paten
Hal – hal yang harus dimuat dalam surat permohonan yaitu :
a. Tanggal, bulan, dan tahun permohonan;
b. Alamat lengkap dan alamat jelas pemohon;
c. Nama lengkap dan kewarganegaraan inventor;
d. Nama dan alamat lengkap kuasa apabila permohonan diajukan melalui kuasa;
e. Surat kuasa khusus, dalam hal permohonan diajukan oleh kuasa;
f. Pernyataan permohonan untuk dapat diberi paten;
g. Judul invensi;
h. Klaim yang terkandung dalam invensi;
i. Deskripsi tentang invensi, yang secara lengkap memuat keterangan tentang cara
melaksankan invensi;
j. Gambar yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukan untuk menjelaskan
invensi;
k. Abstrak invensi.

Pengalihan dan Lisensi Paten


Sebagai hak milik tentunya paten dapat dialihkan sebagian atau seluruhnya kepada pihak
lain sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 66 yang dapat terjadi karena beberapa hal,
yaitu :
a. Pewarisan;
b. Hibah;
c. Wasiat;
d. Perjanjian tertulis;
e. Sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang – undangan.
Pengalihan paten tersebut tentunya tidak menghapus hak inventor untuk tetap
dicantumkan nama dan identitasnya dalam paten yang bersangkutan. Hak ini disebut dengan Hak
Moral.
Lisensi paten merupakan suatu perjanjian yang pada dsarnya hanya bersifat pemberian
hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari paten dalam jangka waktu dan syarat – syarat
tertentu.

Pembatalan Paten
Undang – Undang Paten menegaskan bahwa ada 3 macam pembatalan Paten yaitu : Pertama,
karena batal demi hukum, Kedua, batal atas permohonan pemegang hak Paten, dan Ketiga, batal
karena adanya gugatan. Paten yang dinyatakan batal demi hukum apabila pemegang paten tidak
memenuhi kewajiban membayar biaya tahunan dalam jangka waktu yang ditentukan oleh
undang – udang, yang akan diberitahukan secara tertulis oleh Ditjen HAKI kepada pemegang
paten serta penerima lisensi dan mulai berlaku sejak tanggal pemberitahuan tersebut.
Akibta hukum dari adanya pembatalan paten adalah :
1) Akan enghapuskan segala akibat hukum yng berkaitan dengan paten dan hal – hal
lain yang berasal dari paten tersebut;
2) Penerima lisensi tetap berhak melaksanakan lisensi yang dimilikinya sampai
dengan berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian lisensi yaitu
penerima lisensi yang dibatalkan karena alas an paten yang digugat
pembatalannya sama dengan paten lain yng telah diberikan kepada pihak lain
untuk invensi yang sama berdasarkan undang – undang;
3) Penerima lisensi seperti angka 2 di atas tidak wajib meneruskan pembayaran
royalty yang seharusnya masih wajib dilakukan kepda pemegang paten yang
patennya dibatalkan, tetapi mengalihkan pembayaran royalty untuk sisa jangka
waktu lisensi yang dimilikinya kepada pemegang paten yang berhak. Apabila
pemegang paten sudah menerima sekaligus royalty dari penerima lisensi,
pemegang paten tersebut wajib mengembalikan jumlah royalty sesuai engan sis
jangka waktu penggunaan lisensi kepada pemegang paten yang berhak.

HAK MEREK
Yang dimaksud dengan merek yaitu tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf –
huruf, angka – angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsure – unsure yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.

Lingkup merek dan Pendaftarannya


Lingkup merek terbagi atas 2 jenis, yaitu merek dagang dan merek jasa. Merek dagang
adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa
orang secara bersama – sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang – barang
jenis lainnya, sedangkan merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama – sama atau badan hukum
untuk membedakan dengan jasa – jasa sejenis lainnya.
Hak atas suatu merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik
merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan
menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk
menggunakannya. Merek diberikan kepada pemohon yang beritikad baik yaitu pemohon yang
mendaftarkan mereknya layak dan jujur tanpa ada niat apa pun untuk membonceng, meniru atau
menjiplak ketenaran merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang berakibat kerugian pada
pihak lain atau menimbulkan kondisi persaingan curang, mengecoh atau menyesatkan konsumen.
Ada beberapa hal yang menyebabkan suatu merek tidak dapat didaftarkan, yaitu :
a. Bertentangan dengan perundang – undangan yang berlaku, moralitas agama,
kesusilaan, atau ketertiban umum;
b. Tidak memiliki daya pembeda;
c. Telah menjadi milik umum;
d. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang domohonkan
pendaftarannya.
Selain itu terdapat juga beberapa hal yang menyebabkan suatu permohonan merek akan
ditolak, yaitu apabila :
a. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik
pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan atau jasa yang
sejenis;
b. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang
sudah terkenal milik pihak lain untuk barang dan atau jasa sejenis;
c. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi-
geografis yang sudah dikenal;
d. Merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto atau nama badan hukum
yang dimiliki orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak;
e. Merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambing
atau symbol atau emblem Negara atau lembaga nasional maupun internasional,
kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang;
f. Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang
digunakan oleh Negara atau lembaga pemerintah, kecuali persetujuan tertulis dari
pihak yang berwenang.
Permohonan pendaftaran merek diajukan secara tertulis dengan menggunakan bahas
Indonesia kepada Ditjen HAKI dengan mencmtumkan hal – hal seperti :
a. Tanggal, bulan, dan tahun;
b. Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon;
c. Nama lengkap dan alamat kuasa apabila permohonan diajukan melalui kuasa;
d. Warna – warna apabila merek yang dimohonkan menggunakan unsure warna;
e. Nama Negara dan tanggal permintaan merek yang pertana kali dalam hal
permohonan diajukan dengan hak prioritas.
Hak atas merek terdaftar dapat beralih atau dialihkan karena beberapa hal yaitu :
a. Pewarisan;
b. Wasiat;
c. Hibah;
d. Perjanjian
e. Sebab – sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang – undangan.

Penghapusan dan Pembatalan Merek


Merek yang telah terdaftar pada dasarnya dapat dihapuskan atas prakarsa Ditjen HAKI
atau berdasarkan permohonan pemilik merek. Penghapusan ini dilakukan jika :
a. Merek tidak digunakan selama 3 tahun berturut – turut dalam perdagangan barang
dan atau jasa sejak tanggal pendaftaran atau pemakaian terakhir, kecuali apabila
ada alas an yang dapat diterima oleh Ditjen HAKI;
b. Merek digunakan untuk jenis barang dan atau jasa yang tidak sesuai dengan jenis
barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya.

MEREK KOLEKTIF
Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang atau jasa dengan karakteristik
yang sana yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama – sama
untuk membedakan dengan barang atau jasa sejenis lainnya.
Permintaan pendaftaran merek dagang atau jasa sebagai merek kolektif hanya dapat
diterima apabila dalam permintaan pendaftaran tersebut dengan jelas dinyatakan bahwa merek
tersebut akan digunakan sebagai merek kolektif. Pada permintaan pendaftaran tersebut, wajib
disertakan pula salinan peraturan penggunaan merek tersebut sebagai merek kolektif yang
ditandatangani oleh pemilik merek yang bersangkutan.
Dalam peraturan penggunaan merek kolektif harus berisikan antara lain :
a. Sifat, cirri – cirri umum, atau mutu dari barang atau jasa yang produksi dan
perdagangannya akan menggunakan merek kolektif;
b. Ketentuan bagi pemilik merek kolektif untuk melakukan pengawasan yang efektif
atas penggunaan merek tersebut sesuai dengan peraturan;
c. Sanksi atas pelanggaran peraturan penggunaan merek kolektif.

Anda mungkin juga menyukai