Salah satu aspek hukum bisnis yang perlu mendapat perhatian adalah apa yang
dinamakan dengan Hak Milik Intelektual (HMI). Karena HMI ini berkaitan erat dengan aspek
hukum lainnya seperti aspek teknologi atau aspek ekonomis dan seni.
Kita ketahui bahwa HMI timbul atau lahir karena adanya intelektualitas seseorang
sebagai inti objek pengaturannya. Oleh karenanya, pemahaman terhadap hak ini pada dasarnya
merupakan pemahaman terhadap hak atas kekayaan yang timbul atau lahir dari inteletualitas
manusia.
Dengan adanya konsepsi berpikir seperti di atas, timbul kepentingan untuk
menumbuhkan dan mengembangkan system perlindungan hukum atas kekayaan tersebut.
Sebagai karya yang dihasilkan dari intelektualitas manusia, HMI hanya dapat diberikan kepada
penciptanya atau penemunya untuk menikmati atau memetik manfaat sendiri selama jangka
waktu tertentu, atau member izin kepada orang lain guna melakukannya.
Untuk memperjelas jenis – jenis HMI, maka secara umum HMI dapat dikelompokkan
atas 2 jenis, yaitu :
a. Hak milik industry (industrial property), yang terdiri atas :
- Paten (Patent);
- Merek (Merk);
- Desain produk industry (industrial design).
b. Hak cipta (copyrights).
HAK CIPTA
Karya – karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, pada dasarnya adalah
karya intelektualitas manusia yang dilahirkan sebagai perwujudan kualitas rasa, karsa dn
ciptanya. Karya – karya sepert itu pada akhirnya selain memiliki arti sebagai karya yang secara
fisik hadir di tengah – tengah manusia, juga hadir sebagai sarana pemenuhan kebutuhan batiniah
setiap orang. Dengan semakin banyak, semakin besar, dan semakin tinggi kualitasnya karya 0
karya seseorang, pada akhirnya akan member nilai terhadap harkt dan martabat manusia yang
melahirkannya dan kehidupan manusia pada umumnya.
Akhirnya dapat dikatakan bahwa hak cipta adalah hak khusus yang diberikan oleh
pemerintah kepada seseorang yang telah menciptakan sesuatu berdasarkan
pemikirannya/keahliannya dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra.
Lebih jelasnya, disebutkan bahwa yang termasuk sebagai karya cipta seseorang adalah :
1) Buku, pamphlet, dan semua hasil karya tulis lainnya;
2) Ceramah, kuliah, pidato, dan sebagainya;
3) Pertunjukan seperti music, karawitan, drama, tari, pewayangan, pantomim, dan
karya siaran antara lain untuk radio, televise, dan film, serta karya rekaman video;
4) Ciptaan tari (koreografi), ciptaan lagu atau music dengan atau tanpa teks, dan
karya rekaman suara atu bunyi;
5) Segala bentuk seni rupa seperti seni lukis, seni pahat, seni patung, dan seni
kaligrafi yang perlindungannya diatur dalam Pasal 10 Ayat (2);
6) Seni batik;
7) Arsitektur;
8) Peta;
9) Sinematografi;
10) Fotografi;
11) Program computer atau computer program;
12) Terjemahan, tasfiran, saduran, dan penyusunan bunga rampai.
Selain jenis ciptaan yang dapat dilindungi undang – undang, ada juga ciptaan yang tidak
dilindungi oleh undang – undang. Ciptaan – ciptaan yang tidak dilindungi tersebut adalah :
1) Hasil rapat terbuka Lembaga Tertinggi Negara dan Lembaga Tinggi Negara serta
Lembaga Konstitusional lainnya;
2) Peraturan perundang – undangan;
3) Putusan pengadilan dn penetapan hakim;
4) Pidato kenegaraan dan pidato pejabat pemerintah;
5) Keputusan badan arbitrase, keputusan panitia penyelesaian perselisihan
perburuhan, keputusan badan urusan piutang Negara, dan lain – lain.
Menurut teorinya, hak cipta dapat dibagi atas :
1. Hak moral (moral right), yaitu hak dari seorang pencipta yang tidak dapat diambil
sedemikin rupa tanpa izin dari pemegang hak cipta. Artinya hak untuk pemakaian,
untuk mengubah isi/nama/judul dari ciptaannya, untuk mengumumkan citaannya,
melekat pada penciptaannya. Orang lain dilarang untuk mengumumkan, memakai
atau mengubah hasil ciptaan seseorang.
2. Hak ekonomi (economic right), yaitu hak yang berkaitan dengan masalah yang
bersangkut – paut dengan keuangan dan penjualan hasil ciptanya. Disini pencipta
dapat melisensikannya kepada pihak lain dengan menerima royalty.
Dua macam hak cipta yang dapat diserahkan kepada pihak lain yang disebut dengan
lisensi dan assignment. Lisensi adalah suatu pemberian hak kepada orang lain oleh si pemegang
hak untuk dapat melaksanakan hak nya tadi. Sedangkan assignment adalah penyerahan untuk
keseluruhannya, sehingga dapat mencetak, menjual, memfilmkn, dan sebagainya. Penyerahan ini
bisa kepada seseorang. Tetapi moral right nya tetap dimiliki pencipta.
Menurut udang – undang, ada 3 sifat hukum hak cipta, yaitu :
1. Hak cipta dianggap sebagai benda yang bergerak dan immaterial, yang dapat
dialihkan kepada pihak lain;
2. Hak cipta harus dialihkan denga suatu akta tertulis, baik akta notaries maupun
akta di bawah tangan;
3. Hak cipta tidak dapat disita, alasannya adalah berhubung sifat ciptaan merupakan
hak pribadi yang manunggal dengan diri pencipta itu sendiri, sekalipun
penciptanya telah meninggal dunia dan menjadi ahli warisnya atau penerima
wasiat.
Masa berlaku suatu hak cipta atas ciptaan berupa buku, pamphlet dan karya tulis lainnya,
seni tari, seni lukis, seni pahat, seni patung, seni batik, ciptaan lagu atau music, dan karya
arsitektur, oleh undang – undang diberikan selama hidup si pencipta ditambah 50 tahun setelah
pencipta meninggal dunia. Bila ciptaan tersebut dimiliki oleh 2 orang atau lebih, maka masa
berlakunya adalah selama hidup si pencipta yang terlama hidupnya ditambah 50 tahun sesudah si
pencipta yang terlama hidupnya meninggal dunia.
Untuk ciptaan berupa karya pertunjukan seperti music, karawitan, drama, tari,
pewayangan, pantomime, dan karya siaran untuk media radio, televisi, film dan video, ceramah,
kuliah, pidato, peta, karya sinematografi, karya rekaman suara atau bunyi, dan terjemhan atau
tafsir, mempunyai masa berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali diumumkan.
Sedangkan ciptaan berupa kary fotografi, program computer, saduran dan penyusunan
bunga rampai, mempunyai masa berlaku selama 25 tahun sejak pertama kali diumumkan.
Ancaman hukuman secara pidana menurut undang – undang dapat dikelompokkan atas 4
kelompok, yaitu sebagai berikut.
a. Tehadap mereka yang melakukan perbuatan mengumumkan atau memperbanyak suatu
ciptaan atau member izin untuk itu, akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 tahun
dan/atau denda paling banyak Rp100.000.000,00
b. Apabila dengan sengaja melakukan tindakan berupa menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum, ancamannya pidana penjara 5 tahun dan/atau denda
paling banyak Rp50.000.000,00.
c. Setelah mendengar pertimbangan Dewan Hak Cipta, melanggar kebijaksanaan
pemerintah di bidang pertahanan dan keamanan Negara, kesusilaan, serta ketertiban umum,
ancamannya pidana penjara paling lama 3 tahun dan/atau denda paling banyak Rp25.000.000,00
d. Apabila melanggar hak cipta atas potret seseorang, ancamannya pidana penjara paling
lama 2 tahun dan/atau lebih denda paling banyak Rp15.000.000,00
Permohonan Paten
Hal – hal yang harus dimuat dalam surat permohonan yaitu :
a. Tanggal, bulan, dan tahun permohonan;
b. Alamat lengkap dan alamat jelas pemohon;
c. Nama lengkap dan kewarganegaraan inventor;
d. Nama dan alamat lengkap kuasa apabila permohonan diajukan melalui kuasa;
e. Surat kuasa khusus, dalam hal permohonan diajukan oleh kuasa;
f. Pernyataan permohonan untuk dapat diberi paten;
g. Judul invensi;
h. Klaim yang terkandung dalam invensi;
i. Deskripsi tentang invensi, yang secara lengkap memuat keterangan tentang cara
melaksankan invensi;
j. Gambar yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukan untuk menjelaskan
invensi;
k. Abstrak invensi.
Pembatalan Paten
Undang – Undang Paten menegaskan bahwa ada 3 macam pembatalan Paten yaitu : Pertama,
karena batal demi hukum, Kedua, batal atas permohonan pemegang hak Paten, dan Ketiga, batal
karena adanya gugatan. Paten yang dinyatakan batal demi hukum apabila pemegang paten tidak
memenuhi kewajiban membayar biaya tahunan dalam jangka waktu yang ditentukan oleh
undang – udang, yang akan diberitahukan secara tertulis oleh Ditjen HAKI kepada pemegang
paten serta penerima lisensi dan mulai berlaku sejak tanggal pemberitahuan tersebut.
Akibta hukum dari adanya pembatalan paten adalah :
1) Akan enghapuskan segala akibat hukum yng berkaitan dengan paten dan hal – hal
lain yang berasal dari paten tersebut;
2) Penerima lisensi tetap berhak melaksanakan lisensi yang dimilikinya sampai
dengan berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian lisensi yaitu
penerima lisensi yang dibatalkan karena alas an paten yang digugat
pembatalannya sama dengan paten lain yng telah diberikan kepada pihak lain
untuk invensi yang sama berdasarkan undang – undang;
3) Penerima lisensi seperti angka 2 di atas tidak wajib meneruskan pembayaran
royalty yang seharusnya masih wajib dilakukan kepda pemegang paten yang
patennya dibatalkan, tetapi mengalihkan pembayaran royalty untuk sisa jangka
waktu lisensi yang dimilikinya kepada pemegang paten yang berhak. Apabila
pemegang paten sudah menerima sekaligus royalty dari penerima lisensi,
pemegang paten tersebut wajib mengembalikan jumlah royalty sesuai engan sis
jangka waktu penggunaan lisensi kepada pemegang paten yang berhak.
HAK MEREK
Yang dimaksud dengan merek yaitu tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf –
huruf, angka – angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsure – unsure yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.
MEREK KOLEKTIF
Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang atau jasa dengan karakteristik
yang sana yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama – sama
untuk membedakan dengan barang atau jasa sejenis lainnya.
Permintaan pendaftaran merek dagang atau jasa sebagai merek kolektif hanya dapat
diterima apabila dalam permintaan pendaftaran tersebut dengan jelas dinyatakan bahwa merek
tersebut akan digunakan sebagai merek kolektif. Pada permintaan pendaftaran tersebut, wajib
disertakan pula salinan peraturan penggunaan merek tersebut sebagai merek kolektif yang
ditandatangani oleh pemilik merek yang bersangkutan.
Dalam peraturan penggunaan merek kolektif harus berisikan antara lain :
a. Sifat, cirri – cirri umum, atau mutu dari barang atau jasa yang produksi dan
perdagangannya akan menggunakan merek kolektif;
b. Ketentuan bagi pemilik merek kolektif untuk melakukan pengawasan yang efektif
atas penggunaan merek tersebut sesuai dengan peraturan;
c. Sanksi atas pelanggaran peraturan penggunaan merek kolektif.