Sebagai
khalifah antara terang-terangan dan
isyarat.._Part 2
di bawah kelompok
Mereka terbagi kepada dua bagian yang diantara keduanya tidak terdapat
perbedaan yang sangat besar, semuanya sepakat bahwasanya Rasulullah saw.
ingin mengangkat Abu Bakar ra. sebagai khalifah, akan tetapi perbedaan
diantara keduanya ialah terletak pada titik yaitu apakah hal tersebut
(pengangkatan Abu bakar ra. Sebagai khalifah) terjadi dengan teks yang sangat
jelas (nash jalii) atau dengan teks yang tersembunyi atau isyarat.
sesungguhnya Rasulullah saw. mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah dengan "
teks yang sangat jelas, dan beliau berdalil dengan beberapa hadits seperti hadits
mengenai perempuan yang Rasulullah saw. bersabda kepadanya: "jika kamu
."tidak menemukanku maka datangilah Abu Bakar
panggilkanlah saya Abu Bakar dan saudaramu, sehingga saya menulis sebuah "
surat karena saya khawatir akan berharap orang yang berharap, dan seseorang
akan mengatakan: saya lebih utama, sementara Allah swt. Dan orang-orang
.mukmin enggan kecuali Abu bakar
Dan hadits tentang mimpi Rasulullah saw. yang berada di sumur, sementara
mimpi para nabi adalah benar, dan hadits-hadits lain selain dari yang telah kita
telah sebutkan.
Rasulullah saw. boleh saja mengatakan dengan jelas yaitu: jika saya telah
meninggal kelak maka jadikanlah Abu bakar sebagai khalifah (penggantiku)
setelahku, tentunya di sana terdapat suatu hikmah nabawiyah sehingga
Rasulullah saw. tidak menjelaskan secara terang-terangan mengenai
pengangkatan Abi Bakar sebagai khalifah setelah beliau saw. wafat, dan
meninggalkan hal tersebut dengan menyebutkan sebuah isyarat saja, dan di
sana terdapat ridha Allah swt. Mengenai isyarat ini tanpa di sebutkan dengan
secara terang-terangan, karena setiap perihal Rasulullah saw. adalah melalui
wahyu dari Allah swt.
JIka beliau saw. telah mengangkat seorang khalifah maka belliau telah "
.…mengangakat seseorang yang lebih baik dari saya (yaitu Abu Bakar ra.)
Hal ini di kuatkan juga terhadap apa yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari
dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu'anha ia di Tanya: jika Rasulullah saw.
mengangkat seorang khalifah (pengganti) maka siapakah yang akan di angkat
sebagai penggantinya?
Berdasarkan hal ini Rasulullah saw. belum mengangkat seorang pengganti
(khalifah). Jika yang benar bahwasanya Rasulullah saw. belum mengangkat
seorang khalifah (di waktu beliau masih hidup), maka kenapa Rasulullah saw.
tidak mengatakan secara jelas mengenai penggantinya dan hanya
mengatakannya dengan isyarat?
Tentunya terdapat hikmah ilahiyah di belakang kejadian ini tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Allah swt., akan tetapi kita akan mengerahkan segala
kemampuan (ijtihad) dan mencoba untuk memahami hal tersebut sesuai dengan
kemampuan yang kami miliki, menurut tinjauan saya:
Serta sifat-sifat atau ciri-ciri apa yang di miliki oleh Abu Bakar ra.
sehingga beliau di dahulukan daripada yang lain?
Apa yang akan terjadi jika Rasulullah saw. Memilih Abu bakar sebagai
khalifah untuk mereka dengan secara jelas?
Abu Bakar ra. memimpin dan mengatur urusan-urusan orang muslim
dengan waktu yang sangat singkat kemudian beliau meninggal, maka apa
yang harus di lakukan oleh orang-orang muslim setelah beliau meninggal?
2. Seandainya Rasulullah saw. Memilih Abu bakar ra. sebagai khalifah buat
orang-orang mukmin secara jelas, maka otomatis mereka harus
menerimanya sekalipun sebagian dari mereka ada yang tidak menerima
atau kurang setuju mengenai hal tersebut, maka hasil apakah yang akan
tercapai?
Di zaman Rasulullah saw. Masih hidup maka kaum akan tunduk patuh
kepadanya jika mereka berbeda pendapat dengan beliau saw., hal ini di
karenakan kedudukan Rasulullah saw. Yang agung di hati orang-orang,
dan karena wahyu yang turun kepada beliau saw., serta mereka meyakini
dengan pasti bahwasanya Rasulullah saw. Maksum (terhindar dari dosa).
Adapun sekarang jika mereka di pimpin oleh seseorang dari mereka
dan bukan seorang rasul, maka suatu hal yang wajar jika mereka saling
berbeda pendapat, seseorang akan berkata dia adalah seorang laki-laki
(biasa) sementara kita juga adalah laki-laki, dia mempunyai pandangan
kita juga mempunyai pandangan, maka menentukan seseorang pemimpin
buat orang-orang muslim yang bukan pilihan mereka akan membuat tidak
akan di hargai posisi pemimpin tersebut.
Oleh karena itu pemilihan secara hakikat dan nyata yang di lakukan
oleh orang-orang islam (para sahabat) terhadap Abi Bakar ra.
memberikan kepadanya kekuatan yang sebenarnya, serta kemampuan
yang sangat jelas dalam mengatur urusan-urusan Negara, dan beliau
mampu menyikapi persoalan-persoalan yang ada dengan cara yang benar
dan bijaksana, walau bagaiamanapun besarnya persoalan yang sedang di
hadapinya.
Hal ini kita dapat temukan pada kehidupan Abu Bakar ra. ketika
beliau telah terangkat sebagai seorang khalifah, maka berapa banyak
keputusan-keputusan yang beliau telah terapkan begitupun dengan
kinerja-kinerjanya yang lain yang kesemuanya hal tersebut di ridhai dan di
senangi oleh seluruh kalangan umat muslim, karena telah memilihnya
dengan ilmu, dengan jelas, mengetahui kredibilitasnya (kemampuannya),
percaya dengan kesanggupannya, maka mereka patuh dengan
pendapatnya tanpa terjadi suatu pemberontakan, atau kegelisahan dan
kejenuhan, atau tidak mengikutinya.
3. Rasulullah saw. Tidak memilih secara langsung Abu Bakar ra. sebagai
khalifah untuk orang-orang muslim, karena beliau ingin menanamkan
kaidah pemilihan di kalangan orang-orang muslim, karena seandainya
beliau saw. Memilih atau menunjuk seorang khalifah yang akan
mengantikannya setelahnya dengan cara yang jelas, maka cara tersebut
akan menjadi suatu sunnah yang akan terealisasi di kalangan umat
setelah hal tersebut, dan setiap generasi tidak mempunyai pilihan kecuali
menerima pengangkatan (pemimpin yang baru) dari seorang pemimpin
bagaimanapun caranya.
Oleh Karena itu, Rasulullah saw. Dengan tidak mengangkat khalifah yang
akan menjadi pengganti sebagai pemimpin setelahnya dengan secara
langsung atau dengan keterangan yang jelas, beliau saw. Telah
menanamkan suatu sunnah yaitu orang-orang muslim harus berkumpul
dan bermusyawarah dan memilih diantara mereka siapa yang paling
pantas dan berhak untuk di angkat sebagai pemimpin (dengan cara yang
adil).
Sebagaimana hal ini adalah keinginan Rasulullah saw. Bahwa setelah
Abi bakar ra. Menjadi pemimpin di gantikan oleh Umar bin khattab ra.,
banyak sekali hadits-hadits yang menerangkan susunan ke-khalifahan ini
(yaitu setelah Abu Bakar ra. Di ganti dengan Umar ra.), namun kita tidak
perlu menyebutkan hadits-hadits tersebut, kemudian yang paling penting
di ketahui ialah ke-Khalifahan (kepemimpinan) Umar ra. Belum di anggap
sah, kecuali setelah di bai'at atau di lantik oleh para umat muslim setelah
Abi Bakar ra. Wafat, maka seandainya Umar bin Khattab ra. Tidak di bai'at
oleh umat muslim maka harus di adakan pemilihan khalifah yang lain yang
di ridhai oleh umat muslim.
Hari demi hari terlewati, dan Umar bin Khattab ra. Telah mendekati
ajalnya, maka beliau ra. Memutuskan agar pemilihan pemimpin berikutnya
di pilih oleh orang-orang muslim, beliau ra. Tidak ingin mengangkat
seseorang yang akan menggantikan beliau ra. Secara langsung,
sementara para umat islam mengetahui bahwasanya Usman bin Affan ra.
tentunya setelah Abi Bakar ra. Dan Umar bin Khattab ra., Adalah sahabat
yang terbaik di kalangan mereka, sementara itu terdapat hadits-hadits
yang menerangkan susunannya secara tertib yang menerangakan posisi
Usman bin Affan ra. Setelah Abi bakar ra. Dan Umar bin khattab ra.
Secara langsung, namun bersamaan dengan hal Ini semua, Umar bin
Khattab ra. Ingin menanamkan atau menerapakan kaidah pemilihan, dan
beliau telah mengetahui bahwasanya yang akan terpilih adalah Usman bin
Affan ra. Karena posisinya yang agung di kalangan para sahabat.
Dan ternyata benar, pilihan jatuh kepada Usman bin Affan ra. Sebagai
khalifah setelah Umar bin Khattab ra. Wafat, ketika Abdurrahman bin Auf
ra. Melewati setiap penduduk Madinah ia melihat yang memilih Usman ra.
Atau Ali ra., setelah enam calon khalifah yang lain di nyatakan gugur atau
mengundurkan diri, maka beliau ra. Melihat pada umumnya umat islam
memilih Usman bin Affan ra. Sebagai khalifah kecuali golongan kecil saja
yang tidak memilihnya, yang terpenting adalah bahwasanya kaidah telah
di tanamkan dan dengan hal ini di ketahuilah bagaimana cara pemilihan
khalifah atau pemimpin dalam islam, yaitu bisa dengan cara pemilihan dan
ini yang terbaik, atau dengan cara di angkat langsung oleh pemimpin
yang lama yang akan turun jabatan, hal ini boleh sekalipun hal tersebut
belum di kategorikan sempurna sebelum di sepakati oleh khalayak ramai
(rakyat).
Akan tetapi beliau saw. Hanya memberikan isyarat mengenai hal
tersebut kepada para umat islam (di waktu itu), secara ringkas mengenai
hal ini sebagai berikut:
.
Oleh karena itu, dengan ketoleransian dan keramahan Rasulullah saw.
Terhadap umatnya, maka beliau saw. Menginginkan apa yang terbaik buat
urusan mereka, dan setelah musibah meninggalnya Rasulullah saw., serta
beliau saw. Mengetahui bahwa kebaikan umat akan tercapai dengan di
angkatnya Abu bakar ra. Sebagai khalifah, maka Rasulullah saw. Ingin
melakukan hal itu secara adil (pertengahan) yang di dalamnya tercampur
antara mengangkat seorang khalifah (secara langsung) dan tidak
mengangkatnya secara langsung, akan tetapi Rasulullah saw. mengajukan
hal yang menyerupai suatu ide, dan bukan suatu kewajiban atau
kepastian, oleh karena itu terlaksanalah kaidah yaitu tidak mengangkat
pemimpin secara langsung (dari pemimpin lama tanpa musyawarah dan
pemilihan), dan tercapailah kaidah pemilihan, bersamaan dengan hal
tersebut yang terpilih ialah yang di inginkan oleh Rasulullah saw. (yaitu
Abi bakar ra.), mengenai hal ini terdapat suatu hikmah, Maha Benar
Firman Allah swt. Yang artinya:
" dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya)". (QS. An Najm: ).
Dengan sabda ini beliau saw. Telah mempersempit ruang lingkup
besar kaidah (dasar, pola atau mode) pemilihan, Rasulullah saw. telah
mengetahui bahwasanya jika pemilihan hanya di fokuskan terhadap
orang-orang Quraisy maka sudah pasti yang akan terpilih adalah Abu
bakar ra. Karena posisinya yang lebih utama di bandingkan yang lain (hal
ini bukan berarti Rasulullah saw. menganak tirikan atau menyepelekan
suku yang lain).
"Abu bakar ra. Dan Al Abbas ra. Melewati suatu tempat pertemuan
(Majlis) dari majlis-majlis orang-orang anshar sementara mereka sedang
menangis, maka ia (Abu bakar ra. / al Abbas ra.) bertanya: " apa yang
membuat kalian menangis? Mereka menjawab: kami mengingat majlis
Rasulullah saw. sewaktu bersama dengan kami.
Hal ini terjadi pada waktu Rasulullah saw. sedang sakit keras, mereka
menangis karena mereka merasa bahwa tidak lama lagi mereka akan
berpisah dengan Rasulullah saw.
Mereka telah melaksanakan apa yang wajib bagi mereka, dan yang
tersisa adalah (pahala) untuk mereka, mereka akan menerima kebaikan
mereka, dan telah di maafkan kesalahan mereka.
Orang-orang Anshar telah melaksanakan apa yang wajib bagi mereka,
yaitu apa yang terjadi di bai'at aqabah yang kedua, sebagaimana yang di
katakan oleh Ibn Hajar al Asqalaani rahimahullah di dalam kitab Fathul
baari, yaitu menolong dan melindungi Rasulullah saw.
Dan yang tersisa buat mereka ialah surga, tiadalah mereka hidup di
dunia kecuali hanya beberapa hari saja dan setelah itu mereka juga akan
menyusul Rasulullah saw. di surga.
Hadits yang lain yang sama maknanya dengan hadits ini ialah apa
yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari rahimahullah dari Ibn Abbas ra. Ia
mengatakan:
”Rasulullah saw. keluar ketika beliau sedang sakit keras, sakit yang
menyebabkan beliau saw. wafat, (beliau saw. keluar) dengan memakai
selimut dan kepalanya di balut dengan kain yang warnanya seperti minyak
lemak, dan beliau duduk di atas mimbar, beliau saw. mengucapkan
tahmid kepada Allah swt., dan memuji-Nya, kemudian beliau saw.
bersabda:
Hal ini adalah isyarat yang sangat jelas bahwasanya yang akan
memimpin urusan orang-orang muslim bukan dari golongan orang-orang
Anshar.
"hali ini adalah akhir pertemuan (majlis) yang di hadiri oleh Rasulullah
saw.
Pertanyaan:
Apakah semua isyarat ini, begitupun segala situasi yang ada, serta
hadits-hadits dari Rasulullah saw. adalah cukup untuk menjaga hak Abu
Bakar ra. Sebagai khalifah? Atau permasalahan orang-orang muslim
secara nyata memberikan konsekuensi bahwasanya Abu Bakar ra. Adalah
seorang khalifah (pengganti Rasulullah saw. )?
Hal yang pertama: hal ini adalah hak Abu bakar ra. Karena
kemuliaannya, posisinya, kesanggupannya, dan kecakapannya, dan tidak
ada yang wajib memerintah selain beliau.
Ke khalifahan Abu bakar ra. Sebenarnya adalah rahmat bagi umat,
dan kemaslahatan yang sangat besar buat mereka. Hal tersebut karena
faktor-faktor di bawah ini:
Pertama:
Umat butuh untuk berjalan dalam tatanan atau aturan yang menyerupai
ketika Rasulullah saw. masih hidup, karena perubahan aturan kehidupan
dan interaksi terkadang akan menyebabkan umat berada dalam jurang
yang berbahaya, sekalipun syari'at membolehkan pandangan yang
berbeda-beda dalam permasalahan tertentu, akan tetapi perpindahan dari
kehidupan yang tertentu kepada kehidupan yang berbeda-beda akan
menyebabkan keterguncangan pada diri orang-orang tersebut,
kemerosotan, dan tidak adanya program kedepan.
Abu Bakar ra. Sudah sangat lama bersahabat dengan Rasulullah saw.,
dan beliau ra. Adalah termasuk orang yang terdahulu bersahbat dengan
Rasulullah saw. sejak risalah belum di turunkan kepada Rasulullah saw. ,
dan telah berlalu beberapa tahun (kebersamaan beliau bersama dengan
Rasulullah saw. ) di Makkah, Hijrah bersama, dan segala keadaan
begitupun peperangan di Madinah beliau ra. Lalui bersama dengan
Rasulullah saw.
Abu Bakar ra. Sangat mengetahui segala perihal kehidupan Rasulullah
saw, beliau sering masuk ke rumah Rasulullah saw., apalagi putrinya
Aisyah ra. Adalah salah seorang isteri dari isteri-isteri Rasulullah saw., di
karenakan cintanya kepada Rasulullah saw. adalah merupakan faktor
seringnya keduanya bertemu, sampai beliau ra. Sering menemui
Rasulullah saw. setelah isya untuk saling bertukar pikiran dan
bermusyawarah dalam banyak hal, karena seringnya Abu bakar ra.
Bertemu dengan Rasulullah saw. maka beliau banyak mengetahui apa
yang tidak di ketahui oleh sahabat-sahabat agung yang lain.
Selain beliau ra. Banyak mengetahui kehidupan Rasulullah saw., Abu
bakar ra. Juga Mempunyai keistimewaan karena keinginannya yang
sangat kuat untuk selalu mengikuti langkah-langkah Rasulullah saw.
beliua ra. Berupaya keras mengikuti jejak Rasulullah saw. sesuai dengan
kemampuan yang beliau ra. Miliki. Hal ini telah kita jelaskan dengan
secara terperinci pada pembahasan yang telah lalu.
Oleh karena itu beliau ra. Mempunyai keinginan kuat, serta ilmu yang
menopang keinginan tersebut, oleh sebab itu kehidupan Abu Bakar ra.
Adalah perpanjangan (perluasan) secara alami dari kehidupan Rasulullah
saw. orang-orang muslim tidak merasakan perubahan yang dapat di
sentuh, dalam cara-cara administrasi, interaksi, dan dalam memilih di
antara pendapat-pendapat yang ada.
"ikutilah orang-orang setelahku yaitu Abu bakar ra. Dan Umar ra. Dan
beliau saw. bersabda: 'berpegang eratlah dengan sunnahku dan sunnah
Khulafaurrasyidin yang di beri petunjuk setelahku…".
Kedua:
Dengan terpilihnya Abu bakar ra. Sebagai khalifah umat islam, terdapat
suatu kemaslahatan lain yang sangat besar, yaitu umat telah keluar dari
musibah yang sangat besar, dan bencana yang sangat menakutkan,
musibah itu adalah wafatnya Rasulullah saw. dan bencana itu adalah
terputusnya wahyu, dalam menghadapi musibah ini butuh kepada suatu
rahmat atau kasih sayang, bukan kekerasan, butuh kepada kelembutan
dan bukan kekasaran, dan adakah dari selain Abi bakar ra. Yang paling
sayang dan perhatian terhadap umat setelah Rasulullah saw. wafat?
Kita tidak akan menjawab pertanyaan tersebut, akan tetapi Rasulullah
saw. bersabda, sesuai yang telah di riwayatkan oleh Imam Ahmad dan
Imam Tirmidzi dan Abu Ya'la rahimahumullah dari Anas bin Malik ra. Ia
berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Umatku yang paling sayang terhadap
umatku (yang lain) ialah Abu bakar".
Maka rahmat Allah swt. Terhadap umat ini ialah dengan menetapkan
bahwa yang akan mengatur urusan mereka adalah orang yang paling
penyayang diantara mereka, dan orangnya adalah Abu Bakar ra.
Ketiga:
Siapakah yang akan menjadi nahkoda kapal yang akan menghadapi
gelombang-gelombang ombak yang bergulung-gulung?
Dia adalah Abu bakar ra. Dan tidak ada lagi keraguan tentang hal
tersebut, telah Nampak kebulatan tekad dan keteguhan pendiriannya di
hari pertama Rasulullah saw. wafat, dan senantiasa kuat imannya dalam
setiap keadaan, beliau tetap kokoh dengan imannya dalam menghadapi
orang-orang yang murtad, tetap kokoh dalam menghadapi Paris dan tetap
kokoh dalam menghadapi Rum sedikitpun iman dan kebulatan tekadnya
tidak pernah tergoyahkan.
"demi Allah! Yang tidak ada Tuhan selain Dia, seandainya Abu bakar tidak
di angkat menjadi khalifah maka Allah swt. Tidak akan di sembah (artinya
karena banyaknya kemusyrikan di mana-mana).
Kemudian ia mengatakannya kedua kali dan ketiga kali, artinya beliau
mengulangi kalimat tersebut sebanyak tiga kali, maka beliau di Tanya:
cukup wahai Abu hurairah! Sesungguhnya hal tersebut adalah perkataan
yang sangat menakjubkan.
Oleh karena itu keteguhan dan kekohan serta kebulatan tekad Abi
bakar ra. Adalah merupakan rahmat (kasih sayang) dari Allah swt.
Terhadap orang-orang mukmin, maka dakwah islam senantiasa tetap
berlangsung dan pilar-pilarnya tetap kokoh, serta posisi dan kemuliaannya
tetap terjaga.
Dari semua hal yang telah kita terangkan, kita dapat menyimpulkan
bahwa terpilihnya Abu bakar ra. Sebagai khalifah buat umat islam adalah
merupakan pilihan yang adil dan benar, bahkan suatu rahmat bagi umat.
Hal tersebut di karenakan beliau ra. Adalah sahabat yang paling mulia dari
sahabat-sahabat agung yang lain.
Hal ini terjadi karena di dalam diri beliau ra. Terkumpul syarat-syarat
seorang khalifah dengan sempurna, yang melebihi setiap sahabat yang
lain.
Hal ini terjadi karena sebenarnya Rasulullah saw. berkeinginan untuk
mengangkatnya sebagai seorang khalifah sekalipun dengan bentuk isyarat
tanpa melalui keterangan yang jelas.
Hal ini terjadi karena kemaslahatan umat islam akan tercapai dengan
terangkatnya Abu bakar ra.. Sebagai seorang khalifah (pemimpin bagi
kaum muslimin setelah Rasulullah saw. wafat).