Anda di halaman 1dari 17

Pengangkatan Abu bakar ra.

Sebagai
khalifah antara terang-terangan dan
isyarat.._Part 2
di bawah kelompok

.sikap para ulama mengenai ayat-ayat dan hadits-hadits tersebut

      Mereka terbagi kepada dua bagian yang diantara keduanya tidak terdapat
perbedaan yang sangat besar, semuanya sepakat bahwasanya Rasulullah saw.
ingin mengangkat Abu Bakar ra. sebagai khalifah, akan tetapi perbedaan
diantara keduanya ialah terletak pada titik yaitu apakah hal  tersebut
(pengangkatan Abu bakar ra. Sebagai khalifah)  terjadi dengan teks yang sangat
jelas (nash jalii) atau dengan teks yang tersembunyi atau isyarat.

      Ibn Hazm ad Dzahiri rahimahullah mengatakan:

sesungguhnya Rasulullah saw. mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah dengan "
teks yang sangat jelas, dan beliau berdalil dengan beberapa hadits seperti hadits
mengenai perempuan yang Rasulullah saw. bersabda kepadanya: "jika kamu
."tidak menemukanku maka datangilah Abu Bakar

:Demikian juga dengan sabda Rasulullah saw. kepada Aisyah radhiyallahu'anha

panggilkanlah saya Abu Bakar dan saudaramu,  sehingga saya menulis sebuah "
surat karena saya khawatir akan berharap orang yang berharap, dan seseorang
akan mengatakan: saya lebih utama, sementara Allah swt. Dan orang-orang
.mukmin enggan kecuali Abu bakar

      Dan hadits tentang mimpi Rasulullah saw. yang berada di sumur, sementara
mimpi para nabi adalah benar, dan hadits-hadits lain selain dari yang telah kita
telah sebutkan.

      Adapun golongan kedua mereka mengatakan bahwa sesungguhnya


pengangkatan Rasulullah saw. terhadap Abu Bakar sebagai khalifah ialah dengan
teks yang tersembunyi (samar-samar) atau dengan isyarat (dan bukan dengan
teks/nash yang jelas), perkataan ini di nisbahkan kepada al Hasan al Bashri
rahimahullah dan yang sepaham dengan beliau, seperti Ahmad bin Hanbal, Ibn
Taimiyah, dan kelompok  yang besar dari kalangan ulama hadits, dan inilah
pendapat yang banyak.

      Rasulullah saw. boleh saja mengatakan dengan jelas yaitu: jika saya telah
meninggal kelak maka jadikanlah Abu bakar sebagai khalifah (penggantiku)
setelahku, tentunya di sana terdapat suatu hikmah nabawiyah sehingga
Rasulullah saw. tidak menjelaskan secara terang-terangan mengenai
pengangkatan Abi Bakar sebagai khalifah setelah beliau saw. wafat, dan
meninggalkan hal tersebut dengan menyebutkan sebuah isyarat saja, dan di
sana terdapat ridha Allah swt. Mengenai isyarat ini tanpa di sebutkan dengan
secara terang-terangan, karena setiap perihal Rasulullah saw. adalah melalui
wahyu dari Allah swt.

Makna bahwasanya Rasulullah saw. tidak mengangkat Abu bakar sebagai


khalifah secara jelas (akan tetapi dengan isyarat) di kuatkan oleh perkataan
Umar bin Khattab ra. ketika Rasulullah saw. meninggal, yang di riwayatkan oleh
Imam Bukhari rahimahullah dari Adullah bin Umar ra. , Umar ra. mengatakan:

JIka beliau saw. telah mengangkat seorang khalifah maka belliau telah "
.…mengangakat seseorang yang lebih baik dari saya (yaitu Abu Bakar ra.)

      Hal ini di kuatkan juga terhadap apa yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari
dan Muslim dari Aisyah radhiyallahu'anha ia di Tanya: jika Rasulullah saw.
mengangkat seorang khalifah (pengganti) maka siapakah yang akan di angkat
sebagai penggantinya?

      Berdasarkan hal ini Rasulullah saw. belum mengangkat seorang pengganti
(khalifah). Jika yang benar bahwasanya Rasulullah saw. belum mengangkat
seorang khalifah (di waktu beliau masih hidup), maka kenapa Rasulullah saw.
tidak mengatakan secara jelas mengenai penggantinya dan hanya
mengatakannya dengan isyarat?

      Kenapa Rasulullah saw. tidak memerintahkan orang-orang muslim secara


langsung dengan mengangkat Abu Bakar ra.?

Hikmah tidak di sebutkannya (nama) khalifah (pengganti Rasulullah


.saw. setelah beliau saw. wafat)  secara jelas atau terang-terangan

      Tentunya terdapat hikmah ilahiyah di belakang kejadian ini tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Allah swt., akan tetapi kita akan mengerahkan segala
kemampuan (ijtihad) dan mencoba untuk memahami hal tersebut sesuai dengan
kemampuan yang kami miliki, menurut tinjauan saya:

1.    Sesungguhnya Rasulullah saw. Tidak menjelaskan hal tersebut dengan


secara jelas, agar orang-orang muslim dapat dengan mandiri mengatur
urusan mereka setelah Rasulullah saw. Wafat, karena orang-orang muslim
ketika Rasulullah saw. Telah wafat otomatis mereka harus mengatur
urusan mereka masing-masing, mereka tidak akan menerima wahyu, dan
mereka bukan orang-orang yang maksum (yang terbebas dari dosa), apa
yang akan terjadi jika Rasulullah saw. Memilihkan untuk mereka khalifah
sekarang (di wakut Rasulullah saw. masih hidup) dengan secara jelas?
Maka hasilnya tidak akan terjadi di sana perbincangan atau diskusi  yang
berlangsung di tempat Saqifah bani Sa'aadah, lalu apa faidah dengan
diskusi / perbincangan tersebut?

      Orang-orang muslim mendapatkan pelajaran pada waktu itu,mereka


mengetahui bagaiman proses pengangkatan seorang khalifah (pemimpin).

      Juga mereka mendapatkan pelajaran bagaimana cara berdiskusi


dalam menghadapi permasalahan yang seperti ini.

      Bagaimana cara memilih atau menanggapi pandangan orang yang


mempunyai pandangan yang berbeda. Begitupun dengan batasan-batasan
yang tidak boleh di lampui.

      Serta apa itu batasan-batasan syari'at yang harus di perhatikan


sehingga sempurna pemilihan seorang pemimpin dengan cara yang benar
dan adil?

      Bagaimana sifat-sifat atau ciri-ciri  seorang khalifah atau pemimpin


yang di pilih?

      Serta sifat-sifat atau ciri-ciri apa yang di miliki oleh Abu Bakar ra.
sehingga beliau di dahulukan daripada yang lain?

 
Apa yang akan terjadi jika Rasulullah saw. Memilih Abu bakar sebagai
khalifah untuk mereka dengan secara jelas?

      Abu Bakar ra. memimpin dan mengatur urusan-urusan orang muslim
dengan waktu yang sangat singkat kemudian beliau meninggal, maka apa
yang harus di lakukan oleh orang-orang muslim setelah beliau meninggal?

      Serta bagaimana cara mereka memilih seorang khalifah atau


pemimpin yang baru, sementara Rasulullah saw. Tidak berada di tengah-
tengah mereka yang dapat memilihkan untuk mereka?

      Telah sempurna perkembangan (kematangan dalam berpikir)  para


sahabat, dan telah tiba saatnya mereka bangkit dalam menghadapi
kehidupan dengan tetap berpedoman pada kitab al Qur'an dan Sunnah,
tanpa di temani oleh Rasulullah saw. Di tengah-tengah mereka, karena
telah di tentukan bahwa orang-orang muslim akan memilih khalifah atau
pemimpin mereka di suatu hari nanti tanpa bantuan oleh Rasulullah saw.
genarasi yang bersih , yang bertakwa, yang wara', dan yang bijaksana
dari golongan sahabat yang terpilih, agar bisa menjadi contoh dan teladan
bagi orang-orang yang datang setelah mereka, inilah faidah pertama yang
terlihat oleh saya dalam hal ini.

2.    Seandainya Rasulullah saw. Memilih Abu bakar ra. sebagai khalifah buat
orang-orang mukmin secara jelas, maka otomatis mereka harus
menerimanya sekalipun sebagian dari mereka ada yang tidak menerima
atau kurang setuju mengenai hal tersebut, maka hasil apakah yang akan
tercapai?

      Di zaman Rasulullah saw. Masih hidup maka kaum akan tunduk patuh
kepadanya jika mereka berbeda pendapat dengan beliau saw., hal ini di
karenakan kedudukan Rasulullah saw. Yang agung di hati orang-orang,
dan karena wahyu yang turun kepada beliau saw., serta mereka meyakini
dengan pasti bahwasanya Rasulullah saw. Maksum (terhindar dari dosa).

 
      Adapun sekarang jika mereka di pimpin oleh seseorang dari mereka
dan bukan seorang rasul, maka suatu hal yang wajar jika mereka saling
berbeda pendapat,  seseorang akan berkata dia adalah seorang laki-laki
(biasa) sementara kita juga adalah laki-laki, dia mempunyai pandangan
kita juga mempunyai pandangan, maka menentukan seseorang pemimpin
buat orang-orang muslim yang bukan pilihan mereka akan membuat tidak
akan di hargai posisi pemimpin tersebut.

      Adapun khalifah (pemimpin) yang di pilih oleh rakyatnya dan


pengikutnya secara langsung, maka hal tersebut akan memberikan
kekuatan (terhadap posisinya) yang tidak ada bandingannya, seluruh
masyarakat akan ridha denganya dan akan mendengarkan keputusannya,
serta akan mendengarkannya jika mereka sedang saling beselisih
pendapat, bahkan seluruhnya akan mengorbankan jiwa mereka untuknya,
bagaimana tidak, sementara mereka yang melantik dan menempatkan dia
ke posisi tersebut (menjadi seorang khalifah atau pemimpin).

      Oleh karena itu pemilihan secara hakikat dan nyata yang di lakukan
oleh orang-orang islam (para sahabat) terhadap Abi Bakar ra.
memberikan kepadanya kekuatan yang sebenarnya, serta kemampuan
yang sangat jelas dalam mengatur urusan-urusan Negara, dan beliau
mampu menyikapi persoalan-persoalan yang ada dengan cara yang benar
dan bijaksana, walau bagaiamanapun besarnya persoalan yang sedang di
hadapinya.

       Hal ini kita dapat temukan pada kehidupan Abu Bakar ra. ketika
beliau telah terangkat sebagai seorang khalifah, maka berapa banyak
keputusan-keputusan yang beliau telah terapkan begitupun dengan
kinerja-kinerjanya yang lain yang kesemuanya hal tersebut di ridhai dan di
senangi oleh seluruh kalangan umat muslim, karena telah memilihnya
dengan ilmu, dengan jelas, mengetahui kredibilitasnya (kemampuannya),
percaya dengan kesanggupannya, maka mereka patuh dengan
pendapatnya tanpa terjadi suatu pemberontakan, atau kegelisahan dan
kejenuhan, atau tidak mengikutinya.

3.    Rasulullah saw. Tidak memilih secara langsung Abu Bakar ra. sebagai
khalifah untuk orang-orang muslim, karena beliau ingin menanamkan
kaidah pemilihan di kalangan orang-orang muslim, karena seandainya
beliau saw. Memilih atau menunjuk seorang khalifah yang akan
mengantikannya setelahnya dengan cara yang jelas, maka cara tersebut
akan menjadi suatu sunnah yang akan terealisasi di kalangan umat
setelah hal tersebut, dan setiap generasi tidak mempunyai pilihan kecuali
menerima pengangkatan (pemimpin yang baru) dari seorang pemimpin
bagaimanapun caranya.

      Rasulullah saw. Mengetahui bahwa sesungguhnya generasi ini


(sahabat) yang bersamanya adalah sebaik-baik generasi dan akan datang
generasi-generasi lain yang lebih rendah kemampuannya dari mereka, jika
beliau saw. Menjadikan pemilihan seorang khalifah atau pemimpin di
tangan seseorang yang tertentu, maka dalam proses pemilihan pemimpin
tersebut bisa saja akan di warnai dengan hawa nafsu (atau kepentingan
pribadi), serta tidak teliti dan selektif dalam memilih seorang pemimpin,
dan yang akan menanggung akibatnya adalah umat.

Oleh Karena itu,  Rasulullah saw. Dengan tidak mengangkat khalifah yang
akan menjadi pengganti sebagai pemimpin setelahnya dengan secara
langsung atau dengan keterangan yang jelas, beliau saw. Telah
menanamkan suatu sunnah yaitu orang-orang muslim harus berkumpul
dan bermusyawarah dan memilih diantara mereka siapa yang paling
pantas dan berhak untuk di angkat sebagai pemimpin (dengan cara yang
adil).

      Terkadang seseorang mengatakan sesungguhnya Abi bakar ra. telah


memilih Umar bin Khattab ra. sebagai khalifah setelahnya tanpa melalui
pemilihan, maka jawaban atau bantahan terhadap komentar tersebut
ialah: tidak ada satupun pada generasi-generasi muslim yang menyamai
kemampuan Umar bin Khattab ra.. Dan Abu bakar ra. (sebelum
melakukan hal tersebut) telah bermusyawarah dengan para sahabat
senior, dan tidak terdapat setelah Abi Bakar orang yang dapat menyamai
Umar bin khattab ra.

      Sebagaimana hal ini adalah keinginan Rasulullah saw. Bahwa setelah
Abi bakar ra. Menjadi pemimpin di gantikan oleh Umar bin khattab ra.,
banyak sekali hadits-hadits yang menerangkan susunan ke-khalifahan ini
(yaitu setelah Abu Bakar ra. Di ganti dengan Umar ra.), namun kita tidak
perlu menyebutkan hadits-hadits tersebut, kemudian yang paling penting
di ketahui ialah ke-Khalifahan (kepemimpinan) Umar ra. Belum di anggap
sah, kecuali setelah di bai'at atau di lantik oleh para umat muslim setelah
Abi Bakar ra. Wafat, maka seandainya Umar bin Khattab ra. Tidak di bai'at
oleh umat muslim maka harus di adakan pemilihan khalifah yang lain yang
di ridhai oleh umat muslim.

      Hari demi hari terlewati, dan Umar bin Khattab ra. Telah mendekati
ajalnya, maka beliau ra. Memutuskan agar pemilihan pemimpin berikutnya
di pilih oleh orang-orang muslim, beliau ra. Tidak ingin mengangkat
seseorang yang akan menggantikan beliau ra. Secara langsung,
sementara para umat islam mengetahui bahwasanya Usman bin Affan ra.
tentunya setelah Abi Bakar ra. Dan Umar bin Khattab ra., Adalah sahabat
yang terbaik di kalangan mereka, sementara itu terdapat hadits-hadits
yang menerangkan susunannya secara tertib yang menerangakan posisi
Usman bin Affan ra. Setelah Abi bakar ra. Dan Umar bin khattab ra.
Secara langsung, namun bersamaan dengan hal Ini semua, Umar bin
Khattab ra. Ingin menanamkan atau menerapakan kaidah pemilihan, dan
beliau telah mengetahui bahwasanya yang akan terpilih adalah Usman bin
Affan ra. Karena posisinya yang agung di kalangan para sahabat.

      Dan ternyata benar, pilihan jatuh kepada Usman bin Affan ra. Sebagai
khalifah setelah Umar bin Khattab ra. Wafat, ketika Abdurrahman bin Auf
ra. Melewati setiap penduduk Madinah ia melihat yang memilih Usman ra.
Atau Ali ra., setelah enam calon khalifah yang lain di nyatakan gugur atau
mengundurkan diri, maka beliau ra. Melihat pada umumnya umat islam
memilih Usman bin Affan ra. Sebagai khalifah kecuali golongan kecil saja
yang tidak memilihnya, yang terpenting adalah bahwasanya kaidah telah
di tanamkan dan dengan hal ini di ketahuilah bagaimana cara pemilihan
khalifah atau pemimpin dalam islam, yaitu bisa dengan cara pemilihan dan
ini yang terbaik, atau dengan cara di angkat langsung oleh pemimpin
yang lama yang akan turun jabatan, hal ini boleh sekalipun hal tersebut
belum di kategorikan sempurna sebelum di sepakati oleh khalayak ramai
(rakyat).

      Demikianlah kami sebutkan ketiga point tersebut, mudah-mudahan


bisa mengisyaratkan mengenai hikmah Rasulullah saw. Dengan tidak
memberikan keterangan yang jelas mengenai ke-Khalifahan Abu bakar ra.
Setelah beliau saw. Wafat.

 
      Akan tetapi beliau saw. Hanya memberikan isyarat mengenai hal
tersebut kepada para umat islam (di waktu itu), secara ringkas mengenai
hal ini sebagai berikut:

·         Memberiikan kesempatan bagi para muslim, untuk mengatur


kehidupan mereka masing-masing tanpa di temani oleh wahyu
(yang turun kepada Rasulullah saw.), dan mengambil faidah
dengan adanya generasi yang terbaik (para sahabat) di muka
bumi, untuk mengatur hal ini agar mereka bisa menjadi contoh
buat orang-orang setelah mereka.

·         Memberikan kekuatan dan legalitas terhadap khalifah


(pemimpin) yang terpilih dari kalangan rakyat muslimin, sebagai
ganti daripada beliau saw. Yang memilihnya secara langsung
tanpa melalu pemilihan yang benar dan nyata.

·         Menerapkan atau menanamkan kaidah pemilihan, dan


menghindari kaidah mengangkat secara langsung seorang khalifah
(tanpa melalui musyawarah dan pemilihan) sesuai dengan
kemampuan, Karena boleh saja cara tersebut di warnai dengan
hawa nafsu (atau kepentingan-kepentingan lain), apalagi dengan
semakin tidak jelasnya atau tersembunyinya orang-orang hebat
dan mulia yang seperti  Abu Bakar ra., Umar ra. Usman ra. dan
yang lain

 
.

      Oleh karena itu, dengan ketoleransian dan keramahan Rasulullah saw.
Terhadap umatnya, maka beliau saw. Menginginkan apa yang terbaik buat
urusan mereka, dan setelah musibah meninggalnya Rasulullah saw., serta
beliau saw. Mengetahui bahwa kebaikan umat akan tercapai dengan di
angkatnya Abu bakar ra. Sebagai khalifah, maka Rasulullah saw. Ingin
melakukan hal itu secara adil (pertengahan) yang di dalamnya tercampur
antara mengangkat seorang khalifah (secara langsung) dan tidak
mengangkatnya secara langsung, akan tetapi Rasulullah saw. mengajukan
hal yang menyerupai suatu ide, dan bukan suatu kewajiban atau
kepastian, oleh karena itu terlaksanalah kaidah yaitu tidak mengangkat
pemimpin secara langsung (dari pemimpin lama tanpa musyawarah dan
pemilihan), dan tercapailah kaidah pemilihan, bersamaan dengan hal
tersebut yang terpilih ialah yang di inginkan oleh Rasulullah saw. (yaitu
Abi bakar ra.), mengenai hal ini terdapat suatu hikmah, Maha Benar
Firman Allah swt. Yang artinya:

" dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya)". (QS. An Najm: ).

      Rasulullah saw. Melakukan tiga langkah utama untuk menjamin


pengangkatan khalifah Abu bakar ra. tanpa keterangan yang jelas (atau
mengangkatnya dengan ungkapan yang jelas), yaitu sebagai berikut:

      Adapun langkah-langkah Rasulullah saw. Untuk menjamin


pengangkatan penggantinya (khalifah), yaitu sebagai berikut:

Pertama: Rasulullah saw. Bersabda: "(hendaknya) para pemimpin itu


dari suku Quraisy".

      Dengan sabda ini beliau saw. Telah mempersempit ruang lingkup
besar kaidah (dasar,  pola atau mode) pemilihan, Rasulullah saw. telah
mengetahui bahwasanya jika pemilihan hanya di fokuskan terhadap
orang-orang Quraisy maka sudah pasti yang akan terpilih adalah Abu
bakar ra. Karena posisinya yang lebih utama di bandingkan yang lain (hal
ini bukan berarti Rasulullah saw. menganak tirikan atau menyepelekan
suku yang lain).

Kedua: beliau saw. ingin lebih menguatkan pengecualian terhadap orang-


orang anshar, akan tetapi dengan cara yang baik dan bijaksana sehingga
tidak melukai perasaan mereka, serta tidak merendahkan nilai mereka,
maka beliau saw. berdiri dan mewasiati serta menasihati mereka  (orang
anshar) dengan cara yang sangat bijaksana, Rasulullah saw. berisyarat
bahwasanya ke-khalifahan tidak akan datang dari kaum mereka, maka
sudah semestinya bahkan suatu hal yang wajib bagi waliul amri
(pemimpin) untuk berwasiat dengan baik kepada orang-orang anshar,
banyak hadits yang menerangkan akan hal ini, apalagi sewaktu Rasulullah
saw. sudah di ambang kematian maka beiiau saw.sangat sering berwasiat
sehingga kebenaran atau hakikat tersebut semakin kuat.

      Contohnya apa yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari rahimahullah


dari Anas bin Malik ra. Ia mengatakan:

"Abu bakar ra. Dan Al Abbas ra. Melewati  suatu tempat pertemuan
(Majlis) dari majlis-majlis orang-orang anshar sementara mereka sedang
menangis, maka ia (Abu bakar ra. / al Abbas ra.) bertanya: " apa yang
membuat kalian menangis? Mereka menjawab: kami mengingat majlis
Rasulullah saw. sewaktu bersama dengan kami.

Hal ini terjadi pada waktu Rasulullah saw. sedang sakit keras, mereka
menangis karena mereka merasa bahwa tidak lama lagi mereka akan
berpisah dengan Rasulullah saw.

      Maka ia masuk menemui Rasulullah saw. dan mengabarkan hal


tersebut, ia berkata: lalu Rasulullah saw. keluar, sementara kepala beliau
saw. di balut dengan kain, Ia berkata: kemudian beliau saw. naik mimbar,
dan beliau saw. tidak pernah lagi naik mimbar setelah hari itu, maka
beliau saw. bertahmid kepada Allah saw. dan memuji-Nya, kemudian
bersabda: "Saya mewasiatkan kalian mengenai kaum Anshar, karena
mereka adalah kelompokku atau sahabatku dan tempat rahasiaku..".

      Mereka telah melaksanakan apa yang wajib bagi mereka, dan yang
tersisa adalah (pahala) untuk mereka,  mereka akan menerima kebaikan
mereka, dan telah di maafkan kesalahan mereka.

      Orang-orang Anshar telah melaksanakan apa yang wajib bagi mereka,
yaitu apa yang terjadi di bai'at aqabah yang kedua, sebagaimana yang di
katakan oleh Ibn Hajar al Asqalaani rahimahullah di dalam kitab Fathul
baari, yaitu menolong dan melindungi Rasulullah saw.
 

      Dan yang tersisa buat mereka ialah surga, tiadalah mereka hidup di
dunia kecuali hanya beberapa hari saja dan setelah itu mereka juga akan
menyusul Rasulullah saw. di surga.

      Hadits yang lain yang sama maknanya dengan hadits ini ialah apa
yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari rahimahullah dari Ibn Abbas ra. Ia
mengatakan:

”Rasulullah saw. keluar ketika beliau sedang sakit keras, sakit yang
menyebabkan beliau saw. wafat, (beliau saw. keluar) dengan memakai
selimut dan kepalanya di balut dengan kain yang warnanya seperti minyak
lemak, dan beliau duduk di atas mimbar, beliau saw. mengucapkan
tahmid kepada Allah swt., dan memuji-Nya, kemudian beliau saw.
bersabda:

      "Amma ba'du, wahai sekalian manusia, orang-orang banyak


sementara orang-orang anshar sedikit, sehingga mereka seperti garam
dalam makanan.

      Perhatikanlah penyerupaan yang indah tersebut, mereka sangat


sedikit sekali, mereka seperti garam dalam makanan, bersamaan dengan
hal tersebut garam adalah suatu hal yang sangat di perlukan dalam
makanan.

      Hal ini adalah isyarat yang sangat jelas bahwasanya yang akan
memimpin urusan orang-orang muslim bukan dari golongan orang-orang
Anshar.

Ibn Abbas ra. Mengatakan:

 
"hali ini adalah akhir pertemuan (majlis)  yang di hadiri oleh Rasulullah
saw.

Ketiga: Banyak hadits-hadits yang mengisyaratkan tentang keinginan


Rasulullah saw. mengangkat Abi Bakar ra. Sebagai khalifah, oleh karena
itu beliau saw. membentangkan (memberikan) jalan bagi orang-orang
muslim, agar mereka memilih Abu Bakar ra. Dengan cara pemilihan.

Pertanyaan:

      Apakah semua isyarat ini, begitupun segala situasi yang ada, serta
hadits-hadits dari Rasulullah saw. adalah cukup untuk menjaga hak Abu
Bakar ra. Sebagai khalifah? Atau permasalahan orang-orang muslim
secara nyata memberikan konsekuensi bahwasanya Abu Bakar ra. Adalah
seorang khalifah (pengganti Rasulullah saw. )?

Sebenarnya kedua hal tersebut di inginkan:

      Hal yang pertama: hal ini adalah hak Abu bakar ra. Karena
kemuliaannya, posisinya, kesanggupannya, dan kecakapannya, dan tidak
ada yang wajib memerintah selain beliau.

      Hal yang kedua: hal yang sangat penting, sesungguhnya


kemaslahatan orang-orang mukmin sebenarnya ialah dengan di angkatnya
Abi Bakar ra. Sebagai khalifah dan bukan yang lain.

      Ke khalifahan Abu bakar ra. Sebenarnya adalah rahmat bagi umat,
dan kemaslahatan yang sangat besar buat mereka. Hal tersebut karena
faktor-faktor di bawah ini:

Pertama:

Umat butuh untuk berjalan dalam tatanan atau aturan yang menyerupai
ketika Rasulullah saw. masih hidup, karena perubahan aturan kehidupan
dan interaksi terkadang akan menyebabkan umat berada dalam jurang
yang berbahaya, sekalipun syari'at membolehkan pandangan  yang
berbeda-beda dalam permasalahan tertentu, akan tetapi perpindahan dari
kehidupan yang tertentu kepada kehidupan yang berbeda-beda akan
menyebabkan keterguncangan pada diri  orang-orang tersebut,
kemerosotan, dan tidak adanya program kedepan.

      Abu Bakar ra. Sudah sangat lama bersahabat dengan Rasulullah saw.,
dan beliau ra. Adalah termasuk orang yang terdahulu bersahbat dengan
Rasulullah saw. sejak risalah belum di turunkan kepada Rasulullah saw. ,
dan telah berlalu beberapa tahun (kebersamaan beliau bersama dengan
Rasulullah saw. ) di Makkah, Hijrah bersama, dan segala keadaan
begitupun peperangan di Madinah beliau ra. Lalui bersama dengan
Rasulullah saw.

      Abu Bakar ra. Sangat mengetahui segala perihal kehidupan Rasulullah
saw, beliau sering masuk ke rumah Rasulullah saw., apalagi putrinya
Aisyah ra. Adalah salah seorang isteri dari isteri-isteri Rasulullah saw., di
karenakan cintanya kepada Rasulullah saw. adalah merupakan faktor
seringnya keduanya bertemu, sampai beliau ra. Sering menemui
Rasulullah saw. setelah isya untuk saling bertukar pikiran dan
bermusyawarah dalam banyak hal, karena seringnya Abu bakar ra.
Bertemu dengan Rasulullah saw. maka beliau banyak mengetahui  apa
yang tidak di ketahui oleh sahabat-sahabat agung yang lain.

      Selain beliau ra. Banyak mengetahui kehidupan Rasulullah saw., Abu
bakar ra. Juga Mempunyai keistimewaan karena keinginannya yang
sangat kuat untuk selalu mengikuti langkah-langkah Rasulullah saw.
beliua ra. Berupaya keras mengikuti jejak Rasulullah saw. sesuai dengan
kemampuan yang beliau ra. Miliki. Hal ini telah kita jelaskan dengan
secara terperinci pada pembahasan yang telah lalu.

      Oleh karena itu beliau ra. Mempunyai keinginan kuat, serta ilmu yang
menopang keinginan tersebut, oleh sebab itu kehidupan Abu Bakar ra.
Adalah perpanjangan (perluasan) secara alami dari kehidupan Rasulullah
saw. orang-orang muslim tidak merasakan perubahan yang dapat di
sentuh, dalam cara-cara administrasi, interaksi, dan dalam memilih di
antara pendapat-pendapat yang ada.
 

       saya tidak mengira bahwasanya seandainya Rasulullah saw. masih


hidup akan melakukan perbuatan atau pendapat yang berbeda dengan
pendapat dan perbuatan Abi bakar ra. Bagaimana tidak, sementara beliau
saw. yang telah bersabda:

      "ikutilah orang-orang setelahku yaitu Abu bakar ra. Dan Umar ra. Dan
beliau saw. bersabda: 'berpegang eratlah dengan sunnahku dan sunnah
Khulafaurrasyidin yang di beri petunjuk setelahku…".

      Melalui wahyu Rasulullah saw. mengetahui bahwa para


khulafaurrasyidin setelahnya tidak akan merubah (tatanan yang ada),
mereka akan memilih suatu perbuatan dan pandangan yang di ridhai oleh
Allah swt dan Rasul-Nya.

Kedua:

Dengan terpilihnya Abu bakar ra. Sebagai khalifah umat islam, terdapat
suatu kemaslahatan lain yang sangat besar, yaitu umat telah keluar dari
musibah yang sangat besar, dan bencana yang sangat menakutkan,
musibah itu adalah wafatnya Rasulullah saw. dan bencana itu adalah
terputusnya wahyu, dalam menghadapi musibah ini butuh kepada suatu
rahmat atau kasih sayang, bukan kekerasan, butuh kepada kelembutan
dan bukan kekasaran, dan adakah dari selain Abi bakar ra. Yang paling
sayang dan perhatian terhadap umat setelah Rasulullah saw. wafat?

      Kita tidak akan menjawab pertanyaan tersebut, akan tetapi Rasulullah
saw. bersabda, sesuai yang telah di riwayatkan oleh Imam Ahmad dan
Imam Tirmidzi dan Abu Ya'la rahimahumullah dari  Anas bin Malik ra. Ia
berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Umatku yang paling sayang terhadap
umatku (yang lain) ialah Abu bakar".

      Maka rahmat Allah swt. Terhadap umat ini ialah dengan menetapkan
bahwa yang akan mengatur urusan mereka adalah orang yang paling
penyayang diantara mereka,  dan orangnya adalah Abu Bakar ra.
 

Ketiga:

 Termasuk dari kemaslahatan umat islam ialah yang mengatur urusannya


adalah orang yang paling kuat imannya dan paling bertakwa, tetap kokoh
dan berpendirian teguh, sudah dapat pastikan bahwasanya umat islam
akan berhadapan dengan terror-teror yang sangat besar begitupun
tantangan-tantangan besar, dan sudah dapat di pastikan bahwa banyak
dari kelompok-kelompok atau pribadi-pribadi yang mengincar umat islam
setelah Rasulullah saw. wafat.

      Siapakah yang akan menjadi nahkoda kapal yang akan menghadapi
gelombang-gelombang ombak yang bergulung-gulung?

Siapakah dari sahabat yang paling kuat tekadnya?

Siapakah diantara mereka yang paling yakin dengan janji pertolongan


Allah swt?

Siapakah diantara sahabat yang paling kuat semangatnya dalam hal


agama?

      Dia adalah Abu bakar  ra. Dan tidak ada lagi keraguan tentang hal
tersebut, telah Nampak kebulatan tekad dan keteguhan pendiriannya di
hari pertama Rasulullah saw. wafat, dan senantiasa kuat imannya dalam
setiap keadaan, beliau tetap kokoh dengan imannya dalam menghadapi
orang-orang yang murtad, tetap kokoh dalam menghadapi Paris dan tetap
kokoh dalam menghadapi Rum sedikitpun iman dan kebulatan tekadnya
tidak pernah tergoyahkan.

      Al baihaqy rahimahullah  meriwayatkan sebuah hadits kepada kita


dengan sanad yang sahih, sebagaimana yang telah di sebutkan oleh Ibn
Katsir rahimahullah dari Abi Hurairah ra. Sesungguhnya ia berkata:
 

"demi Allah! Yang tidak ada Tuhan selain Dia, seandainya Abu bakar tidak
di angkat menjadi khalifah maka Allah swt. Tidak akan di sembah (artinya
karena banyaknya kemusyrikan di mana-mana).

      Kemudian ia mengatakannya kedua kali dan ketiga kali, artinya beliau
mengulangi kalimat tersebut sebanyak tiga kali, maka beliau di Tanya:
cukup  wahai Abu hurairah! Sesungguhnya hal tersebut adalah perkataan
yang sangat menakjubkan.

      Oleh karena itu keteguhan dan kekohan serta kebulatan tekad Abi
bakar ra. Adalah merupakan rahmat (kasih sayang) dari Allah swt.
Terhadap orang-orang mukmin, maka dakwah islam senantiasa tetap
berlangsung dan pilar-pilarnya tetap kokoh, serta posisi dan kemuliaannya
tetap terjaga.

      Dari semua hal yang telah kita terangkan, kita dapat menyimpulkan
bahwa terpilihnya Abu bakar ra. Sebagai khalifah buat umat islam adalah
merupakan pilihan yang adil dan benar, bahkan suatu rahmat bagi umat.
Hal tersebut di karenakan beliau ra. Adalah sahabat yang paling mulia dari
sahabat-sahabat agung yang lain.

      Hal ini terjadi karena di dalam diri beliau ra. Terkumpul  syarat-syarat
seorang khalifah dengan sempurna, yang melebihi setiap sahabat yang
lain.

      Hal ini terjadi karena sebenarnya Rasulullah saw. berkeinginan untuk
mengangkatnya sebagai seorang khalifah sekalipun dengan bentuk isyarat
tanpa melalui keterangan yang jelas.

      Hal ini terjadi karena kemaslahatan umat islam akan tercapai dengan
terangkatnya Abu bakar ra.. Sebagai seorang khalifah (pemimpin bagi
kaum muslimin setelah Rasulullah saw. wafat).
 

*wallahu a'lam bi shshawaab*.

Anda mungkin juga menyukai