Anda di halaman 1dari 33

PRESENTASI CBD KELOMPOK E

MODUL 1

MOCHAMAD EKKY RACHMATULLAH ( 0410149 )


THARA LISAPALY ( 0410130 )
BAYU INDRAJAYA IRSYAD ( 0510056 )
MARSELINA ANASTASIA A. ( 0510043 )
INDIRA MEGA PUJARAMA ISMAND ( 0410169 )
PARAMITHA SULISTIAJI ( 0410167 )
THERESIA TJIA ( 0510120 )
DIAN WIDYA ANGGRAENI ( 0210169 )
SYLVESTER LUCKY ( 0310129 )
ANDREAS WIJAYA ( 0410119 )
Kasus

 A adalah seorang coasisten yang sedang menjalankan rotasi di bagian


bedah minggu ke -7 dan ditugaskan di IGD. Pada suatu malam, datang
seorang pasien dengan vulnus laceratum a/r cruris dextra. A
melaporkan kasusu kepada dokter jaga IGD , dan mendapat
persetujuan untuk melakukan tindakan wound toilet dan hecting.
Setelah selesai, A langsung membalut luka dengan kasaan steril dan
melapor kembali kapada dokter jaga IGD. Karena saat itu pasien di
IGD banyak, maka dokter IGD tidak sempat memeriksa pekerjaan A
dan langsung meresepkan obat serta memberikan surat kontrol.
 3 hari kemudian pasien kontrol ke klinik bedah. Saat itu diketahui
bahwa luka tersebut dijahit tidak sempurna dimana terdapat skin
overlap dan juga terinfeksi. Dokter klinik bedah membuka kembali
status IGD dan ternyata diketahui bahwa pasien memperoleh luka
tersebut 10 jam sebelum datang ke IGD
Problem

1. Anamnesa yang dilakukan seperti apa?


2. Apakah wewenang dokter jaga ?
3. Informed consent seperti apa yang harus
diberikan?
4. Pengetahuan dan tindakan apa yang perlu
dilakukan?
5. Kapan lapor pada dokter jaga?
6. Bagaimana cara menutup luka?
7. obat dan terapi apa saja yang dibutuhkan?
Analisis problem
1. Anamnesa yang dilakukan seperti apa?

Anamnesis = Ingatan
Dibagi menjadi 2 cara yaitu :
A. Autoanamnesis, autos = sendiri, langsung, kepunyaaan.
Keterangan diperoleh langsung dari penderita, bila penderitanya kooperatif, sadar dan tahu.
Bisa mendapatkan keterangan tentang :
Riwayat penyakit sendiri,
RPD (Riwayat Penyakit Dahulu) dan RPS (Riwayat Penyakit Sekarang),
Riwayat Penyakit Keluarga (RPK),
keadaan orang terdekat/sekitar/lingkungannya.
B. Alloanamnesis, allo = yang lain.
Keterangan diperoleh dari orang lain (keluarga, yang mengantar, saksi mata).
Dilakukan bila :
Autoanamnesis tidak dapat dilakukan, bila penderita tidak kooperatif, tidak sadar,
pikun, anak kecil, cacat mental, dsbnya. Untuk melengkapi autoanamnesis (OS lupa,
tidak tahu, dsbnya. Yang ditanyakan sama seperti autoanamnesis yaitu tentang : RPD,
RPS, RPK, lingkungan.


Identitas pasien
Keluhan utama pasien :
 Who : pasien
 What : vulnus laceratum
 Where : cruris dextra
 Why : jatuh/terkena benda tumpul
 When : 10 jam lalu
Riwayat penyakit dahulu: tidak ada
Riwayat penyakit keluarga: tidak ada
Alergi obat: tidak ada
Tindakan sebelum datang ke IGD: ?
2. Apakah wewenang dokter jaga ?

2. HAK DOKTER :

- Hak atas informasi yang benar

- Hak untuk bekerja menurut standar profesi

- Hak untuk mengakhiri hubungan dengan pasien ( kalau


tidak mematuhi nasehat )

- Hak untuk menolak tindakan yang menurut hati nuraninya


tidak baik

- Hak atas rahasia pribadi

- Hak atas balas jasa


 KEWAJIBAN DOKTER :

- Kewajiban menghormati hak pasien

- Kewajiban meminta informed consent setelah


memberikan informasi yang secukupnya

- Kewajiban memberikan pelayanan menurut standar


profesi dalam hal ini bertentangan karena pada kasus tersebut
diatas dokter jaga tidak memeriksa terlebih dahulu dan koasisiten lalai
dalam melaporkanya.
HAK PASIEN :

- Hak atas Pelayanan yang Baik

- Hak atas Informasi

- Hak untuk menentukan nasib, memberi


persetujuan atau penolakan atas rencana
pengobatan

- Hak atas Rahasia Penyakitnya

- Hak Ganti rugi


KEWAJIBAN PASIEN :

-Kewajiban memberikan Informasi yang benar

- Kewajiban mentaati Nasihat Dokter

- Kewajiban menjaga Rahasia Pribadi Dokternya

- Kewajiban membayar Ongkos Pengobatan


3.Informed consent seperti apa yang harus diberikan?
 Informed Consent (persetujuan setelah diberi informasi/persetujuan utk
diobati)
 Tanpa izin tertulis (consent) maka akan disebut penganiayaan (torture) kecuali dalam
keadaan darurat krn tugas dokter adalah menyelamatkan jiwa, tetapi sebisa mungkin
dokter harus meminta informed consent
 Dulu pelayanan paternal (suami/bapak yg memutuskan), sekarang otonom (tetapi susah
krn pasien tidak tahu mana yg baik shg menyerahkan keputusannya kepada
dokter/keluarga)
 Syarat:
 Pasien harus dg sukarela (tanpa paksaan/coercion)
 Pasien dewasa, sehat secara mental

Bila masih anak2: harus mendapat izin dari orang tuanya & anaknya juga harus
diterangkan
 Persetujuan diminta setelah pasien diberi informasi secukupnya (tetapi bila nanti
pasien malah menjadi semakin takut, terpaksa dokter berbohong)
 Consent harus spesifik

Cth: operasi utk appendicitis  sewaktu operasi, dokter sekalian mengangkat


lipoma padahal saat consent pasien tidak diberitahu apa2 ttg lipomanya  dokter bisa
dituntut
 Bila ada perdarahan saat operasi, harus dilakukan sesuatu. Tidak usah takut akan
dihukum krn itu dilakukan utk menyelamatkan jiwa
4. . Pengetahuan dan tindakan apa yang perlu dilakukan?
LUKA (INJURY)
 keadaan hilang/terputusnya kontinuitas jaringan
(Mansjoer, 2000:396), yang mengganggu proses
selular normal, biasanya disertai dengan kehilangan
substansi jaringan.
Klasifikasi Luka
A. Berdasarkan penyebab:
 Ekskoriasi/luka lecet
 Vulnus scisum/luka sayat
 Vulnus laseratum/luka robek ( a jagged, irregular or
blunt breaking or tearing of soft tissues, often resulting
from mishandling tools and machinery and other
accidents. Bleeding from a laceration may be rapid and
extensive)
 Vulnus punctum/luka tusuk
 Vulnus morsum/luka karena gigitan binatang
 Vulnus combotio/luka bakar
B. Berdasarkan ada/tdknya kehilangan jaringan:
 Ekskoriasi
 Skin avulsion
 Skin loss
C. Berdasarkan derajat kontaminasi
 Luka bersih
 Luka sayat elektif
 Steril, potensial terinfeksi
 Tidak ada kontak dengan orofaring, traktus
respiratorius,traktus elimentarius, traktus genitourinarius.
 Luka bersih tercemar
 Luka sayat elektif
 Potensi terinfeksi : spillage minimal, flora normal
 Kontak dengan orofaring, respiratorius, elimentarius dan
genitourinarius
 Proses penyembuhan lebih lama
 Luka tercemar
 Potensi terinfeksi: spillage dari traktus elimentarius,
kandung empedu, traktus genito urinarius, urine
 Luka trauma baru : laserasi, fraktur terbuka, luka
penetrasi.
 Luka kotor
 Akibat proses pembedahan yang sangat terkontaminasi
 Perforasi visera, abses, trauma lama.
Tanda-tanda luka
Umum
 Syok (BP↓; nadi kcl s/d tdk teraba; keringat dingin&lemah;
kesadaran ↓ s/d tdk sadar)
 Crush syndrome

Lokal
 Rasa nyeri
 Perdarahan
 Parenkimatosa (dari kapiler, tdk berbahaya; kec kena organ
viscera)
 Venosa (dari vena, tdk begitu berbahaya; kec daerah varices)
 Arterial (dari arteri, bila tdk cpt diatasi  syok  † (Bob
Bachsinar, Sumiardi Karakata, 1992)
Pengobatan luka
Umum
 Atasi syok
 Syok primer: mprfin, petidin, narkotika analgesik
 Syok sekunder: terapi cairan (NaCl 0,9% / RL; bl perdarahan
hebat: transfusi / Dextran L bila belum mungkin dilakukan
transfusi)
 Atasi perdarahan
Lokal
 P3K : tutup luka + balut tekan, bila di ekstremitas  tinggikan
thd jantung, kompresi jari di daerah arteri terdekat dng
luka/torniket (dibuka tiap 5-15menit) (Bob Bachsinar, Sumiardi
Karakata, 1992)
Pengobatan definitif
Luka tertutup
 Tdk perlu tindakan bedah
 Bila ruptura otot/ligamen  perlu tindakan bedah
 Hati2 perdarahan interna (tes Von Slany +: Hb↓, Ht↑, leukosit↑)

Luka terbuka
 Prinsip: ubah luka terkontaminasiluka bedah yg bersih
 Ada perdarahan  pembalut tekan / tampon dng obat
vasokonstriksi / diklem lalu diligasi / diathermi / koagulasi (Bob
Bachsinar, Sumiardi Karakata, 1992)
Faktor yg mempengaruhi penanganan
luka
Luka lama (berhub dng golden period : + 6j, kepala
& wajah 8j)
 Bila dlm golden period, dpt diperoleh surgical clean sound
Bentuk anatomi luka (sederhana/tdk teratur)
Bersih tidaknya luka
Lokalisasi luka (torax/abdomensulit ditangani;
senditangani dng benar, bila salah dpt timbul
kontraktur/kekakuan)
Infeksi (jd > lama)
Perawatan luka
Luka bersih  pembalut diganti tiap 3-4hari/x
(bila kotor&bau  ganti max 2x/hr) hindari
penggantian yg terlalu sering
Kasa pembalut harus cukup longgar untuk
mesuknya udara tetapi cukup kuat utk menekan
perdarahan dan cukup tebal utk menghisap
kotoran/sekret luka
5. Kapan lapor pada dokter jaga?

Laporan
Koasisten melaporkan resume status IGD pasien
kepada dokter jaga IGD dengan lengkap dan benar
mengenai keadaan luka
Dokter jaga IGD seharusnya memeriksa keadaan
luka pasien dan dapat menentukan kompetensi dari
koasisten
Koasisten seharusnya tidak menutup luka pasien
sebelum melaporkan hasil pekerjaannya kepada
dokter jaga
6. Bagaimana cara menutup luka?
Wound toilette
Persiapan luka
Cuci dng NaCl 0,9% (seperlunya saja jangan dng alkohol; klem
PD besar yg terluka/perdarahan besar diklem & dibiarkan
dulu)
Anestesi lokal (pd end organ jnd dng epinefrin)
Pembersihan luka & sekitarnya
Tutup luka dng kasa steril
Cukur rambut sekitar luka
Cuci sekitar luka dng antiseptik
Debridemen (bnd asing, kotoran, eksisi epidermis)  tepi
luka hrs mjd rata & tajam
Semprot luka dng perhidrol shg kotoran keluar semua (bila
perlu gosok luka dng kasa + disiram perhidrol)
Bilas luka dng NaCl 0,9%  didptkan clean surgical wound,
beri betadine di sekitar luka, pasang kain duk steril
Menutup luka
Lanjutan
Menutup luka
 Penjahitan primer  jgn tjd penegangan kulit (dpt tjd
nekrosis)
 Rotation flap  pd daerah cacat yg besar & luas, serta daerah
sekitarnya cukup memenuhi syarat utk pengambilan flapnya
 Dibiarkan terbuka  beri obat perangsang granulasi
(betadine, bioplacenton, lebertraan zalf,dsb), bila granulasi
baik & tdk ada infeksi, maka dpt dilakukan penjahitan
sekunder, skin graft
Catatan~
Luka > 6-8j dianggap luka kotor & pd luka dpt
dilakukan:
 Jahitan sementara & drain (sewaktu-waktu jahitan dpt
dibuka, terutama bila tjd pernanahanbila sekret tak
terbentuk lg, drain dicabut)
 Dibiarkan terbuka & ditutup kasa steril & diberi obat
perangsang granulasi
 Kompres dng ribanol

 Pd luka kotor beri antibiotik spektrum luas & dosis


tinggi (ampisilin), pd luka bersih beri antibiotik
profilaksis
Pd luka kotor, bila granulasi baik & infeksi
mereda, dpt dilakukan: penjahitan sekunder &/
transplantasi kulit
Tipe penyembuhan luka
 Primary Intention Healing (penyembuhan luka
primer) yaitu penyembuhan yang terjadi segera setelah
diusahakan bertautnya tepi luka biasanya dengan
jahitan.
 Secondary Intention Healing (penyembuhan luka
sekunder) yaitu luka yang tidak mengalami
penyembuhan primer. Tipe ini dikarakteristikkan oleh
adanya luka yang luas dan hilangnya jaringan dalam
jumlah besar. Proses penyembuhan terjadi lebih
kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap
terbuka.
 Tertiary Intention Healing (penyembuhan luka
tertier) yaitu luka yang dibiarkan terbuka selama
beberapa hari setelah tindakan debridement. Setelah
diyakini bersih, tepi luka dipertautkan (4-7 hari). Luka
ini merupakan tipe penyembuhan luka yang terakhir
(Mansjoer,2000:397 ; InETNA, 2004:4).
Fase penyembuhan luka (Bob Bachsinar, Sumiardi
Karakata, 1992)

Fase perlekatan luka ( krn adanya fibrinogen &


limfosist; tjd dlm 24j pertama)
Fase aseptik peradangan (tjd kalor-dolor-rubor-
tumor-functio laesa; tjd sth 24j)
Fase pembersihan/initial phase ( krn edema,
leukosit bny keluar utk memfagositosis jaringan yg
tlh mati)
Fase proliferasi ( fibroblast menutup luka
bersama jaringan kolagen dan
makrofagjar.granulasi; tjd pd hari ke-3)
Fase penyembuhan luka (Bob
Bachsinar, Sumiardi Karakata, 1992)
Jaringan granulasi terbentuk  penutupan luka 
epitelisasi
Pd hari ke-7 penyembuhan tlh bagus  oleh
karena itu jahitan pd luka bersih dibuka minimal
pd hari ke-7
Fase penyembuhan luka
(Mansjoer,2000:397 ; InETNA, 2004:1).
 Fase Inflamasi
 muncul segera setelah injuri & dpt berlanjut s/d 5 hari
(inflamasi  utk kontrol perdarahan, cegah invasi bakteri,
hilangkan debris dari jaringan yg luka & persiapkan proses
penyembuhan lanjutan)
 Fase Proliferasi
 berlangsung dari hari ke-6 s/d 3 minggu (fibroblast / sel
jaringan penyambung memiliki peran yg bsr dlm fase
proliferasi)
 Fase Maturasi
 berlangsung pd hari ke-21 & dpt berlangsung s/d
berbulan-bulan & berakhir bila tanda radang sudah hilang
(terdapat remodeling luka  merupakan hasil pe↑ jaringan
kolagen, pemecahan kolagen yg >> & regresi vaskularitas
luka)
Infeksi pada luka
Jenis:
 Primer (segera setelah luka)
 Sekunder (timbul beberapa waktu setelah terjadi luka)
Stadium infeksi:
 Kontaminasi (saat kuman masuk luka)
 Inkubasi (piogenik 8-12j; anaerob 2-4 hari)
 Klinis (sth 6j) : demam+inflamasi
Macam-macam infeksi
Piogenik/bernanah (tjd pus dan infiltrat)
 Stretococcus
 Staphylococcus
Putridae (spesifik:bau busuk, tdk ada pus)
 E. coli  pd luka2 bsr, bny jaringan yg hancur
Anaerob
 Tetanus
 Infeksi kelompok gas gangren
Spesifik
¤ TBC ¤ Sifilis ¤ difteri
Macam-macam jahitan luka
Jahitan terputus/interupted suture
Jahitan kontinu/doorloven
Jahitan intradermal (hasil kosmetik yg paling
bagus)
7.Obat dan penatalaksanaan

Co-amoxiclav ( amoxicillin 500mg, Asam klavulanat 125mg)

TINDAKAN - TINDAKAN PENANGANAN LUKA DISAMPING PROPHYLAKSIS TETANUS :


Penderita dg multi trauma dan trauma berat perioritas utama adalah terapi shock, luka
sementara ditutup dg verban steril dan tindakan operatifnya ditangguhkan.

Anestesi lokal/umum, desinfeksi luka dan sekitarnya, debriment luka/wound toilet (excisi
luka dan jaringan avital, cuci).

Dengan instrument baru dilakukan revisi luka yang dalam, dasar luka dan mencari serta
membersihkannya dari corpus alineum.

Reparasi organ dan jaringan yang cedera (pemb. Darah,saraf, kapsul sendi, tendon tlg,dll).
Lakukan teknik operasi yang atraumatik(instrument dan material jahitan).

Bila umur luka kurang dari 12 jam, setelah tepi luka dieksisi maka luka bisa diadaptasi dg
jahitan, jepitan atau plaster tanpa tegangan dan dibalut longgar. Kontrol luka setelah 1-3
hari. Hindari jahitan yang tegang! Kalau ragu-ragu biarkan terbuka.
Bila umur luka kurang dari 12 jam, setelah tepi luka dieksisi maka luka
bisa diadaptasi dg jahitan, jepitan atau plaster tanpa tegangan dan
dibalut longgar. Kontrol luka setelah 1-3 hari. Hindari jahitan yang
tegang! Kalau ragu-ragu biarkan terbuka.

Bila luka lebih dari 12 jam, hanya dilakukan excisi dan dibiarkan
terbuka, kalau luka tidak infeksi dan sudah terbentuk jaringan
granulasi, bisa dilakukan jahitan sekunder.

Drainage luka dg rongga yg besar(retensi darah, exudat) atau yg kotor.

Immobilisasi.

Tidak disarankan pemakaian antibiotik kedalam luka.


DAFTAR PUSTAKA

 Bob Bachsinar, Sumiardi Karakata. 1992. Vulnera (luka). Dalam: Bedah


Minor. Jakarta: Penerbit Hipokrates. Halaman 18-37.
 Indonesia Enterostomal Therapy Nurse Association
(InETNA) & Tim Perawatan Luka dan Stoma Rumah Sakit
Dharmais. 2004,Perawatan Luka, Makalah Mandiri,
Jakarta
 Mansjoer.Arif, dkk. Eds.2000.Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
 Walton,Robert L. 1990. Perawatan Luka dan Penderita
Perlukaan Ganda, Alih bahasa. Sonny Samsudin, Cetakan
I. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai