013 - Naskah Akademi Ruu Kep BARU-1
013 - Naskah Akademi Ruu Kep BARU-1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
rumah sakit maupun di tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh
perawat. Hasil penelitian Direktorat Keperawatan dan PPNI tentang kegiatan
perawat di Puskesmas, ternyata lebih dari 75% dari seluruh kegiatan pelayanan
adalah kegiatan pelayanan keperawatan (Depkes, 2005). Enam puluh persen
tenaga kesehatan adalah perawat yang bekerja pada berbagai sarana/tatanan
pelayanan kesehatan dengan pelayanan 24 jam sehari, 7 hari seminggu,
merupakan kontak pertama dengan sistem klien.
Proses Keperawatan adalah suatu entitas ilmiah dan humanistik (laddy &
papper, 1993) melandasi suatu standard asuhan dan dilaksanakan berdasarkan
keyakinan terhadap paradigma keperawatan. Sistematika proses keperawatan
menjadi pola pikir dan tindakan perawat yang terdiri dari pengkajian (assesment),
perencanaan (termasuk kriteria keberhasilan), implementasi dan evaluasi.
Proses keperawatan ini telah hampir diterapkan diseluruh pelayanan kesehatan
di Indonesia dengan penyesuaian dengan kondisi setempat.
2
global, keperawatan di Indonesia masih tertinggal dibanding dengan negara-
negara di Asia terutama dalam hal lemahnya regulasi tentang praktik
keperawatan. Di antara 10 negara di Asia tenggara, 7 negara telah memiliki
undang-undang yang mengatur tentang praktik keperawatan, sedangkan 3
negara yang belum memiliki undang-undang praktik keperawatan adalah
Indonesia, Laos dan Vietnam. Adanya undang-undang praktik keperawatan
(Regulatory Body) merupakan salah satu prasyarat mutlak untuk ikut berperan
dalam kancah global, apalagi Indonesia telah memproduk tenaga keparawatan
dalam jumlah yag besar. Dengan adanya undang-undang praktik keperawatan
merupakan jaminan terhadap mutu dan standard praktik disamping sebagai
perlindungan hukum bagi pemberi dan penerima jasa pelayanan keperawatan.
Secara garis besar hal-hal substansial yang dimuat dan ditampung dalam
Rancangan Undang-Undang Praktik Keperawatan ini antara lain menyangkut;
(a). Pengaturan kompetensi seorang tenaga keperawatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan; (b). Pengaturan ijin praktik kaitannya dengan sertifikasi,
registrasi dan lisensi; (c). Akreditasi tempat praktik dan orang-orang yang
bertangung jawab terhadap praktik; (d).Pengaturan tentang keterkaitan antara
praktik dengan penelitian; (e). Pengaturan penetapan kebijakan yang sekarang
ini ada pada departemen kesehatan; (f). Ketatalaksanaan hubungan antara
pasien dengan perawat; (g). Penerapan ilmu kaitannya dengan penapisan ilmu
pengetahuan dan tehnologi; (h). pemberian sanksi disiplin
C. METODE PENDEKATAN
3
c. Studi kepustakaan yaitu menelaah bahan-bahan baik berupa perundang-
undangan, hasil pengkajian, hasil-hasil penelitian dan referensi lain yang
relevan.
d. Diskusi dengan para pakar dibidangnya.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
4
BAB II
GAMBARAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPERAWATAN
A. UMUM
Pelayanan keperawatan adalah bentuk pelayanan fisiologis, psikologis,
sosial, spiritual dan kultural yang diberikan kepada klien (pasien) karena
ketidakmampuan, ketidakmauan dan ketidaktahuan klien dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya yang sedang terganggu. Fokus
keperawatan adalah respons klien terhadap penyakit, pengobatan dan
lingkungan (Tomey, 1994).
5
dengan nama Siti Rufaidah yang dianggap sebagai perawat pertama
didunia dan banyak terlibat dalam melayani orang sakit. Selain itu di
Inggris juga dikenal dengan nama Florence Nightingale yang terkenal
dalam Perang Kremlin dengan mengabdikan dirinya untuk kepentingan
orang sakit khususnya para prajurit yang terluka.
6
pelayanan yang diberikan lebih bersifat suplementer dan menjadi tenaga
yang kurang akontabel. Situasi tersebut mendorong Departemen
Kesehatan mengembangkan pendidikan keperawatan yang lebih sesuai
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dengan didirikannya Akademi
Keperawatan di lingkungan Rumah Sakit Ciptomangunkusumo Jakarta
pada tahun 1962 (yang dikenal dengan CBZ) dengan latar belakang
pendidikan sekolah menengah atas di tambah dengan pendidikan
keperawatan 3 tahun.
7
an idea of competence and authority, technical and moral and that the
profession will assume an hieratic place and society.
Sampai dengan tahun 2004, jumlah lulusan perawat pada tingkat sarjana
(ners) maupun magister telah mencapai 3178 orang. Sedangkan jumlah
seluruh perawat di Indonesia pada tahun yang sama telah mencapai
250.000 orang dengan rincian; lulusan SPK berkisar 84,5%, lulusan D III
berkisar 14% dan lulusan Sarjana/magister berkisar 1,5% (Nurrachmah,
2004). Dampak positif dihasilkannya tenaga keperawatan berpendidikan
tinggi adalah pelayanan keperawatan di kembangkan kearah yang benar,
dengan demikian diharapkan terjadi peningkatan status kesehatan
masyarakat melalui pelayanan keperawatan yang professional.
8
4) Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
5) Memenuhi kebutuhan eliminasi buang air besar
6) Memenuhi kebutuhan eliminasi urin
7) Memenuhi kebutuhan kebersihan diri dan lingkungan
8) Memenuhi kebutuhanistirahat dan tidur
9) Memenuhi kebutuhan sirkulasi
10) Memenuhi kebutuhan keamanan dan keselamatan
11) Memenuhi kebutuhan manajemen nyeri
12) Memenuhi kebutuhan aktifitas dan latihan
13) Memenuhi kebutuhan psikososial
14) Memenuhi kebutuhan interaksi sosial
15) Memenuhi kebutuhan tentang perasaan kehilangan, menjelang ajal,
dan menghadapi kematian
16) Memenuhi kebutuhan spiritual
17) Memenuhi kebutuhan respons nseksual
18) Memenuhi kebutuhan lingkungan sehat
19) Memenuhi kebutuhan ibu hamil
20) Memenuhi kebutuhan ibu melahirkan/intra partum
21) Memenuhi kebutuhan ibu post partum
22) Memenuhi kebutuhan PUS
23) Memenuhi kebutuhan remaja putrid tekait dengan system reproduksi
24) Memenuhi kebutuhan pra nikah
25) Memenuh kebutuhan perempuan terkait system reproduksi tanpa
adanya kehamilan termasuk menopause
26) Memenuhi kebutuhan lain yang merefleksikan kegiatan keperawatan
holistic atau komplimenter (ANA, 2000)
9
Praktik keperawatan profesional merupakan tindakan mandiri perawat
professional melalui kerjasama yang bersifat kolaboratif dengan klien,
keluarga dan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya. Praktik
keperawatan diselenggarakan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang dinamis dan siklik meliputi pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
10
situasi dan kondisinya masing-masing, namun dalam tanggung jawab
teknis dan etis keperawatan, tetap berada pada perawat yang
melaksanakan asuhan keperawatan.Praktik keperawatan di rumah sakit
baik milik pemerintah maupun swasta dan puskesmas harus
direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi serta dicatat dan dilaporkan
sesuai dengan aturan administrasi yang berlaku. Aturan perundang-
undangan tersebut ditetapkan oleh pemerintah Pusat, Provinsi maupun
Kabupaten/Kota selaku regulator. Penyelenggaraan praktik d.i rumah
sakit swasta, biasanya memiliki aturan lokal yang juga harus ditaati oleh
semua perawat yang bekerja di RS tersebut, disamping aturan pemerintah
pusat dan daerah yang berlaku
11
C. MASALAH-MASALAH DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN
12
Kondisi geografis dan penyebaran penduduk di daerah terpencil dengan
penempatan tenaga kesehatan yang tidak rasional dan tidak merata.
Diperberat oleh permasalahan terkait dengan kondisi social, ekonomi,
politik dan keamanan mempengaruhi penduduk, khususnya keluarga
miskin untuk dapat menjangkau pelayanan kesehatan./keperawatan.
Tumpang tindih pada gray area bagi berbagai jenis dan jenjang tenaga
keperawatan maupun dengan profesi kesehatan lainnya merupakan hal
yang sering sulit untuk dihindari dalam praktik, terutama terjadi dalam
keadaan darurat maupun karena keterbatasan tenaga di daerah terpencil.
Dalam keadaan darurat, perawat yang dalam tugasnya sehari-hari berada
disamping klien selama 24 jam, sering menghadapi kedaruratan klien,
sedangkan dokter tidak ada. Dalam keadaan seperti ini perawat terpaksa
harus melakukan tindakan medis yang bukan merupakan wewenangnya
demi keselamatan pasien. Tindakan ini dilakukan perawat tanpa adanya
delegasi dan protapnya dari pihak dokter dan atau pengelola RS.
Keterbatasan tenaga dokter terutama di Puskesmas yang hanya memiliki
satu dokter yang berfungsi sebagai pengelola Puskesmas, sering
menimbulkan situasi yang mengharuskan perawat melakukan tindakan
pengobatan. Tindakan pengobatan oleh perawat yang telah merupakan
pemandangan umum di hampir semua Puskesmas terutama yang
bearada di daerah tersebut dilakukan tanpa adanya pelimpahan
wewenang dan prosedur tetap yang tertulis. Dengan pengalihan fungsi
perawat ke fungsi dokter, maka sudah dapat dipastikan fungsi perawat
akan terbengkalai dan tentu saja hal ini tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara professional.
13
BAB III
ALASAN PERLUNYA PENGATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEPERAWATAN
A. ALASAN FILOSOFIS
14
B. ALASAN YURIDIS
C. ALASAN SOSIOLOGIS
15
Akses pelayanan kesehatan diremote area sangat terbatas, Keperawatan
dengan karakgteristik pelayanan dan /atau praktik keperawatan sangat dekat
dengan masyarakat remote area, sehingga akses pelayanan kesehatan yang
bertanggung jawab berdasarkan keilmuan akan semakin diakses oleh
masyarakat.
Kebutuhan Perawat selain didalam negeri juga diperlukan oleh Negara lain
sebagai bagian dari penambahan devisa Negara. Kebutuhan perawat tingkat
dunia dengan system keperawatan Indonesia yang di recognize oleh Negara
tujuan adalah bagian dari pencitraan dan mengangkat harkat martabat
bangsa Indonesia dibidang kesehatan adalah setara bahkan mampu
memimpin perkembangan keperawatan dunia.
16
BAB IV
POKOK-POKOK MATERI MUATAN DALAM PENGATURAN PRAKTIK
KEPERAWATAN
A. PENGERTIAN UMUM
17
(8) Perawat Profesional Spesialis adalah seseorang perawat yang disiapkan
diatas level perawat profesional dan mempunyai kewenangan sebagai
spesialis atau kewenangan yang diperluas dan telah lulus uji kompetensi
perawat profesional spesialis.
(9) Konsil adalah Konsil Keperawatan Indonesia yang merupakan suatu badan
otonom, mandiri, non struktural yang bersifat independen.
(10) Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan
seorang perawat untuk menjalankan praktik keperawatan di seluruh
Indonesia setelah lulus uji.
(11) Registrasi adalah pencatatan resmi oleh konsil terhadap perawat yang telah
memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempuyai kualifikasi tertentu
lainnya serta diakui secara hukum untuk melaksanakan profesinya.
(12) Registrasi ulang adalah pencatatan ulang terhadap perawat yang telah
diregistrasi setelah memenuhi persyaratan yang berlaku.
(13) Surat Izin Perawat adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota kepada perawat yang akan menjalankan praktik
keperawatan setelah memenuhi persyaratan.
(14) Surat Ijin Perawat Vokasional (SIPV) adalah bukti tertulis yang diberikan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada perawat vokasional yang
telah memenuhi persyaratan.
(15) Surat Ijin Perawat Profesional (SIPP) adalah bukti tertulis yang diberikan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada perawat profesional yang
telah memenuhi persyaratan
(16) Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan praktik keperawatan secara mandiri, berkelompok atau
bersama profesi kesehatan lain.
(17) Klien adalah orang yang membutuhkan bantuan perawat karena masalah
kesehatan aktual atau potensial baik secara langsung maupun tidak
langsung
(18) Organisasi profesi adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
(19) Kolegium keperawatan adalah kelompok perawat professional dan perawat
profesional spesialis sesuai bidang keilmuan keperawatan yang dibentuk
oleh organisasi profesi keperawatan.
(20) Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
kesehatan.
(21) Surat tanda registrasi Perawat dalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil
Keperawatan Indonesia kepada perawat yang telah diregistrasi.
18
Pengaturan penyelenggaraan praktik keperawatan bertujuan untuk:
1. Memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima dan
pemberi jasa pelayanan keperawatan.
2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang
diberikan oleh perawat.
19
e. Menetapkan sanksi disiplin terhadap kesalahan disiplin dalam praktik
yang dilakukan perawat; dan
f. Menetapkan penyelenggaraan program pendidikan profesi keperawatan
berdasarkan rekomendasi Organisasi Profesi.
20
E. STANDAR PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN
G. REGISTRASI KEPERAWATAN
21
Dalam menjalankan praktik keperawatan di Indonesia, ijin tempat praktik
diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang disebut dengan Surat
Ijin Praktik Perawat. Perawat vokasional yang telah memenuhi persyaratan
LVN berhak memperoleh SIPV dan dapat melakukan praktik keperawatan di
sarana pelayanan kesehatan. Perawat profesional yang telah memenuhi
persyaratan RN berhak memperoleh SIPP dan dapat melakukan praktik
keperawatan di sarana pelayanan kesehatan dan praktik mandiri. Untuk
perawat dengan latar belakang Diploma III Keperawatan dan pengalaman
kerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di sarana pelayanan kesehatan
dapat mengikuti uji kompetensi RN dan berhak memperoleh SIPP II.Surat Izin
Praktik Perawat berlaku selama 5 (lima) tahun dan diregistrasi ulang setiap 5
(lima) tahun sekali.
22
d. melaksanakan intervensi keperawatan
e. Memberikan pengobatan (tidak termasuk obat-obat dengan label merah)
dan tindakan medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi, pertolongan
persalinan normal dan menulis permintaan obat/resep terbatas.
f. Melaksanakan program pengobatan secara tertulis dari dokter.
Bagi para perawat yang bertugas dalam keadaan darurat yang mengancam
kehidupan atau nyawa klien dan atau pasien, keadaan luar biasa/bencana,
perawat yang bertugas di daerah yang sulit terjangkau perawat dapat
melakukan tindakan diluar kewenangan untuk membantu.
23
b. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan atau pasien
atau keluarganya;
c. Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan otonomi profesi;
d. Memperoleh penghargaan sesuai dengan prestasi, dedikasi yang luar
biasa dan atau bertugas di daerah terpencil dan rawan;
e. Memperoleh jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan
dengan tugasnya;
f. Menerima imbalan jasa profesi
24
Pembinaan dan pengawasan pelaksaan undang-undang praktik keperawatan
diarahkan untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh tenaga keperawatan, melindungi masyarakat
atas tindakan yang dilakukan tenaga keperawatan dan memberi kepastian
hukum bagi tenaga keperawatan.
J. KETENTUAN PIDANA
J. KETENTUAN PERALIHAN
25
K. KETENTUAN PENUTUP
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
26
B. SARAN
27