Anda di halaman 1dari 25

LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui dan menyetujui Laporin Praktek Kerja Industri yang telah dilaksanakan di

PT. INTI (Persero) Bandung dengan judul :

PENGENALAN MODUL SLMA COS SEBAGAI SUBSISTEM SENTRAL TELEPON DIGITAL


INDONESIA

LEMBAR PENGESAHAN

DARI

PT. INTI (Persero)

Disetujui oleh :

Pembimbing Lapangan Ass. Manager Prod. Repair

Heri Sapari Kusnadi nadimin

NIP. 198705013 NIP. 8408033

Manager Prod.dan Purju

Sudayat

NIP. 7609089

i
KATA PENGANTAR

Bissmillahirohmannirohim,
Dengan mengucap Puji syukur kehadirat Allah SWT, pnyusunan Laporan
Praktek Kerja Industri ini telah selesai, adapun tujuan penyusunan laporan ini adalah
untuk memenuhi syarat mengakhiri Praktek Kerja Industri Sekolah Menengah
Kejuruan Program Keahlian Tekhnik Audio/Video Tahun Pelajaran 2010-2011.
Penyusun Menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Praktek Kerja Industri ini
masih jauh dari sempurna karena keterbasan pengetahuan dan pengalaman dari
penyusun. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Kusnadi Nadimin yang memberikan kesempatan kepada saya
untuk melaksanakan Praktek Kerja Industri di PT. INTI (Persero), serta kepada Bapak
Heri Sapari yang telah memberikan penjelasan dan bimbingannya selama Prakerin,
serta seluruh staf dan karyawan PT. INTI di divisi Prod. Dan Purju. Prod.
Saya Menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,maka dari itu
saya mengharap kritik dan saran yang membangun, serta tanggapan dari pembaca.
Semoga dapat menambah wawasan dan kebaikan saya untuk masa yang akan dating.
Wassalamu`Alaikum Wr`Wb.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………………………….. i
KATA PENGNTAR………………………………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………….. iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………. 1
1.2 Tujuan…………………………………………………………………………………… 1
1.3 Pembatasan Masalah……………………………………………………………. 2
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan…………………………………………… 2

BAB 2 PROFIL PERUSAHAAN


2.1 Sejarah Singkat PT INTI (Persero) Bandung…………………………… 3
2.1.1 Periode Sebulum Tahun 1945……………………………….. 3
2.1.2 Periode Tahun 1945-1960……………………………………… 3
2.1.3 Periode Tahun 1961-1968……………………………………… 3
2.1.4 Periode Tahun 1969-1974……………………………………… 4
2.1.5 Periode Tahun 1975-1979……………………………………… 5
2.1.6 Periode Tahun 1980-1990……………………………………… 6
2.1.7 Periode Tahun 1990-Sekarang………………………………. 6
2.2 Visi Perusahaan…………………………………………………………………... 7
2.3 Misi Perusahaan…………………………………………………………………... 7

BAB 3 TEORI DASAR


3.1 Sentral Telepon Digital Indonesia (STDI)……………………………….. 8
3.2 Bentuk Pelayanan STDI………………………………………………………… 9
3.3 Subsistem Dalam STDI………………………………………………………….. 9
3.3.1 Tugas-tugas Utama Setiap Subsistem…………………….. 9
3.3.2 Fugsi Subsistem Dalam Pengembangan…………………. 10
3.3.3 Fungsi Subsistem Dalam Pengoperasian………………… 11
3.3.4 Fungsi Subsistem Dalam Safeguarding…………………… 12
3.4 Digital Line Unit (DLU)………………………………………………………….. 13
3.4.1 Unit-unit DLU Beserta Tugasnya……………………………. 14
3.4.2 Fungsi Pelayanan DLU…………………………………………… 15

BAB 4 SUBSCRIBER LINE MODULE ANALOG (SLMA)


4.2 SLMA COS…………………………………………………………………………….. 17
4.3 Subscriber Line Circuit Analog………………………………………………. 21
4.4 Pengukian Modul SLMA COS Pada DLU……………………………….. 22

BAB 5 KESIMPULAN DN SARAN


5.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….. 24
5.2 Saran……………………………………………………………………………………. 24

iii
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
Gambar SLMA COS
Gambar SLMA COS 02
Gambar SLMA CM 16
Gambar SLMA CMRL

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktek Kerja Industri (Prakerin)

Praktek Kerja Industri atau (Prakerin) dibuat melalui keja sama antara
Departemen Pendidikan Nasional Dengan Dunia Usaha/Dunia Industri yang diwakili
oleh Kamar Dagang dan Industri (Industri Chamber Of Comere and Industry)
dengan dasar hukum keputusan bersama Direktorat Jendral Pendidikan Menengah
Kejuruan Republik Indonesia dan Kamar Dagang Industri No. 0267.4/U/1994 dan
No. 84/RU/X/1994 tanggal 17 Oktober 1994 dengan dibentuk Majelis Pendidikan
Kejuruan Nasional (MPKN) untuk Tingkat Pusat, Majelis Pendidikan Kejuruan
Propinsi (MPKP) untuk Tingkat Kabupaten dan Kota serta Majelis Sekolah (MS)
untuk setiap Sekolah Menengah Kejuruan. Majelis tersebut bertugas untuk
membantu mengkoordinasi lancarnya Prakerin SMK dengan Dunia Usaha/Dunia
Industri sehingga ada Link dan Match sera memiliki Dasar aturan yang jelas guna
menciiptakan lulusan SMK yang mempunyai keahlian.

1.2 Tujuan Prakerin

1. Untuk Memperkokoh keterpaduan kerjasama antara Sekolah dengan Dunia


Industri
2. Membekli Siswa dengan pengalaman yang sebenarnya dalam Dunia
Industri.
3. Memantapkan keterampilan siswa yang didapat dari praktek disekolah.
4. Memantapkan disiplan dan tanggung jawab siswa dalam melaksanakan
tugas.
5. Memberikan Pengalaman dan penghargaan terhadap pengalaman kerja
sebagai sebagian dari proses pendidikan.
6. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian professional.
7. Memantapkan dan mengembangkan pengetahuan dan pelajaran yang
ddapat disekolah dan menerapkan di Dunia Kerja.
8. Mencari alternative pemecahan masalah lebih luas dan mendalam yang
melalui Prakerin.

v
1.3 Pembatasan masalah
Adapun bahasan yang akan penulis dibahas adalah terbatas pada ulasan
sekilas tentang STDI, DLU, sebagai sunsistem didalamnya dan pada modul
SLMA COS sebagai modul yang berfungsi untuk koneksi 8 pelanggan pada DLU
dan STDI.

1.4 Tempat dan Waktu

Kerja Praktek Ini dilaksanakan pada Divisi Produksi dan Purna Jual
Produksi (Prod. Dan Purju Prod.) PT. INTI (Persero) Jl. Moch. Tohha No. 77
Bandung Bandung, dan dilaksanakan mulai dari tanggal 01 Juli 2010 sampai
dengan 31 Agustus 2010.

vi
BAB 2

PROFIL PERUSAHAAN
Milik Negara (BUMN) yang berferk di bidang Industri Telekomunikasi, yang
berada di lingkungan Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS). Tahapan
perkembangan PT. INTI (Persero) Bandung adalah sebagai berikut :

2.1.1 Periode Sebelum Tahun 1945

Sejarah PT. INTI (Persero) dimulai pada tahun 1926 dngan didirikannya
Laboratorium Pos Telepon Dan Telegraf (PTT) didaerah Tega lega, sekarang
jalan Moch. Tohha Bandung. Sebagai pengembangan dari Laboratorium ini,
maka pada tahun 1929 didirikan LaboratoriumRadio serta Pusat Perlengkapan
Radio dilokasi yang sama. Kemudian Laboratorium ini menjadi bagian
terpenting untuk penelitin dan pengembangan telekomunikasidi Indonesia.

2.1.2 Periode Tahun 1945-1960


Setelah perang dunia ke-2 selesai, laboratorium tersebut ditingkatkan
kedudukannya menjadi laboratorium telekomunikasi yang mencakup bidang
telekomunikasi yaitu telephone,radio, telegram dan lain sebagainya.

2.1.3 Periode Tahun 1961-1968


Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 240 Tahun 1961, Jawatan
Pos, Telepon dan Telegraf berubah status menjadi Perusahaan Negara Pos dan
Telekomunikasi (PN. POSTEL). Didalam Struktur organisasi PN. POSTEL antara
lain dicantumkan bahwa bagian penelitian berada dibawah DirektortRiset dan
Perencanaan. Sementara bagian perbengkelan dan kendaraan bermotor
berada di bawah Direktorat Perlengkapan Kantor.
Kemudiaan dengan peraturan Pemerintah (PP) No. 300 Tahun 1965,
didirikan Perusahaan Negara Telekomunikasi (PN. Telekomunikasi). Bagian
penelitian dan perlengkapan yang sebelumnya merupakan dua begian yang
terpisah dalam strukur Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi,
digabungkan dan berganti nama menjadi Lembaga Administratif, Bagian
Penelitian dan Bagian Produksi.
Pada tanggal 25 Mei 1966 dilakukan kerja sama antara Perusahaan
Negara Telekomunikasi dengan Siemens AG, yang pelaksanaannya dibebankan
kepada Lembaga Penilitian dan Pengembangan Industri Pos dan
Telekomunikasi (LPPI POSTEL). Untuk merealisasikan kerjasama tersebut, pada
tanggal 17 Februari 1968 dibentuk bagian pabrik telepon dalam lembaga
organisasi lembaga penelitian, Pengembangan Industri, maka Lembaga
Penelitian, Pengembangan Industri Pos dan Telekomunikasi (LPPI POSTEL) yang

vii
berpangkal pada pabrik telepon, dan diresmikan pembukaannya oleh Menteri
Ekonomi Keuangan dan industry (EKUIN) pada saat itu, yaitu Sri Sultan
Hamengkubuwono IX.

2.1.4 Periode Tahun 1969-1974


Pada tanggal 1 s/d 3 Otober 1970, diadakan rapat kerja Pos dan
Telekomunikasi di Jakarta. Rapat kerja tersebut antaralain menghasilkan
bahwa Lembaga Penelitian,Pengembangan Industri Pos dan Telekomunikasi
(LPPI POSTEL) diberikan waktu kurang lebih empat tahun untuk
mempersiapkan diri agar dapat berdiri sendiri di bidang keuangan,
kepegawaian, dan peralatan. Pada Tahun 1971, diadakan pengembangan dan
pemiahan dalam organisasi Lembaga Penelitian, Pengembangan Industri Pos
dan Telekomunikasi (LPPI POSTEL), yaitu:
a. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pos dan Telekomunikasi (LPPI
POSTEL) yang mempunyai tugas pokok dalam bidang pengujian, penelitian
dan pengembangan sarana pos dan telekomunikasi, baik dalam teknologi
maupun operasionalnya.
b. Bidang Industri (Produksi) sebagai badan hukum yang berdiri sendiri,
dengan tugas pokok memproduksi saran telekomunikasib sesuai dengan
kebutuhan nasional.
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Perhubungan Republik
Indonesia No. KM/32/R/PHB/1973 tertanggal 8 Maret 1973 ditetapkan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Dalam tubuh Lembaga Penelitian, Pengembangan dan Industri Pos dan
Telekomunikasi (LPPI POSTEL) diresmikan Bagian Industri Telekomunikasi
oleh Presiden Republik Indonesia pad tanggal 22 Juni 1968 di Bandung.
b. Untuk keperluan Industri Telekomunikasi tersebut diatas, ditetapkan
bentuk usaha dan bentuk hukum yang sebaik-baiknya sehingga
mendapatkan fasilitas yang cukup dalam lingkungan Lembaga Penelitian,
Pengembangan dan Industri Pos dan Telekomunikasi Direktorat Jendral Pos
dan Telekomunikasi.
c. Dalam tahun 1972, struktur organisasi formil LPPI POSTEL telah diubah
menjadui Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pos dan Telekomunikasi
(LPP POSTEL).
d. Berhubungan dengan itu dianggap tepat apabila industry tersebut diatas
diterapkan sebagai proyek Industri Telekomunikasi yang dipimpin oleh
Kepala Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pos dan Telekomunikasi.
e. Proyek Industri Telekomunikasi tersebut dipimpin oleh Kepala Lembaga
Penelitian dan Pengembangan Pos dan Telekomunikasi, yaitu : Ir. M. Yunus.
Adapun tugas proyek yang dimaksud adlah untuk merencanakan dan
menetapkan hal-hal sebagai berikut:

viii
a. Bentuk usaha dan bentuk hukum, badan-badan usaha perindustrian
telekomunikasi yang diperlukan.
b. Peraturan-peraturan tentang pemisahan atau penyesuaian material dan
fasilitas dari Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pos dan
Telekomunikasi untukdimanfaatkan oleh badan usaha perindustrian
telekomunikasi yang bersangkutan.
c. Tata cara dan prosedur pendirian badan hukum perusahaan perindustrian
telekomunikasi dengan kemungkinan mengikutsertakan modal dari dalam
atau luar negeri yang sesuai dengan peraturan yang berlaku, kemudian
dari Pertauran Pemerintah Republik Indonesia untuk pendirian perusahaan
perseroan di bidang industry telekomunikasi.
Agar pelaksanaan kegiatan produksi tersebut dapat berjalan dengan
lancar, maka dipandang perlu untuk menentukan bentuk usaha yang sesuai
dengan sifat dan bidangnya, yaitu Perusahaan Perseroan (Persero). Dalam
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. Kep 117/MK/IV/12/1974
dan melalui ake notais Abdul Latief No. 332, ditetapkan proyek Industri
Telekomunikasi diubah menjadi PT. Industri Telekomunikasi Indonesia
(Persero) sejak tanggal 30 Desember 1974.

2.1.5 Periode Tahun 1975-1979


Tahap ini merupakan percobaan menuju industry dengan
tingkat perkembangan yang masih belum stabil. Hasil produksi yang penting
adalah pesawat radio HF/SSB dan alat penunjang kelancaran pemilu berupa
Sambungan Telepon Kendaraan Bermotor (STKB).

2.1.6 Periode Tahun 1980-1990


Dalam pengelolaannya, PT. INTI (Persero) berada dibawah
pembinaan Departmen Perhubungansampai tahun 1983, kemudian dari tahun
1984 sampai tahun 1989 berada dibawah Pembinaan Direktorat Jendral Pos
dan Telekomunikasi. Pada tahun 1989, sebagai perwujudan dari Peraturan
Pemerintah No. 59 tahun 1983, melalui Keputusan Presiden No. 44 Tahun
1989, Tanggal 16 Oktober 1989, PT. INTI (Persero) ditetapkan menjadi BUMN
Industri strategis,yang pembinaannya diserah teimakan kepada Badan
Pengelola Industri Strategis (BPIS) dan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) bersama-sama dengan sembilan BUMN lainnya (PT. Krakatau
stell, PT. IPTN, PT. LEN Industri, PT. PINDAD, PT. Dahana, PT. INKA, PT. PAL, PT.
Barata dan PT. BBI). Tahap ini merupakan tahap pemantapan struktur menuju
lepas landas Pelita IV. Perkembangan terutama didukung oleh keputusan
pemerintah dengan sasaran program dan ditetapkan system telekomunikasi
nasional sehingga melahirkan pabrik telekomunikasi digital pertama di
Indonesia.

ix
2.1.7 Periode Tahun 1990-Sekarang
Masih merupakan rencana dimana PT. INTI (Persero) bersama
dengan Industri dalam negeri lainnya harus mampu untuk tumbuh dan
berkembang secara mandiri. Hal ini karena usaha pencapaian teknologi
merupakan dasar bagi pencapaian sasaran tersebut. PT. INTI (Persero)
merupakan BUMN yang bergerak di bidang pertelekomunikasianyang menjadi
basis atau tulang punggung dari kemampuan nasional dan memenuhi
kebutuhan dalam bidang telekomunikasi dan alat elektronika professional.

Dibawah pembinaan BPIS, PT. INTI (Persero) terus mengembangkan diri


dan membentuk beberapa perusahaan patungan barsama-sama dengan PT.
TELKOM, PT. INDOSAT, koperasi-koperasi dan perusahaan-perusahaan swasta
nasional bahkan juga dengan perusahaan swasta asing.

Dengan berbagai pertmbangan untuk mendukung berlangsungnya allih


teknologi, maka PT. INTI (Persero) hingga saat ini telah mengadakan kerjasama
dengan beberapa perusahaan yang bergerak dibidang usaha telekomunikasi
dan elektronika dengan beberapa Negara, yaitu :

a. Siemens AG. Jerman.


b. Bell Telephone Manufacture Ltd. Atau ITT Belgia.
c. VIZ Manufacture Ltd. Philadelphia, Amerika Serikat.
d. Japan Radio Co. Ltd. Jepang.
e. Ericson, Swedia.
f. NIPPON Electronoc Co. Ltd (NEC) atau SUMITOMO Corporation, Jepang.
Perkembangan yang telah dicapai didukung oleh proyeksi arah
teknologi yang akan datang serta dengan peningkatan kualitas karyawan,
merupakan factor yang mempercepat laju perumbuhan perusahaan.

2.2 Visi Perusahaan

Menjadikan PT. INTI (Persero) sebagai pilihan utama transforming


Dream To Reality (yang menjanjikan mimpi menjadikan kenyataan).

2.3 Misi Perusahaan

PT. INTI akan memfokuskan sepenuhnya pada kegiatan jasa


engineering yang sesuai dengan spesifikasi dan permintaan konsumen dan dalam
menjalankanbisnis akan diupayakan agar kepentingan Para Stakeholders mendapat
perhatian utama, dengan strategi Fokus pada bidang jasa pelayanan infokom dengan
penekanan pada Infocom &Technology Integrator (ISTI).

BAB 3

x
TEORI DASAR

3.1 Sentral Telepon Digital Indonesia


Sentral Telepon Digital Indonesia (STDI) yaitu suatu sentral telepon Stored
Program Control (SPC) dengan switching digital sentral SPC adalah suatu sentral
telepon dengan system pengontrolan tidak langsung, dimana setiap angka tidak tidak
langsung menggerakan selector, tetapi disimpan terlebih dahulu, lalu kemudian
dikodekan. Ditinjau dari jaringan penghubung (switching) ada dua jenis sentral SPC
yaitu analog dan digital. Pada SPC analog maupun digital system penyambungannya
memakai rangkaian digital.
Pada sentral analog, sinyalpembicaraan tidak mengalami perubahan pada
proses penyambungannya, tetapi pada sentral digital, sinyal pembicaraan lebih dahulu
disampling dengan frekuansi sampling dengan frekuensi sampling 8000Hz/8KHz
kemudian menjadi pulsa-pulsa PAM (Pulse Amplitude Modulation). Pulsa-pulsa PAM
ini kemudian dikodekan menjadi pulsa-pulsa PCM (Pulse Code Modulation).
Pengkodean pulsa PAM menjadi pulsa PCM menggunakan 8bit sehngga akan
membentuk PCM word 8bit untuk setiap level. Pada Switching system digital
digunakan dua dasar switching yaitu time switching dan space switching. Pada time
switching setiap group 8bit dari PCM word di switch dari saluran masuk ke saluran
keluar tanpa mengubah timeslot sesuai dengan permintaan panggilan. STDI sangat
berguna untuk perkembangan telekomunikasi di Indonesia saat ini dan masa yang
akan datang, karena memiliki keunggulan sebagai berikut :
 Seluruh sistem menggunakan perangkat digital. Pengoperasian dan
perawatan dapat dilakukan dengan menggunakan terminal local atau
remote dan dengan menggunakan perangkat OMC (Operation and
Maintenance Center) beberapa sentral dapat dikontroldari terminal pusat.
 Sistem dapat memberikan dengan mudah untuk menembah atau
menetapkan pelayanan baru kepada pelanggan telepon.
 Sebagai system yang berwawasan ke masa depan, maka STDI telah
dirancang sesuai Rekomendasi CCITT dan siap berhadapan dengan suatu
Jaringan Digital Pelayanan Terpadu yang lebih dikenal dengan ISDN
(Integrated Service Digital Network) dimana pensinyalan yang
digunaknsesuai dengan rekomendasi CCITT No. 7 yaitu suatu pensinyalan
kanal sekutu (Common Channel Signalling).
 Memiliki Konsentrator digital DLU yang berfungsi untuk melayani
pelanggan yang jaraknya berjauhan dari STDI.

3.2 Bentuk Pelayanan Dari STDI

xi
STDI sangat menguntungkan bagi seluruh jenis sentral tanpa memandang
ukuran sentral maupun kondisi lokasi sekitarnya sehingga pelayanan ang ddapat
diberikan berupa : sentral local, sentral transit, sentral kombinasi, sentral
internasional dan sentral rural.

STDI dapat berbentuk atau bertugas sebagai :

 Lokal Exchange (sentral lokal)


Lokal Exchange memberikan layanan (service) kepada pelanggan analog
(rotary dialing atau pushbutton, termasuk yang terhubung ke PABX), telepon
otomat dan terminal-terminal ISDN yang dapat dihubungkan secara langsung
atau melalui concentrator. Hubungan antara pelanggan dengan trunk atau
antara dua pelanggan dilakukan secara otomatis.
 Transit Exchange (sentral transit)
Transit Exchange dapat menghubungkan digital trunk dan analog trunk
(melalui signaling converter) dengan pensinyalan ang bermacam-macam.
Hubungan antar trunk dilakukan secara otomatis.
 Combined Exchange (Sentral Kombinasi)
Sentral jenis ini dapat memproses hubungan-hubungan local dan transit.
 International Exchange (Senral Internasional)
Sentral ini melayani hubungan internasional, misalnya yang melalui satelit.
Hubungan antar trunk dapat dilaksanakan secara otomatis maupun melalui
switchboard.
 Rural / Container Exchange (Sentral Rural)
Rural Exchange dioperasikan di daerah-daerah yang jumlah pelanggannya
sedikit. Sentral jenis ini ditempatkan dalam sebuah container.

3.3 Subsistem Dalam Sentral Telepon Digital Indonesia (STDI)

STDI Terdiri dari beberapa subsistem utama yaitu :

 DLU (Digital Line Unit)


 LTG (Line Trunk Group)
 SN (Switching Nework)
 CP (Coordination Procecor)

3.3.1 Tugas-tugas Uama Setiap Subsistem

1. Digital Line Unit (DLU)


- Melaksanakan penyambungan secara fisik untuk berbagai jenis saluran.
- Mengubah Informasi suara dan signalling ke dalam bentuk PCM.
2. Line Trunk Group (LTG)
- Melaksanakan penyambungan secara fisik untuk berbagai jenis saluran.

xii
- Memproses dan mengubah informasi sinyal suara dan Signalling dari
maksimum 2000 pelanggan atau dari 120 saluran dengan maksimum
kapasitas trafik 100 erlang.
3. Switching Network (SN)
- Menghubungkan Speech Channel antar LTG secara elektronis dan langsung
dengan nilai kegagalan kurang dari 5 x 0,00001.
- Menghubungkan message channel antara LTG dan CP
4. Coordination Processor (CP)
- Mengontrol call processing, memproses tugas-tugas administrative dan
tugas-tugas penunjang, dan menjamin keadaan pusat sinkronisasi sentral.
Tugas-tugas tersebut diatas adalah tugas setiap subsystem secara umum.
Tugas-tugas yang lebih spesifik dapat melputi fungsi-fungsi subsistem
dalam melaksanalan penyambungan dan pengoperasian serta
pemeliharaan (operation and maintenance)dan safeguarding.

3.3.2 Fungsi Subsistem Dalam Penyambungan.

 Digital Line Unit (DLU)


 Sebagai Interface fisik terhadap pelanggan.
 Mengkonsentrasikan hubungan.
 Mengubah digit-digit dekadik.
 Memonitor subscriber loop
 Membangkitkan dan mengirimkan ringing current
 Line Trunk Group (LTG)
 Mengatur data-data pelanggan.
 Mengatur pre-proses dari digit-digit.
 Memproses informaasi signaling
 Mengontrol physical interface.
 Coordination Processor (CP)
 Menentukan zone biaya.
 Menerjemahakan digit-digit.
 Mengubah tarif biaya.
 Memilih hubungan yang terbaik melalui SN.
 Melakukan Routing.

3.3.3 Fungsi-fungsi Subsistem dalam Melaksanakan Pengoperasian dan Perawatan


(Operation and Maintenance).

 Digital Line Unit (DLU)


 Membangkitkan dan mengirim pulsa-pulsa biaya kepada subscriber
tertentu.
 Line Trunk Group (LTG)
 Menghitung Jumlah pulsa biaya.

xiii
 Mengamati kelancaran hubungan.
 Coordination Processor (CP)
 Memonitor dan menyimpan data pengukuran hubungan.
 Menyimpan data-data biaya.
 Mengatur kelancaran pelayanan-pelayanan khusus untuk pelanggan.
 Melaksanakan tugas pengoperasian dan perawatan.
 Membuat statistic.
 Mengatur administrasi data.

3.3.4 Fungsi Subsystem dalam Safeguarding.

1. Digital Line Unit (DLU)

- Bila hubungan dengan LTG putus, DLU tetap dapat melaksanakan


hubungan telepon antar pelanggan dalam satu DLU itu sendiri.

2. Line Trunk Group (DLU)

- Memeriksa hubungan dengan DLU.


- Mengecek hubunngan dengan LTG A dan LTG B.

3. Coordination Processor (CP)

- Menganalisis kerusakan-kerusakan

- Melaksanakan pengujian dan diagnosis.

Untuk lebih jelasnya, mengenai subsisem dalam STDI dapat dilihat pada gambar
berikut :
AccessL L Switching
D TL
L GT
U DG
U C
L
SN
Common CH.
SignallingC CC
NC
C

CoordinationS
SY
CP P
M
S M
BC
CC
GC

3.4 Digital Line Unit (DLU)

xiv
Digital Line Unit diginakan untuk menghubungkan group-group terisolir dari
pelanggan-pelanggan baru ke jaringan digital pelayanan terbaru ISDN ke suatu
system STDI. Suatu DLU dapat dihubungkan dengan maksimal 952 pelanggan.

Pada Keadaan operasi normal, keterhubungan diatur oleh switching Network


(SN) dari sentralnya. DLU mempunyai bebrapa kegunaan diantaranya seperti yang
telah disebutkan pada fungsi dan tugas dari subsistem DLU.Sebagai suatu
pengembangan dari suatu sentral konvensional yang dekat dengan system STDI
dikembangkan, panggilan dari pelanggan-pelanggan yang terhubung dari suatu DLU
ke pelanggan-pelanggan yang terhubung pada suatu sentral konvensional
dilewatkan melalui sentral STDI terdekat.Untuk Lebih jelas mengenai penerapan dai
Digital Line Unit dapat dilihat pada gambar berikut :

Sentral STDI

CP MB
B

Remote equipment in local


LTG A
Directory Number

Remote equipment in another


DLU LTG B
Directory Number Area SN

DLU LTG B

Substitute for exchange close To an STDI Network

DLU LTG B

Expansion of a convensional exchange

Sentral SAD LTG C


konvensional

DLU LTG B

(Gambar 3.2 Penerapan dari Digital Line Unit)

3.4.1 Unit-Unit Digital Line Unit Beserta Tugas-Tugasnya

xv
 Subscriber Line Module Analog (SLMA)
 Menjadi Interface untuk maksimal 8 pelanggan.
 Menyalurkan ring current dan pulsa biaya.
 Mengisolasi subscriber loop untuk tujuan pengetesan.
 Mengubah sinyal-sinyal control dari pelanggan.
 Subscriber Line Module Digital (SLMD)
 Sama dengan SLMA dengan perbedaan yaitu SLMD melayani
maksimum 8 pelanggan ISDN.
 Ring Generator dan Metering Generator (RGMG)
 Memebangkitkanring current dan metering voltage
 Digital Interface Unit DLU (DIUD)
 Menyalurkan Sinyal-sinyal suara melalui 2 suara saluran PCM-30
 Membangkitkan nada-nada dan melaksanakan penyambungan internal
(antara pelanggan-pelanggan satu DLU) pada waktu DLU dalam
keadaan emergency.
 Test Unit (TU)
 Membangkitkan dan menyalurkan sinyal-sinyal pengeesan pada saluran
pelanggan untuk keperluan pengetesan / pengukuran yang dilakukan,
pengukuran / pengetesan yang dilakukan antara lain : Pengukurn
tahanan, pengukuran kapasitansi pengukuran AC/DC, dan pengukuran
frekuensi.
 Emergency Modul For Pushbutton Subscriber (EMSP)
 Mengubah sinyal DTMF menjadi sinyal dekadik pada saat emergency.
 External Alarm Set (ALEX)
 Sebagai Phsyical interface untuk maksimum 16 external alarm untuk
tujuan service.

Pada satu DLU terdapat maksimum 7 shelf, dan tiap shelf terdapat modul-
modul yang telah menduduki posisi yang pasti. Kedudukan Modul tersebut
dtentukan melalui program yang dimasukkan. Gambar fisik Digital Line Unit dapat
dilihat pada lembar lampiran.

xvi
(Gambar 3.3 Konfigurasi Modul-Modul DLU)

3.4.2 Fungsi Pelayanan Digital Line Unit

Digital Line Unit mempunyai fungsi-fungsi pelayanan sebagai berikut :

1. Pada sisi pelanggan A (sebagai pemanggil)


- Mendeteksi tertutup atau terbukanya loop pelanggan
- Menyediakan loop pelanggan.
- Mengintegrasi pulsa panggilan dan mengkonversikannya kedalam digit-
digit kemudian mentransmisikan dari pulsa dil pelanggan ke LTG B.
- Menginjeksikan harga dari meteran pulsa dibawah control LTG B.
- Mentransmisikan MFC (Multyfrequency Code) dari pelanggan dengan
peralatan tombol tekan ke LTG B.

Fungsi tmbahan selama pelayanan darurat :

- Menghubungkan dial tone mengikuti pendeteksian loop tertutup.


- Menghubungkan suatu penerima tombol tekan untuk digit masukan
bagi pelanggan dengan peralatan tombol tekan

xvii
- Memutuskan dial tone mengikuti pendeteksian dari digit terpanggil
pertama atau terbukanya loop pelanggan.
- Memilih dan menyalurkan slot waktu kanal bicara apabila pelanggan B
(yang dipanggil) bebas.
- Menghubungkan nada sibuk ketika pelanggan B sedang sibuk.
- Memutuskan nada sibuk ketika pembukaan loop pelanggan A.
- Menghubungkan nada bebas ketika pemilihan berhasil.
- Memutuskan nada bebas ketika pelanggan B memberikan jawaban
atau pembukaan loop pelanggan A.
2. Pada sisi pelanggan B (sebagai terpanggil)
- Menghubungkan tegangan Bell dengan pola dering sesuai kendali LTG B.
- Memutuskan dering saat penutupan loop pelanggan.
- Mentransmisikan pesan respektifke LTG B ketika penutupan dan
pembukaan loop pelanggan (menjawab dan melepaskan).

Fungsi tambahan selama pelayanan darurat :

- Menghubungkan tegangan dering dengan pola dering mengikuti


keberhasilan panggilan dari pelanggan A.
- Menghubungkan nada sibuk ke pelanggan B jika pelanggan A menutup
handset terlebih dahulu.
- Memutuskan nada sibuk tersebut ketika pelanggan B melakukan hal
yang sama kemudian.

BAB 4

xviii
Subscriber Line Module Analog (SLMA)
4.1 Subscriber Line Module Analog COS

Subscriber Line Module Analog for Digital Concentrator for Ordinary Subscriber
(SLMA COS) digunakan sebagai koneksi 8 buah pelanggan ke DLU dalam system
STDI. Setiap modul berisi 8 buah sirkuit untk jalur analog untuk pelanggan disebut
Subscriber Line Circuits Analog for Digital Concentrator.

Fungsi-fungsi SLMA COS secara lengkap adalah :

 Sebagai jalur pendeteksa keadaan idle.


 Sebagai jalur pendeteksi keadaan off hook.
 Sebagai jalur pengirim tone ke pelanggan.
 Sebagai jalur pengawasan saluran dalam keadaan berbicara.
Informasi pembicaraan yang di digitalkan ked an dari SLMA COS disebarkan
melalui duplikat internal DLU. Gambar fisik dari modul SLMA COS dapat dilihat pada
lembar lampiran. Pada 8 rangkaian saluran pelanggan , SLMA COS mempunyai
antarmula daiantaranya :
J1 Antarmuka saluran pelanggan yang merupakan kemampuan hubungan
untuk 8 pelanggan.
J2 Antarmuka akses uji merupakan kemampuan untuk menghubungkan
pelanggan dan SLCA ke peralatan uji.
J3 Antarmuka pengendalian yang merupakan pemberi untuk sinyal PRS
dan SYNRING.
J4 Antarmuka suplay yang merupakan penyedia suplay tegangan dan
dering AC.
J5 Antarmuka trnsmisi sinyal yang merupakan penghubung SLMCP dengan
DLUC
J6 Antarmuka transmisi pembicaraan yang merupakan transmisi dari
saluran pembicaraan PCM dan penerapan clock PCM.

SLMA COS mempunyai antarmuka seprti terlihat pada gambar 3.4 berikut :

xix
(Gambar 3.4 Antarmuka SLMA COS)

a. Antarmuka Saluran Pelanggan J1


Antarmuka ini menediakan kemmpuan untuj menghubungkan 8 saluran pelanggan
analog ke modul SLMA COS. Ini memungkinkan hubungan dari pelanggan campuran yaitu
yang menggunakkan dial pulsa dan tombol tekan (dial tone).
b. Antarmuka Akses Uji J2
Akses Uji (relay Y) digunakkan untuk interupsi saluran pelanggan ke rangkaian
pelanggan. Kabel A dan B dari saluran pelanggan dan masing-masing kabel dari rangkaian
pelanggan dihubungkan ke modul test agar sisi saluran dan sisi pelanggan dapat diuji.

xx
c. Antarrmuka Kendali J3
Digunakan untuk penerapan signal PRS dan SYNRING ke modul SLMA COS. Sinyal
SYNRING digunakkan untuk melaksanakan dua fungsi sebagai berikut :
 Hubungan Relay Ringring
Untuk mendukung pelayanan dan relay ringring yang diperlukan, maka perlu
untuk menghubungkan dan memutuskan relay-R hanya ketika terjadi
tegangan crossover.
 Mereset SLMCP
SLMCP direset dengan sinyal SYNRING setelah terjadi suatu kegagalan atau
setelah kenaikan daya.

Sedangakan sinyal PRS digunakan apabila suatu converter tegangan rusak,


dimana pengawas tegangan akan mentransmisikan sinyal PRS (Peripheral Reset
Signal). Pada kasus terjadi kerusakan, potensial dari saluran PRS diubah dari low ke
high. PRS terjadi apabila tegangan terlalu tinggi ataupun terlalu rendah atau rusak.
d. Antarmuka Suplay J4
Antarmuka ini memberi modul SLMA COS dengan potensial ringring dan
tegangan suplay. Egangan suplay yang digunakan adalah sebagai berikut :
(+5 V) Untuk Coslac, IC dan penguat operasional (op-amp)
(-5 V) Untuk Coslac
(+12 V) Untuk Relay
(-12 V) Untuk Penguat operasional
e. Antarmuka Transmisi Sinyal J5
Perintah dari DLUC ke SLMA COS dan pesan SLMA COS ke DLUC ditransmisikan
dengan menggunakan antarmuka ini. Pesan dibawa pada saluran SII (Signal
Incoming) dan perintah dibawa pada saluran SIO (Signal Outgoing).
f. Antarmuka Transmisi pembicaraan J6
Antarmuka ini menangani transmisi dari pembicaraan terdigitalisasi.
Antarmuka ini tersusun dari 2 link PCM yang independen dan 2 sistem clock.
Saluran 0DX dan 1DX (data transmit) membawa informasi pembicraan digital yang
akan ditransmisikan ke system bus PCM. Sedangkan saluran 0DR dan 1DR (data
receive) menerima informasi pembicaraan digital dari system bus PCM.

Diagram Blok SLMA COS


Berikut group-group fungsi pada modul SLMA COS seperti yang tertera pada
gambar 3.5 berikut :

xxi
Gambar 3.5 Group-group fungsi pada modul SLMA COS

Pada dasarnya modul SLMA COS terdiri dari 2 fungsional groupyaitu SLCA:C
dan Controller. Jumlah SLCA:C terdiri dari delpan buah dengan identifikasi yaitu
SLCA:C0 sampai SLCA:C7. Controller dibagi dua yaitu control Unit dan Control for
Speech Interface, dimana controller ini mengendalikan kedelapan sirkit SLCA:C
tersebut.
Pada SLCA:C dapat tersambung dengan pelanggan analog jenis rotary dialing
maupun pushbutton. SLCA:C dapat merubah sinyal pembicaraan analog dari
pelanggan ke dalam sinyal digital dan diteruskan ke DLUC melalui Speech higway
(SH). Pada arah berlawanan sinyal informasi pembicaraan digital dari SH dirubah
menjadi signal analog dan diteruskan ke pelanggn. Masing-masing SLCA dilengkapi
dengan Test Switch dan indikasi sirkuit untuk mendeteksi kondisi loop dan fungsi
pengetesan.
Control Unit berfungsi mengontrol command & message antara SLCA:C dan
DLUC dan sebaliknya. Serta mengendalikan SLCA antar nol sampai dengan tujuh
yang terhubung ke Speech Highway pada waktu yang ditentukan. Control Unit juga
berfungsi untuk supervise terhadap rangkaian modul SLMA COS.

xxii
4.1.2 Subscriber Line Circuit Analog (SLCA)

Setiap port yang terdapat pada SLMA COS disebut dengan SubscriberLine
Circuit Analog (SLCA). Setiap SLCA mempunyai komposisi rangkaian sebgai berikut :

 Tes Akses
Digunakan untuk pengetesan pada dua sisi pelanggan arah keluar
sirkuit SLCA:C arah kedalam.
 Jaringan suplay dan indicator dengan rangkaian evaluasi
Pelanggan dicatu dari tegangan sentral melalui bagian ini, baik dalam
kondisi bebas dimana impedansinya besar maupun kondisi pengabelan
dimana impedansinya rendah.
 Rangkaian Hybrid
Sebagai penyesuai tegangan dan arus pada trafo.
 Relay
Untuk monitor kondisi pelanggan, sebagai jalur untuk ringring.
 Coslac
Sebagai A/D dan D/A konverter.

4.1.3 Pengujian Modul SLMA COS pada DLU

Pengujian DLU sebagai system merupakan tahap akhir dari pengetesan


modul-modul penyusunnya, dmana pada pengujian ini dilihat apakah setiap modul
bekerja dengan baik dan berinteraksi secara benar dengan modul-modul lainnya
sehingga menghasilkan suatu system DLU yang dapat berfungsi dengan baik.
Dimana dalam hal ini digunakan Operation Maintenance Terminal (OMT) sebagai
perangkat uji. Pengujian DLU dengan menggunakan perangkat uji OMT dapat
dilakukan dalam dua jenis yaitu :

1. Pengujian Penuh (Test All)


Pada pengujian ini dilakukan test terhadap modul-modul yang ada pada system
secara penuh dalam arti seluruh jalur system dan fungsi-fungsi setiap modul
diuji.
2. Pengujian cepat (Quick Test)
Pada pengujian ini, hanya dilakukan test terhadap poin-poinnya saja. Pada saat
pengujian OMT mengirimkan sebuah tugas kepada modul test yang letaknya
telah ditentukan. Pada modul test, parameter-parameternya diasosiasikan
dengan masing-masing port yang dipilih dan dikirim ke modul SLMA. Prosesor
SLMCP memanggil parameter-paremeter yang diterima ke dalam Coslac dan
membandingkannya dengan cara membacanya kembali. Apabila suatu
kesalahan terdeteksi, maka suatu switch ke bagian system lain clock akan
dieksekusi dan pembacaan operasi diulang. Ketika semua parameter sudah
diperiksa, test modul mengirimkan suatu acknowledgment kepada operator

xxiii
dalam hal ini OMT dalam bentuk personal Computer (PC). OMT memeriksa
acknowledgment yang diterima dan menunjukan port yang mengakibatkan
kesalahan.

4.1.3 Penanganan Kesalahan Modul SLMA COS


Setelah diketahui SLMA COS mana yang mengalami gangguan, maka
akan lebih mudah untuk melakukan penanganannya. Pemeriksaaan komponen
cukup dilakukan pada port yang dinyatakan mengalami gangguan dari hasil
pengetesan dengan OMT.
Pemeriksaan komponen kebanyakan dilakukan dengan menggunakan
Osciloscope. Setelah ditemukan komponen mana yang rusak, maka komponen
tersebut dicabut dengan menggunakan attractor(penyedot timah) terlebih
dahulu dan kemudian diganti dengan komponen baru.
Setelah Modul tersebut selesai ditagani maka kemudian modul tersebut
kembali di test pada sentral dengan menggunakan OMT. Modul dikatakan lulus
test setelah minimal 3 hari terletak pada sentral dengan hasil test uji selama 3
hari berturut-turut dinyatakan OMT tidak mengalami gangguan.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
 Modul SLMA COS berfungsi sebagai subsistem pada STDI

xxiv
 Modul SLMA COS digunakan sebagai pengkoneksi 8 buah pelanggan ke
DLU dalam STDI, pada setiap modul berisi 8 buah sirkuit untuk jalur
analog untuk pelanggan.
 Digital Line Unit (DLU) digunakan untuk menghubungkan group-group
terisolir dari pelnggan-pelanggan baru ke jaringan digital pelayanan
terbari ISDN ke suatu system STDI. Suatu DLU dapat dihubungkan
dengan maksimal 952 pelanggan.
 Test Uji kesalahan melalui Operation and Maintenance Terminal
berguna untuk mempermudah mencari letak kesalahan pada modul.
 Subscriber Line Module Analog for Gigital Concentrator for Ordinary
Subscriber (SLMA COS) adalah salah satu modul penyusun dari Digital
Line Unit (DLU) yang merupakan salah satu subsistem dari STDI.
 Pada STDI Terdiri dari beberapa subsistem utama yaitu DLU (Digital Line
Unit), LTG(Line Trunk Group), SN(Switching Network), CP (Coordination
Procecor).

5.2 Saran

Kami selaku pelajar yang masih perlu banyak belajar dan menambah
ilmu diharapkan agar dapat menerima kritik dan saran yang membengun dari
para pembaca.

xxv

Anda mungkin juga menyukai