Ujian Akhir Semester Filsafat Ilmu Pengetahuan
Ujian Akhir Semester Filsafat Ilmu Pengetahuan
Sebagai Ujian Akhir Semester yang Bersifat On Line Mata Kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan
Jakarta
2010
1. Jelaskan dengan tepat hubungan antara Ilmu, Filsafat dan Agama! Bagaimana keterkaitan
Jawaban:
Ilmu, Filsafat, dan Agama memiliki keterkaitan yang sangat erat, walaupun
sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa telah terjadi hujatan dan penentangan yang
begitu keras dan sekaligus membabi buta dari beberapa kalangan mengenai kehadiran
Mengutip apa yang dikatakan oleh Al-Kindi, bahwa ilmu, filsafat dan agama
pengetahuan tentang kebenaran itu meliputi juga pengetahuan tentang Tuhan, tentang
keesaan-Nya, tentang apa yang baik dan berguna, maka barang siapa saja yang menolak
untuk mencari kebenaran dengan alasan bahwa pencarian seperti itu adalah kafir, maka
Di antara filsuf muslim yang paling peduli untuk menjawab perihal hubungan
filsafat dengan agama ini adalah Ibn Rusyd. Ibn Rusyd bahkan menulis sebuah karya
filsafat dan agama. Menurut Ibn Rusyd, antara filsafat dan agama sesungguhnya tidak ada
belajar filsafat.
Jika filsafat mempelajari secara kritis tentang segala wujud yang ada dan
merenungkannya sebagai petunjuk ‘dalil’ adanya sang pencipta dari satu sisi dan syari’ah
pada sisi yang lain telah memerintahkan untuk merenungkan segala wujud yang ada,
maka sesungguhnya antara apa yang dikaji oleh filsafat dan apa yang dianjurkan oleh
syari’ah telah saling bertemu. Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa mempelajari
berbunyi :
Artinya : Renungkanlah olehmu untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang
Artinya: dan Apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan
segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan
mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah Al Quran itu?
Ayat diatas adalah ayat yang menganjurkan supaya manusia menggunakan akal
tentang alam semesta ini dengan penalaran. Namun demikian, untuk bisa melakukan
penalaran yang benar maka disyaratkan seseorang itu harus mengetahui terlebih dahulu
beberapa metode atau cara berpikiran yang logis dengan mempelajari ilmu logika supaya
alat untuk berfilsafat dengan kewajiban yang ditetapkan oleh para fuqaha (ahli fiqih)
memperoleh pengetahuan tentang penalaran hukum dari surat Al Hasyr ayat 2 maka
alangkah lebih pantas jika ayat tersebut dijadikan sebagai dalil mengenai hubungan ilmu,
filsafat, dan agama, yaitu tentang wajibnya untuk mempelajari pengetahuan rasional
(ilmu dan filsafat) bagi mereka yang ingin mengetahui Tuhan dan ciptaan-Nya.
Sumber lain menerangkan keterkaitan antara ilmu, filsafat, dan agama sebagai
suatu sistem, dimana filsafat merupakan pendalaman lebih lanjut dari ilmu (hasil
pengkajian filsafat selanjutnya menjadi dasar bagi eksistensi ilmu), Filsafat dan ilmu
dapat membantu menyampaikan lebih lanjut ajaran agama kepada manusia. Filsafat
membantu dalam memastikan arti objektif tulisan wahyu. Sebaliknya, agama dapat
membantu memberi jawaban terhadap problem yang tidak dapat dijangkau dan dijawab
oleh ilmu dan filsafat. Ketiganya dapat saling menunjang dalam menyelesaikan persoalan
Hubungan keterkaitan antara ilmu, filsafat, dan agama, dapat digambarkan dengan bagan
berikut:
Batasan mengenai ilmu, filsafat, dan agama, dapat dijelaskan oleh bagan dibawah
ini:
Agama
Filsafat Ilmu
Bagan diatas menerangkan bahwa ilmu, filsafat, dan agama merupakan suatu
orbital. Dimana ilmu dan filsafat merupakan orbital relatif yang dapat berkembang
sedangkan agama merupakan orbital yang bersifat mutlak. Ilmu diwadahi oleh filsafat
sehingga seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan akan disertai pula dengan
perkembangan filsafat, karena dengan berkembangnya volume pasti wadah juga akan
berkembang, atau dengan kata lain dengan makin berkembangnya ilmu maka akan
tidak boleh keluar dari batasan agama karena dapat membuat manusia melenceng
sehingga lupa bahwa sesungguhnya kebenaran itu datangnya dari Tuhan Yang Maha
Mengetahui.
Sumber: Materi Kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan Tanggal 24 Juli 2010, pukul 18:10 s.d.
19:50. Diruang A12 Universitas Jayabaya, oleh Ibu Dra. Endang Rudiatin, M.Si.
“Pada hakikatnya ilmu harus dibatasi agama supaya tidak melampaui batas,
agama harus didasari ilmu supaya tidak keluar dari ajaran, dan untuk menjembatani
keduanya diperlukan filsafat yang menjabarkan agama secara halus dan logis supaya
dapat diterima oleh ilmu yang cenderung meminta penjelasan mendalam dan fakta
konkret.”
Jawaban:
pengertian mengenai social science dengan penjelasan ilmiah seperti yang dipraktekkan
pada teori natural science, namun dengan perkembangan filsafat ilmu ternyata positivis
memiliki beberapa kelemahan jika digunakan untuk menjelaskan teori-teori social sience,
para ilmuan social science berpendapat bahwa usaha untuk menghasilkan ilmu sosial
yang bebas nilai makin ditinggalkan karena tak mungkin tercapai dan karena itu bersifat
“self deceptive” atau penipuan diri dan digantikan oleh ilmu sosial yang berdasarkan
ideologi tertentu maka para ilmuan social science melakukan revolusi dengan membuat
Pengajaran utama dalam logika positivisme dikembangkan pada tahun 1920 oleh
Moritz Schlich, Herbert Feigl, Kurt Gödel, Hans Hahn, Otto Neurath, Friedrich
Waismann, Rudolf Carnap and kelompok lain yang sering disebut Vienna Circle. Logika
positivisme menempati posisi sebagai filosofi empiris yang radikal, dan para pendirinya
percaya bahwa hal ini merupakan awal babak baru dalam penyelidikan filosofi. Tujuan
dari seluruh analisis filosofi adalah analisis logika dari ilmu yang dinyatakan sebagai
Tugas pertama bagi logika positivisme adalah mendefinisikan apa yang menjadi
tuntutan dalam penyusunan suatu ilmu pengetahuan. Hasilnya adalah untuk menganalisis
bentuk logika dari suatu pernyataan. Pernyataan yang tidak hanya analitis (sebagai
contoh: definisi) atau sintetis (pernyataan yang merupakan bukti dari fakta) yang
digolongkan sebagai nyata secara kognitif (cognitively significant) atau bermakna. Semua
pernyataan lain tidak nyata secara kognitif bila: tidak bermakna, bersifat metafisik, dan
tidak ilmiah. Analisis filosofi yang menggunakan pernyataan seperti itu mungkin sebagai
ekspresi sikap emosi, atau sikap umum mengenai kehidupan, atau nilai moral, tetapi tidak
kriteria yang obyektif yang dapat membedakan antara pernyataan sintetis yang tidak
bermakna. Salah satu pemikiran awal untuk menjawabnya adalah mengemukakan prinsip
Sayangnya, pernyataan dalam bentuk universal (seperti: semua burung gagak berwarna
hitam), yang sering digunakan dalam ilmu pengetahuan ternyata tidak dapat diverifikasi.
Kriteria lainnya adalah dapat ditolak (falsifiability), sedangkan Ayer berpendapat harus
tidak ada satupun dari kriteria tersebut yang mampu membenarkan dalam memutuskan
suatu persoalan. Dilema lain adalah adanya terminologi teori dalam pernyataan yang
dibuat oleh ilmuwan. Beberapa ilmuwan positivis mengikuti Mach dalam mendesak
untuk menghilangkan kriteria tersebut dalam dunia ilmiah, tetapi beberapa ilmuwan lain
Program akhir dari para ilmuwan positivis adalah menggabungkan tesis dalam
ilmu pengetahuan, yaitu semua ilmu pengetahuan dapat memanfaatkan metode yang
sama. Hahn meninggal pada tahun 1934 dan Schlick dibunuh pada tahun 1936 oleh
muridnya yang gila. Pada waktu Hitler berkuasa dan akhirnya memerangi para intelektual
menjadi penyebab utama perpecahan dalam kelompok Vienna Circle pada tahun 1930.
dasa warsa dengan bentuk yang lebih matang dari pengajaran para positivis yang disebut
membuat analisis, ahli falsafah yang mempunyai sumbangan pemikiran adalah Carnap,
Ada enam program pengajaran utama dalam logika empirisme. Program pertama
adalah menyatukan tesis ilmu pengetahuan. Tiga program berikutnya adalah berhubungan
mempergunakan teori, yang dinyatakan dalam bentuk formal seperti aksioma, struktur
dari hipotetik-deduktif seperti itu tidak mempunyai arti empiris sampai beberapa
elemennya (biasanya kesimpulan teori atau prediksi dari teori) diberi interpretasi empiris
melalui penggunaan aturan yang sesuai. Tidak semua pernyataan mempunyai interpretasi
empiris. Yang hanya mengandung terminologi teoritis, pada khususnya, tidak dapat
diinterpretasikan.
Makna dalam suatu pernyataan disesuaikan dengan tesis yang dapat diuji secara
langsung (indirect testability thesis) dari pernyataan tersebut. Pernyataan seperti itu
mendapat nilai nyata kognitif secara tidak langsung jika teori yang menyertainya dapat
dalam penafsiran teori. Teori mempunyai arti ilmiah jika dapat diuji. Pengujian segera
dapat mengesahkan atau membatalkan suatu teori. Penerimaan suatu teori tergantung dari
teori yang dipilih belum mempunyai dasar empiris. Dua pengajaran terakhir dari logika
empirisme membahas logika dari penjelasan ilmiah. Semua penjelasan dalam ilmu
pengetahuan harus dinyatakan dalam bentuk bukti deduktif. Kalimat penjelas terdiri atas
kelompok kalimat, beberapa diantaranya menyatakan kondisi awal dan salah satunya
nomological) mencakup model suatu hukum dalam penjelasan ilmiah. Sebagai tambahan
penganut logika empiris percaya tentang tesis simetri; penjelasan dan prediksi merupakan
hal yang simetri secara struktur, perbedaannya hanya dalam hal waktu. Pada penjelasan,
fenomena yang dijelaskan telah terjadi, sedangkan dalam prediksi, fenomena tersebut
belum terjadi.
Ide para ilmuwan positivis mendapat tantangan yang hebat pada pertengahan abad
dan tesis pengujian tidak langsung tergantung dari kemampuan menjelaskan perbedaan
antara terminologi yang dapat diobservasi (mengacu pada dapat diobservasi secara
langsung sampai fakta tentang atom) dan terminologi yang tidak dapat diobservasi secara
teoritis. Sayangnya dalam dunia ilmiah ada tingkatan observasi dan tidak ada batasan
yang jelas antara terminologi teori yang mengacu pada hal yang tidak dapat diobservasi
dan terminologi bukan teori yang mengacu pada hal yang dapat diobservasi. Lebih jauh
lagi, karena hal yang berhubungan dengan observasi ini bukan aktivitas yang netral tetapi
memerlukan pemilihan data dan interpretasi, maka ada yang berpendapat (dari kritik yang
disampaikan Karl Popper dan Norwood Hanson) bahwa semua observasi tergantung dari
teori.
Pengaruh positivisme dalam filosofi ilmiah menurun tajam mulai tahun 1960
sampai tahuan 1970. Tidak ada penerus yang dapat mengisi kekurangan dalam filosofi
kekurangan ini. Karl Popper yang mengkritik induktivisme dan konfirmationisme, bapak
dari falsifikasionisme dan rasionalisme kritis ini mempunyai cukup banyak pandangan
dan pengaruh pada ahli filsafat generasi berikutnya. Mulai dari J. Agassi sampai Elie
Zahar, dan termasuk beberapa pemikir seperti W.W. Bartley, P.K. Feyerabend, Noretta,
Koertge, Imre Lakatos dan J.W.N. Watkins yang semua ahli filsafat tersebut mempunyai
kritik atau pendapat yang dapat membuat pemikiran Popper terus berkembang.
Pemikir lainnya adalah Thomas Kuhn yang telah berjasa dalam pengembangan
ilmu pengetahuan normal dan revolusioner, paradigma dan matriks disiplin, serta
pengembangan dalam analisis sosiologi yang menitikberatkan pada norma dan nilai
ilmiah. Versi radikal dari pendekatan Kuhn adalah dalam ilmu sosiologi yang sekarang
dikembangkan oleh grup sarjana dari Universitas Edinburgh, termasuk Barry Barnes dan
David Bloor. Grup lain yang turut mengembangkan adalah Joseph Sneed dan Wolfgang
Stegmuller dari sekolah strukturalis serta Ricahard Rorty dalam pengembangan pragmatis
baru. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apakah pengembangan positivisme
akan menjadi satu doktrin atau pandangan lain yang lebih sederhana dalam dunia ilmiah.
Sumber : http://aishkhuw.blogspot.com/2009/11/sejarah-positivisme.html
3. Beri penjelasan tentang hubungan hipotetico deductive dengan pengambilan kesimpulan
secara deduktif!
Jawaban :
Seperti yang telah kita ketahui bahwa hypothetico deductive adalah suatu cara
Metodologi kuantitatif adalah suatu studi mengenai metode berupa deskripsi, penjelasan,
dan pembenaran, yang bersifat holistik atau menyeluruh. Hubungan hipotetico deductive
hipotesis lain yang tingkat abstraksinya lebih tinggi. Sehingga menjadi pendekatan
standar paradigma klasik. Hipotetico deductive berawal dari proses deduktif, yang
dilanjutkan pada pembentukan kerangka teori, kemudian melahirkan suatu hipotesis
tergantung dari penarikan kesimpulan secara deduktifnya dengan melihat dari fakta-fakta
penelitian!
Jawaban :
Berdasarkan analisa dan studi literatur dari Tugas Akhir yang disusun oleh
JAMUR TIRAM PUTIH”. Dapat sedikit saya tangkap mengenai bagaimana penulis
metodologi penelitian, yaitu penulis skripsi tersebut menyusunnya secara sistematis yang
secara keseluruhan diwakilkan dalam abstrak. Penulis membuat suatu asumsi bahwa
jamur memiliki kandungan yang baik bagi kesehatan. Namun, belum diketahui
kandungan apa yang dapat memberikan kesehatan tersebut. Oleh karena itu penulis
melakukan suatu observasi sehingga diperoleh suatu hipotesa bahwa didalam jamur tiram
ini: