ABSTARAK
Jenis penelitian ini quasi eksperimen. Subjek penelitian siswa kelas 1 SMK Swasta
1 Trisakti Laguboti - Kabupaten Toba Samosir yang terdiri dari 2 kelas berjumlah 64
orang yang dibagi menjadi dua kelompok berprestasi tinggi dan berprestasi rendah.
PENDAHULUAN
Pada kenyataannya bahwa saat ini Indonesia memasuki era informasi yaitu suatu
era yang ditandai dengan makin banyaknya medium informasi, tersebarnya
informasi yang makin meluas dan seketika, serta informasi dalam berbagai bentuk
yang bervariasi tersaji dalam waktu yang cepat. Penyajian pesan pada era
informasi ini akan selalu menggunakan media, baik elektronik maupun non
elektronik. Terkait dengan kehadiran media ini, Dimyati (1996) menjelaskan bahwa
suatu media yang terorganisasi secara rapi mempengaruhi
Dengan demikian hasil belajar seseorang ditentukan oleh berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Salah satu faktor yang ada di luar individu adalah tersedianya
media pembelajaran yang memberi kemudahan bagi individu untuk mempelajari
materi pembelajaran, sehingga menghasilkan belajar yang lebih baik. Selain itu
juga gaya belajar atau learning style merupakan suatu karakteristik kognitif, afektif
dan perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil bagi
pembelajar yang merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan
belajar.
jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar. Secara
umum mutu pendidikan kejuruan dikatakan baik dan berhasil jika kompetensi
peserta didik yang diperoleh melalui proses pendidikan berguna bagi
perkembangan diri mereka untuk hari depannya, yaitu ketika mereka memasuki
dunia kerja. Hasil observasi empirik di lapangan menunjukkan bahwa banyak
alumni Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tidak bisa diserap di lapangan kerja
karena kompetensi yang mereka miliki belum sesuai dengan tuntutan dunia kerja
(Depdiknas, 2004). Oleh karena itu lembaga pendidikan kejuruan diwajibkan untuk
melakukan upaya introspeksi diri demi masa depan siswa, bangsa dan negara.
Peranan Media dalam proses belajar mengajar menurut Gerlac dan Ely (1971:285)
ditegaskan bahwa ada tiga keistemewaan yang dimiliki media pengajaran yaitu :
Begitu juga, Ibrahim (1982:12) mengemukakan fungsi atau peranan media dalam
proses belajar mengajar antara lain :
(1) Dapat menghindari terjadinya verbalisme,
(2) Membangkitkan minat atau motivasi,
(3) Menarik perhatian,
(4) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran,
(5) Mengaktifkan siswa dalam belajar dan
(6) Mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.
Perlu disadari bahwa mutu pendidikan yang tinggi baru dapat dicapai jika proses
pembelajaran yang diselenggarakan di kelas efektif dan fungsional bagi
pencapaian kompetensi
yang dimaksud. Oleh sebab itu usaha meningkatkan mutu pendidikan kejuruan
tidak terlepas dari usaha memperbaiki proses pembelajaran.
Selanjutnya Winkel (1999), menegaskan bahwa tugas dan peran guru dalam
proses pembelajaran adalah sebagai :
(1) organisator,
(2) fasilitator,
(3) dinamisator, dan
(4) evaluator.
Secara operasional, tugas dan peran guru dalam proses pembelajaran meliputi
seluruh penanganan komponen pembelajaran yang meliputi proses pembuatan
rencana pembelajaran, penyampaian materi pembelajaran, pengelolaan kelas,
pembimbingan, dan penilaian, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lancar
dan membuahkan hasil yang optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Guru dituntut untuk memiliki kompetensi terhadap materi yang diajarkan dan
kompetensi dalam hal memberdayakan semua komponen pembelajaran, sehingga
seluruh elemen pembelajaran dapat bersinergi dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang dimaksud.
Dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran agar efektif dan fungsional, maka
fungsi media pembelajaran sangat penting untuk dimanfaatkan. Pemakaian media
dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk mempertinggi daya cerna siswa
terhadap informasi atau materi pembelajaran yang diberikan.
Pemerintah telah lama menyadari bahwa peran media dalam proses pembelajaran
amat penting. Oleh karena itu telah banyak dana diinvestasikan untuk
meningkatkan mutu pendidikan dengan melalui pengadaan atau pendistribusian
berbagai macam media pembelajaran ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
Menurut Miarso (1984) media yang dirancang dengan baik dalam batas tertentu
dapat merangsang timbulnya semacam dialog internal dalam diri siswa yang
belajar. Dengan perkataan lain terjadi komunikasi antara siswa dengan media atau
secara tidak langsung antara siswa dengan sumber pesan atau guru. Media
berhasil membawakan pesan belajar bila kemudian terjadi perubahan kualitas
dalam diri siswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini tergolong dalam jenis eksperimen quasi yang bertujuan untuk menuji
pengaruh penggunaan Power Point pada proses pembelajaran pada materi sub
kompetensi pelaksanaan prosedur pengelasan. Penelitian dilakukan di SMK
Swasta-1 Trisakti Laguboti yang memiliki dua kelas paralel untuk program keahlian
Teknik Mekanik Otomotif.
Berbagai macam variabel mempunyai ciri dan sifat yang berbeda satu sama
lainnya, tetapi kesemuanya itu memiliki keterkaitan dengan proses pembelajaran.
Penelitian ini mempunyai kelompok perlakuan sebagai variabel bebas yaitu
pemberian pengajaran dengan menggunakan media program Power Point dan
pengajaran Konvensional. Variabel moderator adalah siswa yang berprestasi
dikelompokkan menjadi dua, yaitu berprestasi rendah dan berprestasi tinggi.
Dalam penelitian ini yang dijadikan variabel bebas adalah pembelajaran yang
menggunakan media program PowerPoint dalam suatu kelompok siswa dan
kelompok siswa lainnya tidak diberi perlakuan dengan media Power Point, cukup
hanya menggunakan media konvensional saja. Media Power Point yang dimaksud
merupakan suatu alat bantu untuk menyampaikan materi pelajaran sebagai
variabel bebas. Penggunakan media ini dimanipulasi dan diukur pengaruhnya
terhadap perolehan atau hasil belajar. Variabel moderator yaitu prestasi diukur dan
diklasifikasikan untuk mengetahui adanya interaksi antara variabel bebas dengan
variabel moderator terhadap variabel terikat (perolehan belajar). Variabel lain yang
diprediksikan dapat memberi pengaruh terhadap perolehan belajar seperti waktu,
tempat, guru, keadaan kelas, dikontrol untuk menetralisasi pengaruhnya terhadap
variabel terikat. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam sub kompetensi
Pelaksanaan prosedur pengelasan mengacu kepada Kurikulum 2004.
Sampel yang digunakan untuk penelitian ini diambil dari dua kelas sebagaimana
disebut diatas : Langkah pertama, membagi kelas melalui penjaringan nilai Ujian
Nasional (UN) menjadi dua kelas yaitu berprestasi tinggi dan berprestasi rendah.
Langkah kedua, dari tiap kelas tersebut yang dijadikan sampel sebanyak 16 orang
untuk perlakuan pembelajaran dengan menggunakan Power Point dan selebihnya
dilakukan pembelajaran dengan cara konvensional.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi siswa adalah nilai Ujian
Nasional yaitu data saat pendaftaran yang terekam di Kantor Tata Usaha SMK
Swasta 1 Trisakti Laguboti. Sedangkan instrumen untuk mengukur hasil belajar
menggunakan soal tes. Tolok ukur dalam pengujian butir-butir tes belajar merujuk
kepada Tujuan Khusus Pembelajaran yaitu merupakan jabaran dari Tujuan Umum
Pembelajaran bidang diklat yang dieksperimenkan. Rumusan tujuan pembelajaran
dalam penelitian ini berpedoman pada kurikulum 2004. Hal ini dilakukan agar tidak
menyimpang dari kurikulum yang dipakai oleh guru.
Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur
apa yang seharusnya diukur. Cara melaksanakan uji validitas adalah yang pertama
dilakukan oleh para ahli, dalam hal ini guru bidang diklat dan PPPGT Medan
sebagai pembina SMK berstandar Nasional. Setelah disetujui oleh para ahli baru
dilakukan uji coba instrumen. Uji instrumen dilakukan di kelas II Mekanik Otomotif 1
SMK Swasta 1 Trisakti Laguboti karena mata diklat ini telah diajarkan sebelumnya
pada kelas tersebut.
Item instrumen dianggap valid bila nilai koefisien korelasinya lebih besar dari
0,2327. Sedangkan bila nilai koefisien korelasinya kurang dari 0,2327 maka item itu
tidak valid (gugur), artinya tidak layak sebagai item instrumen. Analisis validitas tiap
item dibantu dengan software Excell dan SPSS 12 Validitas butir soal ditentukan
dari nilai r hasil tiap item pada kolom yang merupakan korelasi dari besarnya nilai
setiap item dengan skor totalnya. Jika r hitung bernilai positip dan lebih besar dari r
tabel (rht > rt) maka butir tersebut dinyatakan valid. Apabila r hitung bernilai negatif
dan lebih kecil dari r tabel (rht < rt) maka butir tersebut dinyatakan tidak valid dan
tidak bisa digunakan.
Instrumen penelitian ini diujicobakan pada 32 responden. Batasan valid untuk tiap
butir soal dengan responden sebanyak 32 dan kesalahan 5 % adalah 0,2327 (rt =
0,2327). Menentukan butir soal atau pernyataan valid atau tidak dengan melihat r
hitung pada kolom Corrected Item-Total Correlation dibandingkan dengan nilai r
tabel (rt = 0,2327). Untuk menguji hipotesis penelitian ini seperti yang telah
dirumuskan digunakan analisis statistik inferensial. Jenis analisis yang digunakan
adalah uji perbedaan dengan menggunakan analisis varian (ANAVA) dua jalur.
HASIL
. Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima yang berarti tidak ada pengaruh atau
tidak ada perbedaan yang signifikan.
. Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak yang berarti terdapat pengaruh atau
terdapat perbedaan yang signifikan.
. Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima yang berarti tidak ada pengaruh atau
tidak ada perbedaan yang signifikan.
. Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak yang berarti terdapat pengaruh atau
terdapat perbedaan yang signifikan.
Pengujian hipotesis 1 :
Hipotesis nihil pertama (Ho1): tidak ada pengaruh penggunaan media program
Power Point pada siswa berprestasi tinggi pada pembelajaran sub kompetensi
Pelaksanaan Prosedur Pengelasan.
Berdasarkan dari hasil perhitungan maka dapat diketahui bahwa F hitung = 8,94
lebih besar dari pada F tabel dengan taraf signifikansi 0,05 = 4,00 sedangkan untuk
F = 8,94 juga lebih besar dari pada F dengan taraf signifikansi 0,01 = 7,08.
Dengan demikian Hipotesis Nol (Ho1) yang berbunyi tidak ada pengaruh
penggunaan media program Power Point pada siswa berprestasi tinggi pada
pembelajaran sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan ditolak pada
taraf signifikansi 0,05 dan juga ditolak pada taraf signifikansi 0,01.
Pengujian hipotesis 2 :
Hipoteisis nihil kedua (Ho2): tidak ada pengaruh penggunaan media Program
Power Point pada siswa berprestasi rendah terhadap hasil belajar sub kompetensi
Pelaksanaan Prosedur Pengelasan
Berdasarkan dari perhitungan maka dapat diketahui bahwa F hitung = 15,56 lebih
besar dari pada F tabel dengan taraf signifikansi 0,05 = 4,00 sedangkan untuk F
hitung = 15,56 juga lebih besar dari pada F tabel dengan taraf signifikansi 0,01 =
7,08
Dengan demikian Hipotesis Nol (Ho2) yang berbunyi tidak ada pengaruh
penggunaan media Program Power Point pada siswa berprestasi rendah terhadap
hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan Prosedur
Pengelasan ditolak pada taraf signifikansi 0,05 dan dan juga ditolak pada taraf
signifikansi 0,01.
Pengujian hipotesis 3 :
Hipotesis nihil ketiga (Ho3): tidak ada Interaksi antara penggunaan media program
Power Point dan tinggi rendahnya prestasi siswa terhadap hasil belajar sub
kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan.
Berdasarkan dari perhitungan maka dapat diketahui bahwa F hitung = 6,18 lebih
besar dari pada F tabel dengan taraf signifikansi 0,05 = 4,00 sedangkan untuk F
hitung = 6,18 adalah lebih kecil dari pada F tabel dengan taraf signifikansi 0,01 =
7,08.
Dengan demikian Hipotesis Nol (Ho3) yang berbunyi tidak ada Interaksi antara
penggunaan media program Power Point dan tinggi rendahnya prestasi siswa
terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan ditolak
pada taraf signifikansi 0,05 dan diterima pada taraf signifikansi 0,01.
PEMBAHASAN
Ada pengaruh penggunaan media program Power Point pada siswa berprestasi
tinggi terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan di
SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba Samosir
Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan bahwa pembelajaran dengan
mengunakan media program Power Point pada sub kompetensi Pelaksanaan
Prosedur Pengelasa di SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba Samosir mempunyai
pengaruh yang signifikan. Hal ini dapat diketahui dari nilai Fhitung yang sebesar
8,94 yang lebih besar dari pada Ftabel pada dk
Ada pengaruh penggunaan media program Power Point pada siswa berprestasi
rendah terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan
di SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba Samosir.
Hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata nilai kompetensi siswa secara
konvensional dengan rata-rata nilai kompetensi siswa kelas 1 otomotif yang
berprestasi rendah dengan media belajar konvensional adalah 7,15 sedangkan
dengan menggunakan media belajar power point memiliki rata-rata sebesar 8,25.
Hipotesis pertama dan hipotesis kedua tersebut di atas sesuai dengan pendapat
Sulaeman (1988) yang mengatakan bahwa untuk mencapai sasaran akhir,
teknologi-teknologi di bidang pembelajaran perlu dikembangkan sebagai sumber
belajar untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan karakteristiknya. Dalam upaya
itu, teknologi belajar dari pengembangan dan pengujian teori-teori tentang berbagai
media pembelajaran melalui penelitian ilmiah, dilanjutkan dengan pengembangan
desain lainnya, produksi, evaluasi dan memilih media yang telah diproduksi,
mengembangkan penggunaannya dan akhirnya menggunakannya di lapangan
baik pada tingkat kelas maupun pada tingkat yang lebih luas lagi.
Semua ini dilakukan oleh para guru teknologi dengan berpijak pada prinsip bahwa
suatu media hanya memiliki keunggulan dari media lainnya bila digunakan oleh
siswa yang memiliki karakteristik sesuai dengan rangsangan yang ditimbulkan oleh
media pembelajaran itu. Dengan demikian proses belajar siswa akan amat mudah
dengan adanya media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik belajarnya.
Lebih lanjut Sulaeman (1988) mengatakan bahwa penyampaian materi pelajaran
yang lebih banyak ditempuh melalui ceramah dan tanya jawab dua arah (guru-
siswa) dan berlangsung terus-menerus akan dapat membosankan dan
melemahkan aktivitas siswa. Siswa memiliki ketergantungan yang sangat besar
kepada guru dalam melakukan kegiatan tulis. Siswa sangat mudah mengabaikan
guru-guru yang cara mengajarnya berulang-ulang dan karenanya tidak menarik
perhatian mereka. Lebih lanjut dikatakan bahwa berulang-ulang akan
menyebabkan penurunan efisiensi belajar.
Hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata nilai kompetensi siswa secara
konvensional dengan nilai rata-rata 7,28 sedangkan dengan menggunakan media
belajar power point memiliki rata-rata sebesar 8,37. Artinya bahwa pembelajaran
dengan menggunakan media program power point hasil belajarnya lebih tinggi.
Ada interaksi antara penggunaan media program power point dengan prestasi
siswa terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa F hitung (Prestasi * Kompetensi)
adalah sebesar 6,18 yang lebih besar dari Ftabel pada dk = 60 : 1 dengan tingkat
kesalahan 5% yang sebesar 4,00 dan lebih kecil dari Ftabel pada dk = 60 : 1
dengan tingkat kesalahan 1% yang sebesar 7,08. Hal ini berarti bahwa terdapat
interaksi antara penggunaan media power point dan tinggi rendahnya prestasi
siswa terhadap nilai hasil belajar sub kompetensi siswa, yang berarti bahwa Ho di
tolak atau terbukti ada interaksi antara penggunaan media power point dan tinggi
rendahnya prestasi siswa terhadap nilai hasil belajar sub kompetensi siswa.
Adanya interaksi antara prestasi siswa dengan nilai kompetensi siswa pada
pembelajaran sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan di SMK Swasta-
1 Trisakti Laguboti Toba Samosir, menunjukkan bahwa siswa dengan prestasi
rendah maupun siswa dengan prestasi tinggi kemungkinan akan memiliki nilai
kompetensi pelaksanaan prosedur pengelasan yang sama. Sehingga dapat
diartikan bahwa baik buruknya nilai kompetensi siswa dalam hal pelaksanaan
prosedur pengelasan tidak banyak dipengaruhi oleh prestasi siswa pada
pembelajaran pelaksanaan prosedur pengelasan di SMK Swasta-1 Trisakti
Laguboti Toba Samosir.
Hasil analisis hipotesis ketiga sesuai dengan pendapat Sahertian (1983) yang
mengemukakan bahwa analisis psikologis menunjukkan bahwa belajar adalah
proses yang kompleks dan unik. Artinya seseorang yang belajar melibatkan segala
aspek kepribadiannya, baik fisik maupun mental. Keterlibatan dari seluruh aspek
kepribadian ini akan tampak perilaku belajar seseorang. Perilaku belajar yang
nampak adalah unik. Artinya perilaku itu hanya terjadi pada seseorang dan tidak
pada orang lain. Setiap orang memunculkan perilaku belajar yang berbeda.
Keunikan perilaku belajar seperti gaya belajar, gaya kognitif, bakat, minat, motivasi,
tingkat kecerdasan, kematangan intelektual dan lainnya yang dapat diacukan pada
karakteristik individu siswa. Perilaku belajar siswa yang sangat kompleks dan unik
ini menuntut layanan dan perlakuan pembelajaran yang kompleks dan unik pula
untuk setiap siswa. Komponen pembelajaran yang bertanggungjawab untuk
melayani masalah ini adalah strategi penyampaian kepada pembelajaran, lebih
khusus lagi pada media pembelajaran. Media pembelajaran sebaiknya dipilih
sesuai dengan karakteristik individu siswa sedapat mungkin harus memberi
layanan pada setiap siswa sesuai dengan karakteristiknya. Misalnya siswa yang
memiliki gaya auditif hendaknya mendapat rangsangan belajar auditif.
Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang
berprestasi tinggi kemungkinan akan memiliki hasil yang sama dalam Pelaksanaan
Prosedur Pengelasan di SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba Samosir, karena
adanya rangsangan untuk menghasilkan pengelasan yang sebaik mungkin yang
tidak banyak dipengaruhi oleh kemampuan atau inteligensi siswa, namun lebih
banyak dipengaruhi oleh kemampuan atau ketrerampilan siswa dalam pengelasan.
KESIMPULAN
Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa yang memiliki prestasi tinggi maupun
siswa yang memiliki prestasi rendah akan lebih terkonsentrasi dalam mengikuti
pelajaran prosedur pelaksanaan pengelasan menggunakan media program power
point dibanding dengan cara konvensional, sehingga program ini sangat cocok
untuk diterapkan di SMK Swasa-1 Trisakti Laguboti - Toba Samosir.
SARAN
DAFTAR RUJUKAN
Ely, G. 1971. Teaching and Media Systematic Approach. New Jersey Prentice Hall,
Inc.
ABSTRACT
Pendahuluan
Pendidikan mempunyai per- anan penting di seluruh aspek kehidupan manusia. Hal itu
disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkem-bangan kepribadian
manusia. Kalau bidang-bidang lain seperti ekonomi, pertanian, arsitektur, dan sebagainya
berperan menciptakan sarana dan prasarana bagi kepentingan manusia, pendidikan
berkaitan langsung dengan pembentukan manusia. Pendidikan “menentukan” model
manusia yang akan dihasilkannya. (Syaodih, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan PERC, Political and Economical Risk
Consultancy 2001 (www.warta unair.ac.id) : Sistem Pen didikan di Indonesia menduduki
urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Banjar (Analisa, 25 November, 2005) juga
melaporkan bahwa : Du- nia Pendidikan Indonesia kini berada di peringkat 111 dari 175
negara yang diteliti Human Development Indonesia (HDI) pada Tahun 2004, jauh di
bawah negara anggota ASEAN, seperti Singapura (25), Brunei Darussalam (33),
Malaysia (58), Thailand (70), Vietnam (109).
Salah satu upaya peningkatan mutu Pendidikan adalah Pe- nyempurnaan Kurikulum
(Sianturi dan Simatupang, 2004). Menurut Zu- baedi (www.suara merdeka.com, 2005)
mengharapkan bahwa: Dengan menyempurnakan kurikulum, secara tidak langsung akan
meningkatkan mutu Pendidikan Nasional, meskipun diakui Kurikulum bukan satu-
satunya faktor yang mempengaruhi mutu Pendidikan. Abdullah juga mengemukakan
bahwa : Muatan Kurikulum Pendidikan di Indonesia perlu dibuat standar berbasis pada
kebutuhan masa depan sehingga tercipta manusia Indonesia yang cerdas, unggul, dan siap
bersaing di era globalisasi, kurikulum juga harus dibuat menarik, interaktif, dan
menyenangkan bagi siswa sehingga mereka tidak jenuh ketika di dalam kelas. (Sib, 1
November 2004).
Pembaharuan pendekatan dalam pengembangan kurikulum di Indonesia mengacu pada
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999-2004, Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas) menetapkan kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum 1994 menjadi
kurikulum 2004, yang diberlakukan mulai awal Tahun pelajaran 2004/2005. Me- ngingat
Undang-undang (UU) Nomor 2 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Otonomi), dan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2000 telah mengatur pem- bagian
kewenangan Pusat dan daerah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000,
Khususnya tentang bidang pendidikan dan kebudayaan, dinyatakan bahwa ke- wenangan
Pusat adalah dalam hal penetapan standar kompetensi peserta didik dan warga belajar
serta pengaturan kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara na- sional serta
pedoman pelaksanaanya dan penetapan standar materi pelajaran pokok, yang mencakup
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian, serta
penetapan kalender pendidikan dan jumlah belajar efektif setiap tahun bagi pendidikan
dasar, menengah, dan luar sekolah. Pemerintah Daerah memiliki ke- wenangan
mengembangkan silabus dan sistem penilaian sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa,
keadaan sekolah, dan kondisi daerah, oleh karena itu Pemerintah Daerah diberikan
kewenangan penambahan kompetensi dasar dan indikator pencapaian. (Depdiknas,
2003).
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh peneliti, sejak Tahun ajaran 2004/ 2005 di SMA
Kota Tanjung Balai telah dilaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Hal ini berarti
bahwa pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi di daerah Tanjung Balai sudah dua
tahun berlangsung.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pelaksana- an kurikulum berbasis
kompetensi untuk mata pelajaran Kimia SMA Di Kota Tanjung Balai telah sesuai dengan
kondisi ideal kurikulum ber- basis kompetensi yang sesungguhnya dan untuk
mengetahui berapa persen tingkat keberhasilan SMA Di Kota Tanjung Balai dalam
melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi. Sehingga Penelitian ini bermanfaat
Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah, Departemen Pendidikan Nasional untuk
membuat kebijakan penambahan fasilitas dan sumber be- lajar demi mendukung
pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi yang ideal, serta Sebagai kontribusi ilmiah
terhadap persoalan kurikulum berbasis kompetensi yang berguna bagi pengetahuan dan
penelitian selanjutnya.
Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah seperangkat rencana dan pe- ngaturan tentang
kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian kegiatan belajar m
ngajar, dan pemberdayaan sumber da ya pendidikan dalam pengembangan kurikulum
sekolah (Nugraha, 2004).
Tujuan utama kurikulum ber- basis kompetensi adalah me- mandirikan atau
memberdayakan sekolah dalam mengembangkan kompetensi yang akan disampaikan
kepada peserta didik, sesuai dengan kondisi lingkungan (Mulyasa, 2004).
Karakteristik KBK untuk mata pelajaran Kimia merupakan kondisi ideal pelaksanaan
KBK di SMA, yang diperoleh dari empat komponen-komponen dalam kurikulum
berbasis kompetensi. Empat komponen dalam kurikulum berbasis kompetensi yaitu : (1)
Kurikulum dan hasil belajar (2) Kegiatan belajar mengajar kimia (3) Penilaian Berbasis
Kelas (4) Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah (PKBS) (Nurhadi, 2004). Di dalam
komponen kurikulum dan hasil belajar ada 12 hal yang menjadi aspek pendukung yaitu :
(1) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran ( dua semester ) adalah 34 Minggu (2)
Jam sekolah efektif permingu minimal 30 jam (1800) menit (3) Alokasi waktu yang
disediakan adalah 36 pelajaran per minggu (4) Satu jam pelajaran tatap muka
dilaksanakan selama 45 menit (5) Alokasi waktu untuk mata pelajaran kimia untuk kelas
X semester I dan 2 adalah 3 jam pelajaran, Kelas XI semester 1 adalah 4 jam pelajaran
dan semester 2 adalah 5 jam pelajaran, Kelas XII semester 1 adalah 4 jam pelajaran dan
semester 2 adalah 5 jam pelajaran. (6) Ada waktu yang disediakan untuk me- laksanakan
kegiatan sekolah seperti kunjungan perpustakaan, olah raga, bakti sosial, dan sejenisnya.
(7) Kelas X merupakan program ber- sama yang diikuti semua peserta didik (8) Terdapat
program studi ilmu alam yang lebih difokuskan pada mata pelajaran matematika, fisika,
kimia, dan biologi (9) Ada mata pelajaran teknologi Informasi dan komunikasi/
ketrampilan, dimana alokasi waktu- nya diatur oleh sekolah (10) Ada penambahan mata
pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan daerah maksimal sebanyak 4 jam pelajaran (11)
Ada target pencapaian prestasi siswa untuk menentukan jurusan di SMU dan MA (12)
Ada target pencapaian prestasi siswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
Kemudian komponen kegiatan belajar mengajar kimia ada 19 hal yang menjadi aspek
pendukung yaitu : (1) Ada identifikasi dan pengelompokan kompetensi yang ingin
dicapai oleh siswa (2) Ada pengembangan materi standar kimia yang dilakukan oleh guru
(3) Ada pemilihan metode yang tepat sesuai dengan materi kimia (4) Ada perencanaan
penilaian yang berbasis kelas (5) Ada pembinaan keakraban antara guru dengan siswa,
dan antara siswa dengan siswa (6) Ada pe- laksanaan pretest (7) Ada penjelasan guru
tentang kompetensi mata pelajaran kimia yang harus dicapai siswa (8) Penjelasan materi
standar kimia secara logis dan sistematis (9) Ada upaya guru untuk melibatkan siswa
secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi standar kimia (10) Ada
pengembangan dan mo- difikasi kegiatan pembelajaran kimia (11) Ada pemilihan media
pem- belajaran yang sesuai dengan materi standar kimia (12) Ada pembagian lembar
kegiatan siswa untuk setiap siswa (13) Ada pemantauan dan pemeriksaan yang dilakukan
oleh guru kepada siswa dalam me- ngerjakan lembar kegiatan siswa (14) Ada upaya guru
dalam memotivasi siswa untuk menerapkan konsep, pengertian, dan kompetensi kimia
yang dipelajarinya di dalam kehidupan sehari-hari (15) Ada pem- berian tugas / posttest
(16) Guru mengenal siswa secara perorangan (17) Guru memanfaatkan perilaku siswa
dalam pengorganisasian belajar siswa (18) Guru me- ngembangkan kemampuan berpikir
kritis, kreatif dan kemampuan memecahkan masalah kimia (19) Guru mengembangkan
ruangan kelas sebagai lingkungan belajar kimia yang menarik. Dilanjutkan dengan
Komponen penilaian berbasis kelas ada 17 hal yang menjadi aspek pendukung yaitu : (1)
Ada upaya guru memberikan peng- hargaan pencapaian belajar kimia siswa (2) Ada
upaya guru untuk memperbaiki program dan kegiatan pembelajaran kimia (3) Penilaian
yang dilakukan harus valid (4) Penilaian yang dilakukan harus mendidik (5) Penilaian
yang dilakukan harus berorientasi pada kompetensi (6) Penilaian yang d lakukan harus
adil dan objektif (7) Penilaian yang dilakukan harus terbuka (8) Penilaian yang dilakukan
harus berkesinambungan (9) Penilaian yang dilakukan harus menyeluruh (10) Penilaian
yang di- lakukan harus bermakna (11) Guru harus membuat kisi-kisi penilaian /
rancangan penilaian secara me- nyeluruh untuk satu semester (12) Adanya penagihan
semua indikator (13) Adanya penggunaan berbagai teknik penilaian dan ujian yang
disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran kimia (14) Guru harus menganalisis hasil
penilaian untuk menentukan tindakan perbaikan, berupa program remedi (15) Guru harus
memberikan proses pem- belajaran jika peserta didik belum menguasai suatu kompetensi
dasar (16) Guru harus memberikan tugas jika siswa telah menguasai suatu kompetensi
dasar (17) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari kompetensi dasar
berikutnya jika siswa telah me- nguasai semua atau sebagaian kompetensi dasar.
Dan terakhir komponen Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah (PKBS) ada 18 hal yang
menjadi aspek pendukung yaitu : (1) Pihak sekolah membentuk tim pengembang silabus
KBK tingkat sekolah bagi yang mampu melakukannya (2) Pihak sekolah diberikan
kebebasan untuk mengembangkan silabus sendiri bagi yang mampu dan memenuhi
kriteria untuk melakukannya (3) Adanya identifikasi kompetensi sesuai dengan
perkembangan siswa dan kebutuhan daerah dalam penyusunan silabus yang dilakukan
oleh pihak sekolah (4) Adanya permohonan pihak sekolah kepada dinas kabupaten dan
kota dalam proses penyusunan silabus (5) Pihak sekolah harus mengimplementasikan
silabus sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan sekolah (6) Adanya uji kelayakan
silabus KBK yang di- implementasikan disekolah tersebut yang dilakukan pihak sekolah
(7) Pihak sekolah memberikan masukan kepada dinas pendidikan kabupaten dan kota,
dinas pendidikan provinsi, dan pusat kurikulum departemen pen didikan nasional tentang
efektifitas dan efisiensi silabus KBK, ber- dasarkan kondisi aktual di lapangan (8) Materi
harus memiliki tingkat kesesuaian, teruji, dan dapat di- pertanggung jawabkan secara
ilmiah (9) Materi memiliki tingkat ke- pentingan, kebermaknaan dan sumbangan
terhadap pencapaian suatu kompetensi (10) Materi yang dikembangkan bermanfaat bagi
siswa (11) Materi yang di- kembangkan layak untuk dipelajari siswa (12) Materi yang
dikembangkan menarik bagi siswa sehingga dapat mendorong siswa untuk belajar lebih
lanjut (13) Pihak sekolah mengadakan sosialisasi perubahan kurikulum (14) Pihak
sekolah mengembangkan fasilitas dan sumber belajar (15) Adanya usaha dari pihak
sekolah untuk mendisiplinkan siswa (16) Adanya pengembangan kemandirian kepala
sekolah (17) Pihak sekolah mem- berdayakan tenaga kependidikan (18) Pengawas
memantau pelaksanaan dan pengelolaan pendidikan dan Pengawas memberikan gagasan
baru untuk melaksanakan pembelajaran yang bermutu
METODE PENELITIAN.
Penelitian ini dilakukan di SMA yang ada di Kota Tanjung Balai, pada bulan April- Mei
2006. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SMA di Kota Tanjung Balai Tahun
ajaran 2005/ 2006. Jumlah SMA yang ada di Kota Tanjung Balai ada 9, yaitu SMA
Negeri ada 5 dan 4 SMA Swasta. Sampel diambil secara purposif sebanyak 5 (lima
sekolah), yaitu 3 (tiga) SMA Negeri dan 2 (dua) SMA Swasta yang telah melaksanakan
Kurikulum Berbasis Kompetensi yaitu : (1) SMA Negeri 1 Tanjung Balai (2) SMA
Negeri 2 Tanjung Balai (3) SMA Negeri 3 Tanjung Balai (4) SMA Swasta
Sisingamangaraja (5) SMA Swasta Sisingamangaraja. Sampel individu dalam penelitian
ini adalah siswa, guru bidang studi kimia dan kepala sekolah. Sampel siswa diambil
secara acak dengan menggunakan tabel Krejcie pada taraf Signifikansi 5% (Silitonga
2005). Sampel guru bidang studi kimia dan kepala sekolah diambil dengan tehnik
sampling total.
Langkah- langkah yang harus dilakukan dalam pengumpulan data adalah Tahap
Persiapan, tahap pelaksanaan, dan Pengolahan Data. Tahap persiapan digunakan untuk
mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan surat ijin penelitian, menguji
validitas angket yang telah disusun pada sampel per- cobaan, untuk mendapatkan angket
yang valid. Tahap pelaksanaan di lakukan dengan mengedarkan angket kepada setiap
responden, melaksana- kan wawancara kepada kepala sekolah dan siswa, serta
melakukan observasi terhadap dokumen Rencana Pengajaran (RP), Program tahunan
(Prota) dan soal-soal yang dibuat oleh guru kimia dan observasi terhadap kelengkapan
Laboratorium kimia. Data penelitian yang di kumpulkan, ditabulasi, dan dianalisis
dengan mencari Tingkat Keberhasil an KBK dengan menggunakan Rumus P = F/N x
100%. Dan kemudian dilakukan Penarikan Kesimpulan.
Karakteristik Sampel
Adapun Jumlah Responden yang menjawab Angket yang ditujukan kepada siswa kelas X
dan XI IA di SMA Kota Tanjung Balai berjumlah 751 orang, dengan perincian SMA
Negeri 1 sebanyak 175 siswa, SMA Negeri 2 sebanyak 175 siswa, SMA Negeri 3
sebanyak 113 siswa, SMA Swasta Tritunggal sebanyak 92 siswa, dan SMA Swasta
Sisingamangaraja sebanyak 196 siswa. Begitu juga dengan Jumlah Responden yang
menjawab Angket yang ditujukan kepada Guru kimia di SMA Kota Tanjung Balai
berjumlah 9 orang, dengan perincian SMA Negeri 1 sebanyak 3 guru, SMA Negeri 2
sebanyak 2 guru, SMA Negeri 3 sebanyak 1 guru, SMA Swasta Tritunggal sebanyak 1
guru, dan SMA Swasta Sisingamangaraja sebanyak 2 guru.
Pelaksanaan KBK Untuk Mata Pelajaran Kimia Di SMA Kota Tanjung Balai Dilihat Dari
22 Indikator
Pelaksanaan KBK Untuk Mata Pelajaran Kimia Di SMA Kota Tanjung Balai Dilihat Dari
22 Indikator secara jelas terdapat pada Tabel 1.
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pelaksanaan struktur kuri- kulum program studi ilmu
alam SMA di Kota Tanjung Balai idealnya sebesar (93,4%), persentase program
pencapaian hasil belajar idealnya sebesar (100%), tingkat keberhasilan guru kimia dalam
keterampilan me- laksanakan proses belajar mengajar kimia idaalnya sebesar (38%),
tingkat keberhasilan guru kimia dalam keterampilan melaksanakan evaluasi proses
belajar mengajar kimia idealnya sebesar (37,6%), Keterampilan menggunakan media
sumber idealnya sebesar (17,6%), Keterampilan mengelola kelas ideal nya sebesar
(35,2%), Keterampilan mengelola interaksi belajar mengajar kimia idealnya sebesar
(40,8%), Keterampilan mempersiapkan bahan ajar idealnya sebesar (60%), Ke-
terampilan melaksanakan penilaian dari segi prinsip dan tujuan idealnya sebesar (59,9%),
Keterampilan me laksanakan penilaian berkelanjutan idealnya sebesar (35%),
Keterampil- an melaksanakan penilaian kognitif idealnya sebesar (100%), Keterampil an
melaksanakan penilaian afektif idealnya sebesar (0%), Keterampilan melaksanakan
penilaian psiko motorik idealnya sebesar (51,4%), Kemandirian kepala sekolah dalam
melaksanakan KBK idealnya sebesar (42,7%), Tingkat keberhasilan pihak sekolah dalam
pengadaan sosialisasi kurikulum idealnya sebesar (26,7%), Usaha mendisiplinkan siswa
idealnya sebesar (20%), Pengembangan si- labus kimia idealnya sebesar (80%), Tingkat
keberhasilan pengawas dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tanjung Balai
dalam pe- ngembangan sistem pemantauan idealnya sebesar (100%), Kelengkap an
fasilitas laboratorium kimia ideal nya sebesar (26,7%), Kelengkapan fasilitas
perpustakaan idealnya sebesar (35%), Pemberian Honorium idealnya sebesar (100%), Pe
ngembangan Materi kimia yang dilakukan oleh guru idealnya sebesar (89,3%).
Tabel 1. Persentase/ Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan KBK Dilihat dari Tingkat Kondisi Ideal (%)
22 Indikator di Kota Tanjung Balai Keberhasilan SM SMA SMA SMA SMA Rata-
Pelaksanaan A Negeri Negeri Tritunggal Sisingamangaraj rata
KBK Dari 22 Neg 2 3 a
eri 1
Indikator
No
Gambar 1 Tingkat Kesesuaian Pelaksanaan Komponen Kurikulum Dan Hasil Belajar di SMA
Kota Tanjung Balai (%).
Jika dilihat dari Komponen Kegiatan Belajar Mengajar Kimia, Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat kesesuaian pelaksanaan komponen kegiatan belajar
mengajar Kimia SMA di Kota Tanjung Balai Pada Tahun Ajaran 2005/2006 idealnya
sebesar (38,1%) (Gambar 4.2). Fenomena ini diduga karena kurangnya Sosialisasi KBK
tentang pelaksanaan kegiatan belajar me ngajar kepada guru kimia, sehingga
mengakibatkan guru kimia kurang memahami pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
kimia yang sesuai dengan kondisi ideal KBK. Hal ini dapat dilihat melalui Angket yang
di jawab oleh Responden yang me ngatakan bahwa kurangnya ke terampilan guru kimia
dalam me laksanakan evaluasi proses belajar mengajar kimia, keterampilan dalam
menggunakan media sumber, keterampilan dalam melaksanakan proses belajar mengajar
kimia, keterampilan mengelola kelas serta keterampilan mengelola interaksi belajar
mengajar kimia.
Gambar 2 Tingkat Kesesuaian Pelaksanaan Komponen Kegiatan Belajar Mengajar Kimia di SMA
Kota Tanjung Balai (%)
Tingkat Kesesuaian Pe- laksanaan Komponen Penilaian Berbasis Kelas di SMA Kota
Tanjung Balai Pada Tahun Ajaran 2005/2006 idealnya sebesar (49,2%) (Gambar 4.3).
Fenomena ini diduga karena Rencana Pengajaran (RP) guru kimia SMA di Kota Tanjung
Balai masih belum sesuai dengan kondisi ideal KBK. Khususnya pada bagian Penilaian.
Guru kimia tidak membuat perencanaan penilaian berbasis kelas. Penilaian yang
dilakukan tidak merinci bagaimana guru memperoleh data kemajuan siswa dalam belajar,
melainkan penilaian yang dilakukan oleh guru kimia hanya berupa soal-soal kimia yang
umumnya mengukur ke mampuan kognitif siswa. Sedangkan soal-soal yang mengukur ke
mampuan afektif siswa hanya dilihat dari sikap dan tingkah laku siswa yang tertib,
menghargai guru, disiplin dalam kelas. Akan tetapi soal afektif tersebut tidak dikaitkan
dengan materi standar kimia. Hal ini diakibatkan karena Sosialisasi KBK tentang
penilaian berbasis kelas kepada guru kimia masih kurang. Begitu juga dengan penilaian
ber kelanjutan yang dilakukan oleh guru kimia masih belum sesuai dengan kondisi ideal
KBK, yang dibuktikan melalui remedial yang dilakukan oleh guru kimia kepada siswa
hanya sebatas satu kali saja, padahal tuntutan ideal KBK, siswa perlu diberikan remedial
sampai siswa tersebut tuntas belajar dalam satu kompetensi dasar. Hal ini di akibatkan
karena waktu yang tidak cukup, sementara materi kimia masih banyak.
Gambar 3 Tingkat Kesesuaian Pelaksanaan Komponen Penilaian Berbasis Kelas di SMA Kota
Tanjung Balai (%)
KESIMPULAN
SARAN
Perlu dilaksanakan Sosiali sasi KBK secara menyeluruh, guna membenahi Guru kimia
dalam meningkatkan kreativitas untuk me laksanakan kegiatan belajar mengajar kimia
dan Penilaian Berbasis Kelas yang sesuai dengan tuntutan KBK yang ideal, Perlu
dipersiapkan Fasilitas yang memadai seperti Laboratorium dan Perpustakaan oleh pihak
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan kelengkap an-kelengkapan belajar
yang me madai di sekolah oleh sekolah sebagai penyelenggara pendidikan dan guru
sebagai pelaksana pendidikan agar tuntutan dari KBK dapat terpenuhi secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Ant, (2004), Sekolah Berstandar Internasional Perlu Di perbanyak, Harian SIB, Senin, 1
November 2004.
Ibrahim, dan, Sudjana, N, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Penerbit Sinar Baru,
Bandung.
Mardapi, Dj, dan Ghofur, A, (2003), Pedoman Umum Pe ngembangan Penilaian, Proyek
Pelita, Depdiknas, Jakarta
Nurhadi, (2004), Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban, Penerbit Grasindo, Jakarta.