Anda di halaman 1dari 5

c

 c

c  c    c   c    c  c    c  c
 c
c   c   c  c  c   c   c  c
 c    c  c  c   c   c  c  c    c  c  c
  c    c   c  c    c  c   c  c  c  c   c
 c c  c    !"c #  $c%&cc

ð  
  c

1. Fakir adalah orang yang membutuhkan dan tidak meminta minta, sedangkan miskin
adalah yang meminta -minta.

2. Keduanya bermacam -macam:

V orang yang tidak memiliki kekayaan dan tidak pula pekerjaan


V orang yang memiliki kekayaan dan pekerjaan yang tidak mencukupi setengah
kebutuhan
V orang yang memiliki kekayaan dan pekerjaan yang tidak mencukupi kebutuhan
standar

3. Sedangkan orang kaya yang tidak boleh menerima zakat adalah orang yang telah
memiliki kecukupan untuk diri dan keluarga.

4. Orang fakir miskin diberikan sejumlah yang dapat mencukupinya

V yang mencukupinya sepanjang hidupnya, menurut Imam Syafi¶i


V yang mencukupinya selama satu tahun, menurut madzhab Maliki dan Hanbali

Bentuk kecukupan sepanjang hidup dapat berupa alat kerja, modal dagang, dibelikan
bangunan kemudian diambil hasil sewanya, atau sarana -sarana lainnya seperti yang
disebutkan oleh madzhab Syafi¶i dalam buku-bukunya secara rinci.

Di antara kecukupan adalah buku -buku dalam bermacam ilmu, biaya pernikahan bagi yang
membutuhkan. Sebab, tujuan utama zakat adalah mengangkat fakir miskin sampai pada
standar layak.

0   c

aitu orang-orang yang bertugas mengambil zakat dari para muzakki dan mendistribusikan
kepada para mustahiq. Mereka itu adalah kelengkapan personil dan finasial untuk
mengelola zakat.
1. Termasuk dalam kewajiban imam adalah mengutus para pemungut zakat dan
mendistribusikannya, seperti yang pernah dilakukan Rasulullah dan para khalifah
sesudahnya.
2. Syarat orang-orang yang dapat dipekerjakan sebagai amil pengelola zakat, adalah
seorang muslim, baligh dan berakal, mengerti hukum zakat -sesuai dengan
kebutuhan lapangan - membidangi pekerjaanny a, dimungkinkan mempekerjakan
wanita dalam sebagian urusan zakat, terutama yang berkaitan dengan wanita,
dengan tetap menjaga syarat -syarat syar¶i.
3. Para amil mendapatkan kompensasi sesuai dengan pekerjaannya. Tidak
diperbolehkan menerima suap, meskipun dengan nama hadiah, seperti yang
diriwayatkan dalam sebuah hadits riwayat Bukhari Muslim, ³Sesungguhnya aku
mempekerjakan kalian salah seorang di antaramu melaksanakan tugas yang pernah
Allah sampaikan kepadaku, kemudian datang kepadaku dan mengatakan: µIn i
untukmu dan ini hadiah untukku¶, apakah ketika ia duduk di rumah ayah ibunya akan
ada hadiah yang menghampirinya?´
4. Para amil harus bersikap lunak dengan para muzakki, meyakinkan apa yang menjadi
kewajibannya, mendoakannya ketika mengambil zakat, menetapk an para mustahiq,
dan memberikan bagian mereka.

0  
c

Mereka itu adalah orang -orang yang sedang dilunakkan hatinya untuk memeluk Islam, atau
untuk menguatkan Islamnya, atau untuk mencegah keburukan sikapnya terhadap kaum
muslimin, atau mengharapkan dukungannya terhadap kaum muslimin.

1. Bagian para muallaf tetap disediakan setelah wafat Rasulullah saw., karena tidak
ada nash (teks Al -Qur¶an atau Sunnah) yang menghapusnya. Kebutuhan untuk
melunakkan hati akan terus ada sepanjang zaman. Dan d i zaman sekarang ini
keberadaannya sangat terasa karena kelemahan kaum muslimin dan tekanan musuh
atas mereka.
2. ang berhak menetapkan hak para muallaf dalam zakat hanyalah imam (kepala
Negara). Dan ketika tidak ada imam, maka memungkinkan para pemimpin lem baga
Islam atau organisasi massa tertentu mengambil peran ini.
3. Diperbolehkan juga di zaman sekarang ini memberikan zakat kepada para muallaf
bagi mereka yang telah masuk Islam untuk memotivasi mereka, atau kepada
sebagian organisasi tertentu untuk memberik an dukungan terhadap kaum muslimiin.
Juga dapat diberikan kepada sebagian penduduk muslim yang miskin yang sedang
dirakayasa musuh-musuh Islam untuk meninggalkan Islam. Dalam kondisi ini mereka
dapat pula diberikan dari selain zakat.

0 ð c

Îakat dapat juga digunakan untuk membebaskan orang -orang yang sedang menjadi budak,
yaitu dengan:

V Membantu para budak mukatab, yaitu budak yang sedang menyicil pembayaran
sejumlah tertentu untuk pembebasan dirinya dari majikannya agar dapat hidup
merdeka. Mereka berhak mendapatkannya dari zakat.
V Atau dengan membeli budak kemudian dimerdekakan

Pada zaman sekarang ini, sejak penghapusan sistem perbudakan di dunia, mereka sudah
tidak ada lagi. Tetapi menurut sebagian madzhab Maliki dan Hanbali, pembebasan tawana n
muslim dari tangan musuh dengan uang zakat termasuk dalam bab perbudakan. Dengan
demikian maka mustahik ini tetap akan ada selama masih berlangsung peperangan antara
kaum muslimin dengan musuhnya.

0     c

Al-Gharim adalah orang yang berhutang dan tidak mampu membayarnya. Ada dua macam
jenis gharim, yaitu:

1. Al-Gharim untuk kepentingan dirinya sendiri, yaitu orang yang berhutang untuk menutup
kebutuhan primer pribadi dan orang -orang yang menjadi tanggung jawabnya, seperti rumah,
makan, pernikahan, perabotan. Atau orang yang terkena musibah sehingga kehilangan
hartanya, dan memaksanya untuk berhutang. Mereka dapat diberi zakat dengan syarat:

V membutuhkan dana untuk membayar hutang


V hutangnya untuk mentaati Allah atau untuk perbuatan mubah
V hutangnya jatuh tempo saat itu atau pada tahun itu
V tagihan hutang dengan sesama manusia, maka hutang kifarat tidak termasuk dalam
jenis ini, karena tidak ada seorangpun yang dapat menagihnya.

Al-Gharim diberikan sejumlah yang dapat melunasi hutangnya.

2. Al-Gharim untuk kemaslahatan orang lain, seperti orang yang berhutang untuk
mendamaikan dua orang muslim yang sedang berselisih, dan harus mengeluarkan dana
untuk meredam kemarahannya. Maka, siapapun yang mengeluarkan dana untuk
kemaslahatan umum yang diperbolehkan agama, lalu ia berhutang untuk itu, ia dibantu
melunasinya dari zakat.

Diperbolehkan membayar hutangnya mayit dari zakat. Karena gharim mencakup yang
masih hidup dan yang sudah mati. Demikian madzhab Maliki, berdasrkan hadits Nabi y ang
bersabda, ³Aku adalah yang terdekat pada seorang mukmin daripada diri mereka sendiri.
Barangsiapa yang meninggalkan harta, maka itu untuk ahli warisnya; dan barangsiapa yang
meninggalkan hutang atau kehilangan, maka kepadaku dan kewajibanku.´ (muttafaq alaih)

Sebagian ulama hari ini memperbolehkan zakat dipinjamkan dengan þ    karena
qiyas aulawiy (prioritas), yaitu jika hutang yang sudah terjadi boleh dibayarkan dari zakat,
maka qardhul hasan yang bersih dari riba lebih prioritas dari pada pem bagian zakat.
Berhutang dalam dua keadaan itu tujuannya sama, yaitu untuk menutup kebutuhan.

0    c

Ibnul Atsir berkata, kata Sabilillah berkonotasi umum, untuk seluruh orang yang bekerja
ikhlas untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan me laksanakan kewajiban, yang sunnah
dan kebaikan-kebaikan lainnya. Dan jika kata itu diucapkan, maka pada umumnya ditujukan
untuk makna jihad. Karena banyaknya penggunaannya untuk konotasi ini maka sepertinya
kata fisabilillah, hanya digunakan untuk makna ji had ini (lihat Kitab !
  Ibnu Atsir).

Menurut empat madzhab, mereka bersepakat bahwa jihad termasuk ke dalam makna fi
sabilillah, dan zakat diberikan kepadanya sebagai personil mujahidin. Sedangkan
pembagian zakat kepada selain keperluan zakat, madz hab Hannafi tidak sependapat
dengan madzhab lainnya, sebagaimana mereka telah bersepakat untuk tidak
memperbolehkan penyaluran zakat kepada proyek kebaikan umum lainnya seperti majid,
madrasah, dan lain -lain.
Pandapat lain. Imam Ar Razi mengatakan dalam ta fsirnya, ³Sesungguhnya teks zhahir dari
firman Allah O        (Ϳ΍ ϞϴΒ˴γ ϲϓϭ) tidak hanya terbatas pada para tentara saja.
Demikianlah yang dirilis oleh Al -Qaffal dalam tafsirnya dari sebagian ulama fiqih, bahwa
mereka memperbolehkan penyaluran zakat kepada seluruh proyek kebaikan seperti
mengkafani mayit, membangun pagar, membangun masjid, karena kata fi sabilillah berlaku
umum untuk semua proyek kebaikan.

As-Sayyid Siddiq Hasan Khan berkata, sabilillah artinya seluruh jalan yang menuju kepada
Allah. Sedangkan jihad ±meskipun jalan terbesar kepada Allah ± tetapi tidak ada dalil yang
mengkhususkan pembagian zakat hanya kepada mujahid. (lihat !   
  ).

Rasyid Ridha berkata, sabilillah di sana adalah kemaslahatan umum kaum muslimin yang
digunakan untuk menegakkan urusan dunia dan agama, bukan pada individunya. ang
utama dan pertama adalah persiapan perang seperti pembelian senjata, perbekalan tentara,
alat transportasi, pemberangkatan pasukan« dan termasuk juga dalam hal ini adalah
mendirikan rumah sakit, membuka jalan, mempersiapkan para dai yang menyerukan Islam,
mengirimkan mereka ke daerah -daerah kafir (lihat   !   ).

Syeikh Mahmud Syaltut dalam bukunya   !þ         dalam hal ini


menyatakan, sabilillah adalah seluruh kemaslahatan umum yang tidak dimiliki oleh
seseorang dan tidak memberi keuntungan kepada perorangan. Lalu dia menyebutkan,
setelah pembentukan satuan perang adalah rumah sakit, jalan, rel kereta, dan
mempersiapkan para dai.

Syeikh Hasanain Makhluf, Mufti Mesir, berfatwa tentang kebolehan menyalurkan zakat
kepada seluruh organisasi kebaikan Islam, bersandar kepada ungkapan Ar -Razi dari Al-
Qaffal dan lain -lain dalam memaknai kata fi sabilillah.

Dalam       , Sayyid Quthb berkata, fi sabilillah adalah jalan luas yang mencakup
seluruh kemaslahatan jama¶ah yang menegakkan kalimat Allah.

Kesimpulannya, yang    (kuat) bahwa yang dimaksud dari firman Allah ³fisabilillah´
adalah jihad seperti yang dimak sudkan oleh jumhurul ulama. Akan tetapi bentuk jihad pada
masa sahabat dan para ulama sesudahnya terbatas pada berperang. Karena hukum Allah
sudah berdiri tegak dan Negara Islam berwibawa. Adapun pada zaman sekarang ini, bentuk
jihad itu tampil dengan warn a yang bermacam-macam untuk menegakkan agama Allah,
menyampaikan dakwah dan melindungi umat Islam. Kami berpendapat bahwa sangat
mungkin untuk menyalurkan zakat kepada lembaga -lembaga modern seperti ini yang masuk
ke dalam bab fisabilillah. aitu jalan yan g digunakan untuk membela agama Allah dan
menjaga umat Islam, baik dalam bentuk tsaqafah (wawasan), pendidikan, media, atau
militer, dst. Dan perlu ditegaskan di sini bahwa peperangan yang boleh dibiayai dengan
zakat adalah perang fisabilillah di bawah ben dera Islam, untuk membela kepentingan Islam
dan dibawah komando pemimpin Islam.

0   c

Mereka adalah para musafir yang kehabisan biaya di negera lain, meskipun ia kaya di
kampung halamannya. Mereka dapat menerima zakat sebesar biaya yang dapat
mengantarkannya pulang ke negerinya, meliputi ongkos jalan dan perbekalan, dengan
syarat:

V Ia membutuhkan di tempat ia kehabisan biaya.


V Perjalanannya bukan perjalanan maksiat, yaitu dalam perjalanan sunnah atau
mubah.
V Sebagian madzhab Maliki mensyaratkan: tidak ada yang memberinya pinjaman dan
ia mampu membayarnya.

ð      c

1. Imam Syafi¶i berpendapat bahwa zakat harus dibagikan kepada delapan kelompok
itu dengan merata, kecuali jika salah satu kelompok itu tidak ada, maka zakat
diberikan kepada ashnaf yang masih ada. Jika muzakki itu sendiri yang membagikan
langsung zakatnya, maka gugur pula bagian amil.
2. Madzhab Hanafi dan Maliki berpendapat bahwa zakat boleh diberikan kepada
sebagian ashnaf, tidak kepada seluruh ashnaf yang ada. Bahkan mereka
memperbolehkan pemberian zakat hanya kepada salah satu ashnaf saja sesuai
dengan kondisi. Inilah pendapat mayoritas ulama dan pendapat yang paling kuat
dengan memperhatikan hal -hal berikut ini:
a. Tidak diperbolehkan menghilangkan hak salah sa tu mustahiq tanpa ada
sebab, jika imam yang melakukan pembagian dan jumlah zakat cukup
banyak.
b. Diperbolehkan memberikan zakat hanya kepada satu ashnaf saja jika ada
kemaslahatan yang dapat dipertannggungjawabkan, seperti ketika perang
yang mengharuskan zak at untuk pembiayaan mujahid di medan perang.
c. Ketika membagikan zakat kepada semua ashnaf secara menyeluruh tidak
diharuskan membagi rata kepada mereka. Dan yang diwajibkan adalah
memberikan bagian pada masing -masing sesuai dengan jumlah dan
kebutuhan.
d. Selalu diperhatikan bahawa kelompok prioritas adalah fakir miskin. Kelompok
yang diulang-ulang dalam Al -Qur¶an dan As-Sunnah. Maka tidak
diperbolehkan menghalangi hak mereka dari zakat, kecuali karena kondisi
darurat sesaat.
e. Jika muzakki yang membagikan langsu ng zakatnya dan jumlah zakatnya
kecil, boleh diberikan kepada satu kelompok dan satu orang saja untuk
mencapai tujuan zakat, yaitu menutup kebutuhan.
f. Jika imam yang membagikan, maka bagian amilin tidak boleh lebih banyak
dari seperdelapan, menurut Imam Sya fi¶i, agar zakat tidak habis di tangan
para pegawai saja.

Anda mungkin juga menyukai