1. Asam karboksilat
a. Asam asetat derivat asam fenilasetat: fenklofenak, diklofenak
b. Derivat asam salisilat : metil salisilat
c. Derivat asam propionat : ketoprofen, ibuprofen, naproksen
d. Derivat asam fenamat : asam mefenamat, meklofenamat
2. Asam enolat
a. Derivat pirazolon : fenilbutazon, oksifenazon
b. Derivat oksikam : piroksikam, tenoksikam
Piroxicam (C15H13N3O4S)
(2H-1,2-Benzothiazine-3-carboxamide,4-hydroxy-2-methyl-N-2-Pyridinyl,1-1-dioxide)
O
O
S CH3
N
CONH
OH N
BM : 331,35
pKa : 6,3
Kelarutan : sedikit larut dalam air, kelarutan dalam kloroform (1:100), dalam
etanol panas dan metanol (1:1000). Larut dalam diklormetan, sangat
sedikit larut dalam kebanyakan larutan organik, sangat sedikit larut
dalam larutan alkali cair.
Dosis : untuk pemakaian topikal pada sediaan topikal gel konsentrasi 0,5%
digunakan 3-4 kali sehari. Pengobatan diamati kembali setelah 4
minggu. Pada beberapa negara, digunakan 1% untuk sediaan krim.
Efek samping : melepuh, ruam, menimbulkan rasa gatal bintik merah dan bengkak,
kulit pucat, lemah lesu, gangguan pencernaan, kulit atau mata
menguning.
Mekanisme aksi : NSAID digunakan secara luas untuk mengurangi nyeri pada pasien
ostearthritis. Mekanisme aksi NSAID akan menghalangi aktivitas
cyclooksigenase (Cox) sehingga menghalangi sintesis prostaglandin,
menghalangi pembentukan tromboksan A2 (TXA2) yang penting untuk
merangsang agregasi pletelet.
A. BASIS KRIM
1. Vanishing Cream
R/ Lanolini 2.0
Cetylalcoholi 1.0
Aquadest 77.5
a. Lanolin
Fungsi : emulsifying agent, ointment base
Densitas : 0.932-0.945 g/cm3 pada 15°C
Temperatur autognisi : 445°C
Flash point : 238°C
Refraksi indek : nD40 = 1,478-1,482
Solubilitas : mudah larut dalam benzena, kloroform, eter dn petroleum,
larut dalam etanol 95% dingin, lebih larut dalam etanol panas
(95%), praktis tidak larut dalam air.
Inkompatibilitas : lanolin mungkin terdiri dari pro-oksidan yang mempengaruhi
stabilitas obat tersebut.
Deskripsi : lanolin berwarna kuning pucat, agak manis, seperti lilin yang
buram mempunyai rasa yang khas, pada titik lelehnya. Lanolin
berwarna terang atau hampir terang, cairan kuning.
b. Cetyl alkohol
Deskripsi : cetyl alkohol berbentuk seperti lilin, serpihan putih, granul,
kubus atau gips. Karakteristik cetyl alkohol bau khas lemah
rasa lemah.
Titik didih : 314-344°C
344°C untuk meterial murni
Densitas : 0.908 g/cm3
Titik leleh : 45-52° C
49° C untuk material murni
Refraktive index : nD79 = 1,4283 (untuk material murni)
Fungsi : coating agent, emulsifiying agent, stiffening agent.
Kelarutan : tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan eter. Kelarutan
bertambah dengan naiknya suhu.
Inkompatibilitas : tidak bercampur drngan oksidator kuat.
c. Parafin cair
Deskripsi : transparan, tidak berwarna, viskositas seperti minyak cair
tidak dapat berflouresen pada siang hari. Praktis tidak berasa
dan berbau ketika dingin. Berbau khas seperti petroleum ketika
dipanaskan.
Fungsi : emolien, solvent, lubrikan, fase minyak.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol 95%, gliserin dan air. Larut
dalam aseton, benzena, kloroform, karbondisulfit, eter dan
petroleum eter. Tidak bercampur dengan minyak menguap dan
minyak jenuh, kecuali minyak castor.
Viskositas : 110-230 mpas pada suhu 20°C
Inkompatibilitas : tidak bercampur dengan reduktor kuat
Penyimpananan : terlindung dari cahaya, simpam di tempt sejuk dan kering
Titik leleh : lebih dari 360°C
Flash point : 210-224°C
Index refraktive : nD2o = 14756-14800
d. Acidi stearicinini
Deskripsi : keras, putih, kunuing buram, berkilau, berupa kristal padat
atau serbuk putih kekuningan, bau khas tajam.
Fungsi : emulsifying agent, solubilizying agent.
Karakteristik : biasa digunakan untuk sediaan topikal dan oral, untuk sediaan
topikal asam stearat digunakan sebagai emulsifying dan
solubilizying agent.
Inkompatibilitas : asam stearat inkompatibel dengan sebagian besar logam
hidroksida dan agen-agen oksidasi.
Penggunaan : ointment dan creams 1-2%
Pelicin tablet 1-3%
Kelarutan : mudah larut dalam benzena, karbon tetraklorida, kloroform,
eter. Larut dalam etanol, heksana dan propilen glikol. Praktis
tidak larut air.
e. Kalii Hidroksida
Glycerin 1 : 2,5
dalam 100o C
f. Propylen glykol
2. Emulsifiying Agent
a. Carbomer
c. Diethanolamine
Sinonim:
Bersifat higroskopis
Menyebabkan iritasi pada kulit, mata, dan membran mukosa pada konsentrasi tinggi.
Pada tikus toksisitas akut dan sub akut lebih besar.
Pada tikus merupakan hepatokarsinogenik dan dapat menyebabkan defisiensi colin
hepatik.
Inkompatibilitas:
Emulsifiying agent
d. CMC Na
Sinonim:
Akucell
Aquasorb
Cellulose gum
Tylose CB
Karakteristik:
Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan garam besi dan beberapa logam
lain seperti Al, Hg, dan Zn.
Presipitasi terjadi pada pH <2 dan jika dicampur dengan etanol (95 %)
Pembentukan kompleks conservates dengan gelatin dan pektin juga dengan halogen.
3. Suspending agent
1. Hydroxyethyl cellulose
Sinonim : cellosize, alcoramnosan
Karakteristik :
Inkompatibilitas :
Karakteristik :
- lebih cocok digunakan untuk sediaan gel karena menghasilkan massa yang
jernih
- menimbulkan efek pencahar ( laksantif )
- digunakan dengan konsentrasi 20-30% dalam larutan berair, dan 0.45-1%
untuk sediaan tetes mata dan telinga, 2-5% sebagai pengikat
- tidak direkomendasikan untuk penggunaan oral
Penggunaan : suspending agent, pengikat, coating agent
Inkompatibilitas :
Karakteristik :
- tidak larut dengan aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin dan air
- larut pada 1 dalam 6 bagian eter
- tidak larut dengan minyak mineral ringan tetapi larut dalam beberapa minyak
atsiri
- stabil pada suhu dingin dalam kemasan tertutup dan stabil pada suhu panas
dalam kondisi terbuka
- secara kimia stabil saat dilarutkan dengan etanol 95%, gliserin atau air
- propilenglikol higroskopis, disimpan dalam kemasan tertutup, terlindung dari
cahaya, tempat yang dingin dan kering
- memberi efek iritasi minimal kecuali penggunaaan pada membran mukosa
Penggunaan : pengawet antimikroba
2. Chlorocresol
Sinonim : 4-chloro-m-cresol; p-chloro-m-cresol; 2-chloro-5-hydroksitoluen; PCMC
Karakteristik :
Karakteristik :
- kristal putih tidak berwarna, serbuk putih, tidak berbau, rasa getir
- aktivitas antimikroba akan meningkat 2-5% jika dikombinasi dengan
propilenglikol
- aktif pada pH 4-8, efek preserfatif akan menurun dengan kenaikan pH
- titik lebur 125-128oC
- relatif aman
- jika dikombinasi dengan propil paraben umumnya digunakan pada formulasi
sediaan parenteral (0.18%-0.22%)
Kelarutan pada suhu 25oC :
Pelarut Kelarutan
- etanol 1:2
- etanol 95% 1:3
- etanol 50% 1:6
- eter 1:10
- gliserin 1:60
- minyak mineral tidak larut
- propilen glikol 1:5
- water 1:400, 1:50 suhu 50oC, 1:30 suhu 80oC
Inkompatibilitas :
Karakteristik :
Karakteristik :
6. Chloroxylenol
Sinonim : 4-chloro-3,5-dimethylphenol, nipacide Px, PCMx
Karakteristik :
5. Adjuster pH larutan
a. Natrium hidroksida
Karakteristrik:
Pelarut Kelarutan
Etanol 1:7,2
Gliserin larut
Metanol 1:4,2
Inkompatibilitas
Karakteristrik:
Inkompatibilitas
Karakteristrik:
Pelarut Kelarutan
Air 1:1,5
Inkompatibilitas
Perhitungan pembuatan pH adjuster sebanyak 2% dari sediaan (dari asam sitrat dan NaOH)
Jumlah pH adjuster yang akan dibuat =
pH sediaan = 7,5
pKa asam sitrat pKa1 = 3,1
pKa2 = 4,8
pKa3 = 6,4 (Handbook of Excipient: 159)
pH = 7,5 H+ = 3,1 . 10 -8
pKa= 6,4 Ka = 3,981 . 10 -7
β yang diinginkan = 0,1
c = 0,648
0,6477 0,6477 -
0,6477 0,6477 0,6477
- - 0,6477
0,6477 0,6477 -
0,6477 0,6477 0,6477
- - 0,6477
0,6477 0,6003 -
0,6003 0,6003 0,6003
0,048 - 0,6003
- Penimbangan
= 0,003 gram
= 0,230 gram
VII. Metode Pembuatan
a. Alat:
c. Alat Evaluasi
1. brookfield viscometer
2. pH meter
3. himogenisator
4. cawan petri
5. ose
6. bunsen
7. inkubator
b. Prosedur Pembuatan:
1. setarakan timbangan
2. Timbang HPMC 0,3 g, taburkan di atas air panas 20 kalinya sampai
mengembang, aduk cepat (100 rpm) ad terbentuk massa gel.
3. Timbang carbomer 0,075 g taburkan di atas air panas 10 kalinya sampai
mengembang, aduk cepat (100 rpm) ad terbentuk massa gel, masukkan no
2.
4. Timbang TEA, masukkan no 3, aduk ad homogen.
5. Timbang metal paraben 7,5 mg, dilarutkan dalam prppilen glikol (1:5) aduk
ad larut, masukkan no 4, aduk ad homogen.
6. Timbang piroksikam, larutkan dalam aquadest, masukkan no 5, aduk ad
homogen.
7. tambah sisa aquadest, aduk ad homogen.
8. masukkan sediaan gel ke dalam tube + etiket + brosur + wadah sekunder.
C. Prosedur Evaluasi
1. Homogenitas
Sampel dioleskan pada lempeng kaca secara merata, kemudian diamati secara visual
homogenitas krim peroksikam dalam basis.
2. Daya sebar
Krim sebanyak 0.5 g diletakkan ditengah-tengah kaca bulat, ditutup dengan kaca lain
yang telah ditimbang beratnya dan dibiarkan selama satu menit kemudian di ukur
diameter sebar krim. Setelah itu ditambah beban 50 g dan dibiarkan satu menit
kemudian di ukur diameter sebarnya. Penambahan berat seberat 50 g setelah satu
menit dilakukan terus-menerus hingga diperoleh diameter yang cukup untuk melihat
pengaruh beban terhadap perubahan diameter sebar krim.
3. Daya lekat
Uji daya lekat dilakukan dengan cara kerja sebagai berikut: Krim dengan berat 0.25 g
diletakkan diatas dua gelas objek yang telah ditentukan kemudian ditekan dengan
beban 1 kg selama 5 menit. Setelah itu objek gelas dipasang pada alat tes. Alat tes
diberi beban 80 g dan kemudian dicatat waktu pelepasan krim dari gelas objek.
4. Pemisahan
Formula yang telah dibuat dituang kedalam adah sebanyak 10 ml. pemisahannya
diamati pada minggu 0, 1, 2, 3, dan 4. Cara pengukuran persen pemisahan dapat
dilihat pada:
F= Hu X 100%
Ho
Ho : Tinggi mula-mula
IX. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dipilih sediaan gel daripada krim, karena berdasarkan literatur jurnal “
In Vitro and In Vivo Percutaneous absorption of Topical Dosage Form: Case Studies “ yang
dilakukan oleh, universitas Szegaed, Hongaria. Jurnal tersebut meneliti perbandingan absorpsi sediaan
piroksikam berupa hidrogel, likuid kristal, dan krim. Hidrogel dibuat dengan cara menambahkan
carbapol 971P yang berupa polimer ke dalam aquadest, kemudian karbamide dilarutkan ke dalam fase
air tersebut. Likuid kristal dibuat dengan memanaskan campuran likuid petroleum, gliserol dan brijj
96V sampai 80 °C. Sedangkan krim dibuat dengan mencampur lelehan polisorbat 80, cetostearyl
alkohol, isopropil miristat, kemudian piroksikam disuspensikan dalam basis. Dari jurnal tersebut
didapatkan hasil bahwa:
1. Tingkat difusi piroksikm kedalam membran sintetik dari yang terbesar hingga terkecil: hidro
gel> liquid kristal > krim o/w. absorbsi hidro gel dalam membran memiliki absorbsivitas
paling besar ( paling mudah berpenetrasi ke membran / sel sasaran )
2. Meskipun tingkat aktivitas antiinflamasi dari liquid kristal paling besar dibanding hidrogel
dan krim (likuid kristal paling poten), tetapi bila tingkat absorpsivitas likuid kristal lebih kecil
daripada hidrogel, maka untuk mendapatkan aktivitas antiinflamasi, likuid kristal
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan hidrogel.
3. Berdasarkan data diatas diketahui bahwa tingkat keefektivan antiinflamasi dari hidrogel dan
likuid kristal lebeih besar dibandingkan krim o/w.
Efektivitas : hidrogel : besar
Likuid kristal : besar
Krim : sedang