Anda di halaman 1dari 10

ISU-ISU MAKRO EKONOMI

 Pertumbuhan pendapatan dan factor yang mempengaruhinya

A. Pertumbuhan pendapatan ekonomi

Gross Domestic Product (Produk Domestik Bruto) adalah nilai barang dan
jasa yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi negara tertentu dalam arti
geografis (konsep kewilayahan) selama 1 tahun (kuliah MEP UGM Angkatan III).
Konsep Pendapatan Nasional (PN)
Ada dua pengertian PN, yaitu : dalam arti sempit dan arti luas.
Dalam arti sempit, PN adalah PN, tetapi dalam arti luas, PN dapat merujuk ke PDB
(Produk Domestik Bruto) atau PNB (Produk Nasional Bruto), atau PNN (Produk
Nasional Netto). Persamaan sederhana dalam perhitungan pendapatan nasional :
PNB = PDB + F PNN = PNB – D PN = PNN – Ttl
Dimana :
F = pendapatan netto atas faktor luar negeri atau pendapatan yang diterima dari
pendapatan yang dibayarkan ke luar negeri atas faktor produksi. Misal, gaji TKI
yang bekerja di luar negeri dan dividen dari investasi asing atau gaji konsultan asing
di Indonesia.
D = depresiasi atau penyusutan
Ttl = pajak tidak langsung netto (selisih antara pajak tak langsung dan subsidi).
Sehingga, PDB = PN + Ttl + D – F Atau, PN = PDB + F – D – Ttl

B.Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, yaitu :Faktor


Internal, yaitu : Faktor internal ekonomi : kondisi fundamental ekonomi seperti perkembangan
inflasi, jumlah cadangan devisa, kondisi sektor perbankan, realisasi RAPBN, kebijakan ekonomi
pemerintah di bidang fiskal dan moneter serta perkembangan ekspor nasional. Faktor internal
nonekonomi : kondisi politik dan sosial, keamanan, dan hukum (berkaitan dengan kepastian hukum
di bidang kegiatan bisnis dan pelaksanaan otonomi daerah)

Faktor eksternal, yaitu : Prospek perekonomian dan perdagangandunia,


Kondisi politik global dan Pertumbuhan Ekonomi global.

• Permasalahan Kebijaksanaan Makro

a) Masalah jangka pendek atau masalah stabilisasi; Masalah ini berkaitan


dengan bagaimana “menyetir” perekonomian nasional dari bulan ke bulan,
dari triwulan ke triwulan atau dari tahun ke tahun, agar terhindar dari tiga
penyakit:
– Inflasi
– Penganggguran
– Ketimpangan dalam neraca pembayaran
b) Masalah jangka panjang atau masalah pertumbuhan. Masalah ini adalah
mengenai bagaimana “menyetir” perekonomian agar ada keserasian antara
pertumbuhan penduduk, pertambahan kapasitas produksi, dan tersedianya
dana untuk investasi. Tujuannya agar terhindar dari 3 penyakit di atas
hanya saja waktunya panjang ( 5 tahun, 10 tahin bahkan 50 tahun)

Yang akan kita bahas disini adalah masalah pertama; yakni stabilisasi,
masalah kedua akan dibahas selanjutnya (jika waktu memungkinkan)

 Defisit neraca perdagangan

KETIDAK SEIMBANGAN NERACA PEMBAYARAN/


• Kegiatan ekspor impor merupakan bagian penting dari kegiatan perekonomian suatu
negara
• Disamping itu terjadinya aliran keluar dan masuk dana/investasi
• Impor yang berlebihan dapat mengurangi kegiatan ekonomi, karena permintaan
barang LN > DN
• Turunnya permintaan DN menyebabkan terjadinya pengangguran
• Disamping itu modal dari dalam negeri akan mengalir keluar
• Hal ini menyebabkan nilai mata uang domestik turun
NERACA PEMBAYARAN
Suatu ringkasan pembukuan yang menunjukkan aliran pembayaran yang dilakukan
dari negara lain ke dalam negeri, dan dari dalam negeri ke negara lain dalam satu tahun
tertentu
• KETIDAK SEIMBANGAN NERACA PEMBAYARAN
Pembayaran-pembayaran yang dilakukan meliputi :
1. Penerimaan dari ekspor dan pembayaran untuk impor barang dan jasa
2. Aliran masuk penanaman modal asing dan pembayaran penanaman model keluar negeri
3. Alian keluar dan masuk modal jangka pendek (seperti mendepositokan uang di luar negeri)
Dalam neraca pembayaran ada:
• Neraca Perdagangan, menunjukkan perimbangan di anatara ekspor dan impor
• Neraca Keseluruhan, menunjukkan perimbangan di antara keseluruhan aliran pembayaran
ke luar negeri dan keseluruhan aliran penerimaan dari luar negeri.
Defisit Neraca Pembayaran
berarti pembayaran luar negeri melebihi penerimaan dari luar negeri

== Pengangguran ==
Pengangguran terjadi disebabkan karena adanya kesenjangan antara penyediaan lapangan
kerja dengan jumlah tenaga kerja yang mencari pekerjaan.<ref> Manusia dan Prilaku
Ekonomi, penulis : Endro Sariono ; Slamet Subekti; Burhanuddin A. Usman; M.
Jaharuddin; dan M. Alwi, penerbit : exact Ganeca</ref> Pengangguran bisa juga terjadi
meskipun jumlah kesempatan kerja tinggi akan tetapi terbatasnya informasi, perbedaan
dasar keahlian yang tersedia dari yang dibutuhkan atau bahkan dengan sengaja memilih
untuk menganggur. <ref> Manusia dan Prilaku Ekonomi, penulis : Endro Sariono ; Slamet
Subekti; Burhanuddin A. Usman; M. Jaharuddin; dan M. Alwi, penerbit : exact
Ganeca</ref> Pengangguran selalu saja ada dalam suatu perekonomian, maka sebenarnya
pengangguran itu bukanlah masalah berat dan membahayakan, karena sesuatu yang selalu
ada dan bahka harus selalu ada termasuk hal yang sangat menguntungkan bila bisa dikelola
dengan baik dalam kondisi yang juga baik.{{fact}}
Suatu keadaaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan
pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya
• Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong
sebagai penganggur
• Contoh: Ibu rumah tangga, tidak bekerja karena mengurus rumah tangga
• Anak orang kaya, tidak mau bekerja karena gaji rendah
SEBAB TERJADINYA PENGANGGURAN
• Kekurangan pengeluaran agregat, karena permintaan berkurang
• Ingin mencari kerja lain yang lebih baik
• Perusahaan mengganti tenaga kerja dengan mesin
• Ketidak sesuaian antara ketrampilan tenaga kerja dengan yang diperlukan di industri

Pengangguran
Dalam perekonomian Republik Indonesia dikenal 4 skema sector (Irsan Ashary Saleh Ph.D),
yaitu:
1. Sektor Riel, Y = C + I + G + Exp – Imp
Y=GNP=Pendapatan Nasional, C=Konsumsi Rumah Tangga, I=Investasi Swasta, BUMN,
Koperasi, G=APBN, Luar Negeri (Ekspor-Impor)

2. Sektor Monter, Y = M0 + mR/k+l


k=koefisien transaksi,e=koefisien precautionary,m=koefisien spekulasi, Mo=Ms=DC0 (Domestic
Credit)+Fx0(forex reserves). DC0 adalah jumlah kredit dalam basis rupiah = M1(Kartal+giral);
M2= M1+SD and/or TD; M3=M2+Quasy Money (marketable securities

3. Sektor sumber daya dan Iptek

4. Sektor Keuangan International

Kurva sektor riel (IS) berpotongan dengan Kurva sektor moneter (LM) menghasilkan GNP (Y)
actual. Namun belum menghasilkan Y full (Y ideal). Y ideal akan di hasilkan oleh sektor sumber
daya dan terobosan teknologi.

Y ideal dikurangi dengan Y actual adalah GNP gap atau unemployment.

Pengangguran yang dibahas disini adalah pengangguran structural, terjadi akibat perubahan struktur
kegiatan ekonomi dari agraris ke industri mendorong terjadinya perubahan permintaan jenis dan
sifat tenaga kerja serta perubahan teknologi yang digunakan (Kuliah MEP UGM Angkatan III
Jakarta).

Akibat buruk pengangguran bagi perekonomian adalah: GNP tidak maksimal, pendapatan pajak
pemerintah berkurang dan pertumbuhan ekonomi terganggu. Bagi Individu akibat buruknya adalah
tidak memperoleh pendapatan, kehilangan keterampilan dan ketidakstabilan sosial-ekonomi.
(Kuliah MEP UGM Angkatan III Jakarta).

Demand Sumber Daya Tenaga Kerja naik karena globalisasi pasar internasional dan Industrialisasi.
Supply Sumber Daya Tenaga Kerja naik karena kenaikan jumlah penduduk, penemuan tambang
dan peningkatan etos kerja.

Y Ideal tidak tercapai karena oversupply tenaga kerja, terdiri dari factor:
1. Demografi, kenaikan immigrant/urbanisasi, penurunan tingkat kematian, kenaikan tingkat
ekspektasi hidup.
2. Sociology, meningkatnya etos kerja, partisipasi angkatan kerja wanita.
3. Legal dan institusional, batasan usia kerja, rentang usia kerja, rangkap jabatan, dimana
mengurangi kesempatan kerja.

Untuk mengatasi pengangguran maka Y Ideal perlu diturunkan mendekati Y Actual. Salah satu cara
adalah dengan mengurangi program gelar sehingga akan mengurangi supply tenaga kerja. Sebagai
Ilustrasi, Mao Che Tung mengatur tenaga kerja di PRC (People Republic of China) dengan menjaga
tenaga kerja jangan terlalu pintar agar ekonomi tidak kolaps. PRC menurunkan Y ideal untuk
menambah kesempatan kerja.

Pengangguran diatasi dengan pengaturan di Sektor Riel dan Moneter serta menurunkan Y Ideal.
Bila MBA fresh graduate masuk ke pasar tenaga kerja, maka akan terjadi Y ideal yang melebar.
Akan lebih baik sudah kerja sekolah MBA kemudian kembali kepada pekerjaan atau MBA fresh
graduate lakukan terobosan teknologi, buka usaha sendiri maka Y actual akan meningkat mendekati
Y Ideal. Di level mikro kenaikan tenaga kerja berpendidikan akan mengurangi pengangguran.
Namun di level makro kenaikan tenaga kerja berpendidikan akan menjauhkan Y ideal dari Y actual
sehingga secara makro akan lebih baik memperbanyak program keterampilan daripada program
gelar.

• Menjelang akhir masa Orde Baru tahun 1998 pengangguran mencapai angka 5.5% dari total
angkatan kerja produktif, kemudian setelah itu meningkat dan mencapai puncaknya pada
masa Pemerintahan SBY-JK pada tahun 2006 sebesar 10,28% dari Angkatan Kerja dan
menurun kembali di tahun 2008 menjadi 8,46%. Pada tahun 2008 terjadi pertumbuhan yang
tinggi di Lapangan Usaha tersier yakni Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 16,7% serta
Lapangan Usaha Listrik, Gas, & Air Bersih sebesar 10,9%. Ada kemungkinan penurunan
pengangguran terjadi karena banyak Angkatan Kerja terserap di Lapangan Tersier dan
kegiatan Partai Politik menjelang PEMILU (lapangan informal). MASALAH INFLASI
• INFLASI

Suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam sesuatu perekonomian


• Tingkat inflasi rendah antara 2 – 3 persen
• Tinghkat inflasi moderat antara 4 – 10 persen

FAKTOR PENYEBAB INFLASI

1. Tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan2 untuk menghasilkan


barang dan jasa. Permintaan > Penawaran
2. Pekerja-pekerja di berbasgai kegiatan ekonomi menuntut kenakan upah, akibatnya biaya
produksi meningkat
3. Kenaikan harga barang2 impor
4. Penambahan penawaran uang > penawaran barang
5. Kekacauan politik dan ekonomi

Kemiskinan

Permasalahan Pokok Masalah kesenjangan distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan


merupakan salah satu masalah di banyak negara berkembang (LDC’s). Kebijakan pembangunan
ekonomi di Era Orde Baru yang hanya mengejar pertumbuhan tanpa memperhatikan pemerataan
hasil-hasil pembangunan telah membawa dampak jumlah kemiskinan yang masih relatif besar
hingga saat ini. Trickle down effect (efek menetes) atau proses mengalir ke kalangan bawah dalam
menikmati hasil-hasil pembangunan selama Orde Baru belum dapat dirasakan secara optimal,
walaupun pernah ada pada tahun 1986, 1990, 1997 (Studi BPS dkk tahun 2001).

Akhir Pemerintahan Orde Baru 1998 Indonesia mewarisi pertumbuhan ekonomi minus 13,10%
serta kemiskinan sebesar 49,5 juta orang atau 24,23% dari Total Penduduk Indonesia.
Pada periode 1996-2007 jumlah penduduk miskin meningkat karena krisis ekonomi. Pada periode
2000-2005 jumlah penduduk miskin cenderung menurun. Namun pada tahun 2006 terjadi jumlah
kenaikan penduduk miskin yang drastic dari 35,10 juta (15,97%) bulan februari 2005 menjadi 39,90
juta (17,75%) pada bulan Maret 2006. Kenaikan tersebut terjadi karena kenaikan harga BBM yang
berefek inflasi menjadi 17,95% selama periode Februari 2005 s/d Maret 2006. Pada saat itu banyak
penduduk berpenghasilan disekitar garis kemiskinan bergeser ke miskin.

Pada Maret 2007 63,52% penduduk miskin berada di Pedesaan. Pola distribusi yang tidak berubah,
yakni kemiskinan di pedesaan. Periode Maret 2007 – Maret 2008 penduduk miskin turun sebesar
2,21 juta, dipengaruhi oleh:

1. Inflasi stabil sebesar 8,17% (Maret 2008 terhadap Maret 2007)


2. Harga beras turun -3,01% dari Rp.6.414.,– ke Rp. 6.221,– (Maret 2008 terhadap Maret
2007)
3. 70% Penduduk Miskin di Pedesaan bekerja di sektor pertanian. Pada periode tersebut
pertanian mengalami pertumbuhan yang baik. Pertumbuhan sektor pertanian diatas sektor
industry. Rata-rata upah nominal buruh tani naik dan juga terjadi panen raya.
4. Selama periode Februari 2007 – Februari 2008 jumlah penganggur berkurang. Tingkat
pengangguran terbuka turun dari 10,55 juta orang (Feb 2007) menjadi 9,43 juta orang (Feb
2008). Jumlah pengangguran turun karena terbukanya sektor informal secara luas sehingga
mungkin mengurangi jumlah penduduk miskin.

Persoalan kemiskinan bukan hanya jumlah penduduk miskin namun juga harus diperhatikan tingkat
kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Dalam laporan BPS Maret 2008 dapat disimpulkan
bahwa tingkat kemiskinan di daerah pedesaan lebih parah daripada daerah perkotaan.

Dilihat dari Koefisien Gini, maka kesenjangan dalam pembagian pendapatan di Indonesia
meningkat. Koefisien Gini Tahun 2004 sebesar 0,32, tahun 2005 sebesar 0,35, tahun 2006 sebesar
0,33, tahun 2007 sebesar 0,37 dan tahun 2008 sebesar 0,38. Maka terindikasi bahwa memang ada
kesenjangan, kemungkinan antar sektor. Sektor primer yang lebih banyak kegiatan informal dengan
sektor sekunder yang sebagian besar tenaga kerja berupa pekerja harian.

Untuk mengatasi kemiskinan Pemerintah membuat jaring pengaman sosial untuk mereka yang
sama sekali tidak mampu mendapatkan keuntungan-keuntungan dari pertumbuhan ekonomi dan
kesempatan pengembangan SDM akibat ketidakmampuan fisik dan mental, bencana alam, konflik
sosial dan terisolasi secara fisik.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri adalah Program Mandiri yang diluncurkan
oleh Presiden RI tanggal 30 April 2007 di Kota Palu, Sulawesi Tengah, dimana sesungguhnya
merupakan salah satu upaya Pemerintah untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan dan
memperluas kesempatan kerja melalui konsolidasi program-program pemberdayaan masyarakat
yang ada diberbagai kementerian/lembaga. Yang menjadi ciri khas dari PNPM Mandiri, program
ini melakukan penyaluran pendanaan operasional ke kegiatan secara langsung ke masyarakat tidak
melalui Pemerintah Daerah. Mekanisme melalui rembuk desa dengan Fasilitator PNPM Mandiri
mengangkat isu yang dijadikan kegiatan berupa kebutuhan untuk mengurangi beban-beban
pengeluaran, meningkatkan pendapatan dan mendorong peningkatan tabungan masyarakat.

Namun dalam mengiplementasikan PNPM Mandiri masih perlu adanya sinergi dari masyarakat,
pemerintah daerah dan kelompok peduli (swasta, asosiasi, perguruan tinggi, media, LSM, dll) serta
kemitraan diantara ketiganya. Untuk itu agar semua pihak terlibat dalam program tersebut maka
sosialiasi ke masyarakat luas perlu dilakukan secara intensif. BIC dalam PNPM Mandiri mengambil
peran sebagai fasilitator kebutuhan teknologi yang diperlukan dalam memperlancar implementasi
dan kegiatan masyarakat ini.

Ada dua pengertian kemiskinan, yaitu :

1. Kemiskinan Relatif, yaitu kemiskinan yang mengacu kepada garis kemiskinan. Menurut
Kemiskinan ini, ukuran kemiskinan adalah kesenjangan dalam distribusi pendapatan. Salah
satu alat ukur yang popular digunakan untuk mengukur kesenjangan dalam pembagian
pendapatan adalah koefisien atau ratio Gini. Nilai koefisien berada antara 0 s/d 1. Angka
Satu menyatakan ketidakmerataan sempurna dalam pembagian pendapatan, artinya satu
orang (satu kelompok pendapatan) di suatu Negara menikmati semua pendapatan Negara
tersebut. Angka 0 menyatakan kemerataan sempurna atau semua orang mendapat porsi yang
sama dalam pembagian pendapatan.
2. Kemiskinan Absolut, yaitu kemiskinan yang paling bawah, di mana kebutuhan-kebutuhan
minimum tidak dapat terpenuhi. Kebutuhan minimum dalam bentuk kebutuhan kalori
(makanan) ditambah nonmakanan yang sangat diperlukan untuk bertahan hidup.Kemiskinan
absolut juga disebut dengan kemiskinan ekstrem.

TUJUAN KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI :
1. Menstabilkan kegiatan ekonomia
2. Mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi
3. Menghindai masalah inflasi
4. Mencipatakan pertumbuhan ekonomi yang teguh
5. Mewujudkan kekukuhan neraca pembayaran dan kus valuta asing
MENSTABILKAN KEGIATAN EKONOMI
• Tingkat penggunaan tenaga kerja tinggi
• Tingkat harga-harga tidak menunjukkan perubahan yang berarti
• Terdapat keseimbangan antara ekspor dan impor dan lalu lintas modal dari / ke luar negeri


BENTUK-BENTUK KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI
KEBIJAKAN FISKAL
meliputi langkah-langkah pemerintah membuat perubahan dalam bidang perpajakan
dan pengeluaran pemerintah dengan maksud untuk mempengaruhi pengeluaran agregat
dalam perekonomian
KEBIJAKAN MONETER
meliputi langkah-langkah pemerintah - yang dilaksanakan oleh Bank Sentral –
untuk mempengaruhi (mengubah) penawaran uang dalam perekonomian atau mengubah
suku bunga, dengan maksud untuk mempengaruhi pengeluaran agregat
KEBIJAKAN SEGI PENAWARAN
bertujuan untuk mempertinggi effisiensi kegiatan perusahaan2 sehingga dapat
menawarkan barang2nya dengan harga yang lebih murah atau dengan mutu yang lebih baik.

Kebijakan Segi Penawaran menekankan kepada :
1. Meningkatkan kegairahan tenaga kerja untk bekerja
2. Meningkatkan usaha para pengusaha untuk mempertinggi effisiensi kegiatan produksinya
3. Mengembangkan infrastruktur
4. Mengembangkan kegiatan usaha sektor swasta
Untuk itu maka:
1. Pajak pendapatan rumah tangga dikurangi
2. Pemerintah memberikan insentif (pengurangan pajak) kepada perusahaan yang melakukan
inovasi, menggunakan teknologi canggih

Anda mungkin juga menyukai