Anda di halaman 1dari 3

Sabtu, 

21 April 2007 - 06:12:13,  Penulis : Al-Ustadz Abu Muhammad Harits Abrar ThalibKategori


: Ibrah Kisah Ashabul Kahfi
Kisah ini begitu kesohor. Dengan kekuasaan-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menidurkan sekelompok
pemuda yang berlindung di sebuah gua selama 309 tahun. Apa hikmah di balik ini semua?

Ashhabul Kahfi adalah para pemuda yang diberi taufik dan ilham oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
sehingga mereka beriman dan mengenal Rabb mereka. Mereka mengingkari keyakinan yang dianut
oleh masyarakat mereka yang menyembah berhala. Mereka hidup di tengah-tengah bangsanya sembari
tetap menampakkan keimanan mereka ketika berkumpul sesama mereka, sekaligus karena khawatir
akan gangguan masyarakatnya. Mereka mengatakan:

‫شطَطًا‬ ً ِ‫َد ُق ْل َنا إ‬


َ ‫ذا‬ ْ ‫ه إِلَهًا لَق‬
ِ ِ‫ن ُد ْون‬
ْ ‫م‬
ِ ‫و‬
َ ‫ع‬ ْ َ‫ما َواتِ َو ْاأل َ ْرضِ ل‬
ُ ‫ن ن َْد‬ َ ‫الس‬
َّ ُّ‫َربُّ َنا َرب‬
“Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak akan menyeru Rabb selain Dia,
sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang jauh.” (Al-Kahfi: 14)
Yakni, apabila kami berdoa kepada selain Dia, berarti kami telah mengucapkan suatu ‫شطَطًا‬
َ (perkataan
yang jauh), yaitu perkataan palsu, dusta, dan dzalim.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan perkataan mereka selanjutnya:

‫ن‬ْ ‫م‬َ ‫ف‬َ ‫ن‬ ٍ َ‫س ْلط‬


ٍ ّ ‫ان بَ ِي‬ ُ ِ‫م ب‬ ِ ‫ة لَ ْوال َ يَ ْأ ُت ْونَ عَ لَ ْي‬
ْ ‫ه‬ ً ‫ه‬
َ ِ‫ه آل‬
ِ ِ‫ن ُد ْون‬
ْ ‫م‬
ِ ‫م َنا اتَّخَذُ وا‬ َ ‫ؤال َ ِء‬
ُ ‫ق ْو‬ َ
ُ ‫ه‬
‫ذبًا‬
ِ ‫ك‬َ ِ‫علَى هللا‬ َ ‫ن ا ْف َت َرى‬ِ ‫م‬ َّ ‫م‬ِ ‫م‬ ْ َ‫أ‬
ُ َ‫ظل‬
“Kaum kami ini telah mengambil sesembahan-sesembahan selain Dia. Mereka tidak mengajukan
alasan yang terang (tentang keyakinan mereka?) Siapakah yng lebih dzalim daripada orang-orang yang
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?” (Al-Kahfi: 15)
Ketika mereka sepakat terhadap persoalan ini, mereka sadar, tidak mungkin menampakkannya kepada
kaumnya. Mereka berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memudahkan urusan mereka:

‫ش ًدا‬
َ ‫رنَا َر‬ ْ َ‫ن أ‬
ِ ‫م‬ ِ ‫ئ لَ َنا‬
ْ ‫م‬ ْ ّ ‫ه ِي‬ ً ‫م‬
َ ‫ة َو‬ َ ‫ح‬ َ ‫ن لَ ُد ْن‬
ْ ‫ك َر‬ ْ ‫م‬
ِ ‫َربَّ َناآتِ َنا‬
"Wahai Rabb kami, berilah kami rahmat dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang
lurus dalam urusan kami." (Al-Kahfi: 10)
Mereka pun menyelamatkan diri ke sebuah gua yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala mudahkan bagi
mereka. Gua itu cukup luas dengan pintu menghadap ke utara sehingga sinar matahari tidak langsung
masuk ke dalamnya. Kemudian mereka tertidur dengan perlindungan dan pegawasan dari Allah selama
309 tahun. Allah Subhanahu wa Ta’ala buatkan atas mereka pagar berupa rasa takut meskipun mereka
sangat dekat dengan kota tempat mereka tinggal. Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri yang menjaga
mereka selama di dalam gua. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫ال‬
ِ ‫م‬َ ‫الش‬
ِّ ‫ات‬
َ ‫ذ‬َ ‫ن َو‬ ِ َ‫ات ا ْلي‬
ِ ‫م ْي‬ َ ‫ذ‬َ ‫م‬ َ ‫َو ُن‬
ْ ‫ ُب ُه‬Bّ‫ق ِِّل‬
“Dan Kami bolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri.” (Al-Kahfi: 18)
Demikianlah agar jasad mereka tidak dirusak oleh tanah. Setelah tertidur sekian ratus tahun lamanya,
Allah Subhanahu wa Ta’ala membangunkan mereka ‫سا َءلُوا‬ َ ‫( لِيَ َت‬agar mereka saling bertanya), dan
supaya mereka pada akhirnya mengetahui hakekat yang sebenarnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:

ُ َ‫م أَعْ ل‬
‫م‬ ْ ‫ك‬ُ ُّ‫قالُوا َرب‬َ ‫م‬ َ ‫قالُوا لَ ِب ْث َنا يَ ْومًا أَ ْو َبع‬
ٍ ‫ْض يَ ْو‬ َ ‫م‬ ْ ‫َم لَ ِب ْث ُت‬
ْ ‫مك‬
ْ ‫م ْن ُه‬
ِ ‫ل‬ َ ‫ل‬
ٌ ِ‫قائ‬ َ
َ ‫قا‬
‫ة‬
ِ ‫دي َن‬ َ ‫ذ ِه إِلَى ا ْل‬
ِْ ‫م‬ ِ ‫ه‬َ ‫م‬ ْ ‫ك‬ُ ِ‫و ِرق‬
َ ِ‫م ب‬ َ َ‫ع ُثوا أ‬
ْ ‫ح َد ُك‬ َ ‫فا ْب‬َ ‫م‬ْ ‫ما لَ ِب ْث ُت‬ َ ِ‫ب‬
"Berkatalah salah seorang dari mereka: ‘Sudah berapa lama kalian menetap (di sini)?’ Mereka
menjawab: ‘Kita tinggal di sini sehari atau setengah hari.’ Yang lain berkata pula: ‘Rabb kalian lebih
mengetahui berapa lamanya kalian berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kalian pergi
ke kota membawa uang perakmu ini’.” (Al-Kahfi: 19)
Di dalam kisah ini terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah yang nyata. Di antaranya:
1. Walaupun menakjubkan, kisah para penghuni gua ini bukanlah ayat Allah yang paling ajaib. Karena
sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai ayat-ayat yang menakjubkan yang di dalamnya
terdapat pelajaran berharga bagi mereka yang mau memerhatikannya.
2. Sesungguhnya siapa saja yang berlindung kepada Allah, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala
melindunginya dan lembut kepadanya, serta menjadikannya sebagai sebab orang-orang yang sesat
mendapat hidayah (petunjuk). Di sini, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah bersikap lembut terhadap
mereka dalam tidur yang panjang ini, untuk menyelamatkan iman dan tubuh mereka dari fitnah dan
pembunuhan masyarakat mereka. Allah menjadikan tidur ini sebagai bagian dari ayat-ayat (tanda
kekuasaan)-Nya yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan Allah dan berlimpahnya kebaikan-Nya.
Juga agar hamba-hamba-Nya mengetahui bahwa janji Allah itu adalah suatu kebenaran.
3. Anjuran untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat sekaligus mencarinya. Karena sesungguhnya
Allah mengutus mereka adalah untuk hal itu. Dengan pembahasan yang mereka lakukan dan
pengetahuan manusia tentang keadaan mereka, akan menghasilkan bukti dan ilmu atau keyakinan
bahwa janji Allah adalah benar, dan bahwa hari kiamat yang pasti terjadi bukanlah suatu hal yang perlu
disangsikan.
4. Adab kesopanan bagi mereka yang mengalami kesamaran atau ketidakjelasan akan suatu masalah
ilmu adalah hendaklah mengembalikannya kepada yang mengetahuinya. Dan hendaknya dia berhenti
dalam perkara yang dia ketahui.
5. Sahnya menunjuk wakil dalam jual beli, dan sah pula kerjasama dalam masalah ini. Karena adanya
dalil dari ucapan mereka dalam ayat:

‫د ْي َنة‬ َ ‫ذ ِه إِلَى ا ْل‬


ِ ‫م‬ َ ‫م‬
ِ ‫ه‬ ْ ‫ك‬
ُ ِ‫و ِرق‬
َ ِ‫م ب‬ َ َ‫ع ُثوا أ‬
ْ ‫ح َد ُك‬ َ
َ ‫فا ْب‬
“Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota membawa uang perakmu ini.” (Al-Kahfi:
19)
6. Boleh memakan makanan yang baik dan memilih makanan yang disenangi atau sesuai selera, selama
tidak berbuat israf (boros atau berlebihan) yang terlarang, berdasarkan dalil:

‫ه‬
ُ ‫م ْن‬
ِ ‫ق‬
ٍ ‫ر ْز‬
ِ ِ‫م ب‬
ْ ‫ك‬ َ ‫ها أَ ْزكَى طَعَامًا‬
ُ ِ‫ف ْليَ ْأت‬ َ ُّ‫ظ ْر أَي‬ َ
ُ ‫ف ْليَ ْن‬
"Hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu
untukmu." (Al-Kahfi: 19)
7. Melalui kisah ini kita dianjurkan untuk berhati-hati dan mengasingkan diri atau menjauhi tempat-
tempat yang dapat menimbulkan fitnah dalam agama. Dan hendaknya seseorang menyimpan rahasia
sehingga dapat menjauhkannya dari suatu kejahatan.
8. Diterangkan dalam kisah ini betapa besar kecintaan para pemuda yang beriman itu terhadap ajaran
agama mereka. Dan bagaimana mereka sampai melarikan diri, meninggalkan negeri mereka demi
menyelamatkan diri dari segenap fitnah yang akan menimpa agama mereka, untuk kembali pada Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
9. Disebutkan dalam kisah ini betapa luasnya akibat buruk dari kemudaratan dan kerusakan yang
menumbuhkan kebencian dan upaya meninggalkannya. Dan sesungguhnya jalan ini adalah jalan yang
ditempuh kaum mukminin.
10. Bahwa firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

‫سجِ ًدا‬
ْ ‫م‬
َ ‫م‬ ِ ‫خ َذنَّ عَ لَ ْي‬
ْ ‫ه‬ ِ ‫م لَ َن َّت‬
ْ ‫ه‬
ِ ‫ر‬ ْ َ‫غلَ ُبوا عَ لَى أ‬
ِ ‫م‬ َ ‫ن‬ ِ َّ‫ل ال‬
َ ‫ذ ْي‬ َ
َ ‫قا‬
“Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: ‘Sungguh kami tentu akan mendirikan sebuah
rumah ibadah di atas mereka’.” (Al-Kahfi: 21)
Di dalam ayat ini terdapat dalil bahwa masyarakat di mana mereka hidup (setelah bangun dari tidur
panjang) adalah orang-orang yang mengerti agama. Hal ini diketahui karena mereka sangat
menghormati para pemuda itu sehingga sangat berkeinginan membangun rumah ibadah di atas gua
mereka. Dan walaupun ini dilarang –terutama dalam syariat agama kita– tetapi tujuan diceritakannya
hal ini adalah sebagai keterangan bahwa rasa takut yang begitu besar yang dirasakan oleh para pemuda
tersebut akan fitnah yang mengancam keimanannya, serta masuknya mereka ke dalam gua telah Allah
Subhanahu wa Ta’ala gantikan sesudah itu dengan keamanan dan penghormatan yang luar biasa dari
manusia. Dan ini adalah ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap orang yang menempuh suatu
kesulitan karena Allah, di mana Dia jadikan baginya akhir perjalanan yang sangat terpuji.
11. Pembahasan yang berbelit-belit dan tidak bermanfaat adalah suatu hal yang tidak pantas untuk
ditekuni, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ِ ‫م َرا ًء ظَا‬
‫هرًا‬ ِ َّ ‫م إال‬
ْ ‫ه‬
ِ ‫ما ِر فِ ْي‬ َ
َ ‫فال َ ُت‬
“Karena itu janganlah kamu (Muhammad) bertengkar tentang keadaan mereka, kecuali pertengkaran
lahir saja.” (Al-Kahfi: 22)
12. Faedah lain dari kisah ini bahwasanya bertanya kepada yang tidak berilmu tentang suatu persoalan
atau kepada orang yang tidak dapat dipercaya, adalah perbuatan yang dilarang. Karena Allah
Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan:

َ َ‫م أ‬
‫ح ًدا‬ ْ ‫م ْن ُه‬
ِ ‫م‬
ْ ‫ه‬ ِ ‫َس َت ْف‬
ِ ‫ت فِ ْي‬ ْ ‫َوال َ ت‬
"Dan jangan pula bertanya mengenai mereka (para pemuda itu) kepada salah seorang di antara mereka
itu." (Al-Kahfi: 22)
Wallahu a’lam.

(Diambil dari Taisirul Lathifil Mannan karya Asy-Syaikh As-Sa’di rahimahullahu)

Anda mungkin juga menyukai