Anda di halaman 1dari 7

MEMANFAATKAN KURIKULUM LOKAL

GUNA MENINGKATKAN DAYA SAING


LULUSAN DAN IAIN

Oleh:
Arief Furchan i

A. Tantangan yang kita hadapi


1. Jangka pendek : BAN
Apakah kita dapat lulus dalam akreditasi? Kalau tidak, citra kita sebagai sebuah
perguruan tinggi di mata masyarakat akan rusak.
2. Jangka panjang : eksistensi

• Apakah kita akan tetap diminati masyarakat? Lulus BAN merupakan syarat
minimal agar kita dapat tetap diminati masyarakat. Tetapi yang lebih
menentukan adalah apakah kita memberikan kualitas layanan pendidikan
seperti yang dikehendaki masyarakat? Segmen masyarakat yang mana yang
menjadi sasaran kita? Masyarakat yang serius dan ingin maju ataukah
masyarakat yang mencari perguruan tinggi hanya sekedar ‘daripada
menganggur’ saja?
• Kalau kita tidak berhasil untuk menarik minat masyarakat, maka IAIN kita
mungkin akan tenggelam atau hilang dari peredaran. Gaji kita memang tetap,
atau kita akan dapat pindah ke STAIN atau IAIN yang lain, tetapi IAIN kita
sendiri akan tenggelam.

B. Kondisi kita saat ini


1. Masih banyak persyaratan BAN yang belum kita penuhi.
2. Daya tarik sebagian IAIN masih rendah.

• Belum banyak menarik siswa unggulan dari SMU maupun MAN.


Kebanyakan siswa yang mendaftar ke sebagian IAIN adalah mereka yang
tidak diterima di UMPTN dan memilih IAIN hanya sekedar ‘daripada tidak
sekolah’ saja (hasil wawancara dengan mahasiswa dan juga hasil penelitian
mahasiswa).
C. Analisa kemungkinan penyebab keadaan seperti ini

1. Perubahan orientasi masyarakat yang menganggap bahwa belajar di perguruan


tinggi adalah untuk memastikan bahwa, setelah lulus nanti, mereka akan mendapatkan
pekerjaan yang lebih baik daripada lulusan SMU. Dalam hal ini mereka menganggap
IAIN tidak memberikan harapan untuk mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan
masa depan yang lebih baik.
2. Keterlambatan IAIN untuk mengantisipasi perubahan ini sehingga IAIN tidak
berubah ketika keadaan atau tuntutan masyarakat berubah.
3. Walaupun sarjana agama masih banyak dibutuhkan oleh masyarakat, tetapi
tampaknya kualitas sarjana agama yang diberikan sebagian IAIN tidak seperti yang
diharapkan oleh masyarakat. Akibatnya, banyak sarjana agama lulusan sebagian
IAIN yang kesulitan untuk bekerja sesuai dengan bidang yang dipelajarinya selama
berada di IAIN.

D. Pilihan kita:

1. Pasrah (berfikir negatif). Karena tantangan begitu besar dan kemampuan kita
terbatas dan tampaknya sulit sekali untuk memperbaiki keadaan ini, maka tak ada
pilihan lain bagi kita kecuali menyerahkan diri kepada Tuhan saja. Kita akan terima
apa yang akan ditentukan oleh Tuhan mengenai nasib IAIN ini di masa depan.
Mudah-mudahan saja akan menjadi baik, tetapi kalaupun terpaksa harus tenggelam
atau hilang dari percaturan perguruan tinggi, yah, mau apa lagi?
2. Berusaha (berfikir positif). Fikiran ini didasari dengan keyakinan bahwa kalau kita
mau berusaha kita akan berhasil. Agar eksistensi IAIN terjamin, kita tidak boleh
berusaha hanya sekedar tetap hidup saja (survive), tetapi harus berusaha
mengembangkan lembaga ini menjadi semakin besar dan dapat memperoleh tempat di
hati masyarakat. Asumsinya, lembaga yang berkembang pasti hidup sedangkan
lembaga yang hidup belum tentu berkembang.
3. Saya kira tak ada pilihan lain daripada berusaha agar lembaga ini tetap hidup dan
bahkan berkembang lebih besar lagi. (Ini mudah dikatakan tapi memerlukan kemauan
yang keras untuk dapat melaksanakannya).

E. Strategi yang harus dilakukan

1. Jangka pendek : harus dapat memperoleh akreditasi dari BAN minimal masuk
kategori B. Usaha ini dilakukan dengan mengusahakan agar IAIN dapat memenuhi
kriteria BAN untuk kategori A. Usaha ini sedang dilakukan oleh PR I bersama PD I
dan akan mengikut sertakan Dekan beserta semua staf Fakultas dan Jurusan.
2. Jangka menengah dan panjang : mengusahakan agar IAIN dapat menarik minat
masyarakat lebih banyak lagi. Hal ini diukur dari banyaknya jumlah siswa yang
mendaftar ke IAIN yang setiap tahun diharapkan lebih banyak dari tahun sebelumnya
(ini juga ukuran dalam borang BAN). Diharapkan, di tahun mendatang, tidak ada
jurusan yang menerima mahasiswa lebih banyak dari jumlah mahasiswa yang
mendaftar ke jurusan tersebut. Usaha ini dilakukan dengan membuat program
layanan pendidikan yang menarik minat masyarakat melalui berbagai kreativitas.
Misalnya, dengan memberikan berbagai program remedial yang memungkinkan
setiap mahasiswa, dengan latar belakang apapun, dapat mencapai standar minimal
lulusan IAIN sesuai dengan harapan masyarakat.ii Dalam hal ini, banyaknya sks
dalam kurikulum lokal amat membantu.
Banyak yang harus dilakukan untuk membuat program layanan pendidikan IAIN
menarik bagi masyarakat. Pembenahan yang menyeluruh meliputi penajaman
kurikulum jurusan, penataan kebersihan dan keindahan lingkungan kampus,
pengadaan fasilitas belajar yang lebih mendukung, peningkatan kinerja dosen dan
pegawai administratif, peningkatan kualitas perkuliahan, penciptaan lingkungan
kampus yang mendorong mahasiswa untuk berprestasi, peningkatan citra IAIN di
masyarakat sebagai suatu perguruan tinggi yang berkualitas dan memberikan harapan,
dsb. Namun, pada lokakarya kali ini, kita akan memusatkan perhatian kita pada
upaya ‘bagaimana memanfaatkan kurikulum lokal guna meningkatkan daya saing
lulusan IAIN dalam merebut pasaran kerja (mendapatkan tempat pengabdian) dan
daya saing IAIN sendiri dalam menarik minat masyarakat.’

MEMANFAATKAN KURLOK UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING


LULUSAN DAN IAIN

A. Asumsi (Dasar Pemikiran)

1. Daya saing lulusan IAIN akan meningkat apabila ia memiliki kualitas seperti yang
diharapkan oleh masyarakat serta memiliki beberapa kelebihan (nilai tambah) jika
dibandingkan dengan lulusan STAIN, IAIN lain, atau Perguruan Tinggi yang lain.
2. Daya saing IAIN akan meningkat apabila lembaga ini menawarkan program layana
pendidikan yang menjanjikan pemenuhan harapan masyarakat serta memberikan
harapan akan masa depan yang lebih baik bagi alumninya.
3. Kunci dari dua hal di atas adalah kualitas lulusan yang memenuhi harapan
masyarakat serta memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan lulusan STAIN, IAIN,
atau perguruan tinggi yang lain. Lulusan yang berkualitas dan memiliki kelebihan
tambahan akan mudah untuk mendapatkan tempat pengabdian dan itu akan
menimbulkan citra IAIN sebagai lembaga pendidikan yang berkualitas dan
memberikan harapan.
4. Kualitas lulusan yang baik hanya akan tercapai melalui perencanaan dan
pelaksanaan program perkuliahan yang baik pula. Perencanaan program perkuliahan
yang baik meliputi penataan kurikulum yang lebih terarah dan terfokus.
5. Kurikulum Jurusan merupakan salah satu program layanan pendidikan penting
yang ditawarkan kepada masyarakat. Bahkan, boleh dikatakan, kurikulum jurusan
itulah sebenarnya yang menarik minat masyarakat atau yang ‘dijual’ oleh suatu
lembaga pendidikan kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan kurikulum jurusan
merupakan seperangkat program pendidikan yang akan mengantarkan peserta didik
(mahasiswa) untuk menjadi seorang professional di bidangnya. Oleh karena itu, kalau
kita ingin meningkatkan daya saing lulusan di bidang profesinya, maka kurikulum
jurusan ini perlu mendapatkan perhatian khusus.

B. Memandang kurikulum secara keseluruhan

Kurikulum merupakan rencana program pendidikan yang akan diberikan kepada


peserta didik guna membantu mereka mencapai tujuan kurikuler yang telah ditetapkan
sebelumnya. Kurikulum yang berlaku di perguruan tinggi di Indonesia terdapat terdiri
atas beberapa komponen: ada komponen kurikulum nasional (yang jenis
matakuliahnya ditetapkan oleh pemerintah pusat, Dikbud atau Depag) dan ada pula
komponen kurikulum lokal (yang jenis matakuliahnya ditetapkan oleh perguruan
tinggi setempat); ada pula komponen kelompok MKU, MKDK, dan MKK. Semua
komponen itu merupakan bagian integral dari suatu keseluruhan kurikulum yang
digunakan oleh perguruan tinggi tertentu.

Berdasarkan teori, penyusunan kurikulum seharusnya dilakukan dengan


menentukan terlebih dahulu tujuan kurikuler yang ingin dicapai. Ini adalah gambaran
mengenai profil lulusan yang bagaimana yang diharapkan akan terwujud sebagai hasil
dari pendidikan tersebut. Berdasarkan profil lulusan itu, maka ditentukanlah
pengetahuan, ketrampilan, dan latihan apa yang harus diberikan kepada peserta didik,
seberapa banyak, dan dalam urutan bagaimana, agar profil lulusan seperti itu dapat
terwujud.

Dalam kaitannya dengan IAIN, kurikulum IAIN 1997 menetapkan profil lulusan
IAIN sebagai berikut:
a. memiliki wawasan kebangsaan yang mantap;
b. memiliki wawasan keilmuan yang mantap;
c. memiliki wawasan dan pengetahuan agama yang mantap;
d. menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam secara mantap;
e. memiliki kemampuan professional yang mantap;
f. memiliki kemampuan untuk menggunakan bahasa asing, terutama bahasa Arab dan
bahasa Inggris dengan lancar;
g. memiliki kemampuan tambahan yang bernilai lebih.

Berdasarkan profil lulusan di atas, maka ditetapkanlah matakuliah (pengetahuan,


ketrampilan, dan sikap) yang diperlukan agar profil tersebut dapat terwujud.
Wawasan kebangsaan yang mantap akan diwujudkan melalui pemberian matakuliah
Pancasila dan Kewiraan; wawasan keilmuan akan diwujudkan melalui matakuliah
Filsafat dan Metodologi Penelitian; wawasan dan pengetahuan agama Islam yang
mantap akan diwujudkan melalui pemberian matakuliah agama dalam MKDK;
penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam akan diwujudkan melalui
perkuliahan agama dan penciptaan lingkungan; kemampuan untuk menggunakan
bahasa Arab dan Inggris akan diwujudkan melalui perkuliahan bahasa Arab dan
Inggris; kemampuan profesional akan diwujudkan melalui matakuliah jurusan; dan
kemampuan tambahan yang bernilai lebih akan diwujudkan melalui program
pengayaan dalam kurikulum lokal.

Kecuali kemampuan tambahan yang bernilai lebih (profil g), semua unsur dalam
profil itu telah tercakup dalam kurikulum nasional, tentu saja dalam standar minimal
yang diharapkan oleh masyarakat. Semua matakuliah dalam kurikulum nasional ini
bersifat wajib, harus diambil oleh setiap mahasiswa IAIN. Jumlah sks untuk kurnas
ini adalah 87 sks yang merupakan 60% dari jumlah minimal sks yang harus ditempuh
mahasiswa untuk menyelesaikan program S-1. Sisanya, sejumlah 57 sks atau
maksimum 73 sks, merupakan kurikulum lokal yang jenis matakuliahnya ditentukan
oleh IAIN/STAIN setempat. Tidak ada pedoman dari pusat mengenai bagaimana
menentukan matakuliah untuk kurikulum lokal ini. Semuanya terserah IAIN/STAIN
setempat. Kebebasan ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan, keluwesan,
dan merangsang kreativitas IAIN/STAIN setempat guna merespons perubahan
tuntutan masyarakat yang dihadapi. Melalui kurlok inilah setiap IAIN/STAIN akan
dapat meningkatkan daya saing lulusan maupun daya saing lembaga dalam menarik
minat masyarakat.
C. Teknik memanfaatkan kurlok

Bagaimana kita dapat memanfaatkan kurlok untuk meningkatkan daya saing lulusan
dan lembaga?

Pada dasarnya kurlok dapat dimanfaatkan untuk program remedial dan pengayaan.
Program remedial diberikan kepada mahasiswa yang belum memenuhi standar awal
untuk mengikuti program dasar yang diberikan melalui kurnas. Misalnya, kalau ada
mahasiswa IAIN yang berasal dari SMU dan kurang menguasai bahasa Arab, atau
belum fasih membaca Al-Qur’an, maka mahasiswa tersebut diharuskan mengikuti
program kuliah remedial untuk menutupi kekurangan itu. Program ini wajib bagi
mereka yang memerlukan, tetapi tidak wajib bagi yang sudah memenuhi standar awal
tersebut. Dengan demikian, matakuliah dalam kurnas dapat diarahkan untuk
mengantarkan mahasiswa mencapai standar yang dikehendaki masyarakat.

Mahasiswa yang tidak mengambil program remedial, tentu akan memiliki


kekurangan sks untuk menyelesaikan program studinya. Kepada mahasiswa seperti
ini diberikan jalan keluar dengan menawarkan kepada mereka program-program
pengayaan yang akan memberi mereka nilai lebih jika dibandingkan dengan lulusan
lain. Pengayaan ini dapat bersifat pendalaman, yakni program matakuliah yang
dimaksudkan untuk lebih mendalami ilmu yang telah diberikan dalam kurnas, atau
bersifat tambahan, yakni program matakuliah yang akan membuat mereka memiliki
kemampuan tambahan di samping profesi utama mereka (misalnya, kemampuan
untuk mengajar bagi mahasiswa Fak. Ushuluddin). Program pengayaan ini bersifat
pilihan, hanya diperuntukkan bagi mahasiswa yang berminat saja. Demi efisiensi,
maka paket pengayaan ini dapat diambil secara lintas fakultas dan jurusan. Artinya,
mahasiswa dari Fakultas manapun dan Jurusan apapun di IAIN Sunan Ampel ini
dapat mengambil paket pengayaan ini di Fakultas apapun dan Jurusan apapun. Pada
saatnya nanti, program lintas Fakultas dan Jurusan ini akan diberlakukan juga untuk
matakuliah dalam kelompok MKU dan MKDK. Hal ini ada kaitannya dengan usaha
untuk menarik minat masyarakat melalui penawaran program pendidikan yang luwes.

D. Bagaimana merancang program remedial dan pengayaan

Untuk merancang program remedial, yang pertama harus kita lakukan adalah
mengetahui standar kemampuan awal yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa
untuk dapat mengikuti (berdasarkan ukuran kemampuan, bukan formalitas)
matakuliah dalam kurnas. Standar kemampuan awal akan dipakai sebagai standar
kemampuan akhir program remedial. Sebagai contoh, untuk dapat mengikuti
matakuliah Ulumul Qur’an dengan tanpa kesulitan, mahasiswa harus mampu
membaca Qur’an dengan lancar. Oleh karena itu, kalau ada mahasiswa yang masih
belum lancar membaca Qur’an, dia harus mengikuti program remedial membaca
Qur’an dulu sebelum dia diizinkan mengambil matakuliah Ulumul Qur’an tersebut.
Bisa juga kita menetapkan, misalnya, bahwa mahasiswa yang akan mengambil
matakuliah Tafsir harus sudah mampu membaca kitab tafsir dalam bahasa Arab
karena rujukan dalam matakuliah itu banyak menggunakan kitab berbahasa Arab.
Dengan prasyarat ini, maka mahasiswa yang belum mampu membaca kitab berbahasa
Arab harus mengikuti program remedial membaca kitab dulu sebelum diizinkan untuk
mengambil matakuliah Tafsir tersebut.
Untuk merancang program pengayaan, yang perlu kita ketahui adalah standar
kemampuan akhir yang ingin dicapai. Program pengayaan ini dapat berupa satu
matakuliah ataupun satu paket matakuliah. Contoh program pengayaan yang terdiri
atas satu matakuliah adalah matakuliah Fiqh Sosial, yang merupakan pendalaman dari
matakuliah Fiqh secara umum yang ada dalam kurnas. Contoh program paket
matakuliah adalah program pendidikan guru bahasa Inggris, program pendidikan
konsultan agama, program pendidikan da’i, program pendidikan panitera pengganti di
peradilan agama, dsb. yang terdiri atas beberapa matakuliah yang berkaitan satu sama
lain.

Prosedur untuk menentukan paket program pengayaan ini sama dengan prosedur
untuk menentukan paket matakuliah jurusan, yakni:

1) ditentukan dulu profil lulusan yang diharapkan;


2) analisa mengenai kemampuan, ketrampilan, dan sikap yang perlu dimiliki agar
profil tersebut dapat terwujud;
3) penentuan matakuliah yang harus diberikan agar mahasiswa memiliki kemampuan,
ketrampilan, dan sikap seperti yang telah ditetapkan itu.

Penentuan matakuliah ini harus disertai dengan analisa mengenai relevansi


(keterkaitan) matakuliah tersebut dalam upaya mewujudkan profil lulusan yang telah
ditetapkan, cakupan topik yang harus diberikan dalam matakuliah tersebut beserta
arah dan tekanan topik ybs., serta standar kemampuan minimal yang harus dicapai
oleh setiap mahasiswa agar dapat dianggap telah mendapatkan pendidikan untuk itu
(tujuan instruksional secara operasional).

PENUTUP

Lokakarya ini sebenarnya dimaksudkan untuk merancang program matakuliah yang


ada di dalam kurlok. Namun, melihat keadaan di lapangan, saya ingin memanfaatkan
untuk sekaligus mempertajam arah kurikulum Jurusan yang ada di IAIN ini. Ada
beberapa alasan mengapa hal ini saya anggap perlu:

1. Sebagai salah satu penyusun konsep kurikulum IAIN/STAIN tahun 1997, saya
merasa bahwa penentuan matakuliah yang masuk ke komponen (kurikulum) jurusan
masih belum melalui analisa yang tajam. Walaupun saya berani mengatakan bahwa
matakuliah yang masuk komponen MKU dan MKDK sudah melalui diskusi yang
mendalam, saya berani mengatakan bahwa matakuliah yang masuk ke komponen
jurusan tidak melalui diskusi yang tajam. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
waktu dan keterbatasan ahli dalam tim konseptor itu yang mengetahui betul seluk
beluk semua jurusan.
2. Keluhan mahasiswa di lapangan, misalnya Fakultas Syariah, yang menunjukkan
kurang tajamnya perbedaan antar beberapa jurusan. Menurut laporan mahasiswa, dan
juga Dekan Fak. Syariah, perbedaan antar beberapa jurusan di Fak. Syariah hanya
20%. Ini barangkali karena penentuan matakuliah dalam komponen jurusan itu tidak
dilakukan melalui prosedur yang benar, yang dimulai dengan analisa profil lulusan.

Berdasarkan hal itu, maka dalam lokakarya ini kami mengharapkan agar paket
matakuliah jurusan (profesi) ini juga dibenahi. Dengan demikian, diharapkan agar
lokakarya ini akan menghasilkan :

1. Paket matakuliah jurusan yang lebih tajam, yang disertai dengan profil lulusan,
analisa keterkaitan matakuliah yang dimasukkan ke dalam paket itu dengan profil
lulusan itu, dan standar kemampuan minimal yang akan dikuasai mahasiswa sebagai
hasil dari pemberian matakuliah tersebut.
2. Paket matakuliah pengayaan, yang bersifat pendalaman ataupun pengayaan untuk
masing-masing jurusan. Paket matakuliah pengayaan ini akan merupakan paket
unggulan bagi setiap jurusan yang ada di IAIN dan boleh diambil oleh mahasiswa dari
jurusan dan Fakultas lain. Paket program pengayaan ini harus disertai juga dengan
profil lulusan, analisa keterkaitan matakuliah yang dimasukkan ke dalam paket itu
dengan profil lulusan yang dimaksud, serta standar kemampuan minimal yang akan
dikuasai oleh mahasiswa sebagai hasil dari pemberian matakuliah tersebut.

PEDOMAN PENGEMBANGAN
PAKET PENDIDIKAN

1. Bagaimanakah profil mahasiswa yang telah menyelesaikan paket pendidikan ini?


(Kemampuan, ketrampilan, dan sikap apa yang akan mereka miliki sebagai hasil dari
program paket pendidikan ini?)
2. Matakuliah apakah yang diperlukan untuk memudahkan terwujudnya profil
mahasiswa seperti itu? Berikan profil lulusan dari setiap matakuliah itu sehingga
tampak relevansinya dengan profil lulusan paket program pendidikan tersebut.

----

catatan: Artikel ini adalah adaptasi dari makalah yang pernah eulis sampaikan dalam
kur;ok peningkatan mutu lulusan IAIN Sunan Ampel Surabaya sewaktu penulis
menjbat sebagai PR I.

i Pembantu Rektor I, IAIN Sunan Ampel.


ii Ini berarti IAIN harus menetapkan bagaimana standar minimal itu. Standar
minimal itu harus ditetapkan berdasarkan harapan masyarakat, bukan berdasarkan
‘apa adanya kemampuan kita

Anda mungkin juga menyukai