Anda di halaman 1dari 8

Ini adalah kisah tentang persahabatan antara seorang remaja wanita dan

seorang remaja pria. Denny dan Jessi telah bersahabat sejak mereka duduk di
bangku taman kanak-kanak, bahkan rumah merekapun bersebelahan sehingga
mereka sangatlah sering bertemu dan berkomunikasi. Mereka sudah seperti kakak
beradik yang sangatlah dekat, merekapun sering saling bercerita tentang masalah-
masalah mereka. Walaupun Denny dan Jessi sering bertengkar karena hal-hal
kecil, tetpai sebenarnya itulah yang menjadikan mereka semakin dekat dan saling
memahami.
Bukan hanya Denny dan Jessi saja yang bersahabat, tetapi orangtua Denni,
Om Santo dan Tante Vivi sudah sangat lama bersahabat dengan orangtua Jessi,
Tante Santi. Ayah Jessi sudah lama meninggal sejak Jessi berusia 3 tahun, karena
kecelakaan mobil. Walaupun begitu Jessi tetap menjadi anak yang sehat, baik, dan
penuh pengertian. Karena bersebelahan, Om Santo, Ayah Denny sudah seringkali
menganggap Jessi seperti anaknya sendiri.
Hingga sekarang, mereka sudah berusia 16 tahun, dan sekarang mereka
sudah duduk di bangku SMA Kelas X.

“Den, cepetan! Udah telat nih kita!” teriak Jessi di depan rumah Denny.
“Iya-iya gue keluar sekarang!” sahut Denny dari dalam rumah sembari
memakai sepatunya.
Mereka berlari-lari menuju ke sekolah, Denny dan Jessi selalu berangkat
bersama ketika pergi ke sekolah. Dan hari itu, walaupun mereka sudah berlari-lari
ke sekolah, mereka tetap terlambat saat tiba di sekolah. Dan terpaksa mereka
harus dihukum membersihkan sekolah bersama.
“Aah Denny, gara-gara lu si kita jadi telat.” keluh Jessi sembari menyapu
aula sekolah.
“Hehehehe…sori-sori, tadi gue kesiangan.” sahut Denny sambil tertawa.
“Halah lu sering banget kesiangan!gimana sih!”
“Aah lu juga pernah kan bikin gw telat dateng ke sekolah!” ujar Denny
kesal.
Akhirnya mereka membersihkan aula sekolah dengan gerutu dan sedikit
ribut diantara mereka. Dan tidak lama, mereka selesai menyapu, kini waktunya
mereka harus berdiri di luar kelas sampai bel bermain berbunyi sebagai hukuman
terlambat datang ke sekolah.
“Den, gue mau cerita nih.” ujar Jessi sambil bersandar di depan tembok
kelas.
“Cerita apa gitu?” sahut Denny.
“Lu tau Reza kelas XI IPA temen klub basket lu yang terkenal itu kan?”
tanya Jessi dengan semangat.
“Hmm…ooh Reza, kenapa?”
“Gile den, gue baru sadar kalo dia tu ganteeeng banget! Bantu gue deketin
dia donk Den, lu kan satu klub basket sama dia, pasti gampang deh!” jelas Jessi
panjang lebar.
“Ha? Ganteng? Deketin?” ujar Denny bengong.
“Iya…oke oke? Pliss...” mohon Jessi dengan muka memelas.
Tiba-tiba bel istirahat berbunyi, dan semua murid dari kelas berhamburan
keluar. Dan mereka berduapun masuk ke dalam kelas bergabung dengan teman-
teman lainnya.
“Reza ya…kalo gue bantu Jessi deketin Reza, ada untungnya juga si, jadi
kan pagi-pagi gue ga usah diburu-buru sama Jessi lagi…oke deh ntar gue kasih
tau ke Jessi gue mau bantu.” gumam Denny sambil tertawa kecil.
Akhirnya Denny pun setuju untuk membantu Jessi mendekati Reza,
dengan syarat Denny harus dibelikan makanan di kantin setiap harinya sebagai
bayaran bantuan dari Denny. Dan keesokan harinya di perjalanan menuju ke
sekolah merekapun mengobrol tentang pendekatan Jessi dengan Reza. Dan
ternyata Jessi sudah banyak mengetahui tentang wanita tipe kesukaan Reza. Yaitu
Reza menyukai wanita yang langsing dan singset, sehingga menurut Jessi, dirinya
harus menurunkan berat badan.
“Hah?!mau nurunin berat lagi? Orang lu udah pe’ot gini” sahut Denny saat
Jessi memberitahu bahwa dia ingin menurunkan berat badan.
“Eh, kurang ajar lu! Gue mau nurunin berat sampe berat gue 44” sahut
Jessi dengan nada kesal.
“Memang berat lu sekarang berapa?”
“49” ujar Jessi dengan muka memerah.
“Yah udah pe’ot masih mau dikurusin lagi!” respon Denny dengan muka
menyeringis.
“Heh! Awas Lu!”
Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan ke sekolah dengan berkejar-
kejaran karena Jessi kesal dengan Denny. Dan mereka pun sudah memutuskan
agar setiap pagi jam 5, Denny akan menemani Jessi lari pagi demi menurunkan
beratnya.
Berita rasa suka Jessi kepada Reza pun sudah terdengar sampai telinga
Reza, dan Reza pun tidak heran kalau Jessi mendekatinya, karena memang banyak
wanita-wanita di SMA itu yang tergila-gila dengan Reza.

“Ayoo semangat Jes! Katanya mau kurus?” teriak Denny menyemangati


Jessi. Pagi ini tekad mereka untuk berlari pagi sudah mulai dijalankan, mereka
bersusah payah bangun pagi untuk berlari pagi.
“Aduh Den, pegel banget gw…udah ga kuat lagi ni gw…huaaa…!!” teriak
Jessi mengeluh.
“Ayo lu bisa Jess! Dikit lagi!”
Akhirnya di hari pertama berlari pagi Jessi bersama Denny pun dapat
menyelesaikan lari pagi nya mengelilingi kompleks rumah mereka, walaupun
mereka harus berjerih lelah. Setelah mereka mandi dan bersiap-siap, mereka
berangkat bersama ke sekolah.
“Kaki gw sakit banget ni Den.” keluh Jessi pada Denny sembari berjalan
ke sekolah
Tetapi Denny tidak menghiraukan, dan hanya bengong sambil berpikir
“Gapapa deh, gw cape-cape dulu sampai beberapa waktu ke depan, tapi kalo si
Jessi udah sama Reza kan gw ga usah nemenin si Jessi lagi…”
“Den?”
“Hahahaha….asiknyaa…” gumam Denny.
“Den! Lu dengerin gw ga si?” ujar Jessi setengah berteriak.
“Oh ya ya…ampun..hehehe” jawab Denny kaget.
Di tengah-tengah pelajaran berlangsung, Jessi tampak sangat kelelahan
karena lari pagi tadi, dan Denny terus memperhatikan Jessi selama pelajaran di
kelas, karena dia sangat tampak tidak enak badan.
“Jes, lu gapapa?” tanya Denny pada Jessi saat bel istirahat berbunyi.
“Badan gue ngga enak ni Den, gue mau pulang aja” sahut Jessi dengan
lemas.
“Yuk sini gw temenin!”
Tiba-tiba di tengah perjalanan mereka menuju ruang guru untuk
permintaan ijin pulang, Jessi terjatuh pingsan, dan Denny bukan saja hanya kaget,
tetapi dia pun sangat panik dan segera membawanya ke UKS dengan segera.
“Jessi ngga apa apa bu?” tanya Denny pada Ibu Sinta, penjaga UKS
dengan nada cemas.
“Kayaknya dia kecapekan saja si, tapi biar dia istirahat disini dulu.” ujar
Bu Sinta menenangkan Denny.
Lalu saat pulang sekolah, Denny segera ke ruang UKS, dan disana ia
melihat bahwa Jessi sudah sangat segar dan sedang bercanda dengan Ibu Sinta,
dan entah mengapa Denny merasa sangat lega, dan merekapun pulang.

“Kenapa ya tadi gw kok bisa panik gitu waktu Jessi pingsan? Aneeh…
udah lah gak usah dipikirin” pikir Denny sambil berbaring di kamarnya. Tiba-tiba
ia menerima pesan singkat di telepon selularnya, itu adalah pesan dari Jessi yang
memberitahu bahwa besok ia akan tetap menjalankan niatnya lari pagi, dan saat
Denny menerima pesan itu ada sedikit rasa bahagia yang menyelimuti hati Denny
saat itu.
“Ayooo Jes..!! Dikit lagi nyampe..!!” teriak Denny menyemangati Jessi
saat lari pagi.
Walalupun tampak sangat kelelahan, di wajah Jessi tampak suatu
semangat yang membara, mungkin itu disebabkan karena keinginannya untuk
memikat hati Reza.
“Lu gapapa Jes?” tanya Denny mengkhawatirkan kondisi Jessi saat
berjalan ke sekolah setelah lari pagi.
“Gapapa deh yakin gw, keliatan seger kan gw, tenang aja deh, gw tidur
sore-sore kok kemaren, jadi ga bakal pingsan lagi…hehehe” jawab Jessi
meyakinkan Denny.
Saat pelajaran berlangsung, Denny tak bisa berkonsentrasi pada pelajaran,
dan tidak dapat memalingkan pandangannya dari Jessi. “Sejak kapan ya si Jessi
kok jadi cantik gitu…” gumam Denny dalam hatinya. Dan hal itu terus terjadi
selama pelajaran berlangsung.
“Cantik…cantik…cantik….aaaaaah mikir apa si gw! Jessi kan sahabat gw,
mana mungkin gw jatuh cinta sama Jessi!” Denny berkata dalam hatinya. Dan dia
tidak menyadari, bahwa sebenarnya dia sudah jatuh cinta pada Jessi.

Hari demi hari pun terus dijalani oleh Denny dan Jessi dengan terus berlari
pagi, dan tanpa terasa mereka sudah rutin berlari pagi selama 1 bulan. Dan inilah
saat-saat yang dinanti oleh mereka berdua untuk menimbang berat Jessi.
“Gila, gw deg-degan nih!” ujar Jessi semangat.
“Gw juga gila! Ayo Jes naik ke timbangan” jawab Denny dengan nada
yang semangat pula.
Dan Jessi pun perlahan-lahan naik ke atas timbangan tersebut, dan
timbangan digital itu segera memunculkan angka berat dari Jessi. Dan
berat yang muncul adalah “44,4”!
“O MY GOOOOOOOOOOOOOOOOOOOD!!!” teriak Jessi kegirangan.
“Waaaaaaaa….selamet ya Jes! Hahaha..! Target kita berhasil ternyata”
balas Denny ikut bergembira.
Dan tanpa disadari mereka pun berpelukan karena sangat bergembira. Dan
entah kenapa saat Denny menyadari pelukan tersebut, Denny sangat kaget dan
memerah mukanya, padahal itu bukanlah kali pertama dia berpelukan dengan
Jessi.
“Oke besok gw mau langsung nememuin Reza deh, udah pede
gw….hahahaha” ujar Jessi sembari tertawa besar dengan sangat semangat.
Dan Denny pun hanya membalas dengan senyuman pahit. Dan balasan
senyuman pahit itu tidak disadari dan tidak disengaja oleh Denny.

Saat Denny berlatih di klub basket, dan dia pun bertemu dengan Reza dan
kawan-kawannya, dan saat selesai latihan basket, dia tidak sengaja mendengar
percakapan Reza dengan teman-temannya di balik bangku-bangku penonton.
“Rez, cewe yang namanya Jessi itu, Gila udah singset banget cuy
sekarang! Mantaab!” ujar salah satu temannya pada Reza.
“Yang bener lu cuy? Gw baru aja diajak keluar ntar sore ini sama dia”
sahut Reza penasaran.
“Kesempatan emas tuh Rez, dia tuh udah cakep banget sekarang, dia juga
pasti mau diapain aja sama lu, kan dia tergila-gila banget sama lu Rez! Lagian
juga mana ada sih cewe yang ga mau ngasih dirinya buat yang namanya R-E-Z-
A!” timpal salah satu temannya yang lain dengan tertawa bengis pada Reza.
“OKE! Asik juga tuh cuy!” jawab Reza dengan muka yang sangat bengis
dan cabul.
“KEPARAAT!” tiba-tiba Denny meloncat dari belakang Reza, dan
langsung segera menonjok Reza dengan sekuat tenaga, karena Denny sangat tidak
tahan melihat perbuatan Reza yang ternyata sungguh sangat bengis. Dan melihat
perkelahian tersebut, anggota klub yang lainnya segera melerai mereka berdua.
“Kenapa lu? Ngga suka gw deketin Jessi?! Apa lu cemburu!?” teriak Reza
melecehkan Denny.
“Bajingan lu!” Denny pun segera meninggalkan tempat tersebut, dan
langsung berlari pulang untuk memberitahu Jessi keadaan yang sebenarnya.

“Permisi Tante Santi, Jessi nya ada?” tanya Denny di depan rumah Jessi
dengan sangat panik dan tergopoh-gopoh setelah berlari dan dia masih syok
mengetahui betapa liarnya Reza.
“Wah Jessinya baru aja pergi Den, baru 15 menit yang lalu lah kira-kira,
emang ada apa Den, kok kliatannya kaya baru ketemu setan aja.” canda Tante
Santi.
“Memang Jessi pergi kemana tante?” ujar Denny tanpa menghiraukan
candaan Tante Santi.
“Kalo tante ga salah mah dia tuh mau ke taman, katanya mau nemuin siapa
gitu, tante lupa tepatnya.”
Dan Denny pun langsung berlari meninggalkan Tante Santi dan berlari ke
taman, karena dia tahu bahwa Jessi ke taman untuk menemui Reza dan dia
terlambat untuk mencegah Jessi pergi, maka dari tulah dia sangat cemas dan
khawatir.
“Ya Tuhan, tolong lindungi Jessi dari hal-hal yang buruk” itulah doa yang
ada dalam hati Denny selama menuju taman.

Saat Denny sampai di taman, dia tidak melihat Jessi ataupun Reza. Tiba-
tiba ia mendengar teriakan Jessi dari balik pohon, dan Denny segera menghampiri
asal teriakan tersebut.
Dan disana ia melihat bahwa Reza sedang mencoba berbuat tidak senonoh
kepada Jessi, dan segera sajalah Denny langsung mendorong Reza.
“Ngapain lu disini! Mau sok jadi pahlawan?” ejek Reza melecehkan.
“Eh, gw peringatin lu! Jangan pernah macem-macem sama Jessi!” teriak
Denny dengan mencengkram kerah dari Reza.
Dan langsung Denny memukul dan menendang Reza, mungkin karena dia
sangat menyanyangi dan mencintai Jessi, sehingga entah kekuatan apa yang
merasuki Denny pada saat itu, Reza sama sekali tidak berkutik.
“Cukuup Den!” teriak Jessi dengan ketakutan dan air mata di wajahnya.
“Orang kaya gini, harus dikasih pelajaran Jes!”
“Ini juga bukan sepenuhnya kesalahan Reza, gw juga yang mau ketemuan
sama dia, jadi plis stop.” Pinta Jessi dengan nada sangat ketakutan dan syok.
Akhirnya Denny dan Jessi pun meninggalkan Reza di taman itu dan segera
menuju tempat yang nyaman dan aman.
“Jes, lu diapain sama dia?” tanya Denny dengan sangat cemas.
“Ga den, gw masih sempet ngehindar tadi.”
“Syukurlah.” ujar Denny lega.
“Den, makasih banyak ya, gw ga tau Den, kalo tadi ga ada lu, gw udah
jadi apa.” ujar Jessi.
“Tenang Jes, gw bakal selalu ada kapanpun lu butuh gw.” sahut Denny
dengan muka yang memerah dan senyum di wajahnya.
Dan senyuman tersebut dibalas dengan sebuah senyuman yang sangat
penuh arti dari Jessi. Dan mereka berduapun berjalan terus dengan penuh
senyuman dan bergandengan tangan. Dan tanpa disadari diantara mereka berdua,
baik Jessi maupun Denny telah tumbuh benih-benih cinta yang akan terus tumbuh
dan menjadi sesuatu yang sangat damai, dan cinta itupun adalah sesuatu yang
akan selalu bersemi di hati mereka, maupun hati kita tanpa terkecuali.

Anda mungkin juga menyukai